Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL PADA


NY. Y UMUR 34 TAHUN G1P0A0
HAMIL 30 MINGGU DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALITAS
DI KLINIK BUDI NUGROHO
TONOBOYO KABUPATEN MAGELANG

Disusun guna Memenuhi Persyaratan


Praktik Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Disusun oleh:
Nama : Pujiyati
NIM : 20900047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
2021

1
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL PADA


NY. Y UMUR 34 TAHUN G1P0A0
HAMIL 30 MINGGU DENGAN PLASENTA PREVIA
DI KLINIK BUDI NUGROHO
KEBONAGUNG, KABUPATEN MAGELANG

Disusun Oleh:
Nama : Pujiyati
NIM : 20900047
Kelas :

Disetujui oleh:

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik


Tanggal: Tanggal:

(Ana Trisnawati, S.Tr.Keb.,Bd) (Sri Kuswanti, S. ST, M. Tr. Keb)


NIK………………………… NIK…………………

2
HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Laporan Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Stikes Guna Bangsa Yogyakarta, pada:

Hari :
Tanggal :

Penguji I Penguji II

(……………………………….) (……………………………….)
NIK …………………………. NIK ………………………….

Penguji III Penguji IV

(……………………………….) (……………………………….)
NIK …………………………. NIK ………………………….

Mengetahui,
Ketua Progam Studi
Pendidikan Profesi Bidan

3
(Yustina Ananti, S.ST., M.Kes)
NIK. 42 250674 02

4
KATA PEGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal” tepat waktu. Laporan ini
bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui dan memahami secara secara jelas
mengenai asuhan kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan pendahuluan ini, diantaranya:
1. Pembimbing Lapangan Ibu Ana Trisnawati, S.Tr.Keb., Bd
2. Pembimbing Institusi Ibu Sri Kuswanti, S. ST, M. Tr. Keb
3. Teman-teman yang membantu dan mendukung dalam pembuatan laporan
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Magelang, 2022

Penulis

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 1


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. 2
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ 3
KATA PENGANTAR ....................................................................................... 4
DAFTAR ISI ...................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 6
B. Rumusan Masalah....................................................................................7
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................7
D. Manfaat penulisan ...................................................................................8

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Kehamilan .............................................................................9
B. Pengertian Perdarahan Antepartum .........................................................9
C. Pengertian Plasenta Previa .....................................................................10
D. Etiologi Plasenta Previa .........................................................................13
E. Faktor Resiko Plasenta Previa ...............................................................15
F. Patofisiologis Plasenta Previa ................................................................16
G. Klasifikasi Plasenta Previa ....................................................................17
H. Tanda dan Gejala Plasenta Previa .........................................................18
I. Komplikasi Plasenta Previa ....................................................................19
J. Penanganan Plasenta Previa

BAB III KASUS ...... .........................................................................................34

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................47

BAB V PENUTUP

A. Simpulan……..........................................................................................51
B. Saran ………...........................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN : CRITICAL APPRAISAL

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan hal yang fisiologi dialami oleh setiap
wanita. Kehamilan juga menjadi salah satu momen yang membahagiakan
bagi pasangan suami istri, apalagi yang baru saja menikah. Dikaruniai
anak tentunya seperti sebuah hadiah sekaligus khawatir serta memberikan
tantangan tersendiri. Adakalanya dalam masa kehamilan terjadi
masalahmasalah yang tidak diinginkan dan yang seharusnya tidak terjadi,
akan tetapi karena minimnya informasi serta pengetahuan tentang
reproduksi yang menjadi penyebab utama permasalahan dalam kehamilan.
Proses kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal ini
perlu diyakini oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika
memberikan asuhan kepada pasien, pendekatan yang dilakukan lebih
cenderung kepada bentuk pelayanan promotif. (Debby, 2017)
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014,
terdapat 210 juta wanita hamil dan 130 juta kelahiran di seluruh dunia dari
jumlah tersebut diperkirakaran sebanyak 558.000 ibu meninggal setiap
tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, 35% diantaranya
adalah meninggal karena perdarahan.(Nurul Aida D, 2017) Millenium
Development Goals (MDGS) tahun 2015 terdapat 102 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh perdarahan (32%) dan hipertensi dalam kehamilan (25%), diikuti oleh
infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%) selain penyebab
obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non
obstetrik ) sebesar (32%).(Riyanto, 2015) Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia kembali menunjukan penurunan menjadi 350 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015. (Agustama, 2017).

