DOSEN PEMBIMBING
HERINAWATI, M.KEB
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. SITI MARHAMAH
2. SITI NAJMAH
3. KETA LESTARI
4. LISA KUSRINI
5. ANISAH
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal pada Kehamilan dengan Abortus Komplit.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada Kehamilan dengan Abortus Komplit
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Batasan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Klinis .......................................................................................5
B. Manajemen Kebidanan......................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS
Format Pendokumentasian .....................................................................22
BAB V PEMBAHASAN
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dengan
bortus Komplit ..........................................................................................36
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................42
B. Saran .................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Pada umumnya 80-
90% bkehamilan berjalan dengan normal dan hanya 10-12% kehamilan yang
dissertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis,
kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan
efeknya terhadap tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur
(Saifuddin, 2016:213-281).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500
gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Menurut World Health
Organization/ WHO atau FIGO (1998) dikatakan abortus jika usia kehamilan
kurang dari 20-22 minggu. Abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan 80%
diantaranya terjadi pada trimester pertama. Abortus komplit adalah perdarahan
pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum
uteri (Saifuddin, 2018:145).
Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah ke aborsi dan
11 juta mengarah ke abortus spontan. Di negara berkembang, 90% abortus terjadi
secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13% terhadap kematian maternal
(Kemenkes RI, 2015). Menurut WHO, diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan
setiap tahun di ASEAN dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan
Singapura, 750.000–1,5 juta dilakukan di Indonesia, 155.000–750.000 dilakukan
di Filiphina dan 300.000–900.000 dilakukan di Thailand. Laporan dari Australian
Consortium For Indonesian Studies, bahwa hasil penelitian yang dilakukan di 10
kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia menunjukkan terjadi 43 kasus aborsi per
100 kelahiran hidup (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia).
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara
negara di ASEAN. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di indonesia sebesar 395 per
1
100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia ada lima penyebab kematian terbesar ibu
yaitu pedarahan (30,1%), hipertensi (26,9%), infeksi (5,5%), partus lama (1,8%),
abortus (1,6%), (5,5%), dan lain-lain (34,5%) (Depkes RI, 2015).
Target yang ditentukan oleh Sustainable Development Goals (SDGs) dalam
1,5 dekade ke depan mengenai kematian ibu adalah penurunan AKI sampai 70 per
100.000 kelahiran hidup, SDGs ini dirancang untuk melanjutkan tujuan utama
MDGs yang belum tercapai, yaitu permasalahan kesehatan ibu dan anak.
Berdasarkan data kementerian kesehatan penilaian terhadap kejadian abortus pada
ibu hamil di Jambi tahun 2015 yaitu dengan persentasi 51,63%. Sedangkan angka
kematian ibu di Jambi pada tahun 2015 berjumlah 165 orang, artinya angka
kejadian abortus di Jambi masih tinggi (Kemenkes, 2015).
Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu
angka ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab lainnya,
paling sedikit separuh dari kasus abortus ini, dan insidennya setelah itu juga
menurun. Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu
dan ayah. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12%
pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya
lebih dari 40 tahun. Untuk usia ayah yang sama, peningkatan adalah dari 12%
sampai 20%. Akhirnya, insiden abortus meningkat apabila wanita yang
bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi aterm (Cunningham,
2009).
Kurang lebih 10 sampai 15% kehamilan yang telah didiagnosis secara klinis
berakhir dengan keguguran.Alasan utama terjadinya keguguran pada awal
kehamilan ialah kelainan genetik, yang mencapai 75% hingga 90% total
keguguran. Alas an lain terjadinya abortus spontan adalah kadar progesteron yang
tidak normal, kelainan pada kelenjar tiroid, diabetes yang tidak terkontrol,
kelainan pada rahim, infeksi, dan penyakit autonium lain (Varney, 2007).
B. Batasan Masalah
Makalah Studi Kasus yang diberikan dibatasi hanya pada Asuhan Kebidanan
Abortus Komplit.
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
3
f. Diperolehnya gambaran tentang pelaksanakan Asuhan Kebidanan
D. Manfaat Penulisan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Klinis
1. Defenisi Abortus
Abortus adalah berakhirrnya kehamilan melalui cara apapun sebelum
janin mampu bertahan hidup (Cunningham, 2009). Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan (Saifuddin,2018).
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang
sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin
sekitar 500 gram (Manuaba, 2010). Abortus adalah suatu usaha mengakhiri
kehamilan dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa sebelum
janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan (Varney, 2007).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu
hidup luar kandungan.Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Sedangkan menurut
WHO/FIGO (1998) adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu, bila berat
janin tidak diketahui.Di Indonesia umumnya batasan untuk abortus adalah
sesuai dengan definisi Greenhill yaitu jika umur kehamilan kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.
2. Abortus Komplit
Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup,
uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidaknn
sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila
pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urine
biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengelolaan
penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya
hanya diberi robonasia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
Uterotonika tidak diperlukan (Saifuddin, 2016:469).
5
3. Etiologi atau Penyebab
a. Kelainan Genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan keriotip
embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama
merupakan kelainan sitogenetik. Bagaimanapun, gambaran ini belum
termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen (minsalnya
kelainan mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya gangguan
poligenik atau multifaktor) yang ttidak terdeteksi dengan pemeriksaan
keriotip.
Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsii terjadi pada awal
kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang
disebabkan oleh kejadian sporadis, misalnya nondisjunction meiosis atau
poliploidi dari fertilisasi abnormal. Separuh dari abortus karena kelainan
sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Triploidi
ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum
normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme patologi
primer. Trisomi timbul akibat nondisjunction meiosis selama
gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal.
Gangguan jaringan konektif lainnya misalnya Sindroma Mrfan,
Sindroma Ehlers-Danlos, bomosisteunuri dan pseudoaxanthoma
elasticum. Juga pada perempuan sickle cell anemia berisiko tinggi
mengalami abortus. Hal ini karena adanya mikroinfark pada plasenta.
Kelainan hematologik lainn yang menyebabkan abortus misalnya
disfibrinogenemi, defisiensi faktor XIII, dan hipofibrinogenemi
afibrogenemi kongenital.
Abortus berulang bisa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom
yang abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua,
faktor tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa bila didapatkan kelainan kerotip pada kejadian
abortus, maka kehamilan berikutnya juga berisiko abortus
(Saifuddin,2016:461-462)
6
b. Penyebab anatomik
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi
obstetrik, seperti abortus berulang, prematuritas serta malpresentasi janin.
Insiden kelainan bentuk uteru berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan.
Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada
27% pasien.
Sindorma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantsi
serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Resiko abortus antara
25-80% bergantung pada berat ringannya gangguan. Untuk mendiagnosis
kelainan ini bisa digunakan histerosaplingografi (HSG) dan ultrasonografi
(Saifuddin,2016:462-463)
c. Penyebab Autoimun
Terdapat hubungan nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun. Misalnya, pada systematic Lupus Erythematosus (SLE) dan
Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang
didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan diantara
pasien SLE sekitar 10% dibanding populasi umum. Bila digabung dengan
pelluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3, maka
diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya
kehamilan. Sebagian besar kematian janin dihubungkan dengan adanya
aPA. aPA merupakan antibodi yang berikatan dengan sisi negatif dari
fosfolipid (Saifuddin,2016:462-463).
d. Penyebab infeksi
Menurut (Saifuddin,2016:464-465).
1) Bakteria
a) Listeria monositogenes
b) Klamidia trakomatis
c) Ureplasma urealitikum
d) Mikoplasama hominis
e) Bakterial vaginosis
2) Virus
a) Sitomegalovirus
b) Rubela
7
c) Herpes simpleks virus (HSV)
d) Human immunodeficiency virus (HIV)
e) Parvovirus
3) Parasit
a) Toksoplasmasis gondii
b) Plasmodium falsiparum
4) Spirokaeta
a) Treponema pallidum
e. Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan baortus, misalnya
paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Sigeret rokok
diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah
diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu
dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada
sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin
yang vberakibat terjadinya abortus (Saifuddin,2016:465).
f. Faktor hormonal
Ovulasi, implantasi serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi
yang baik pada sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu
perhatian langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase
luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar progesteron.
Hormon yang mempengaruhi terjadinyaabortus yaitu:
1) Diabetes melitus
2) Kadar progesteron yang rendah
3) Defek fase luteal
4) Pengaruh hormoon terhadap imunitas desidua (Saifuddin,2016:465-
466).
g. Faktor hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan
adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen
koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi
8
embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi. Pada kehamilan terjadi keadaan
hiperkoagulasi dikarenakan:
1) Peningkatan kadar faktor prokoagulan
2) Penurunan faaktor antikoagulan
3) Penurunan aktivitas fibrinolitik (Saifuddin,2016:467).
4. Resiko Kejadian
a. Pendarahan
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena
pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada korekan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiper retrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu
diamati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan
laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang dewasa
menimbulkan personal gawat karena perlukan uterus biasanya luas,
mungkin pula terjadi perlukan pada kandung kemih atau usus. Dengan
danya dugaan atau kepatian terjadinya perforasi,laparatomi harus segera
dilakuakn untuk menemukan luasnya cedera, untuk selanjutnya
mengambil tindaka-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus
tetapi biasanya di temukan pada abortus incomletus dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
atisepsis.Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum
atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syokhemoragik) dan
infeksi berat ( syok indoseptik).
9
e. Gagal ginjala akut
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasaya berasal
dari efek infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu.Bentuk syok
bacterial yang sangat berat sering disertai dengan kerusakan ginjal
intensif.Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan
komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi.Pada
keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang
efektif secara dini sebelum gangguan metabolic menjadi berat
(Cunningham, 2009).
5. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desudua basalis,
kemudian diikuti oleh nekosis jaringan disekitarnya.Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas seluruhnya sehingga menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Hal ini menyebabkan
hormone prostaglandin meningkat sehingga menyebabkan dilatasai pada
serviks dan bisa menyebabkan nyeri.
Pada kehamilan kurang dari delapan minggu hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus desudua secara
mendalam.Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian
plasenta.Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentu miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagi bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin yang telah mati
lama (missed abortion) (Prawirohardjo,2007).
6. Tanda dan Gejala
a. Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi
b. Perdarahan pervaginam ringan terus berlanjut sampai beberapa waktu
lamanya
c. Umumnya pasien datang dengan rasa nyeri abdomen yang sudah hilang
d. Umumnya terjadi pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan
kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung
10
e. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus
yang terjadi sebelum minggu ke 10 tetapi sesudah usia kehamilan 10
minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah
f. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus maka
perdarahan
g. Cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus
komplitus
h. Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering
pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang massif sehingga
terjadi hipovolemik berat.
