Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWAT DARURATAN MATERNAL


NY. S 32 TAHUN G5P3AB1AH3 USIA KEHAMILAN 25+3 MINGGU DENGAN
PARTUS PREMATURUS IMMINENS
DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2022
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Pada Ibu hamil
Patologis

Disusun Oleh:
Nama : Christine Melva Nesti Yulina Purba
NIM : P07124220036

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWAT DARURATAN MATERNAL


NY. S 32 TAHUN G5P3AB1AH3 USIA KEHAMILAN 25+3 MINGGU DENGAN
PARTUS PREMATURUS IMMINENS
DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2022

Disusun oleh:
CHRISTINE MELVA NESTI YULINA PURBA
P07124220036

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui


Tanggal :

Menyetujui,

Nama Pembimbing Tandatangan

Pembimbing Lahan
Enggar Widyaningrum, A.md Keb
NIP : 198803142010012014
Pembimbing Akademik
Dr. Sujiyatini,M.Keb
NIP : 197101292001122002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Yuliasti Eka Purnamaningrum. S.S.T.,MPH


NIP . 198107052002122001

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KEGAWAT DARURATAN MATERNAL


NY. S 32 TAHUN G5P3AB1AH3 USIA KEHAMILAN 25+3 MINGGU DENGAN
PARTUS PREMATURUS IMMINENS
DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2022

Disusun oleh:
CHRISTINE MELVA NESTI YULINA PURBA
P07124220036

Nama Pembimbing Tandatangan

Pembimbing Lahan
Enggar Widyaningrum, A.md Keb
NIP : 198803142010012014
Pembimbing Akademik
Dr. Sujiyatini,M.Keb
NIP : 197101292001122002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Yuliasti Eka Purnamaningrum. S.S.T.,MPH


NIP . 198107052002122001

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur penulisan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan Kasih-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan seminar kasus
mengenai Asuhuhan Kebidanan Pada ibu hamil dengan kehamilan Patologis. Hal
ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr, Yuni Kusmiyati, S.ST., MPH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes.
2. Ibu Yuliasti Eka Purnamaningrum, S.S.T., MPH., selaku Ketua Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta.
3. Ibu Enggar Widyaningrum A.md Keb selaku Pembimbing klinik yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan
praktik asuhan kebidanan pada ibu hamil Patologis.
4. Ibu Dr. Sujiyatini,M.Keb selaku Pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan pada
5. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari laporan seminar kasus ini masih banyak kekurangan,
untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak.
Yogyakarta, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Tujuan ......................................................................................................2
C. Ruang Lingkup .........................................................................................3
D. Manfaat ....................................................................................................3

BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI ..................................................................4


A. Kajian Masalah Kasus ..............................................................................4
B. Kajian Teori ..............................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................20


A. Pengkajian .............................................................................................20
B. Analisis ...................................................................................................20
C. Penatalaksanaan ....................................................................................22

BAB IV PENUTUP .............................................................................................23


A. Kesimpulan ............................................................................................23
B. Saran ......................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................24


LAMPIRAN ........................................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Partus Prematurus Imminens adalah persalinan yang berlangsung
pada umur kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari hari pertama
menstuasi terakhir (HPMT) (ACOG, 1995). Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan bahwa bayi premature
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37minggu atau kurang.
Menurut Wibowo (1997), persalinan prematur adalah kontraksi
uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu
, dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai
dengan satu atau lebih tanda berikut:
1. Perubahan serviks yang progresif
2. Dilatasi serviks 2 sentimeter atau lebih
3. Penipisan serviks 80 persen atau lebih.
Kelahiran prematur diperkirakan berjumlah 12,9 juta atau sebesar
9,6% dari seluruh kelahiran di dunia pada tahun 2005. Data di Indonesia
menunjukkan bahwa angka kelahiran prematur sebesar 10% pada tahun
2005. Menurut WHO, setiap tahunnya diperkirakan 15 juta bayi lahir
prematur dan kurang lebih 1 dari 10 bayi mengalami kelahiran prematur.
Bayi prematur terutama bayi yang memiliki berat badan lahir rendah
memiliki risiko kematian yang tinggi. Mortalitas pada bayi prematur dapat
disebabkan oleh neonatal sepsis dan ketidakmatangan sistem organ
seperti pernapasan dan pencernaan. Biaya perawatan di NICU (Neonatal
Intensive Care Unit) yang relatif mahal juga perlu dipertimbangkan. Data
WHO menunjukkan bahwa hampir 1 juta anak meninggal tiap tahunnya
akibat komplikasi kelahiran prematur. Anak yang selamat dari komplikasi
tersebut kebanyakan menghadapi berbagai masalah disabilitas, seperti
masalah penglihatan dan pendengaran serta kesulitan belajar. Secara
global, prematuritas merupakan penyebab kematian terbanyak pada anak
di bawah lima tahun dan diperkirakan terdapat 33.258 bayi yang
meninggal akibat komplikasi kelahiran prematur di Indonesia pada tahun
2008.