7
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya
daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 2011).
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua
persalinan. Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum. Di Indonesia angka kejadian plasenta previa sekitar
0,3% sampai 0,6% dari seluruh persalinan (Manuaba 2010).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sikap dan tindakan bidan tentang Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal mengenai kasus Plasenta
Previa?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal?
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan obyektif pada
kegawatdaruratan maternal mengenai plasenta previa
b. Melakukan interpretasi data pada kegawatdaruratan maternal
mengenai plasenta previa
c. Menentukan diagnose potensial pada kegawatdaruratan maternal
mengenai plasenta previa
d. Menentukan tindakan segera pada kegawatdaruratan maternal
mengenai plasenta previa
e. Membuat perencanaan pada kegawatdaruratan maternal mengenai
plasenta previa
f. Melakukan penatalaksanaan pada kegawatdaruratan maternal
mengenai plasenta previa
g. Melakukan evaluasi tindakan pada kegawatdaruratan maternal
mengenai plasenta previa

8
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam
memberikan asuhan pada kegawatdaruratan maternal
2. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi
3. Bagi institusi kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan maternal
4. Bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam
asuhan kegawatdaruratan maternal mengenai plasenta prev

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40
minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih &
Dewi, 2017).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi (Walyani, 2015)
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender Internasiol. (Prawiro Hardjo, 2016)

9
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan
adalah suatu proses yang diawali dengan penyatuan spermatozoa dan
ovum (fertilisasi) dan dilanjutkan dengan implantasi hingga lahirnya
bayi yang lamanya berkisar 40 minggu.

2. Klasifikasi Kehamilan
Menurut Manuaba (2010), klasifikasi kehamilan meliputi :
a. Kehamilan trimester I adalah umur kehamilan 0 sampai 12
minggu
b. Kehamilan trimester II adalah umur kehamilan 13 sampai 28
minggu
c. Kehamilan trimester III adalah umur kehamilan 29 sampai 42
minggu.
3. Tanda – tanda Kehamilan
a. Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda-tanda kemungkinan hamil menurut Manuaba (2010), adalah
amenore (terlambat datang haid), mual dan muntah (emesis),
mengidam, pingsan (sinkope), payudara tegang, sering miksi,
konstipasi, pigmentasi kulit, dan varises.
b. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan
Menurut Manuaba (2010), tanda-tanda tidak pasti hamil, yaitu
rahim membesar, tanda hegar, tanda chadwick, tanda piscaseck,
tanda braxton hicks,teraba ballottement, pemeriksaan tes biologis
kehamilan positif.
c. Tanda-tanda pasti kehamilan
Tanda-tanda pasti hamil menurut Manuaba (2010), yaitu adanya
gerakan janin dalam rahim, terlihat atau teraba gerakan janin,
denyut jantung janin dapat didengar dengan stetoskop, dan alat

10
doppler, janin atau kerangka janin dapat dilihat dengan
ultrasonografi.
4. Komplikasi Kehamilan
a. Komplikasi Kehamilan Trimester I
Menurut Manuaba (2008), komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
hamil adalah hyperemesis gravidarum, abortus, kehamilan ektopik,
mola hidatidosa.
b. Komplikasi Kehamilan Trimester II dan III
Menurut Manuaba (2008), komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
hamil adalah perdarahan antepartum, hipertensi dalam kehamilan,
kehamilan lewat waktu, kehamilan kembar, hidramnion dan ketuban
pecah dini.
B. Pengertian Perdarahan Antepartum
1. Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya
daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 2011).
2. Klasifikasi
Menurut Mochtar (2011), klasifikasi dari perdarahan antepartum
adalah :
a. Kelainan plasenta
Plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan antepartum yang
belum jelas sumbernya seperti Insersio velamentosa, Ruptura sinus
marginalis dan Plasenta sirkumvalata
b. Bukan dari kelainan plasenta, biasanya tidak begitu berbahaya,
misalnya kelainan serviks dan vagina, serta trauma.

C. Pengertian Plasenta Previa


Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal).

11
Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan atau dinding
belakang rahim didaerah fundus uteri (Mochtar, 2011; Manuaba, 2010;
Oxorn dan Forte, 2010; Rukiyah dan Yulianti, 2010).
D. Etiologi Plasenta Previa
Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan pasti. Teori lain
mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi
desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang
atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah
sesar, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan
kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai
factor resiko bagi terjadinya plasenta previa (Prawirohardjo, 2010).
E. Faktor Resiko Plasenta Previa
Faktor-faktor yamg dapat meningkatkan kejadian plasenta previa :
1. Umur Ibu
Umur muda karena endometrium masih belum semourna dan umur
diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur
menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi
kebutuhan janin (Syaifuddin, 2006).
2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat

Menurut Nugraheny (2009),endometrium yang cacat disebabkan karena :

a. Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek.


b. Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual.
Melahirkan dengan operasi sesar mengakibatkan parut didalam
Rahim. Kejadian meningkatkan pada Wanita yang sudah
melakukan 4 kali atau lebih operasi sesar.
c. Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip.
d. Pada keadaan malnutrisi.

12
F. Patofisiologis Plasenta Previa
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak
kehamilan 20 minggu saat segmen bawah rahi,m telah terbentuk dan mulai
membesarserta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena
segmen bawah Rahim lebih banyak mengalami perubahan. Pelebran
segmen bawah Rahim dan pembukaan servik menyebabkan sinus robek
karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
seperti letak plasenta normal (Sujiyatini, dkk, 2009).
G. Klasifikasi Plasenta Previa
Beberapa klasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2008) :
1. Plasenta previa totalitas atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri interium.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
opinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah Rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2
cm dianggap plasenta letak normal.
H. Tanda dan gejala Plasenta Previa
Diagnosis biasanya ditegakkan dengan adanya tanda dan gejala diantaranya
1. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa alasan, terutama pada multigravida (Prawirohardjo, 2010).
2. Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP. Tidak jarang
terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang
(Prawirohardjo, 2010).