7. Diagnosis Abortus Komplit
a. Penegakan diagnosis
1) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2) Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4) Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai
nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
b. Pemeriksaan ginekologi:
1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada/ tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
2) Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina: porio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porssio di goyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, kavum douglashi, tidak menonjol dan tidak
nyeri.
11
4) Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus. Pemeriksaan Doppler atau usg untuk menentukan
apakah janin masih hidup
5) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
c. Manifestasi klinis
1) Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan
2) Ostium uteri telah menutup
3) Uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit
4) Besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
12
2) Bila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600
mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanna
bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat,
berikan transfusi darah.
3) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika,
atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis
(Saifuddin,2018:150)
9. Pencegahan
a. Menerapkan pola makan sehat dan seimbang, terutama meningkatkan
konsumsi makanan dengan kandungan serat tinggi
b. Tidak merokok, mengkonsumsi minuman keras, dan menggunakan obat-
obatan terlarang selama kehamilan
c. Mencegah infeksi-infeksi tertentu selama masa kehamilan, misalnya
dengan menerima vaksin sesuai anjuran dokter
d. Menjaga berat badan yang sehat sebelum dan saat hamil
e. Menangani penyebab keguguran yang bisa dideteksi, seperti otot serviks
yang lemah. Kelainan ini dapat diatasi melalui operasi pengencangan otot
serviks, sehingga dapat menurunkan resiko keguguran
f. Melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu:
1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2) Semua komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayaan adekuat
3) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi abortus yang aman
g. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan kalsium)
13
diharapkan oleh praktisi klinis, yang dengan jelas merupakan buah dari
proses pikir dan tindakan yang diambil (Varney, 2007:26)
2. Langkah Manajemen Kebidanan
Menurut varney (2007:26-28). Proses pelakasanaan terdiri dari tujuh
langkah berurutan, yang secara periodic disempurnakan. Proses
penatalaksanaan ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dan mengumpulkan
semua data meliputi pengkajiian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic
sesuai indikasi, meninjau kembali perkembangan keperawatan saat ini atau
catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil
laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada langkah pertama
ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah 2 : Interprestasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi dan analisa yang benar
terhadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang sudah dikumpulkan dikembangkan sehingga ditemukan masalah
yang muncul atau diagnose yang spesifik.
c. Langkah 3 : Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial
mengantisipasi penanganannya
Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan
antisipasi, pencegaha jika memungkinkaan, menunggu dengan waspada
penuh, dan persiapan terhadap semua keadan yang mungkin muncul.
Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberikan
keperawatan kesehatan yang aman.
d. Langkah 4 : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah
ataukebutuhan yang dihadapi klien. Setelah merumuskan tindakan yang
14
dilakukan untuk mengantisipasi diagnose potensial pada langkah
sebelumnya harus merumuskan tindakan segera/emergency. Dalam
rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara
mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan.
Pada langkah IV menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
pada kasus yaitu dengan mengetahui tanda-tanda akan terjadinya masalah
potensial pada ibu sehingga dapat dengan segera dikonsultasi atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
e. Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana yang menyeluruh
(kesinambungan) dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan
perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan.
f. Langkah 6 : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman.
Yang dilaksanakan oleh bidan atau klien atau anggota tim kesehatan
lainnya
g. Langkah 7 : Mengevaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manejemen kebidanan
untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan klien,
bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan
kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa.
3. Kerangka Konsep Manajemen Kebidanan
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan 2.1 sebagai berikut:
15
Bagan 2.1
Interprestasi Data
Mengidentifikasi Diagnosa
atau Masalah Potensial
Pelaksanaan
Evaluasi
16
4. Penerapan Manajemen kebidanan kehamilan trimester I dengan Abortus
Komplit
a. Langkah 1 : pengumpulan data dasar
1) Data subjektif
Data subjektif diperoleh dengan cara anamnesa dalam rangka
mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, meliputi:
a) Biodata : nama, umur, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan,
agama
b) Riwayat kehamilan saat ini :
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
(2) Taksiran Persalinan (Rumis Neagle: tanggal HPHT ditambah
7 dan bulan dikurang 3) (Saifudddin, 2016:279)
(3) Riwayat kehamilan saat ini G P A H, masalah yang pernah
dialami seperti hamil muda dan hamil tua serta imunisasi
(4) Ketidaknyamanan yang dirasakan pada kehamilan
trimester I menurut Varney (2007:525-526) adalah:
(a) Nyeri kepala
(b) Pusing
(c) Mual
(d) Muntah-muntah
(e) Nyeri ulu hati
(f) Nyeri abdomen
c) Riwayat penyakit : jantung, tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus, TBC, pernah operasi, alergi obat, atau makanna,
ginjal, asma, epilepsy, penyakit hati, pernah kecelakaan
d) Riwayat social ekonomi : status perkawinan, respon ibu dan
keluarga terhadap kehamilan, jumlah keluarga dirumah yang
membantu, siapa pembuat keputusan, kebiasaan makan dan
minum, kebiasan merokok, menggunakan obat-obatan dan
alcohol, kehidupan seksusal, pekerjaan dan aktivitas sehari-
hari, pendidikan, penghasilan
17
2) Data Objektif
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang ditemukan maka data objektif
adalah sebagai berikut :
a) Tanda-tanda Vital menurut Mandriwati (2011:62-64)
(1) Tekanan darah normal pada kehamilan Trimester I
berkisar antara 100/70-140/90 mmHg
(2) Suhunormal pada kehamilan trimester I berkisar antara
35,8-37,5oc
(3) Nadi :60-100x/menit
(4) Pernafasan normal pada kehamilan trimester I berkisar
antar 16-24 x/menit
(5) Berat badan : bertambahnya berat badan minimal 8 kg
selama kehamilanMenurut Saifuddin (2011:94)
b) Pemeriksaan fisik khusus
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe, dimana
pemeriksaan ini terdiri dari 4 jenis pemeriksaan yaitu
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi adapun
bagian-bagian yang diperiksa adalah sebagai berikut:
(1) Wajah
Normal nya wajah tidak terdapat oedem
(2) Mata
Konjungtiva normal yaitu merah muda,seklera normal
tidak ikterus.