1
Pencegahan komplikasi kelahiran prematur memerlukan
penanganan yang tepat. Salah satunya dengan cara menangani
ancaman kelahiran prematur atau partus prematurus imminens (PPI)
dengan tepat. Untuk dapat menangani PPI, diperlukan pengetahuan dan
pemahaman mengenai kasus ini, khususnya mengenai karakteristik PPI

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan
Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Pada ibu Hamil
dengan Partus Prematurus Imminens menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan secara holistik serta mendokumentasikan hasil
asuhannya dalam bentuk SOAP di RSUD Sleman Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
a. Menjelaskan mengenai konsep dasar Asuhan Kegawat daruratan
Maternal dan Neonatal pada ibu hamil NY. S umur 32 tahun
G5P3Ab1Ah3 usia kehamilan 25+3 Minggu dengan Partus
Prematurus Imminens
b. Mengimplementasikan manajemen asuhan kebidanan pada kasus
yang dihadapi, dan mampu melakukan:

1) Pengkajian dasar Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan


Neonatal pada ibu hamil NY. S umur 32 tahun G5P3Ab1Ah3
usia kehamilan 25+3 Minggu dengan Partus Prematurus
Imminen
2) Analisa data Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan
Neonatal pada ibu hamil NY. S umur 32 tahun G5P3Ab1Ah3
usia kehamilan 25+3 Minggu dengan Partus Prematurus
Imminen
3) Perencanaan Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan
Neonatal pada ibu hamil NY. S umur 32 tahun G5P3Ab1Ah3

2
usia kehamilan 25+3 Minggu dengan Partus Prematurus
Imminen
4) Implementasi Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan
Neonatal pada ibu hamil NY. S umur 32 tahun G5P3Ab1Ah3
usia kehamilan 25+3 Minggu dengan Partus Prematurus
Imminen
5) Evaluasi Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan Neonatal
pada ibu hamil NY. S umur 32 tahun G5P3Ab1Ah3 usia
kehamilan 25+3 Minggu dengan Partus Prematurus Imminen
6) Pendokumentasian Asuhan Kegawat daruratan Maternal
dan Neonatal pada ibu hamil NY. S umur 32 tahun
G5P3Ab1Ah3 usia kehamilan 25+3 Minggu dengan Partus
Prematurus Imminen

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi laporan kasus ini adalah pelaksanaan pelayanan Asuhan
Kegawat daruratan Maternal dan Neonatal pada ibu hamil NY. S umur 32 tahun
G5P3Ab1Ah3 usia kehamilan 25+3 Minggu dengan Partus Prematurus Imminen

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengkaji
masalah kesehatan khususnya di bidang kesehatan masyarakat terutama
yang terkait dengan masalah Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan
Neonatal pada ibu hamil dengan Partus Prematurus Imminen
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai teori
dan menerapkan asuhan sesuai kasus yang didapatkan.
b. Bagi Bidan di RSUD Sleman Yogyakarta

3
Dapat memberikan informasi tambahan dalam upaya promotif bagi
kasus Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan Neonatal pada ibu
hamil dengan Partus Prematurus Imminen
c. Bagi Ibu/ Pasien
Dapat menambah pengetahuan tentang keadaan yang dialami
oleh ibu serta cara penanganan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEGAWATDARURATAN MATERNAL
1. Pengertian Kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala
berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan
tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/nyawa (Campbell S, Lee C, 2010).
i. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di
lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
ii. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
darurat. Bisanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien
dengan Ca stadium akhir.
iii. Pasien Darurat Tidak Gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label
kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
iv. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di
lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
v. Pasien Meninggal
Label hitam (Pasien sudah meninggal) merupakan prioritas terakhir.
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini
menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir.
(Saifuddin, 2002). Kasus gawat darurat neonatus ialah kasus bayi baru
lahir yang apabila tidak segara ditangani akan berakibat pada kematian
bayi. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan
evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit
kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam
mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang
5
mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff,
Brousseau, 2008). Kegawatdaruratan maternal perdarahan yang
mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi
perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan, persalinan,
postpartum, hematoma, dan koagulopati obstetric.