13
3. Pemeriksaan inspekulo
4. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai (Prawirohardjo, 2010).
5. Penentuan letak plasenta
a. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotope, dan ultrasonografi.
Penentuan letak plasenta dengan cara ultrasonografi ternyata sangat
tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya
(Prawirohardjo, 2010).
b. Penentuan letak plasenta secara langsung.
Dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi
pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
perdarahan banyak (Prawirohardjo, 2010).
c. Perabaan fornises
Pemeriksaan ini hanya bermaknaapabila janin dalam presentasi
kepala (Prawirohardjo, 2010).
I. Komplikasi Plasenta Previa
Menurut Fraser (2009), ada beberapa komplikasi utama yang biasanya
terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta previa, diantaranya:
1. Syok maternal akibat kehilangan darah dan hipovolemia.
2. Plasenta akreta, pada 15 % ibu yang menderita plasenta previa.
3. Perdarahan pascapartum, terkadang perdarahan yang tidak terkontrol
dapat terus terjadi sekalipun telah dilakukan pemberian obat uterotonik
pada saat kelahiran dan histerektomi sesaria mungkin perlu dilakukan
untuk menyelamatkan nyawa ibu.
4. Kematian maternal.
5. Hipoksia janin dan gejala sisanya akibat pemisahan plasenta.
6. Kematian janin, tergantung pada usia gestasi dan jumlah darah yang
keluar.

14
J. Penanganan Plasenta Previa
Prinsip dasar penanganan pada setiap ibu dengan perdarahan antepartum
harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas tranfusi darah
dan operasi.
1. Secara konservatif : Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
a. Perdarahan sedikit keadaan ibu dan anak baik maka biasanya
penanganan konservatif sampai dengan umur kehamilan
aterm. Penanganan berupa tirah baring, hematinik, antibiotika dan
tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari tidak ada perdarahan pasien
mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada
perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar tidak
koitus, tidak bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi
perdarahan. Nasehat ini juga dianjurkan untuk pasien yang
didiagnosis plasenta previa dengan USG namun tidak mengalami
perdarahan (Sujiyatini, dkk., 2009)
b. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan
janin maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara aktif
(Sujiyatini, dkk.,, 2009).
2. Secara aktif : Bila umur kehamilan 37 minggu atau lebih
Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu
segera mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginam ataupun
perabdominal. Persalinan pervaginam diindikasikan pada plasenta
previa marginalis, plasenta previa letak rendah dan plasenta previa
lateralis dengan pembukaan 4 cm atau lebih. Apabila tidak banyak
perdarahan maka dapat dilakukan pemecahan ketuban agar bagian
terbawah janin dapat masuk pintu atas panggul, sehingga menekan
plasenta yang berdarah. Namun bila perdarahan tetap ada maka
dilakukan seksio sesaria (Sujiyatini, dkk, 2009).
3. Cara persalinan
Faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang
akan dipilih, tergantung jenis plasenta previa, perdarahan banyak atau

15
sedikit tapi berulang-ulang, keadaan umum ibu hamil, keadaan janin
(hidup, gawat janin, atau meninggal), pembukaan jalan lahir, paritas,
fasilitas penolong dan rumah sakit (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Setelah melihat faktor-faktor diatas, ada 2 jenis persalinan untuk
plasenta previa yaitu: persalinan pervaginam dan persalinan
perabdominal (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
a. Persalinan Pervaginam

Pada persalinan pervaginam ini dapat dilakukan dengan langkah:

1) Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih
untuk melancarkan persalinan pervaginam. Indikasi amniotomi pada
plasenta previa :
a) Plasenta previa lateralis atau marginalis (letak rendah), bila telah
ada pembukaan.
b) Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau
marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih.
c) Pada plasenta previa lateralis atau marginalis dengan
janin yang sudah meninggal (Rukiyah dan Yulianti ,
2010).

Adapun keuntungan dari dilakukanya amniotomi ini


agar bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon
akan menekan plasenta yang berdarah, dan perdarahan
yang akan berkurang atau berhenti, partus akan
berlangsung lebih cepat, bagian plasenta yang berdarah
dapat bebas mengikuti cincin, gerakan dan regangan
segmen bawah rahim sehingga tidak ada lagi plasenta
yang lepas (Rukiyah dan Yulianti 2010).
Apabila amniotomi tidak berhasil menghentikan
perdarahan, maka dilakukan Cunam Willet Gausz dan versi

16
Braxton Hicks, yaitu dengan menembus plasenta. Namun
cara Cuman Willet dan versi Braxton Hicks ini sudah
ditinggalkan dalam dunia kebidanan modern, akan tetapi
kedua cara ini masih dilakukan dalam keadaan darurat
sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi perdarahan
banyak, atau apabila SC tidak mungkin dilakukan di RS
yang fasilitasnya terbatas (Rukiyah dan Yulianti 2010).
b. Persalinan Perabdominal secara SC (Sectio Caesarea)
Menurut Mochtar (2011), Persalinan perabdominal secara
SC (Sectio Caesarea) ini dilakukan dengan indikasi :
1) Semua plasenta totalis, janin hidup atau meninggal.
2) Semua plasenta lateralis posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol dan banyak.
3) Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis,
juga dengan perdarahan banyak, dapat cenderung
berulang.
4) Semua jenis plasenta previa dengan panggul sempit,
juga letak lintang.