(3) Hidung
Hidung yang normal yaitu tidak ada polip atau
pembengkakan
(4) Mulut
Tidak terdapat karies, gigi berlubang dan lesi
(5) Leher
Normalnya leher tidak terdapat pembengkakan pada
kelenjar limfe atau getah bening, kelenjar tiroid, dan vena
jugalaris.
(6) Payudara
18
Normalnya payudara simetris, tidak kemerahan, putting
susu menonjol, areola mamae bersih, tidak ada
pembengkakan dan benjolan pada payudara
(7) Abdomen
Tidak ada bekas opersi, pembesaran perut sesuai usia
kehamilan, untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus,
tinggi fundus uteri berapa jari dibawah pusat.
(8) Genetalia
Pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo menilai
ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri
terbuka atau tertutup, ada atau tidaknya jaringan di ostium.
Vagina toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau
sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum
uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak nyeri (Husin
Farid, 2014: 77).
c) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung
pencegahan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium
(hemoglobin, golongan darah, protein urin, glukosa urine),
pemeriksaan USG (Jannah Nurul, 2012: 203)
19
kebidanan, misalnya rasa cemas, dan problem ekonomi.Masalah
memerlukan penanganan yang dituangkan kedalam rencana asuhan
c) Kebutuhan
Kebutuhan adalah suatu yang diperlukan untuk meningkatkan
kesehatan klien, misalnya pendidikan kesehatan, dan promosi
kesehatan.
c. Langkah 3 : Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial
Identifikasi diagnosa/masalah potensial adalah mengidentifikasi
masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini
membutuhakan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan
sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/ masalah potensial terjadi. Diagnosa yang mungkin terjadi adalah
infeksi pada jalan lahir, syok dan perdarahan.
d. Langkah 4 : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Tindakan segera terahadap kondisi pada pasien abortus komplit dapat
di berikan penangan syok dengan cara: tindakan universal, oksigen, cairan,
obat, identifikasi penyebab syok dan atasi sesuai penyebabnya.
Selanjutnya adalah penenganan perdarahan melibatkan langkah-langkah
berikut manajemen syok, identifikasi lokasi perdarahan, pemeriksaan
produk konsepsi, perbaikan laserasi saluran genetal atau serviks,
manejemen perforasi uterus dan rujukan transfer atau pemindahan.
e. Langkah 5 : Merencana Asuhan yang menyeluruh
Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana yang menyeluruh
(kesinambungan) dari manajemen kebidanan,. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter atau
dikonsutasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai dengan kondisi klien. Rencana assuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan. Adapun perencanaan pada ibu hamil trimester I
dengan Abortus Komplit yaitu:
a) Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3-5
hari
20
b) Bila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus
600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi
makanna bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk
anemia berat, berikan transfusi darah.
c) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi
antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika
profilaksis (Saifuddin,2018:150)
f. Langkah 6 : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraiakan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman.
Yang dilaksanakan oleh bidan atau klien atau anggota tim kesehatan
lainnya (Varney 2007).
g. Langkah 7 : Mengevaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan
kebidana yang diberikan. Hasil evaluasi dapat menjadi data dasar untuk
menegakkan diagnosa dan rencana selanjutnya.Yang di evaluasi adalah
apakah diagnosa sesuai, rencana asuhan efektif, masalah teratasi, masalah
telah berkurang, timbul masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi.
Evaluasi asuhan kebidanan pada abortus komplit antara lain keadaan
umum baik dan tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda syok dan
perdarahan pada jalan lahir (Jannah Nurul, 2012: 185- 211).
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
Penanggung Jawab
Nama : Tn. R Pekerjaan : Buruh
Umur : 22 Th Alamat : Rt. 6.ds. Bukit tempurung
Hubungan dengan Klien : Suami
A DATA SUBYEKTIF
1 Alasan Kunjungan :
Pemeriksaan Kehamilan
Keluhan :
- Ibu mengatakan Ibu mengatakan keluar darah berbongkah dari
kemaluannya pada siang hari tadi
2 Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 10 th, lamanya haid: 5-6 hari, jumlah darah haid: 2x3 ganti
pembalut, siklus haid:28 hari. Teratur/Tidak teratur Konsistensi: Cair, HPHT : 11-
04-2021 TP: 18-01-2022.
Masalah lain: -
3 Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke: 1 Kawin -1: ….. tahun
Usia saat kawin : 19 tahun
4 Riwayat Kehamilan Sekarang
N T T U J P P A K
o g e m e e e n e
22
l m u n n n a a
/ p r i o y k d
T a s l u a
h t h o l k a
a p n i e n
p P m e g t l
a a i r / a
r r l s p B n
t t a e B a
u u l r k
s s i s
n a s
a l e
n i k
n a
a r
n a
n
g
1 I
n
i
2
5 Riwayat Kehamilan Saat ini : G1… P0… A0… H0
Pertama kali memeriksa kehamilan pada UK : 6 minggu
Di : Poskesdes Oleh : Bidan
Pemeriksaan Saat ini yang ke : 2
Lain – lain: ……
Hamil Tua : pusing sakit kepala perdarahan
Imunisasi:
TT Hepatitis
Lain-lain : …..
Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh selama kehamilan ini:
……..Sf, B6 …………………………………….
6 Riwayat Penyakit/operasi yang lalu : (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan)
……….Tidak Ada …………………………………………………………………..
7 Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita
sakit
23
Kanker Penyakit hati Hipertensi DM
Penyakit ginjal
TBC Epilepsi Kelainan bawaan Alergi Hamil
kembar
Penyakit jiwa
Lain-lain : …tidak ada...........…………
24
:
Social support dari Suami; Orang tua; Mertua; Keluarga
lain
B DATA OBYEKTIF
1 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum :
Sikap Tubuh : Lordosis kiposis skoliosis normal
Tanda-tanda
vital :
TD: 110/70mmHg
N :88 x/mnt S : 36,40C
P : 18 x/mnt
Turgor
: baik kurang jelek
BB sebelum hamil : 44 kg
BB sekarang : 46 kg
Rambut/Kepala:
Bersih Kotor Rontok lain-lain: ....
Mata : Seklera : ikterus tdk.ikterus
Konjungtiva : pucat tdk.Pucat
Penglihatan
: jelas kabur Lain-
lain.......................
Muka : Hiperpigmentasi Edema Tdk. Tampak kelainan
Lain-lain: ........................................................................................
Gigi: Palsu Karies lain-lain: tidak ada
Telinga: Tdk. Tampak kelainan lain-lain: ....
Alat bantu dengar
Leher: Pembesaran Kelenjar tiroid Pembesaran V. Jugularis
Tdk. Tampak kelainan
25
Hepar/Lien: tidak dapat dinilai lain-lain
Striae: Tidak ada Livide Albikans
Linea: Alba Nigra Fusca
Tanda-tanda vital : Varices Edema Tidak ada
Dingin pucat Kebiruan Normal
PEMERIKSAAN KHUSUS
PALPASI
- Tinggi fundus : tidak teraba - Bagian terdapat dalam Fundus :
- Presentasi :
- Posisi : - Penurunan :
- Pergerakan :
- kontraksi :
AUSKULTAS
- DJJ : x/mnt . Teratur Tidak teratur Kuat
Lemah
- lain-lain : ………Belum
terdengar…………………………………………….
PERKUSI
Repleks patella : kanan /kiri +/+
Ano-genetalia
- Vulva
: Bersih Kotor Varises Edema
- Pengeluaran : Tdk.ada darah-lendir keputihan
Air ketuban, karakteristik
………………………………………….
Darah, Karakteristik
……………………………………………….
- Hemorroid
: Tdk.ada Ada, jelaskan
………………………………….
- Lain-lain : tidak ada
2 Pemeriksaan Penunjang
Hb: 11,1 gr/dL CT/BT: / Ht: Gol darah: B
Lain-lain: Rapid Test (-) non reaktif
Urine protein: - Reduksi : -
26
Lain-lain:
CTG: USG: tampak ada pelebaran atau bekas luka
Ro:
3 Hal-hal yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum diformat:
LILA : 24 cm
C Diagnose dan Masalah
Dx: G1P0A0 hamil 18 minggu dengan abortus komplit
M: Ibu mengatakan mengeluarkan darah bergumpal pada siang hari tadi dan rasa
nyeri di sekitar ari-ari.
( ) ( )
Dosen Pembimbing
( )
T DI PERENCANAAN N
A AG
A
N NO
M
G SA
G DA A
A N
&
L M
27
/ P
A
AS
P
AL R
K
AH
L A
. F
G1 1) Lakukan pemeriksaan menggunakan
1 A0P APD level 1 dan tetap menggunakan
7 0 protokol kesehatan pencegahan
- Ha COVID-19
0 mil 2) Lakukan informed consent
8 18 3) Beritahu ibu dan keluarga hasil
- min pemeriksaan dan keadaan ibu
2 ggu 4) Observasi tanda-tanda vital ibu
0 den 5) Observasi perdarahan ibu
2 gan 6) Lakukan stabilisasi pada ibu dengan
1 abo pemasangan infus RL
1 rtus 7) Lakukan kolaborasi dengan dokter
7 ko dan advis pemberian terapi
. mpl 8) Berikan dukungan psikologis kepada
0 it ibu
0 9) Anjurkan ibu untuk tirah baring
10) Informasikan kepada ibu dan
W pendamping tentang pencegahan
I umum Covid-19 yang dapat
B dilakukan ibu hamil, nifas dan
bersalin.
11) Lakukan pendokumentasian
28
T
A
DI
N N
AG
G A
NO
G M
SA
A A
DA
L &
N PELAKSANAAN
/ P
M
A
AS
P R
AL
K A
AH
L F
.