2. Tanda gejala Kegawatdaruratan


a. Sianosis sentral Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan
selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb
tereduksi (Hb yang tidak berkaitan dengan O2).

b. Apnea Menurut American Academy of Sleep Medicine, penentuan


periode apnea dikategorikan berdasarkan hasil indeks rata-rata jumlah
henti nafas dalam 1 jam atau Apnea Hypopnea Indeks (AHI). Klasifikasi
periode dengan kriteria sebagai berikut : 1) Ringan, apabila 5-15
kali/jam 2) Sedang, apabila 15-30 kali/jam 3) Berat, apabila >30 kali/jam

c. Kejang

1) Kejang umum dengan gejala:


a) Gerakan wajah dan ekstremitas yg teratur dan berulang
b) Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron maupun
tidak sinkron
c) Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau tetap
bangun tetapi responsif/apatis)
d) Apnea (napas spontan berhenti lebih 20 detik). 8
2) Kejang subtle dengan gejala:
a) Gerakan mata berkedip berputar dan juling yang berulang,
b) Gerakan mulut dan lidah berulang
c) Gerakan tungkai tidak terkendali, gerakan seperti mengayuh sepeda
d) Apnea
e) Bayi bisa masih tetap sadar
f) Spasme dengan gejala :
(1)Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai
beberapa menit
(2)Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya
6
(3)Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan
(4)Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu
seperti mulut ikan)
(5)Opistotonus
d. Perdarahan Setiap perdarahan pada neonatus harus segera dirujuk,
perdarahan dapat disebabkan kekurangan faktor pembekuan darah dan
faktor fungsi pembekuan darah atau menurun.
e. Sangat kuning
f. Berat badan < 1500 gram

3. Peran Bidan dalam Kegawatdauratan Kebidanan


Menurut Kemenkes 2016, dalam kegawatdaruratan peran bidan adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi situasi darurat dengan segera
b. Stabilisasi ibu dengan oksigen, terpi cairan, dan medikamentosa dengan:
a) Memastikan kelancaran jalan nafas, meningkatkkan fungsi sistem
pernafasan dan sirkulasi darah
b) Menghentikan perdarahan
c) Mengganti cairan tubuh yang hilang
d) Mengatasi nyeri dan kecemasan
c. Di tempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin,
yaitu:
a) Radiant warmer atau lampu pemanas untuk menghindari terjadinya
kehilangan panas pada bayi
b) Alat resusitasi ibu dan bayi
c) Alat pelindung diri
d) Obat-obatan emergensi
d. Memiliki keterampilan klinik, yaitu:
a) Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan
berkesinambungan.
b) Memahami dan mampu menerapkan metode efektif dalam
pelayanan ibu dan bayi baru lahir, meliputi making pregnancy safe,
safe motherhood, bounding attachment, Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
dan lain sebagainya (Setyani, D.I., dan Suprapti, 2016

7
B. PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI)

1. Pengertian Partus Prematurus Imminens (PPI)

Partus Prematurus Imminens (PPI) atau ancaman kelahiran prematur


merupakan adanya kontraksi uterus disertai dengan perubahan serviks berupa
dilatasi dan effacement sebelum 37 minggu usia kehamilan serta dapat
menyebabkan kelahiran prematur. Kelahiran prematur merupakan masalah
dengan prevalensi yang tinggi di dunia dan merupakan tantangan bagi dokter
khususnya dokter kandungan untuk mengetahui penyebab dan pencegahan
kelahiran prematur. Masalah utama kelahiran prematur adalah kurangnya
keberhasilan dalam manajemennya

2. Etiologi Partus Prematurus Imminens (PPI)

Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :

a) Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum,


KPD, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli,
polihidramnion
b) Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan
bentuk uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang,
inkompetensi serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat,
kelainan imun/resus

Namun menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat


menyebabkan partus prematurus yaitu :
a) Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan
pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat
operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
b) Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok
lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat
abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

8
3. Patofisiologi Partus Prematurus Imminens (PPI)

Penyebab Fetal Patologi over distensi


Inflamasi/Infeksi Pendarahan
distress uterus
Didalam ketuban desidua Kehamilan kembar
Stress Abruptia plasenta
Servik / desidua Polyhidramnion
Kondisi psikologys Thrombophilias
Sistemik Uterus abnormal

Desidua dan Fetal membranes

Protein urine Prostaglandin selain uterotonika

Pembukaan serviks Kontraksi uterus

Persalinan Preterm

9
4. Diagnosis Partus Prematurus Imminens (PPI)
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman PPI (Wiknjosastro,
2010), yaitu:
1) Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau antara 140 dan 259 hari,
2) Kontraksi uterus (his) teratur, yaitu kontraksi yang berulang sedikitnya
setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit,
3) Merasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi,
rasa tekanan intrapelvik dan nyeri pada punggung bawah (low back pain),
4) Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin bercampur darah,
5) Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%,
atau telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6) Selaput amnion seringkali telah pecah,
7) Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.

Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan


The American Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk
mendiagnosis PPI ialah sebagai berikut:

1) Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2) Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3) Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.

Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinik persalinan pretem adalah:


a. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 sampai 5 menit sekali
selama 45 detik dalam waktu minimal 2 jam .
b. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat
pasien melakukan aktivitas.
c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan minor
d. Usia kehamilan antara 20 sampai 37 minggu
e. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20 sampai
37 minggu.
f. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan
preterm

10
5. Pemeriksaan penunjang Partus Prematurus Imminens (PPI)
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan diagnosis
PPI :

1. Laboratorium
 Pemeriksaan kultur urine
 Pemeriksaan gas dan pH darah janin
 Pemeriksaan darah tepi ibu
 Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita
infeksi akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk
mempresipitasi fraksi polisakarida somatik nonspesifik kuman
Pneumococcus yang disebut fraksi C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai
reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3
cm (USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi
serviks transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.

6. Penatalaksanaan Partus Prematurus Imminens (PPI)


Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm ialah:
1) Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolitik, yaitu
:

a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam,


dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat
diberikan lagi jika timbul kontaksi berulang. dosis maintenance
3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan
salbutamol dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek
samping yang lebih kecil. Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-
50 μg/menit, sedangkan per oral: 4 mg, 2-4 kali/hari

11
(maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15
μg/menit, subkutan: 250 μg setiap 6 jam sedangkan dosis per
oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari
golongan obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,
takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6
gr/iv, secara bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam
(maintenance). Namun obat ini jarang digunakan karena efek
samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu ataupun janin.
Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
dan depresi pernafasan (pada ibu dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac,
nimesulide dapat menghambat produksi prostaglandin dengan
menghambat cyclooxygenases (COXs) yang dibutuhkan untuk
produksi prostaglandin. Indometasin merupakan penghambat
COX yang cukup kuat, namun menimbulkan risiko kardiovaskular
pada janin. Sulindac memiliki efek samping yang lebih kecil
daripada indometasin. Sedangkan nimesulide saat ini hanya
tersedia dalam konteks percobaan klinis.

Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu


membatasi aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan
intrauterine terbukti tidak baik, seperti:

a) Oligohidramnion
b) Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c) Preeklamsia berat
d) Hasil nonstrees test tidak reaktif
e) Hasil contraction stress test positif
f) Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali
keadaan pasien stabil dan kesejahteraan janin baik
g) Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h) Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-
mimetik.

12
2) Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan
surfaktan paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome
(RDS), mencegah perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis,
dan duktus arteriosus, yang akhirnya menurunkan kematian neonatus.
Kortikosteroid perlu diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 35
minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason.
Pemberian steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin
terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid ialah:
a) Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b) Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.

Selain yang disebutkan di atas, juga dapat diberikan Thyrotropin


releasing hormone 400 ug iv, yang akan meningkatkan kadar tri-
iodothyronine yang kemudian dapat meningkatkan produksi surfaktan.
Ataupun pemberian suplemen inositol, karena inositol merupakan
komponen membran fosfolipid yang berperan dalam pembentukan
surfaktan.

3) Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.


Mercer dan Arheart (1995) menunjukkan, bahwa pemberian
antibiotika yang tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis
dan sepsis neonatorum. Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan
mengandung risiko terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat
diberikan per oral, yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3
hari. Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau
dapat menggunakan antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan
pemberian ko-amoksiklaf karena
risiko necrotising enterocolitis.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS dan PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

PADA NY. S 32 TAHUN G5P3Ab1Ah3 USIA KEHAMILAN 25+3 MINGGU DENGAN


PARTUS PREMATURUS IMMINENS (PPI) DI RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA

No register : 417xxx
Datang pada Tanggal, Jam : 18 Oktober 2022, pukul 10:20 WIB
Dirawat di Ruang : Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Tanggal Pengkajian : 18 Oktober 2022

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny. “S” Tn. “W”
Umur : 32 tahun 42 tahun
Agama : Islam Islam

14
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK SMK
Pekerjaan : IRT Buruh
Alamat Lengkap : Mulungan wetan,Sendangadi, Sleman Mulungan wetan, Sendangadi,
Daerah Istimewa Yogyakarta Sleman. Daerah Istimewa
Yogyakarta
No Telp/Hp : 082284XXXX 08539XXXX