Tujuan dilakukannya SC ini yaitu untuk mempercepat


mengangkat dan menghentikan perdarahan, dan agar dapat
memberikan kesempatan kepada uterus berkontraksi sehingga
perdarahan dapat berhenti dan untuk menghindarkan perluasan
serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh apabila dilakukan
persalinan pervaginam (Rukiyah dan Yulianti 2010).

B. Tinjauan Teori
a. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar ini di tujukan untuk mengetahui data dari
pasien baik subjektif maupun objektif.
1) Anamnesis
a) Identitas Pasien

17
(1) Nama : Untuk membedakan antar klien yang satu dengan
yang lain (Marmi, 2012).
(2) Umur (<16 tahun atau > 35 tahun). Dimana masalah yang
biasanya muncul setelah usia 35 tahun mencakup
peningkatan risiko kelainan genetik. Wanita berumur ≤16
tahun meningkatkan risiko bayi prematur, perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum (Marmi, 2012).
(3) Suku atau bangsa: Untuk menentukan adat istiadat atau
budayanya (Marmi, 2012).
(4) Agama: Untuk menentukan bagaimana kita memberikan
dukungan kepada ibu selama memberikan asuhan (Marmi,
2012).
(5) Alamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal (Marmi, 2012).
(6) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektualnya.
Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang (Estiwidani, 2018).
(7) Pekerjaan: Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien
(Estiwidani, 2018).
b) Alasan datang : Ditanyakan untuk mengetahui alasan klien
datang, apakah memeriksakan kehamilan atau memeriksa
keluhan lain (Mufdlilah, 2016).
c) Keluhan Utama : Dikaji untuk mengetahui tanda dan gejala yang
berhubungan dengan abortus iminen dan untuk keperluan
penegakan diagnose. Keluhan yang berhubungan biasanya
perdarahan dari uterus atau rasa mules-mules. (Sulistyawati,
2016).
d) Riwayat Kesehatan : Apakah pasien sedang ataupun pernah
menderita penyakit seperti jantung, diabetes melitus, ginjal,
hipertensi, HIV dan hepatitis (Sulistyawati, 2016). Riwayat

18
kesehatan keluarga ditanyakan untuk mengkaji kaeadaan
keluarga yang dapat menjadi faktor penyebab abortus iminens
yaitu penaykit keturunan seperti HT, DM.
e) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat Haid : Data yang diperoleh mempunyai gambaran
tentang keadaan dasar dari organ reproduksi. Beberapa data
yang harus diperoleh dari riwayat menstruasi antara lain :
(a) Menarche, adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi. Wanita Indonesia pada umumnya mengalami
menarche sejak 12 smpai 16 tahun.
(b) Siklus, adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari.
Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
(c) Banyaknya, data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi dikeluarkan dengan beberapa pertanyaan
pendukung misal sampai berapa kali mengganti
pembalut dalam sehari.
(d) Keluhan, beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
dirasakan mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat,
sakit sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak
(Sulistyawati, 2016).
(1) Riwayat Kehamilan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui riwayat kehamilan
sebelumnya misalnya adanya komplikasi pada kehamilan,
kelahiran dan faktor resiko.
(a) Paritas Klien, dituliskan dengan G...P...A dimana G
adalah gravida (jumlah kehamilan sampai dengan
kehamilan saat ini, P adalah paritas (jumlah kelahiran)
dan A abortus yaitu berapa kali ibu mengalami abortus
pada kehamilan sebelumnya.

19
(b) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) perlu dikaji
karena gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat
biasanya membantu penetapan tanggal perkiraan
kelahiran (Estimated Date Delivery-EDD) yang sering
disebut taksiran partus. (Marmi, 2014).
(c) HPL, Untuk mengetahui HPL biasa digunakan rumus
Naegele. Lama kehamilan rata-rata dihitung dari HPHT
dengan siklus yang teratur. Dengan mengetahui HPL
bisa menjadi acuan persiapan persalinan dan lamanya
kehamilan. (Kusmiyati, 2011).
(d) Gerak janin normalnya ≥10x/12 jam.
(e) Tetanus Toxoid, pemberian imunisasi TT pada remaja
putri atau WUS dan pada ibu hamil dilakukan setelah
ditentukan dahulu status imunisasi TT.
(f) Lingkar Lengan Atas (LILA): Dimana LILA kurang
dari 23,5 cm disebut Ibu hamil dengan Kekurangan
Eneregi Kronis (KEK) akan dapat melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR) (Kemenkes RI, 2012; h. 9).
(g) ANC : Setiap ibu hamil sedikitnya memerlukan empat
kali kunjungan selama periode antenatal yaitu minimal
1 kali kunjungan selama trimester I (0 - 12 minggu),
minimal 1 kali kunjungan selama trimester II (≥ 12- 24
minggu), dan minimal 2 kali kunjungan selama
trimester ke III (≥ 28 sampai dengan kelahiran)
(Kemenkes RI, 2012).
(h) Fe : Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil
harus mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama dengan
dosis perhari 1 tablet 60 mg (Kemenkes RI, 2012).
(i) Tanda Bahaya : ada 7 tanda bahaya kehamilan yaitu
perdarahan pervaginam, sakit kepala yang berat,