1 G1 1) Melakukan pemeriksaan
7 A0P menggunakan APD level 1 yaitu
- 0 Penutup kepala, goggles(face
0 Ha shield), masker N95, Handscoon,
8 mil Apron/gaun dan alas kaki, serta
- 18 pasien dan pendamping
2 min menggunakan masker serta dengan
0 ggu tetap memberlakukan protokol
2 den kesehatan pencegahan COVID-19
1 gan 2) Melakukan informed consent pada
1 abo pendamping ibu yaitu suami
7 rtus 3) Menjelaskan pada ibu dan suami
. ko tentang keadaan ibu saat ini bahwa
0 mpl ia sudah mengalami keguguran
0 it lengkap yaitus abortus komplit.
4) Mengobservasi tanda-tanda vital ibu:
W a. TD : 110/70mmHg
I b.S : 36,4OC
B c. Rr : 18x/mnt
29
d.N :88x/mnt
5) Melakukan Observasi perdarahan,
menginformasikan kepada ibu dan
keluarga tentang penyebab
perdarahan, yaitu ibu dalam keadaan
abortus komplit dan berikan
dukungan
6) Melakukan stabilisasi ibu dengan
Pemasangan Infus RL 20xtts/mnt
7) Melakukan kolaborasi dengan dokter
dan advies pemberian terapi yaitu:
a) Bila kondisi pasien baik, berikan
ergometrin 3 x 1 tablet selama 3-5
hari
b) Bila pasien mengalami anemia
sedang, berikan tablet Sulfas
Ferosus 600 mg/hari selama 2
minggu disertai dengan anjuran
mengkonsumsi makanna bergizi
(susu, sayuran segar, ikan, daging,
telur). Untuk anemia berat, berikan
transfusi darah.
c) Apabila tidak terdapat tanda-tanda
infeksi tidak perlu diberi
antibiotika, atau apabila khawatir
akan infeksi dapat diberi
antibiotika profilaksis
8) Memberikan dukungan psikologi
kepada ibu, untuk menerima
keadaannya saat ini
9) Menganjurkan ibu untuk tirah baring
atau beristirahat total
10) Memberikan informasi tentang
upaya pencegahan umum Covid-19
30
yang dapat dilakukan ibu hamil,
nifas dan bersalin yaitu cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir
sedikitnya selama 20 detik / gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang
setidaknya mengandung alkohol
70%, hindari menyentuh mata,
hidung dan mulut dengan tangan
yang belum dicuci, sebisa mungkin
hindari kontak dengan orang yang
sedang sakit, gunakan masker medis
saat sakit. Tetap tinggal di rumah
saat sakit atau segera ke fasilitas
kesehatan yang sesuai, tutup mulut
dan hidung saat batuk dan bersin
dengan tissue. Lakukan batuk sesuai
etika batuk, bersihkan dan lakukan
disinfeksi secara rutin permukaan
dan benda yang sering disentuh.
menunda pemeriksaan kehamilan ke
tenaga kesehatan apabila tidak ada
tanda-tanda bahaya pada kehamilan,
menghindari kontak dengan hewan
seperti : kelelawar, tikus, musang,
atau hewan lain pembawa Covid-19
serta tidak pergi ke pasar hewan, bila
terdapat gejala Covid-19, diharapkan
untuk menghubungi telepon layanan
darurat yang tersedia, hindari pergi
ke negara/daerah terjangkit Covid-19
dan rajin mencari informasi yang
tepat dan benar mengenai Covid-19
di media terpercaya.
11) Melakukan pendokumentasian
31
asuhan yang diberikan
N
TA
DIA A
NG GNO M
SA A
GA
DAN EVALUASI &
L/
MAS P
PK ALA A
H R
L.
A
F
17- G1A0 1) Penggunaan APD selama proses
32
08- P0 pemeriksaan dan pembirian
202 Hami asuhan telah dilaksanakan, serta
1 l 18 prinsip-prinsip protokol
17.0 ming kesehatan pencegahan COVID
0 gu 19 telah dilakukan.
WI denga 2) Ibu mengetahui tindakan yang
B n akan dilakukan dan bersedia
abort 3) Ibu dan suami mengetahui serta
us memahami dengan hasil
komp pemeriksaan dan dengan
lit keadaan ibu
4) Observasi tanda-tanda vital ibu
telah dilakukan
5) Observasi perdarahan ibu telah
dilakukan
6) Pemasangan infus RL pada ibu
telah dilakukan
7) Pelayanan kolaborasi dengan
dokter SpOG telah dilakukan
dan pemberian terapi telah
dilaksanakan
8) Dukungan psikologis telah
diberikan dan ibu menerima
keadaannya saat ini
9) Ibu bersedia untuk beristirahat
total
10) Informasi tentang pencegahan
umum Covid-19 yang dapat
dilakukan ibu hamil, nifas dan
bersalin telah dilakukan, ibu dan
suami memahami apa saja yang
dapat dilakukan.
11) Pendokumentasian telah
dilakukan
33
34
CATATAN PERKEMBANGAN
&
SOAP
P
a
r
a
f
P
S O A
36
dengan Pemasangan Infus RL
20xtts/mnt
7) Melakukan kolaborasi dengan
dokter dan advies pemberian
terapi yaitu:
a. Bila kondisi pasien baik,
berikan ergometrin 3 x 1
tablet selama 3-5 hari
b. Bila pasien mengalami
anemia sedang, berikan tablet
Sulfas Ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu disertai
dengan anjuran
mengkonsumsi makanna
bergizi (susu, sayuran segar,
ikan, daging, telur). Untuk
anemia berat, berikan
transfusi darah.