DATA SUBJEKTIF
Kunjungan saat ini Kunjungan Pertama Kunjungan Ulang
1. Keluhan Utama
ibu mengatakan bahwa keluar darah pervaginam sejak tadi pagi jam 07:00 WIB dan
ibu mengatakan pada hari minggu kemarin melakukan hubungan intim dengan
suami sehingga mules sejak hari senin.
2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umur 20 tahun, dengan suami sekarang 12 tahun
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 15 tahun, siklus 28 hari, teratur/tidak, lama 5 hari, sifat darah:
encer/ beku. flour albus: ya/tidak, bau ya/tidak dismenorhoe : ya/tidak , banyak
darah ganti pembalut 3 kali/hari
4. Riwayat Kehamilan ini
a. Riwayat ANC
HPHT 23 April 2022 HPL 28 januari 2023
ANC Sejak umur kehamilan 10 Minggu.
+4
ANC di Puskesmas Pajangan
Frekuensi. Trimester I 1 kali
Trimester II 2 kali
Trimester III belum
b. Pergerakan janin
Pergerakan janin sudah dapat dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu.
Pergerakan janin 12 jam terakhir 10 kali.
c. Keluhan yang dirasakan
Trimester I : mual muntah ringan
Trimester II : Tidak ada keluhan
Trimester III : Belum

d. Pola Nutrisi Makan Minum


Frekuensi 3 – 4 kali/hari 8 - 12 gelas/ hari
Macam Nasi, sayuran hijau, lauk, Air putih, jus buah, dan susu
buah hamil
Jumlah 1 porsi 250 ml / gelas sedang
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada Keluhan
e. Pola Eliminasi BAB BAK
Frekuensi 1-2 kali/hari 7 sampai 8 kali/hari
Warna Kuning gelap Kuning jernih
Bau Bau normal tidak menyengat Bau normal tidak
menyengat
Konsistensi Lunak dan padat Encer
Jumlah Normal Normal
f. Pola aktivitas
15
Kegiatan : Ibu tersebut adalah seorang Ibu
sehari-hari Rumah Tangga, untuk pola aktivitas
yang biasa dilakukan oleh sang ibu
adalah mengerjakan pekerjaan
Rumah yang ringan, seperti
menyapu lantai, mencuci piring.
Istirahat/ : Tidur malam 7-8 jam, tidur siang 30
Tidur menit - 1 jam
Seksualitas : 3 kali/minggu. Tidak ada keluhan
g. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
Kebiasaan : Setiap habis BAK,BAB dan
membersihkan alat mandi
kelamin
Kebiasaan mengganti : 3 kali/hari setiap habis
pakaian dalam mandi dan sehabis BAB
Jenis pakaian dalam : Katun
yang digunakan
h. Imunisasi
TT 1 : Bayi TT 4 : sebelum menikah 2009
TT 2 : SD TT 5 : 2013
TT 3 : SD
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu: G 2 P 1 Ab 0 Ah 1
Persalinan Nifas
Hamil Umur Jenis Komplikasi
Tgl Penolon Jenis BB
ke kehamila Persalin Laktasi Komplikasi
lahir g Ibu Bayi kelamin Lahir
n an
12010 Aterm Spontan Bidan Tidak ada Tidak ada Laki-Laki 2700 gr Ya Tidak ada
1
1 Normal
1
1
22014 Aterm Spontan Bidan Tidak ada Tidak ada perempu 2880 Ya Tidak ada
an
Normal gr

22015 Abortus

22016 Aterm Spontan Bidan Tidak ada Tidak ada Perempu 3500 Ya Tidak ada
an
Normal gr

2 Hamil ini

Metode Mulai Menggunakan Berhenti/Ganti Metode


No
KB Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
Kondom 2010 Bidan P.Turi Sedikit 2014
Tdk

16
nyaman
IUD 2016 BIdan P.Turi Tidak 2021 Bidan P.Turi Ganti
ada alkon
6. Riwayat Keluarga Berencana

7. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
ibu menyatakan bahwasanya saat ini tidak sedang menderita penyakit sistemik
seperti kardiovaskuler/jantung, malaria, hepatitis, IMS, HIV/AIDS, asma, TBC,
diabetes,dan hipertensi
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu menyatakan keluarga tidak ada yang sedang atau pernah menderita
penyakit sistemik seperti kardiovaskuler/jantung, malaria, hepatitis, IMS,
HIV/AIDS, asma, TBC, diabetes, hipertensi
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu menyatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar dari ibunya
d. Riwayat Alergi
Makanan : tidak memiliki riwayat alergi makanan
Obat : tidak memiliki riwayat alergi obat
Zat lain : tidak memiliki riwayat alergi zat lain
e. Kebiasaan-kebiasaan
Merokok : Tidak merokok
Minum jamu- : Tidak meminum jamu – jamuan
jamuan
Minum-minuman : Tidak meminum minuman
keras keras seperti alkohol
Makanan/minuman : Tidak memiliki riwayat
pantang makanan/minuman pantangan
Hewan peliharaan : Tidak memiliki hewan peliharaan