20
penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari- jari
tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak
terasa dan nyeri perut yang hebat (Pantikawati, 2017).
(j) Kekhawatiran Khusus : adanya kekhawatiran,
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu.
(k) Kebiasaan minum obat-obatan/ jamu:
Tabel 2.5 Obat yang berpotensi membahayakan atau
menimbulkan kelainan pada janin

Nama obat Kemungkinan kelainan ada bayi

kloramfenikol Gangguan pernafasan, grey syndrom

Tetrasiklin Gangguan pertumbuhan tulang,


perubahan warna gigi dan rapuh

Streptomisin Gangguan keseimbangan

Anti kanker Trombositopenia, cacat bawaan

Anti malaria Kelainan kongenital

Aspirin IUGR

Antikonvulsa Cacat pada kepala dan muka,


n pertumbuhan janin terhambat

Alkohol Cacat pada kepala dan muka,


pertumbuhan janin terhambat

(Kusmiyati, 2017; h. 92).


Minum jamu merupakan kebiasaan yang beresiko bagi
ibu hamil karena dapat membahayakan tumbuh
kembang janin dan menyebabkan kecacatan, Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), partus prematurus,
abortus, asfiksia neonatorum, kelainan jantung, ginjal
serta kematian janin.

21
(2) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu : Jumlah
kehamilan, aborsi (spontan atau dengan obat- obatan),
jumlah anak yang lahir hidup, dan komplikasi untuk
mewaspadai kemungkinan terjadinya masalah potensial
(Ladewig, 2016).
(a) Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran untuk mengetahui
usia bayi (Marmi, 2012).
(b) Lahir aterm, premature untuk mengetahui adanya
resiko bayi lahir prematur berulang.
(c) Jenis persalinan, spontan atau sesar, jika ada bekas
sesar maka kemungkinan resiko untuk persalinan sesar
terulang kembali.
(d) Berat badan lahir dikaji untuk mengetahui kekuatan
panggul wanita, mengantisipasi komplikasi bayi besar.
Normal berat badan lahir 2500-4000 gram (Marmi,
2012).
(e) Tempat persalinan dan penolong persalinan dikaji
untuk mengetahui penolong persalinan yang aman dan
bersih dilakukan oleh bidan, dukun atau dokter.
(f) Komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas
untuk mengidentifikasi masalah potensial pada
pelahiran dan pasca partum kali ini.
(g) Keadaan anak sekarang dikaji untuk mengetahui
adanya keadaan bayi lahir mati atau tidak.
(h) Lama menyusui mengetahui kesuksesan menyusui dini
seorang ibu.
(3) Riwayat anak yang lalu: Mencakup berat bayi sewaktu
lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi,
keadaan bayi saat dilahirkan hidup/mati (Estiwidani, 2018).
Ukuran atau berat bayi untuk mengetahui berat bayi

22
terbesar yang dilahirkan pervaginam memastikan ke
adekuatan panggul wanita untuk ukuran bayi saat ini
f) Riwayat Perkawinan: Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan
antara lain berapa tahun usia ibu saat menikah, status pernikahan
(sah/tidak), lama pernikahan dan suami saat ini adalah suami
keberapa (Sulistyawati, 2016).
g) Riwayat KB: Bila ibu pernah mengikuti KB perlu
ditanyakan :jenis kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti
(bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat
kontrasepsi dan rencana pemakaian alat kontrasepsi setelah
melahirkan (Estiwidani, 2018).
h) Pola pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Pola nutrisi: Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada
pasien berkaitan dengan pola makan adalah menu,
frekuensi, jumlah per hari dan pantangan. Kebutuhan kalori
saat hamil mengalami peningkatan 20-25% dari kebutuhan
normal sebanyak 2200-2500 kalori/hari menjadi 2700-3500
kalori/hari. Peningkatan cairan menjadi 400 ml per hari.
Total kebutuhan cairan ibu hamil menjadi 2400 ml/hari
(Kemenkes, 2013).
(2) Pola Aktivitas: Kita perlu mengkaji aktivitas sehari- hari
pasien karena data ini memberikan gambaran tentang
seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di
rumah (Sulistyawati, 2016).
(3) Pola eliminasi: Pada trimester III terjadi pembesaran janin
yang juga menyebabkan desakan pada kantong kemih.
Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi
keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan
menyebabkan dehidrasi. Konstipasi juga sering terjadi
karena efek dari relaksasi progesteron dan perubahan pola
makan (Pantikawati, 2017). Warna fases juga akan berubah

23
menjadi kehitaman akibat mengonsumsi Fe selama
kehamilan (Pantikawati, 2017).
(4) Pola istirahat: Istirahat malam hari normalnya adalah 6-8
jam. Perlu diingatkan pada ibu untuk tidur disiang hari
selama hamil karena tidak semua wanita memiliki
kebiasaan tidur siang (Sulistyawati, 2016).
(5) Pola seksual: Pada trimester ketiga, pola seksual
dipengaruhi oleh ketidaknyamanan dan body image, jika
akan melakukan hubungan seksual, pasangan harus
melakukan modifikasi posisi dan dengan lembut serta hati-
hati (Pantikawati, 2017).
(6) Personal hygine: Ibu hamil dianjurkan untuk mandi minimal
2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam
minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering dan menjaga
kebersihan kuku (Sulistyawati, 2016).
(7) Psikososial spiritual: Untuk mengetahui keadaan psikososial
perlu ditanyakan: dukungan moril dan materiil dari
keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap
kehamilan, kebiasaan- kebiasaan yang menguntungkan dan
merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan
bayi baru lahir (Estiwidani, 2018).
(8) Tingkat pengetahuan pasien : Data pengetahuan dikaji
untuk dijadikan pertimbangan sejauh mana pasien
mengetahui tentang perawatan kehamilan ini dan perawatan
bayinya kelak (Sulistyawati, 2016). Penelitian yang
dilakukan oleh Sulistiyanti A tahun 2015 dengan judul
“Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia
dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe di wilayah kerja
Puskesmas Masaran I Sragen”, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe di

24
wilayah kerja Puskesmas Masaran I Sragen, bahwa ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang anemia lebih
patuh mengkonsumsi tablet Fe dari pada ibu yang tingkat
pengetahuannya rendah.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik umum:
(1) Keadaan Umum: Untuk mengetahui data ini kita cukup
dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
(a) Baik, jika pasien memperlihatkan respons yang baik
terhadap llingkungan dan orang lain, serta secara fisik
pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(b) Lemah, pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia
kurang atau tidak memberikan respons yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah
tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati,
2016).
(2) Kesadaran: Untuk mendapatkan gambaran tentang
kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat
kesadaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam
keadaan sadar) (Sulistyawati, 2016).
(3) Tanda- tanda Vital
(a) Tekanan Darah: Pengukuran tekanan darah pada setiap
kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg)
(Kemenkes RI, 2012). Rentang normal sistolik 90-120
mmHg, diastolik 60-80 mmHg. Kenaikan tidak boleh
lebih dari 30 mmHg pada siastolik dan tidak boleh
lebih dari 15 mmHg pada diastolik.

25
(b) Nadi: Pada wanita dewasa normal, frekuensi denyut
jantung rentang antara 60-100x/menit (Mandriwati,
2017)
(c) Suhu: Suhu normal wanita dewasa adalah 35,8 – 37 0 C.
Ibu hamil mengalami peningkatan suhu tubuh sampai
0,50 C (Mandriwati, 2017).
(d) Respirasi: Normal 16 - 20 x/menit ( Marmi, 2012).
(4) Berat Badan (BB): Kenaikan berat badan setiap minggu
pada kehamilan trimester III yang tergolong normal adalah
0,4-0,5 kg.
(5) Tinggi badan: Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm
meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic
Disporportion) (Kemenkes RI, 2012).
b) Status present :
(1) Kepala : Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak,
bersih atau kotor, dan berketombe atau tidak.
(Sulistyawati, 2016).
(2) Mata : Misalnya warna sklera dan konjungtiva.
(3) Hidung: Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip
(Sulistyawati, 2016).
(4) Mulut dan gigi: Hal-hal yang perlu diperhatikan, bibir
pucat yang merupakan salah satu tanda anemia, pecah –
pecah dan stomatitis yang merupakan tanda kurang
vitamin C, ginggivitis akibat peningkatan hormon
kehamilan (Pantikawati, 2017). Serta gigi tanggal, gigi
berlubang dan caries gigi untuk menilai pemenuhan
kebutuhan kalsium.
(5) Telinga: Simetris atau tidak, adakah serumen dan tanda-
tanda infeksi

26
(6) Leher : Adakah vena bendung dileher (misalnya pada
penyakit jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau
kelenjer limfe membengkak. (Marmi, 2014).
(7) Ketiak: Periksa kemungkinan adanya massa/ nodul pada
aksila
(8) Perut: Adakah pembesaran hepar,limpa dan nyeri daerah
ginjal
(9) Lipat Paha: untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar
limfe, pembengkakan dapat diraba pada daerah ini pada
orang dewasa
(10) Vulva: Amati warna, bau dan nyeri, adakah kondiloma
(11) Ekstremitas : Untuk mengetahui adanya oedema yang
paling mudah dilakukan dengan cara menekan jari
beberapa detik. Apabila terjadi cekungan yang tidak lekas
pulih kembali, berarti edema positif. Edema positif pada
tungkai menandakan adanya pre eklampsia. Positif (+)1
apabila cekung 2mm, (+)2 apabila cekung 6 mm.
(Kusmiyati, 2011), periksa ada tidaknya kuku jari pucat,
varises vena (Rukiah, 2013).
(12) Punggung: Untuk mengetahui posisi punggung normal
atau tidak. Biasanya ditemukan bentuk punggung yang
tidak normal yaitu bentuk lordosis (Marmi, 2014).
(13) Anus: Untuk mengetahui ada tidaknya haemoroid, fistula,
dan kebersihan. (Kusmiyati, 2011).
c) Obstetrik:
(1) Inspeksi
(a) Muka : Adakah kloasma gravidarum dan
pembengkakan pada wajah (Hutahaean, 2013).
(b) Mammae : Kaji Bentuk buah dada, pigmentasi puting,
dan gelanggang susu, keadaan puting susu, adakah
colostrum. (Marmi,2014).

27
(c) Abdomen : Kaji apakah perut membesar ke depan atau
ke samping (pada ascites misalnya membesar ke
samping), keadaan pusat, pigmentasi di linea alaba,
nampakkan gerakan anak atau striae gravidarum atau
bekas luka. (Marmi,2014).
(d) Genetalia : Mengetahui keadaan genetalia eksterna
yang meliputi kesimetrisan labia mayora dan minora
atau ada tidak varices, oedema, pembesaran kelenjar
bartholini dan cairan yang keluar. Pada kasus abortus
iminens ada pengeluaran perdarahan pervaginam.
(Saifuddin, 2017)
(2) Palpasi
(a) Leopold I : Untuk mengetahui umur kehamilan
berdasarkan tinggi fundus uteri dan menentukan bagian
– bagian janin yang berada pada fundus uteri.
Normalnya teraba bagian yang besar, bulat, lunak dan
bila ditekan tidak terasa lentingan, merupakan pertanda
dari bokong janin ( Mandriwati, 2018).
(b) Leopold II : Untuk mengetahui bagian – bagian janin
yang teraba pada bagian samping kanan atau kiri uterus
(Mandriwati, 2018). Normalnya bila yang dirasakan
bagian yang datar dan lebar adalah pertanda punggung.
Bila teraba bagian-bagian kecil janin adalah pertanda
ekstremitas janin (Mandriwati, 2018).
(c) Leopold III : Untuk menentukan bagian tubuh janin
yang berada pada bagian bawah uterus. Untuk
mengetahui apakah bagian tubuh janin yang berada
pada bawah uterus sudah atau belum masuk ke pintu
atas panggul ibu. Normalnya bagian terbawah janin
yaitu kepala (bagian yang keras, bundar dan melenting)
apabila masih dapat digoyangkan berarti bagian

28
terendah janin belum masuk PAP, sebaliknya apabila
bagian terendah terendah janin tidak bisa digoyangkan
maka sudah masuk PAP (Mandriwati, 2017).
(d) Leopold IV : Untuk menentukan apakah bagian
terbawah janin sudah benar-benar masuk PAP atau
belum, dan seberapa jauh bagian terbawah janin sudah
masuk PAP. Ujung- ujung jari tangan kanan dan kiri
bisa dipertemukan (konvergen), berarti sebagian kecil
bagian terendah janin sudah masuk PAP. Ujung- ujung
jari tangan kanan dan kiri tidak bisa dipertemukan
(divergen), berarti sebagian besar bagian terendah janin
sudah masuk PAP tangan sejajar, berarti setengah
bagian terendah janin sudah masuk PAP (Mandriwati,
2018).
(3) Tinggi Fundus Uteri (TFU) : Dengan cara Mc. Donald
untuk mengetahui TFU dengan pita ukur (Pantiawati, 2017;
h. 122). Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut : Usia
kehamilan (hitungan minggu) = TFU(cm) x 8/7. Biasanya
pada usia kehamilan 36 minggu adalah 34–36 cm. Jarak
antara tepi atas simfisis pubis dan puncak fundus uteri
adalah tinggi fundus.
(4) Taksiran Berat Janin (TBJ) : Penghitungan taksiran berat
janin dengan rumus (TFU dalam cm) – n x 155 cm = gram.
Bila kepala dibawah atau pada spina ischiadica maka n =
12, bila kepala dibawah spina ischiadica maka n= 11
(Pantikawati, 2017).
(5) Detak Jantung Janin (DJJ), normalnya 120-160x/menit. Jika
DJJ kurang dari 120x/menit atau lebih dari 160x/menit atau
tidak teratur, janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan
oksigen) yang disebut dengan gawat janin (Mandriwati,
2018).

29
(6) Reflek patella : Reflek patella normalnya positif, bila reflek
lutut negatif kemungkinan klien kekurangan vitamin B1. Bila
gerakan berlebihan dan cepat, hal ini menunjukkan
preeclampsia (Mufdlilah, 2019).
d) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil meliputi
pemeriksaan laboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) dan
pemeriksaan ultrasonografi. Lakukan pemeriksaan laboratorium
kadar hemoglobin dan protein urine pada trimester III, lakukan
pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang direkomendasikan pada
TM III untuk perencanaan persalinan. Pada kasus abortus
iminens pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
pemeriksaan HB dan USG, serta PP Test, (Kemenkes RI,
2013).
3. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik (Hidayat dan Sujiatini, 2010).
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa Kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan. Diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus Plasenta
Previa adalah ”Ny….G...P...A...umur...hamil...minggu, dengan
Plasenta Previa”
Data Dasar :

30
Data Subyektif
Pada kasus plasenta previa adalah :
a. Ibu mengeluh mengeluarkan darah pada jalan lahir tanpa disertai
nyeri (Prawiroharjo, 2008).
Data Obyektif
Menurut Saifudin (2006), data obyektif pada kasus plasenta previa
meliputi :
a. Keadaan umum ibu sedang
b. Tingkat kesadaran composmentis
c. Tanda-tanda vital (tekanan darah menurun, tetapi nadi, respirasi
dan suhu meningkat)
d. Status obstetrikus.
1) Terdapat perdarahan pervaginam
2) Pada Leopold III kepala janin belum masuk panggul
e. Pemeriksaan penunjang menurut Manuaba (2010), meliputi :
1) USG
2) Pemeriksaan Hb
2. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengkajian (Sulistyawati,
2012). Pada kasus plasenta previa ibu merasa cemas dengan
kehamilannya (Nursalam, 2009).

31
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data (Varney, 2004). Menurut Manuaba (2007),
kebutuhan pada ibu hamil dengan plasenta previa adalah :
a. Informasi tentang keadaan ibu
b. Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan.

1) Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi. Dan
yang paling penting melakukan asuhan yang aman (Hidayat dan Sujiyatini,
2010). Dari kasus Plasenta Previa didapatkan diagnosa potensial terjadi
perdarahan, syok, gawat janin dan kematian (Manuaba, 2008).
2) Tindakan Segera
Tindakan yang dilakukan berdasarkan data yang diperoleh secara
terus-menerus dan dievaluasi supaya bidan dapat melakukan tindakan
segera dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin
muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu (Varney, 2007).
Tindakan segera dalam kasus plasenta previa yaitu kolaborasi dengan

32
dokter untuk pemberian terapi asam mefenamat 500 mg, Sulfas Ferosus

60 mg, pemberian infus NaCl/RL, dan lakukan SC (Manuaba, 2008).


3) Perencanaan
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan rujukan yang mungkin diperlukan
(Rukiah, dkk, 2009).
Rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus plasenta
previa, menurut Prawirohardjo (2010), meliputi:
a. Observasi keadaan umum dan tanda vital
b. Observasi DJJ, His dan banyaknya perdarahan.
c. Beri dukungan psikologi kepada ibu tentang keadaan kehamilannya.
d. Lakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi.
e. Lakukan penanganan secara konservatif atau secara aktif sesuai
dengan umur kehamilan.
4) Pelaksanaan
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan
atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan bermutu
(Rukiah dkk, 2009).
5) Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan
masalah rencana tersebut (Rukiyah, dkk, 2009). Pada kasus plasenta, maka hal-hal yang perlu dievaluasi
antara lain tanda-tanda vital dan jumlah perdarahan serta DJJ dan His (Saifuddin, 2006).

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP


a. S (Data Subjektif) : berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis.

33
b. O (Data Objektif) : merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur dari hasil pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
c. A (Analisa) : merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi (kesimpulan) dari data
subjektif dan objektif. Analisa adalah melakukan interpretasi data yang telah dikumpukan, mencangkup :
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya antisipasi diagnosis/masalah
potensial dan tindakan segera.
d. P (Penatalaksanaan): membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

34
BAB III

KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL PADA NY.


Y UMUR 34 TAHUN G1P0A0
HAMIL 30 MINGGU DENGAN PLASENTA PREVIA
DI KLINIK BUDI NUGROHO
TONOBOYO KABUPATEN MAGELANG

Tempat Praktek/ Ruang : Klinik Budi Nugroho/ Ruang KIA


Nomor RM :
Masuk :
Pembimbing Lahan/CI :
Pengkajian tanggal : 17 Agustus 2021 Jam: 07.00 WIB , oleh: Pujiyati
Sumber data : Pasien hamil

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
35
Identitas Ibu Identitas suami
Nama : Ny. Y Tn. J

NIK : - -

Umur : 34 tahun 36 tahun

Gol darah : A -

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Swasta Swasta

Agama : Islam Islam

Alamat : Posong, Ngepanrejo, Posong, Ngepanrejo,


Bandongan Bandongan

No Telepon : - -

Jenis dan : KIS KIS


No Jaminan

36
B. ALASAN DATANG
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
Keluhan Utama:
Ibu mengatakan mengeluarkan darah berwarna merah segar, encer dari jalan
lahir pada pukul 06.30 WIB tanpa disertai nyeri perut dan ibu mengatakan
masih merasakan adanya gerakan janin, ibu cemas dengan kehamilannya.

C. RIWAYAT KEHAMILAN
Hamil ke/ : G1P0A0 Tgl haid : 20 Januari 2021
GPA terakhir

Jumlah anak : 0 Perkiraan : 27 Oktober 2021


hidup persalinan

Usia anak : - Riwayat : Ibu mengatakan tidak


terakhir penyakit ibu/ pernah dan tidak sedang
keluarga menderita penyakit
menular seperti TBC,

37
Hepatitis B, HIV/AIDS,
IMS

Kehamilan : Ya Ibu mengatakan tidak


ini pernah atau tidak sedang
direncanakan menderita penyakit
menurun seperti Kencing
manis, Tekanan darah
tinggi

Kehamilan : Ya Ibu mengatakan tidak


ini diinginkan pernah atau tidak sedang
menderita penyakit
menahun seperti Jantung,
Asma

38

Anda mungkin juga menyukai