c. Apabila tidak terdapat tanda-
tanda infeksi tidak perlu
diberi antibiotika, atau
apabila khawatir akan infeksi
37
dapat diberi antibiotika
profilaksis
8) Memberikan dukungan psikologi
kepada ibu, untuk menerima
keadaannya saat ini
9) Menganjurkan ibu untuk tirah
baring atau beristirahat total
10) Memberikan informasi tentang
upaya pencegahan umum Covid-
19 yang dapat dilakukan ibu
hamil, nifas dan bersalin yaitu
cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sedikitnya selama 20
detik / gunakan hand sanitizer
berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%,
hindari menyentuh mata, hidung
dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci, sebisa mungkin
hindari kontak dengan orang
yang sedang sakit, gunakan
masker medis saat sakit. Tetap
38
tinggal di rumah saat sakit atau
segera ke fasilitas kesehatan
yang sesuai, tutup mulut dan
hidung saat batuk dan bersin
dengan tissue. Lakukan batuk
sesuai etika batuk, bersihkan dan
lakukan disinfeksi secara rutin
permukaan dan benda yang
sering disentuh. menunda
pemeriksaan kehamilan ke
tenaga kesehatan apabila tidak
ada tanda-tanda bahaya pada
kehamilan, menghindari kontak
dengan hewan seperti :
kelelawar, tikus, musang, atau
hewan lain pembawa Covid-19
serta tidak pergi ke pasar hewan,
bila terdapat gejala Covid-19,
diharapkan untuk menghubungi
telepon layanan darurat yang
tersedia, hindari pergi ke
negara/daerah terjangkit Covid-
39
19 dan rajin mencari informasi
yang tepat dan benar mengenai
Covid-19 di media terpercaya.
11) Melakukan pendokumentasian
asuhan yang diberikan
40
BAB IV
PEMBAHASAN
41
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital juga pemeriksaan khusus yang meliputi pemeriksaan inspeksi untuk
mengamati penampilan ibu, emosi serta sikap. Palpasi yaitu pemeriksaan dengan
meraba. Auskultasi bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, keadaan janin
dalam kandungan dan mendorong menentukan posisi anak.
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium dan USG.
Pengkajian pada kasus ini maka dilanjutkan dengan terapi obat dan bedrest total.
Pada tahap ini disebabkan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu
pula dengan keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan
mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada
masalah klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien.
Ny. M usia 20 tahun G1P0A0, datang kerumah sakit dengan keluhan ada
pengeluaraan gumpala darah dari kemaluannya dan rasa nyeri pada bagian ari-ari.
Dalam tinjauan pustaka dikemukakan gejala atau tanda Abortus komplit yaitu
semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus sudah
mengecil, besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan, nyeri atau kram pada
bagian ari-ari, pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak lemah,
atau kesadaran menurun, tekanan darah menurun, denyut nadi normal dan cepat,
suhu badan normal dan meningkat. Berdasarkan studi kasus pada Ny. M maka
data yang diperoleh dari hasil pengkajian atau anamnesa pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 18x/menit, dan suhu 36,4°C. tidak ada
oedema dan pembengkakan pada wajah, kedua konjungtiva mata tidak anemis,
tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis, payudara
tampak simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae.
HPHT tanggal 11 April 2021 dengan usia kehamilan 18 minggu, pengeluaran
hasil konsepsi seluruhnya dengan perdarahan ringan disertai nyeri perut bagian
bawah pada bagian ari-ari, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
pemeriksaan darah rutin yang normal yaitu hemoglobin 11,1 gr%, dan pada
pemeriksaan obstetrik TFU belum teraba.
Pasien memeriksakan kehamilan 1 kali di Poskesdes Bukit tempurung usia
kehamilan 6 minggu. Pasien tidak pernah mengalami trauma selama hamil, pasien
tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma jantung dan diabetes, riwayat
42
mengomsumsi obat-obatan selama hamil.Selama hamil, nutrisi pasien terpenuhi
dengan baik, istirahat cukup, aktivitas pasien tetap melakukan pekerjaan sebagai
karyawan swasta di sebuat dialer motor sehingga tidak ada waktu untuk istirahat,
pasien tidak ada riwayat hubungan seksual sebelum terjadi perdarahan.
Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala
yang timbul pada kasus Abortusa Komplit. Hal ini membuktikan bahwa tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
C. Masalah Potensial
Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi
adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi segalah sesuatu yang mungkin
terjadi. Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa pada kasus Ny. M dengan
diagnosa Abortus Komplit masalah potensial yang dapat terjadi adalah potensial
terjadinya infeksi pada jalan lahir yang dapat menyebabkan syok hipovelvik.
Karena ada data yang menunjang hal ini sesuai dengan teori Varney (2007:27)
yang menyatakan bahwa mengidentifikasi diagnosa atau masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi. Berdasarkan kasus Ny. M tidak terdapat kesenjangan
antara tinjauan kasus dan tinjauan teori.
43
D. Tindakan Segera
Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang
memerlukan penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya, dalam kasus ini, tidak ada indikasi untuk
dilakukannya tindakan segera. Akan tetapi, kolaborasi dengan dokter ahli
kandungan dilakukan untuk menetapkan diagnosa dengan pemeriksaan USG.
Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya yaitu
penatalaksanaan pemberian cairan infus RL penatalaksanaan pemberian obat dan
menganjurkan ibu untuk istirahat total dan asupan makanan bergizi.
Pada Ny. M dilakukan tindakan dengan pemasangan infus dengan cairan RL
dengan 20 tetes/menit.n Pada kasus Abortus Komplit memerlukan tindakan segera
yaitu kolaborasi atau berkonsultasi dengan dokter, dengan demikian ada kesamaan
antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus
dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesengjangan.