Perubahan pola : Ibu mengalami peningkatan


makan nafsu makan setelah hamil

8. Riwayat Psikologi Sosial Spiritual


a. Kehamilan ini Dinginkan Tidak diinginkan
b. Pengetahuan ibu tentang kehamillan

 Ibu mengatakan sedikit banyak sudah tahu tentang hal – hal seputar
kehamilan karena ini kehamilan kelima serta penjelasan dari bidan, dokter
dan media elektronik

c. Pengetahuan ibu tentang kondisi/keadaan yang dialami sekarang


 Ibu mengatakan belum mengetahui penyebab yang sedang dialami
d. Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini
 Ibu mengatakan sangat menginginkan dan menantikan kehamilannya
e. Anggota keluarga yang tinggal satu rumah
 Suami dan anak - anak
f. Tanggapan keluarga (suami/anak sebelumnya/orangtua/mertua) terhadap
kehamilan

17
 Ibu mengatakan suami dan seluruh keluarga sangat senang dan menantikan
kehamilan ibu dan senantiasa mendukung kehamilannya
g. Pengambilan keputusan dalam keluarga
 Oleh keduanya dan dimusyawarahkan secara bersama – sama
Aktivitas dan interaksi sosial
 Ibu mengatakan berhubungan baik dengan keluarga, tetangga dan
lingkungan sekitar
h. Mitos/budaya seputar kehamilan di keluarga/tempat tinggal yang dipercaya/diikuti
 Ibu mengatakan tidak ada mitos/budaya di kehamilan/tempat tinggal yang
dipercaya/diikuti
9. Persiapan persalinan
a. Orang yang akan mengantar : Suami
b. Kendaraan yang digunakan : Mobil
c. Penolong : Bidan
d. Tempat persalinan : Ibu mengatakan ingin
melangsungkan persalinan di
Puskesmas Turi
e. Orang yang mendampingi : Suami
f. Biaya persalinan : BPJS
g. Donor darah (bila diperlukan) : Suami, Orang tua dan Saudara
h. Tempat rujukan (bila diperlukan) : Ibu mengatakan mengikuti anjuran tempat
rujukan dari
dokter/bidan saja apabila ditemukan
indikasi yang mengharuskan untuk
dirujuk.
10. Rencana KB yang akan digunakan
Ibu mengatakan ingin pasang KB IUD lagi segera setelah melahirkan

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda Vital
Tekanan darah : 105/65mmHg
Nadi : 84 kali per menit
Pernafasan : 22 kali per menit
Suhu : 36,6 ○C
c. TB : 159 cm
BB : sebelum hamil : 59 Kg. sekarang : 64 kg
IMT :.26.6
LLA : 25 cm
d. Kepala dan leher
Oedem Wajah : Tidak ada
Kloasma gravidarum : Tidak ada
Mata : Sklera putih bersih, tidak ada ikterik (kekuningan),
konjungtiva
kemerahan, tidak pucat
Mulut : Bersih, di gigi tidak terdapat karies, lidah bersih tidak
pucat
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,kelenjar limfe dan
vena jugularis
18
e. Payudara
Bentuk : Simetris kanan dan kiri, tidak ada massa atau benjolan
Areola mammae : membesar dan sudah mengalami hiperpigmentasi
Puting susu : membesar dan menonjol
Colostrum : belum keluar
f. Abdomen
Bentuk : simetris, membesar sesuai usia kehamilan
Bekas luka : Tidak ditemukan bekas luka
Striae gravidarum : Tampak adanya striae gravidarum
Palpasi Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat dan tidak melenting
Kesimpulan : Bokong Janin
Palpasi Leopold II : Perut sebelah Kiri teraba : Keras, Panjang
sepertipapan
Perut sebelah kanan teraba : bagian bagian kecil
dan lunak
Kesimpulan : Punggung Kiri (Puki)
Palpasi Leopold III : Bagian terbawah janin teraba : Keras, Bulat dan
melenting
Kesimpulan : Presentasi Kepala janin
TFU MC Donald : 23 cm
TBJ : (23 – 11) x 155 = 1682 gram
Auskultasi DJJ : Punctum Maximum berada pada punggung Kiri
Frekuensi : 160 x/menit . Irama Teratur
g. Ekstremitas
Oedem : kaki kanan (-) oedem kaki kiri (-) oedem
Varices : kaki kanan (-) varises kaki kiri (-) varises
Kuku : tangan bersih dan pendek kaki bersih dan pendek