44
Rencana asuhan kebidanan selanjutnya yaitu melakukan pemantauan
selama dirawat di rumah sakit untuk memantau keadaan klien apakah
pengeluaran darahnya berhenti atau tidak. Rencana asuhan yang diberikan
yaitu memantau tanda-tanda vital, memberikan Health education yaitu
menganjurkan ibu menjaga kebersihan dan mengomsumsi makanan yang
bergizi, mengingatkan pada ibu untuk teratur mengomsumsi obatnya.
Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang
komprehensif dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan
kondisi klien, rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan
yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui
kebenarannya.
Rencana tindakan asuhan sudah disusun berdasarkan diagnosa/ masalah
aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan
studi kasus di lahan praktik.
45
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan
dalam mengevaluasi pencapaian tujuan membandingkan data yang dikumpulkan
dengan kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai
atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan. Proses evaluasi
merupakan langkah dari proses manejemen asuhan kebidanan pada tahap ini
penulis tidak mendapatkan permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi
menunjukan masalah teratasi tanpa adanya komplikasi.
Hasil evaluasi setelah asuhan kebidanan yang dilaksanankan pada tanggal 17
Agustus 20201 yaitu pada hari pertama masalah yang dialami oleh klien akan
diatasi dengan pemasangan infus, pemebriatn therapy tablet ergometrin 3x1/hari,
asupan nutrisi, dan bedrest total, tidak terjadi komplikasi selama pemberian
asuhan dan penanganan.
Berdasarkan studi Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abotus
Komplit tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan
pustaka. Oleh karena itu, bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi
kasus Ny. M secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.
46
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
Pengkajian kehamilan trimester I dengan abortus komplit melalui anamnesa,
pemeriksaaan fisik, pemeriksaan khusus, pemeriksaan laboratorium dan USG
sesuai dengan teori.
2. Interprestasi Data Dasar
Diagnosa : G1P0A0 hamil 18 minggu dengan abortus komplit
Data dasar : Sesuai dengan diagnosa masalah yang mendukung
3. Masalah Potensial
Abortus Komplit masalah potensial yang dapat terjadi adalah potensial
terjadinya infeksi pada jalan lahir yang dapat menyebabkan syok hipovelvik.
Karena ada data yang menunjang.
4. Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter ahli kandungan dilakukan untuk menetapkan
diagnosa dengan pemeriksaan USG. Melakukan kolaborasi dengan dokter
untuk tindakan selanjutnya yaitu penatalaksanaan pemberian cairan infus RL
penatalaksanaan pemberian obat dan menganjurkan ibu untuk istirahat total
dan asupan makanan bergizi.
5. Rencana Tindakan
Berdasarkan diagnosa atau masalah yang ditemukan dalam kehamilan
trimester I dengan abortus komplit memberikan Komunikasi, informasi, dan
edukasi tentang keadaan ibu saat ini terutama tentang abortus komplit yang ibu
alami, serta memberikan therapi sesuai dengan advis dokter.
6. Pelaksanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan dalam
masa kehamilan trimester I dengan abortus komplit yang telah dibuat
sebelumnya sesuai dengan kebutuhan ibu.
47
7. Evaluasi
Seluruh asuhan yang diberikan pada Ny. M dengan abortus komplit dapat
dilaksanakan dan dimengerti, bahkan dapat menjelaskan kembali materi yang
diberikan bidan dari perencanaan pelaksanaan tindakan.
B. SARAN
1. Bagi Puskesmas simpang tuan
Meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar kompetensi guna untuk
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada ibu hamil, mendeteksi dini
keadaan ibu hamil agar tidak terjadi kehamilan patologis, serta memberikan
pendidikan kesehatan terutama mengenai nutrisi seimbang untuk mencegah
terjadinya kehamilan agar tidak berkembang menjadi kehamilan yang
menimbulkan kegawatdaruratan dan menjadi patologis.
2. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Jurusan Kebidanan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Jambi, diharapkan dapat terus
mempertahankan mutu pendidikan serta mempertahankan sarana dan
prasarana serta kerja sama dengan instansi lainnya guna mempertahankan
mutu dan menambah wawasan bagi pendidikan
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan studi
kasus serta diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan terhadap
praktek dan teori serta meningkatkan kemampuan penulisa lain dalam
mendokumentasikan dan memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal.
48
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI,2018
Profil Kesehatan Indonesia 2016-2017. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
Kemenkes RI 2020
Pedoman bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan BBL di Era Pandemi COVID 19.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
Mandriwati, 2011
Penuntun BelajarAsuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC. Jakarta: ix+209 Hlm
Saiffuddin, 2016
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirorahardjo. Pt Bina Pustaka Sarwono
Prawirorahardjo. Jakarta:xxvi+608 Hlm
Saiffuddin, 2018
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Pt Bina Pustaka
Sarwono Prawirorahardjo. Jakarta: xxvi+982 Hlm
Varney, 2007
Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta: 1 vol xxii+ 671 Hlm.
Williams, 2014
Obstetric Williams Panduan Ringkas. EGC. Jakarta: ix+888 Hlm.
Williams, 2014
Obstetric Williams Edisi 23. EGC. 2 vol Jakarta : xiii+1326 Hlm.
World Health Organisation. 2015. Trend in Maternal: 1990 -2015. Swiverland : WHO