ANALISIS
1. Diagnosis Kebidanan
Ny S usia 32 Tahun G5P3Ab1Ah3, Usia Kehamilan 25+3 minggu, janin tunggal, hidup,
intra uterin, presentasi kepala, Puki dengan PPI
2. Masalah
Ibu mengatakan keluar darah pervaginam
3. Kebutuhan
Manajemen Konservatif untuk mempertahankan janin
4. Diagnosa Potensial
Janin Prematur, IUGR,

PENATALAKSANAAN
Tanggal 18 Oktober 2022 jam 11:00 WIB

19
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

E: Ibu mengerti dan memahami hasil pemeriksaan

2. Memberitahu kepada ibu bahwasanya keluhan ibu tersebut ialah Partus


Prematurus Imminens (PPI) dimana hal itu adalah sebuah keadaan atau
ancaman partus dengan usia janin yang masih premature yang diakibatkan
beberapa faktor salah satu nya ialah riwayat Post Coitus yang ibu katakana di
hari minggu. Karena saat berhubungan sel sperma masuk kedalam rahim yang
mengandung hormon prostaglandin sehingga memicu kontraksi yang
mengakibatkan keluarnya perdarahan pervaginam kepada ibu.

E : Ibu mengerti dan memahami penjelasan bidan

3. Memberitahu kepada ibu untuk tirah baring dan jangan turun dari bed karena
istirahat baring bermanfaat baik dalam pencegahan maupun membantu
penghentian partus yang telah berlangsung disertai dengan obat–obatan.

E : ibu mengerti dan akan melakukannya

4. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg guna mengetahui Tindakan lebih


lanjut

E : Sudah dilakukan

5. Memberikan Tindakan pemasangan infus RL yang berfungsi untuk menambah


elektrolit pada tubuh ibu dan untuk mengembalikan keseimabangan tubuh.

E : Sudah dilakukan

E: Ibu mengerti dan akan mengonsumsi makanan tersebut

6. Mengambil sampel darah ibu guna untuk melakukan pengecakan LAB seperti :
darah lengkap, GDS,PTT, APTT,HBSAG,PICT

E : Sudah dilakukan

20
7. Menganjurkan ibu untuk tidak terlalu lelah dan beraktivitas berat . Menganjurkan
ibu untuk banyak mengomunikasikan ke pasangan tentang apa yang dirasakan
agar dapat mendapatkan solusi untuk mengatasinya.

E: Ibu mengerti dan akan melakukan

8. Melakukan Pendokumentasian.

B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai kesesuaian antara teori dan
fakta yang terjadi pada kasus yang diambil pada Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Pada Ny. S usia 32 tahun G5P3Ab1Ah3 usia kehamilan 25
minggu + 3 hari dengan Partus Prematurus Imminens (PPI) di RSUD Sleman
Yogyakarta.

1. Data Subjektif
Dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengumpulkan semua data yang
diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data subjektif
diperoleh melalui anamnesa langsung maupun meninjau catatan dokumentasi
asuhan sebelumnya. Pada kasus Ny. S, pengumpulan data subjektif dilakukan
dengan bertanya langsung dan melakukan peninjuan dari catatan dokumen
asuhan kunjungan sebelumnya. Berdasarkan hasil anamnesa, ibu mengatakan
bahwa ibu merasakan mules sejak hari senin kemarin dan mengalami
perdarahan sejak tadi pagi pada pukul 07:00 WIB. Sebelunya juga bidan
bertanya apakah ibu melakukan hubungan intim pada beberapa hari terakhir dan
Ny S menjawab iya tepatnya pada hari minggu 16 Oktober 2022. Ibu
mengatakan perdarahan cukup banyak sehingga ibu menggunakan pembalut
lalu bergegas datang ke Puskesmas Turi guna untuk melakukan pemeriksaan
serta mendapatkan penanganan.
Hal ini sesuai dengan kesesuain teori dimana PPI dapat terjadi dikarenakan
adanya hormone prostaglandin yang dihasilkan oleh Sel Sperma yang memicu
terjadinya kontraksi sehingga terjadilah perdarahan akibat dari kontraksi tersebut
juga didapati melalui riwayat pada kehamilan yang lalu terjadi Abortus. Hal ini
juga sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Partus Prematurus Imminens
dapat terjadi jika ditemukan adanya riwayat abortus menurut Rompas (2004).
21
2. Data Objektif
Berdasarkan pengkajian data objektif, ibu dalam pemeriksaan ibu dalam
keadaan umum baik dengan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital ibu
pun dalam keadaan normal, tidak mengalami peningkatan tekanan darah
ataupun penurunan. Dalam pemeriksaan fisik head to toe, semua dalam
keadaan normal.
Pada Pemeriksaan Abdomen ditemukan bahwa TFU ibu yaitu 23 cm dengan TBJ
berkisar 1682 gr. Hal ini juga sesuai dengan teori dimana pada usia 25 minggu
pertumbuhan janin sudah sesuai dengan ukuran serta Tafsiran berat janin yang
diperoleh.
Untuk hasil Lab belum keluar sampai ibu tersebut ditransfer keruang VK Nusa
indah 1.

3. Analisa
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
diagnosis yang spesifik, yaitu Ny. S 32 tahun G5P3Ab1Ah3 usia kehamilan 25
minggu + 3 hari dengan Partus Prematurus Imminens (PPI) dan ditemukan juga
ibu merasa cemas akan janin didalam kandungan ibu sehingga ibu
membutuhkan dukungan secara psikologis.

4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan oleh penulis dan bidan adalah melakukan
kolaborasi dengan dokter obgyn dalam manajemen PPI . Penatalaksanaan PPI
adalah dengan pemberian njeksi Dexamethason dan injeks Ketorolac secara
intravena dilakukan pada 18 Oktober 2022 mulai pukul 10:45 WIB . Hal ini sesuai
degan penatalaksanaan kasus Partus Prematurus Imminens (PPI).

22
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan
Dari kasus manajemen Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal pada
Pada Ny. S usia 32 tahun G5P3Ab1Ah3 usia kehamilan 25 minggu + 3 hari
dengan Partus Prematurus Imminens (PPI) di RSUD Sleman Yogyakarta
terhadap SOAP dan penatalaksanaan sudah sesuai teori, maka penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Telah dilakukan pengkajian data subjektif pada pasien
2. Telah dilakukan pengkajian data objektif pada pasien
3. Telah dilakukan analisa dan interpretasi data yang berupa diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien serta dilakukan antisipasi Tindakan segera
atau kolaborasi dengan dokter obgyn
4. Telah dilakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan dengan kolaborasi
dokter obgyn, pemberian Dexamethason untuk mencegah perdarahan
intraventrikuar guna menghindari resiko kematian pada neonatus, dan
pemberian ketorolac guna mencegah terjadinya pesalian prematur.
23
B. Saran
1. Bagi Bidan di Ruang IGD RSUD Sleman Yogyakarta
Diharapkan dapat mempertahankan dan meningkat kualitas pelayanan yang
tentunya mengutamakan asuhan sayang ibu dalam pemberian asuhan
kebidanan
2. Bagi Ibu dan Keluarga
Diharapkan ibu dapat memahami kondisi dirinya dikarenakan jumlah paritas
dan riwayat Abortus ibu lebih besar terkena risiko komplikasi jika hamil dan
dianjurkan untuk melakukan pemasangan alat kontrasepsi setelah persalinan
3. Bagi Mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Diharapkan dapat melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan
Standar Prosedur Operasional (SPO) serta meningkatkan keterampilan yang
dimiliki dalam memecahkan permasalahan pada

DAFTAR PUSTAKA
Estiwidani D., Niken M., hesty W., Yani W. 2008. Konsep kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya
Farida, Maharani, Soffin Arfian, & D. Dewi Nirlawati. 2012. Hubungan Peningkatan Kadar
Leukosit dengan Kejadian Persalinan Prematur di Rumah Sakit Umum Daerah DR.
Moewardi. Surakarta : UMS
Fitriani, Rini. 2014. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalan Terhadap Respon Adaptasi
Nyeri Pada Pasien Inpartu Kala 1 Fase Laten Di RSKDIA Siti Fatimah Makasar Tahun
2014 “Jurnal Kesehatan Vol. VII No 2/2014”. Makasar : UIN Alauddin Makasar
Hani U., Jiarti k., Marjati., Rita Y. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.
Jakarta: Salemba Medika
Hariadi, R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomate

Ichtiarti, Puji. 2008. Perbandingan Efektifitas Nifedipin dan Isoksuprin dalam Menghambat
Proses Persalinan Preterm. Semarang : UNDIP
Johnson R., Wendy T. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RIs

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai