Anda di halaman 1dari 45

HUBUNGAN FAKTOR EKSTERNAL IBU DENGAN KEJADIAN BAYI

BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUMAH SEHAT UNTUK JAKARTA RSUD KOJA

Disusun Oleh:
Kelompok 5

1 Dedeh Sri Mulyati ( 230119078 )


2 Eka Suhartini ( 230119081 )
3 I Wayan Rudana ( 230119084 )
4 Lusiana ( 230119089 )
5 Leony Agista M ( 230119164 )
6 M. Nur Saroni ( 230119093 )
7 M. Wakhid ( 230119091 )
8 Nu'manudin ( 230119095 )
9 Nunik Kurnia Dewi ( 230119096 )
10 Nuwidiani ( 230119097 )
11 Yayan Syarifudin ( 230119114 )

PROGRAM STRATA SATU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2023

KATA PENGANTAR

1
Yang pertama dan utama Penulis menyampaikan Puji Syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, Penulis mampu menyelesaikan
penulisan skirpsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Strata Satu Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara. Adapun judul
skripsi ini adalah Analisis Hubungan Faktor Eksternal Ibu Dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) DiRumah Sehat Untuk Jakarta RSUD Koja
. Pada saat penyusunan Skripsi ini, penulis mendapat dukungan dan
bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Hj. Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
2. ....................... selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara.
3. Semua Dosen Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
4. ,..,...,.....,................., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu,
koreksi dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi.
5. Seluruh anggota keluarga (orang tua, istri dan anak-anak) yang telah
melimpahkan doa dan dukungan kepada penulis.
6. Terman-teman seperjuangan S1 keperawatan yang sudah sama-sama
memberikan bantuan baik tenaga maupun pikiran.
7. Keluarga Besar Badan Layanan Kesehatan Penerbangan Jakarta yang telah
mendukung dan membantu peneliti menyelesiakan penulisan skripsi ini.
8. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkn satu – persatu dalam kesempatan
ini.
Jakarta, Desember 2023

Penulis

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul i
…………………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………………. iii
Lembar iv
Persetujuan…………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………. 1


1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 6
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 6
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9


……………………………………………………………………
2.1 Konsep Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)………………………..…… 9
2.1.1 Definisi ……………………………………………………..…… 9
2.1.2 Etiologi…………………………………………………….……. 10
2.1.3 Masalah BBLR ……………………………………………..…… 12

2.1.4 Manifestasi Klinis BBLR…………………………………..…… 14

2.1.5 Pencegahan BBLR……………………………………….……… 15

2.1.6 Penatalaksanaan BBLR …………………………………………. 16

2.2 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi BBLR…………………………. 18

2.2 Antenatal Care…………………………………………………….. 19

2.3 Budaya ……………………………………………………………. 20

2.4 Asap Rokok ………………………………………………………. 21

2.3 Kerangka Teori ……………………………………………………… 21

3
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN 27
HIPOTESIS PENELITIAN …………………………………………………
3.1 Kerangka Konsep Penelitian………………………………………… 27

3.2 Hipotesis Penelitian……………………………………………………. 28

3.3 Definisi Operasional…………………………………………………. 28

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ………………………………… 30


4.1 Desain Penelitian………………………………………………………. 30
4.2 Populasi dan Sample…………………………………………………… 30
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………. 31

4.4 Proses Pengumpulan Data…………………………………………….. 33


4.5 Alat Pengumpulan Data……………………………………………….. 33

4.6 Pengolahan Data………………………………………………………. 34


4.7 Etika Penelitian………………………………………………………… 38

4.8 Analisa Data…………………………………………………………… 38


4.9 Jadwal Penelitian………………………………………………………. 40

LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi

4
HUBUNGAN FAKTOR EKSTERNAL IBU DENGAN KEJADIAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUMAH SEHAT UNTUK JAKARTA RSUD KOJA

Oleh :
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIM :...

Telah disetujui, diperiksa, dipertahankan dan siap diujikan dihadapan Tim


Penguji skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.

Pembimbing

(....,......,.................................)
NIDN: ....

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
Ketua,

(Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS)


NIDN : 0309067403

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

5
HUBUNGAN FAKTOR EKSTERNAL IBU DENGAN KEJADIAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUMAH SEHAT UNTUK JAKARTA RSUD KOJA

Oleh :
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NIM : 230....

Jakarta, Desember 2031


Penguji I

(...............................................................)
NIDN.

Penguji II

(..............................................................)
NIDN.

Penguji III

(...,.....,.......,..............................)
NIDN: 03221285.....

BAB I
PENDAHULUAN

6
1.1. Latar Belakang

Kelahiran merupakan awal dari proses kehidupan seorang bayi. Kondisi

bayi saat lahir berbeda-beda. Salah satunya adalah kelahiran dengan masalah

Bayi berat lahir rendah. Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan kondisi

bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram baik bayi lahir cukup bulan

maupun kurang bulan (Prawirohardjo, 2016). Tidak semua bayi dengan berat

badan lahir rendah adalah premature (lahir sebelum usia kehamilan <37

minggu).

Kejadian BBLR terjadi hampir disetiap daerah di Indonesia. Kejadian

BBLR dilihat dari jumlah bayi lahir hidup di Indonesia tahun 2020 sebanyak

129.815 atau 2,73% dari total kelahiran hidup (4.747.077 bayi). Proporsi

terbesar BBLR terdapat di Jawa Tengah sebanyak 23.974, disusul Jawa Barat

sebanyak 20.841, dan Jawa Timur sebanyak 20.501. Sedangkan DKI Jakarta

sendiri sebanyak 2.145 di tahun 2020. Kejadian bayi berat lahir rendah ini

merupakan kondisi yang dapat mengancam kehidupan bayi. BBLR menjadi

penyebab kematian nomor satu pada bayi dengan usia 0-28 hari dengan angka

kematian pada tahun 2020 sebanyak 7.124 kematian, daerah terbanyak adalah

Jawa Timur sebanyak 1.165 kematian, disusul Jawa Tengah sebanyak 1.039

kematian, dan DKI Jakarta sendiri sebanyak 67 kematian (Kemenkes RI,

2021).

Kejadian BBLR ini terus saja terjadi di beberapa daerah khususnya di

DKI Jakarta. Kejadian BBLR ini jika tidak ditanggulangi dapat berdampak

buruk pada bayi, khususnya tingginya resiko kematian. Masalah-masalah yang

menjadi penyebab kematian pada BBLR disebabkan oleh belum matangnya

7
fungsi organ pada bayi, sehingga menyebabkan berbagai gangguan pada bayi.

Beberapa diantaranya adalah gangguan pada sistem pernafasan yang

disebabkan oleh mekanisme pernafasan paru-paru yang belum matang,

kardiovaskuler disebabkan oleh patent ductus arteriosus (PDA), belum

matangnya pengaturan regulasi bayi, dan lain sebagainya (Prawirohardjo,

2016).

Penyebab terjadinya BBLR dapat ditinjau dari berbagai faktor. Faktor

tersebut terdiri dari 3 faktor utama, yaitu: faktor dari dalam ibu, faktor

demografi, dan faktor dari luar ibu. Faktor dari dalam ibu adalah usia ibu,

status paritas, dll. Faktor demografi terdiri dari tempat tinggal, pendidikan,

dan sebagainya. Sedangkan, faktor yang ada diluar ibu (ekstrinsik)

diantaranya adalah pemeriksaan antenatal care, budaya, dan paparan polusi

dari lingkungan (Anik Maryunani, 2014). Beberapa faktor ekstrinsik juga

didapatkan dari pernikahan yang tidak syah yang dapat menyebabkan

ketidaksiapan orang tua dalam menerima momongan hal ini akan berdampak

pada ketidakcukupan asupan nutrisi pada bayi, faktor status ekonomi kurang

juga dapat berdampak pada kejadian BBLR, hal ini berkaitan dengan

maraknya pernikahan usia muda yang menimbulkan kurang siapnya menjadi

orang tua, baik dari segi materil maupun psikologis (Pantiawati, 2016).

Faktor eksternal yang dapat diminimalisir yaitu antenatal care, budaya,

dan paparan polusi dari luar. Angka kejadian BBLR dapat ditekan dengan

meminimalisirkan faktor-faktor dari luar ibu. Ketiga faktor tersbeut tersebut

berperan aktif dalam kejadian BBLR pada kelahiran.

8
Antenatal care merupakan perawatan saat kehamilan yang dilakukan oleh

ibu hamil, mulai dari trimester pertama hingga trimester ketiga berdasarkan

standar pelayanan kebidanan (Anik Maryunani, 2014). Pemeriksanaan

antenatal yang teratur akan memungkinkan deteksi dini pada ibu yang

beresiko melahirkan BBLR, sehingga upaya preventif maupun kuratif dapat

dilakukan.

Budaya merupakan sesuatu yang melekat pada setiap lingkungan dimana

manusia tinggal. Pada kondisi budaya yang mempengaruhi ibu hamil

diantaranya adalah budaya konsumsi makanan yang tabu untuk dimakan oleh

ibu hamil dan yang boleh dimakan oleh ibu hamil. Hal ini akan

mempengaruhi kondisi ibu hamil, khususnya kondisi status gizi ibu hamil.

Kecukupan gizi pada ibu hamil ini akan mempengaruhi status gizi janin yang

dikandungnya, yang juga akan mempengaruhi kejadian BBLR pada

kelahirannya nanti (Anik Maryunani, 2014).

Paparan polusi dari luar merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan kejadian BBLR (Anik Maryunani, 2014). Salah satunya adalah

polusi udara akibat rokok. Paparan asap rokok mengandung banyak zat kimia

berbahaya bagi janin. Nikotin dapat menyebabkan kontraksi pada pembuluh

darah, akibatnya aliran darah ke janin melalui tali pusar janin akan berkurang

sehingga mengurangi kemampuan tali pusar untuk distribusi zat makanan

yang diperlukan janin. Karbon dioksida pada asap rokok juga dapat mengikat

hemoglobin sehingga mengurangi kerja hemoglobin yang semestinya dapat

mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh termasuk janin (Anik Maryunani,

2014).

9
Penelitian Sunarni, dkk didapatkan hasil bahwa ibu yang melakukan

pemeriksaan antenatal care dengan lengkap akan memberikan peluang lebih

besar untuk bayi berat lahir normal, dibandingkan dengan ibu yang tidak

melakukan ANC dengan lengkap. Indikasi pemeriksaan ANC yang baik dapat

dilihat dari pemeriksaan yang dilakukan dengan teratur sesuai jadwal kontrol

ibu saat hamil (Neli Sunarni, Elis Noviati, Rudi Kurniawan, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Nur & Pattola didapatkan hasil bahwa

tradisi masyarakat dalam melakukan pantangan makan pada ibu hamil

mempengaruhi terjadinya kejadian BBLR, dengan nilai p: 0,000 (<0,05).

Terdapat 6 ibu yang saat hamil melakukan pantangan makanan mengakibatkan

BBLR (Pattola, 2021).

Penelitian Soesono, dkk didapatkan bahwa paparan asap rokok di dalam

rumah yang didapatkan dari suami dapat memberikan pengaruh pada kejadian

BBLR, dengan nilai p: 0,03 (<0,05). Paparan rokok sebaiknya dihindari oleh

ibu hamil untuk mencegah terjadinya BBLR (Grandinata Soeseno, Bikin

Suryawan and Widiasa, 2019). Literature review Aditya, dkk mengatakan

bahwa dari total 9 jurnal didapatkan 4 jurnal melaporkan adanya hubungan

paparan asap rokok dengan kejadian BBLR, dan 2 jurnal melaporkan adanya

hubungan paparan asap rokok dengan penurunan berat badan janin (Vikram

Aditya, Yusniar Hanani Darundiati, 2022).

Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja merupakan Rumah Sakit yang

bernaung di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertempat di Jl.

Deli 4 Kelurahan Koja Kecamatan Koja Jakarta Utara. Salah satu ruang

perawatan yang ada di RSUD Koja yaitu Ruang Perinatologi, yang merupakan

10
ruang perawatan bayi baru lahir dengan komplikasi kelahiran, salah satunya

adalah BBLR. Jumlah pasien dengan BBLR pada 3 bulan terakhir yaitu: 156

pasien, 150 pasien, dan 197 pasien dari Agustus hingga Oktober 2022.

Saat dilakukan studi pendahuluan di ruang Perinatologi tanggal 4

November 2022 didapatkan jumlah pasien BBLR sebanyak 5 pasien. dari

kelima pasien didapatkan bahwa berat badan lahir dari 2.100gr hingga

terendah adalah 1.800gr. Saat dilakukan wawancara pada orang tua pasien

didapatkan bahwa seluruh orang tua jarang melakukan pemeriksaan ANC saat

hamil, seluruh ayah dari bayi merupakan perokok aktif di dalam rumah

maupun di luar rumah, dan sebagian orang tua melakukan pantangan makan

saat hamil sebanyak 60%. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti

menyimpulkan suatu kecenderungan bahwa ketiga faktor tersebut

(pemeriksaan ANC, budaya, dan paparan asap rokok) dapat meningkatkan

resiko terjadinya BBLR.

Berdasarkan uraian teori, penelitian terkait, dan fenomena yang ada di

ruangan Perinatologi, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan faktor

eksternal ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sehat

untuk Jakarta RSUD Koja.

1.2. Rumusan Masalah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan kondisi bayi lahir dengan

berat kurang dari 2.500 gram. Beberapa faktor eksternal ibu yang dapat

mempengaruhi kejadian BBLR antara lain: pemeriksaan antenatal care,

budaya, dan paparan polusi dari lingkungan. Pemeriksaan ANC yang teratur

11
sesuai jadwal kontrol ibu saat hamil dapat mendeteksi secara dini masalah

yang ada pada ibu hamil, sehingga dapat mencegah komplikasi saat kelahiran.

Budaya pada lingkungan di beberapa ibu hamil yang mengharuskan pantangan

makanan yang harus dimakan pada saat hamil memberikan kemungkinan

kurangnya asupan pada ibu hamil yang berakibat pada kurangnya nutrisi pada

bayi, yang berdampak pada BBLR. Paparan rokok juga dapat memberikan

dampak yang negatif terhadap kejadian BBLR.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mendapatkan pertanyaan penelitian

“apakah ada hubungan faktor eksternal ibu dengan kejadian bayi berat lahir

rendah (BBLR) di Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan faktor eksternal ibu dengan

kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sehat untuk Jakarta

RSUD Koja.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Identifikasi gambaran faktor pemeriksaan antenatal care pada ibu di

Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja.

b. Identifikasi gambaran faktor budaya pada ibu di Rumah Sehat untuk

Jakarta RSUD Koja.

c. Identifikasi gambaran faktor paparan asap rokok pada ibu di Rumah

Sehat untuk Jakarta RSUD Koja.

12
d. Identifikasi kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) faktor eksternall

di Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja.

e. Identifikasi hubungan pemeriksaan antenatal care dengan kejadian

bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD

Koja.

f. Identifikasi hubungan budaya dengan kejadian bayi berat lahir rendah

(BBLR) di Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja.

g. Identifikasi hubungan paparan asap rokok dengan kejadian bayi berat

lahir rendah (BBLR) di Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi RSUD Koja

Memberikan data terkait dengan kondisi pasien dengan BBLR dan

faktor yang berhubungan, seperti faktor eksternal ibu. Sehingga pelayanan

dapat difokuskan pada kondisi terkait pada ibu dan BBLR.

1.4.2. Bagi Perawat

Memberikan gambaran tentang fenomena yang ada di lapangan,

sehingga dapat dilakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan yang

sesuai dengan kondisi pasien saat ini.

1.4.3. Bagi Masyarakat

13
Memberikan gambaran tentang faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya BBLR, sehingga masyarakat lebih peka untuk melakukan

pencegahan kejadian BBLR.

1.4.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan data dasar terkait penelitian tentang BBLR, sehingga

peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian terkait dengan faktor-

faktor lain yang lebih luas yang dapat mempengaruhi kejadian BBLR.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Konsep Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

1.1.1. Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan kondisi bayi lahir

dengan berat kurang dari 2.500 gram baik bayi lahir cukup bulan

maupun kurang bulan (Prawirohardjo, 2016). Tidak semua bayi dengan

berat badan lahir rendah adalah premature (lahir sebelum usia

kehamilan <37 minggu).

Manuaba mendefinisikan BBLR sebagai berat bayi saat lahir

<2.500 gr, terdapat dua penyebab yaitu kelahiran <37 minggu dan

cukup minggu namun berat badan kurang dari semestinya, atau

kombinasi dari keduanya. Istilah prematuritas telah diganti dengan

BBLR (Maryunani, 2014).

American academy of pediatric mengklasifikasikan BBLR menjadi

tiga klasifikasi berdasarkan berat bayi saat lahir. Klasifikasi tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.1 (Pantiawati, 2016).

Tabel 2.1. Klasifikasi BBLR menurut American academy of pediatric

Klasifikasi Berat Bayi


extremely low birthweight <1.000 gr
very low birthweight <1.500 gr
low birth weight <2.500 gr

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mendefinisikan BBLR

merupakan kondisi bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gr

15
dengan masa kehamilan cukup atau kurang minggu, dimana BBLR itu

dapat diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi berdasarkan berat bayi

extremely low birthweight, very low birthweight, low birth weight.

Penelitian Ramadhani & Hano (2020) tentang determinan kejadian

BBLR di Gorontalo, didapatkan hasil bahwa dari 202 bayi lahir

didapatkan BBLR sebanyak 34 bayi (16,8%). Berdasarkan hasil

tersebut didapatkan faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR antara

lain pengetahuan dan pendapatan orang tua yang masih dibawah rata-

rata.

1.1.2. Etiologi

Jurnal penelitian Lestari, dkk (2020) tentang faktor resiko maternal

BBLR: studi sistematik review, didapatkan bahwa faktor maternal yang

sangat mempengaruhi kejadian BBLR antara lain: usia, paritas, lingkar

lengan, hemoglobin, usia kehamilan, dan komplikasi saat kehamilan.

Penyebab terjadinya BBLR ditinjau dari beberapa faktor dapat

dijabarkan sebagai berikut (Maryunani, 2014).

Jurnal penelitian Hanum Sasmita (2020), didapatkan hasil bahwa

usia kehamilan preterm memiliki resiko lebih tinggi dari usia kehamilan

aterm, dengan nilai p: 0,000 (<0,05), faktor paritas ≥4 memiliki resiko

kejadian BBLR lebih tinggi dari paritas <4, dengan nilai p: 0,038

(<0,05), sedangkan kejadian Preeklamsi pada ibu selama kehamilan

dapat berdampak pada kelahiran BBLR, dengan nilai p: 0,007 (<0,05).

1. Prematuritas

16
a. Janin mengalami gawat janin, kehamilan kembar,

eritroblastosis, hydrop non imun.

b. Plasenta previa, solusio plasenta.

c. Uterus bicornis, incompeten serviks.

d. Maternal preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penyalahgunaan

obat.

e. Ketuban pecah dini, polihidramnion, iatrogenic.

2. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)

Pertumbuhan janin terhambat dapat dipengaruhi oleh tiga faktor

yaitu janin, maternal, dan plasenta. International Journal

Nishihama, dkk (2022) mengambil 91.559 sampel ibu yang

melahirkan anak di Jepang didapatkan bahwa kejadian BBLR dapat

dikurangi dengan menjauhkan ibu dari paparan asap rokok.

a. Janin/ faktor fetus

Faktor janin dapat disebabkan oleh kelainan kromosom (trisomy

13, 18, 21), kelainan bawaan (anensefalus, atresia

gastrointestinum, sindrom potter), infeksi rubella, penyakit

metabolism seperti galaktosemia dan feniketonuria.

b. Faktor maternal

Faktor maternal dapat disebabkan oleh preeklamsia dan

eklamsia, renovaskular kronis, vaskuler hipertensi, malnutrisi,

ibu perokok, hipoksemia, usia ibu, faktor ekonomi ibu, dan

paritas.

c. Faktor plasenta

17
Faktor plasenta dapat disebabkan oleh isufisiensi plasenta,

masalah anatomis plasenta (infark multiple, thrombosis vaskuler

umbilical, hemangioma), kembalian kermbar (anastomose

vaskuler abnormal).

1.1.3. Masalah BBLR

Masalah yang dapat terjadi pada BBLR dapat dilihat dari kelainan

organ pada bayi (Pantiawati, 2016).

1. Pernafasan

a. Depresi perintal di ruang bersalin akibat rendahnya adaptasi

pernafasan.

b. Respiratory distress syndrome

c. Apnue akibat mekanisme pengontrolan pernafasan yang belum

matang

d. Bronchopulmonary dysplasia

2. Neurologis

a. Depresi prenatal

b. Perdarahan intracranial

c. Periventrikel white matter

3. Kardiovaskuler

a. Hipotensi, hipovolemi, disfungsi jantung, vasodilatasi akibat

sepsis

b. Patent ductus arteriosus (PDA) mungkin menyebabkan gagal

jantung kongestif

c. Anemia, hyperbilirubinemia

18
4. Gastrointestinal

a. Enterokolitis nekrotikan

b. Gangguan metabolism glukosa dan kalsium

c. Hipoglikemi

5. Ginjal

a. Filtrasi glomerulus rendah

b. Ketidakmampuan mengatur zat terlarut, asam, dan elektrolit

6. Imunologi: defisiensi humoral maupun respon sel menyebabkan

bayi beresiko terkena infeksi

7. Regulasi temperature belum matang, dapat menyebabkan

hipotermia atau hepertermia

8. Optamologi: retinopathy of prematurity

9. Cacat perkembangan

a. Retardasi mental

b. Kerusakan sensori (tuli, buta)

c. Disfungsi serebral

Masalah-masalah yang terjadi pada BBLR dapat berakibat fatal,

jika tidak ditangani dengan baik. Hal ini menjadikan BBLR salah satu

penyebab kematian neonatal terbesar di Indonesia. Berdasarkan data

profil kesehatan Indonesia tahun 2021 yang dirilis Kemenkes RI

didapatkan penyebab antara lain BBLR (35,2%), disusul oleh asfiksia

(27,4%), kelainan kongenital (11,4%), infeksi (3,4%), tetanus

neonatorium (0,3%), dan penyebab lain-lain (22,5%).

19
1.1.4. Manifestasi Klinis BBLR

Karakteristik BBLR berdasarkan usia kehamilan dapat diklasifikasikan

menjadi dua yaitu premature dan dismatur (Prawirohardjo, 2016).

1. Bayi premature

a. Berat lahir ≤2.500 gr

b. Panjang badan ≤45 cm

c. Lingkar dada < 30 cm

d. Lingkar kepala <33 cm

e. Usia kehamilan <37 minggu

f. Kepala relatif lebih besar dari badannya

g. Kulit tipis transparan, lunago banyak

h. Lemak subkutan kurang

i. Sering tampak peristaltic ususnya

j. Tangisan lemah dan jarang

k. Pernafasan tidak teratur dan sering terjadi apnea

l. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya

lemah

m. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot

dan jaringan lemak masih kurang

n. Verniks kaseosa tidak ada atau bahkan sedikit bila ada

o. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

p. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

q. Tumit mengkilap, telapak kaki halus

20
r. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup labia

mayora, klitoris menonjol. Testis belum turun ke dalam

skrotum, pigmentasi rugae pada skrotum kurang.

2. Bayi dismatur

1. Umur janin cukup, namun beratnya <2.500 gr

2. Gerakan aktif dan tangisan kuat

3. Kulitnya keriput, lemaknya di bawah kulit tipis

4. Bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora

5. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun

6. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

7. Menghisap kuat

2.1.5 Pencegahan BBLR

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk kejadian BBLR antara lain

(Maryunani, 2014).

1. Mengupayakan melakukan pemeriksaan antenatal yang baik secara

berkala minimal 4 kali selama kehamilan dan mulai sejak kehamilan

muda. Ibu hamil yang beresiko mengarah kelahiran BBLR harus

segera dipantau, dilaporkan, dan dirujuk.

2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah kejadian

BBLR.

3. Meningkatkan gerakan keluarga berencana.

4. Menganjurkan lebih banyak istirahat jika kehamilan aterm, dan

perbanyak tirah baring jika terjadi keadaan menyimpang dari

kehamilan normal.

21
5. Meningkatkan kerja sama dengan dukun beranak yang masih

mendapatkan kepercayaan masyarakat.

6. Hindari kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman

beralkohol.

7. Konsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan

8. Konsumsi suplemen Fe atau tablet besi, asam folat, vitamin C.

2.1.6 Penatalaksanaan BBLR

Penatalaksanaan bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain

(Maryunani, 2014):

1. Pemberian air susu ibu (ASI)

a. ASI mengandung protein tinggi, laktal albumin, zat kekebalan

tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan

oligosakarida.

b. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk

memacu motilitas usus dan perlindungan terhadap penyakit.

c. ASI dapat meningkatkan ikatan antara bayi dengan ibu.

d. Pemberian ASI penting untuk tumbuh kembang yang optimal.

2. Pengaturan suhu badan (Termoregulasi)

3. Pengaturan dan pengawasan asupan cairan

Pengaturan pemberian cairan berupa susu dapat ditentukan pilihan

sesuai kondisi bayi, cara pemberian dan jadwal pemberian.

Pemberian ASI merupakan pilihan pertama pada pasien BBLR. Jika

bayi tidak bisa menetek dengan benar atau bayi sianosis saat

22
menetek, pemberian dapat dilakukan melalui naso gastric tube

(NGT).

4. Pencegahan infeksi

BBLR tidak boleh kontak dengan penderita penyakit infeksius,

perawatan tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptis

dan antiseptic, jumlah pasien dibatasi, rasioperawat dengan pasien

ideal, mengatur kunjungan, pencegahan timbulnya asfiksia,

penggunaan antibiotic, dan menghindari perawatan terlalu lama.

5. Penimbangan dan pemantauan berat badan

6. Pemberian oksigen dan pengawasan jalan nafas

23
2.1. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi BBLR

1.1.1. Antenatal Care

1. Definisi

Antenatal care merupakan perawatan saat kehamilan yang

dilakukan oleh ibu hamil, mulai dari trimester pertama hingga

trimester ketiga berdasarkan standar pelayanan kebidanan

(Maryunani, 2014). Pemeriksanaan antenatal yang teratur akan

memungkinkan deteksi dini pada ibu yang beresiko melahirkan

BBLR, sehingga upaya preventif maupun kuratif dapat dilakukan.

Jurnal penelitian Neli Sunarni, dkk (2018) didapatkan hasil

bahwa ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal care dengan

lengkap akan memberikan peluang lebih besar untuk bayi berat lahir

normal, dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan ANC

dengan lengkap. Indikasi pemeriksaan ANC yang baik dapat dilihat

dari pemeriksaan yang dilakukan dengan teratur sesuai jadwal

kontrol ibu saat hamil.

Jurnal penelitian Nurhayani Fatimah (2017) tentang hubungan

antenatal care dengan kejadian BBLR pada Ibu Aterm di RSUP Dr.

M. Djamil Padang, didapatkan hasil bahwa frekuensi kunjungan

ANC dapat mempengaruhi kejadian BBLR, dimana ibu dengan

jumlah kunjungan >4 kali selama masa ANC memiliki resiko lebih

rendah untuk melahirkan BBLR, sedangkan kejadian BBLR yang

lebih tinggi terjadi pada ibu dengan jumlah kunjungan <4 kali

selama ANC. Hasil ini dibuktikan dengan nilai p: 0,026 (<0,05).

24
2. Tujuan

Menurut Kusmiyati (2018) tujuan dilakukannya pemeriksaan

antenatal care yaitu:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal,

dan sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi saat kehamilan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat anak dan ibunya, dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan

pemberian air susu ibu (ASI) esklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima

kelahiran bayi agar bertumbuh dan berkembang secara normal.

3. Manfaat

Manfaat pemeriksaan kehamilan secara rutin adalah untuk

memperoleh gambaran mengenai perubahan fisiologik selama

kehamilan dan berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara

dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah

dalam pertolongan pertama persalinan (Manuaba and Ida Bagus

Gde, 2008)

4. Standar pelayanan Antenatal Care

25
Frekuensi kunjungan ANC antara lain: 1 kali saat trimester I, 1

kali saat trimester II, dan 2 kali saat trimester III. Pelayanan ANC

meliputi 7T yaitu: timbang berat badan, imunisasi TT lengkap,

pemberian tablet besi minimal 90 tablet saat kehamilan, tes terhadap

penyakit menular seksual, temu wicara dan konseling dalam rangka

rujukan (Kusmiyati, 2018).

Pemeriksaan yang dilakukan pada ANC (Kusmiyati, 2018)

antara lain:

a. Inspeksi

Inspeksi yang meliputi perubahan yang terjadi pada kondisi ibu

seperti muka, leher, dada, perut, vulva, dan anggota bawah.

Perubahan yang dilihat seperti kloasma gravidarum,

hiperpigmentasi putting susu, keadaan putting susu, adanya

varises vulva, tanda chadwick, kondiloma, adanya luka, dan

sebagainya.

b. Palpasi

Palpasi meliputi letak janin, bagian, dan presentasi janin dengan

melakukan pemeriksaan leopold. Palpasi juga dilakukan untuk

mengetahui gerakan janin, besar janin, dan konsistensinya.

c. Auskultasi

Auskultasi meliputi denyut jantung janin, bising tali pusat,

bising Rahim, bising usus, gerakan dan tenangan janin.

26
1.1.2. Budaya

Budaya merupakan sesuatu yang melekat pada setiap lingkungan

dimana manusia tinggal. Pada kondisi budaya yang mempengaruhi ibu

hamil diantaranya adalah budaya konsumsi makanan yang tabu untuk

dimakan oleh ibu hamil dan yang boleh dimakan oleh ibu hamil. Hal ini

akan mempengaruhi kondisi ibu hamil, khususnya kondisi status gizi

ibu hamil. Kecukupan gizi pada ibu hamil ini akan mempengaruhi

status gizi janin yang dikandungnya, yang juga akan mempengaruhi

kejadian BBLR pada kelahirannya nanti (Anik Maryunani 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Pattola (2021) didapatkan hasil

bahwa tradisi masyarakat dalam melakukan pantangan makan pada ibu

hamil mempengaruhi terjadinya kejadian BBLR, dengan nilai p: 0,000

(<0,05). Terdapat 6 ibu yang saat hamil melakukan pantangan makanan

mengakibatkan BBLR.

1.1.3. Asap Rokok

1. Definsi

Rokok adalah sebuah lintingan atau gulungan tembakau yang

digulung atau dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung,

sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap

seseorang setelah dibakar ujungnya (Kemenkes RI,

2018). Kemenkes RI juga menjelaskan jenis rokok lain yaitu rokok

elektrik, yang merupakan suatu alat yang berfungsi seperti rokok

namun tidak menggunakan ataupun membakar daun tembakau,

melainkan mengubah cairan menjadi uap yang dihisap oleh perokok

27
ke dalam paru-parunya, rokok elektrik umumnya memengandung

nikotin, zat kimia lain, serta perasa dan bersifat toksik/racun.

2. Kandungan Rokok

Menurut Kemenkes RI (2018), sebatang rokok mengandung

paling tidak 20 kandungan berbahaya. Yang dapat merusak sistem

kerja tubuh jika dikonsumsi secara berkala. Kandung-kandungan

berbahaya yang terkandung dalam sebatang rokok dapat dilihat pada

gambar 2.1. antara lain:

Gambar 2.1. Kandungan dalam sebatang rokok

a. Acetone (Penghapus Cat)

b. Naphtylamine (Zat Karsinogenik)

c. Methanol (Bahan Bakar Roket)

28
d. Pyrene (Pelarut Industri)

e. Dimethylnitrosamine (Zat Karsinogenik)

f. Naphtalene (Kapur barus)

g. Cadmium (Dipakai accu mobil)

h. Carbon Monoxide (Gas dari knalpot)

i. Benzopyrene (Zat Karsinogenik)

j. Vinyl Chloride (Bahan Plastik PVC)

k. Hydrogen Cyanide (racun untuk hukuman mati)

l. Toluidine (Zat Karsinogenik)

m. Ammonia (pembersih lantai)

n. Urethane (Zat Karsinogenik)

o. Toluene (Pelarut Industri)

p. Arsenic (Racun Semut Putih)

q. Dibenzacridine (Zat Karsinogenik)

r. Phenol (antiseptik/pembunuh kuman)

s. Butane (Bahan Bakar Korek Api)

t. Polonium -210 (bahan radioaktif)

Paparan polusi dari luar merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan kejadian BBLR (Anik Maryunani 2014). Salah

satunya adalah polusi udara akibat rokok. Paparan asap rokok

mengandung banyak zat kimia berbahaya bagi janin. Nikotin dapat

menyebabkan kontraksi pada pembuluh darah, akibatnya aliran

darah ke janin melalui tali pusar janin akan berkurang sehingga

mengurangi kemampuan tali pusar untuk distribusi zat makanan

29
yang diperlukan janin. Karbon monoksida pada asap rokok juga

dapat mengikat hemoglobin sehingga mengurangi kerja hemoglobin

yang semestinya dapat mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh

termasuk janin (Anik Maryunani 2014).

Penelitian Soeseno, dkk (2019) didapatkan bahwa paparan asap

rokok di dalam rumah yang didapatkan dari suami dapat

memberikan pengaruh pada kejadian BBLR, dengan nilai p: 0,03

(<0,05). Paparan rokok sebaiknya dihindari oleh ibu hamil untuk

mencegah terjadinya BBLR..

Literature review Aditya, dkk (2022), mengatakan bahwa dari

total 9 jurnal didapatkan 4 jurnal melaporkan adanya hubungan

paparan asap rokok dengan kejadian BBLR, dan 2 jurnal

melaporkan adanya hubungan paparan asap rokok dengan

penurunan berat badan janin.

Literature review Fitriana (2019) tentang efek konsumsi

alkohol dan merokok pada wanita hamil, menjabarkan bahwa efek

paparan rokok dan alcohol dapat menyebabkan aborsi spontan,

celah orofisial, kelahiran premature, BBLR, hambatan

pertumbuhan, abrupsio plasenta, stillbirth, dan sudden death infant

syndrome (SDIS). Berdasarkan hasil review beberapa jurnal

penelitian internasional oleh Fitriana disimpulkan bahwa efek dari

asap rokok dapat memperbesar kejadian BBLR.

Jurnal penelitian Wahyuningsih (2017) tentang paparan asap

rokok dalam rumah dan berat BBLR di Rumah Sakit di Wonosari,

30
didapatkan hasil bahwa paparan asap rokok di dalam rumah dapat

berpengaruh pada kejadian BBLR, hal ini dibuktikan dengan nilai p:

0,007 (<0,05). Wahyuningsih menjelaskan bahwa rokok yang

dihisap di dalam rumah saat ada ibu hamil dapat meningkatkan

resiko kejadian BBLR menjadi 2,47 kali lipat lebih tinggi.

31
2.3. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


Konsep BBLR:
BBLR:
- Definisi
- Antenatal care
- Etiologi
- Budaya
- Masalah pada BBLR
- Asap rokok
- Manifestasi klinis
- Pencegahan BBLR
- Penatalaksanaan
BBLR

Kejadian BBLR
- Baik
- Kurang

Gambar 2.2. Kerangka Teori

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

: Alur berpikir

32
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

Bab ini akan diuraikan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis, dan definisi

operasional yang memberikan arah pada pelaksanaan dan analisa data.

1.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan landasan berfikir untuk melakukan suatu

penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu

faktor eksternal ibu dan variabel dependen yaitu kejadian BBLR.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor eksternal ibu:


- Pemeriksaan ANC Kejadian BBLR:
- Budaya ibu
- Paparan asap rokok

1.2. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1.1.1. Ada hubungan pemeriksaan antenatal care dengan kejadian bayi berat

lahir rendah (BBLR) di Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja.

1.1.2. Ada hubungan budaya dengan kejadian bayi berat lahir rendah

(BBLR) di Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja.

1.1.3. Ada hubungan paparan asap rokok dengan kejadian bayi berat lahir

rendah (BBLR) di Rumah Sehat untuk Jakarta RSUD Koja.

27
1.3. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan menjaga konsistensi

pengumpulan data, menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi

ruang lingkup variabel (Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Variabel independen
1. Pemeriksaan Pemeriksaan Kuisioner 0: Tidak rutin Ordinal
ANC yang dilakukan jika, <6
oleh ibu selama 1: Rutin, jika >=
kehamilan hingga 6
menjelang
kelahiran bayi.

2. Budaya ibu Budaya yang Kuisioner 0: Tidak Ordinal


melarang ibu Mendukung
mengkonsumsi
makanan tertentu, 1: Mendukung
sehingga
mempengaruhi
gizi ibu saat
kehamilan.

3. Paparan asap Paparan asap Kuisioner 0: Aktif Ordinal


rokok rokok yang 1: Pasif
didapatkan ibu
saat kehamilan.

Variabel dependen
4. Kejadian Kondisi berat Kuisioner 0: BBLR Ordinal
BBLR badan bayi lahir 1: Tidak BBLR
< 2.500 gram.

29 9
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain Penelitian merupakan bentuk yang digunakan dalam melakukan

prosedur penelitian (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini adalah studi kuantitatif

dengan pengambilan data menggunakan desain deskriptif analitik dengan

pendekatan retrospektif kasus kontrol untuk melihat hubungan faktor eksternal

ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sehat untuk

Jakarta RSUD Koja.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2018) yaitu wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

paska melahirkan di RSUD Koja pada bulan Januari 2023.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian ju

mlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Notoatmodjo, 2018).

Pengambilan jumlah sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan

rumus beda dua proporsi.

30 9 27
Rumus sampel sebagai berikut:

Keterangan:

N1 : Sampel intervensi (yang diberikan perlakuan)

N2 : Sampel kontrol (tidak dilakukan perlakuan)

Zα : Deviat baku alfa/ kesalahan tipe I (peneliti menentukan

sendiri α = 5%, maka Zα = 1,64)

Zβ : Deviat baku beta/ kesalahan tipe II (peneliti menentukan

sendiri β = 20%, maka Zβ = 0,84)

P2 : Proporsi kelompok kontrol (dari penelitian Sunarni (2018)

didapatkan P2 = 43,3% = 0,433)

Q2 : 1-P2 = 1-0,433 = 0,567

P1-P2 : Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna

(ditetapkan oleh peneliti = 0,2)

P1 : Proporsi kelompok intervensi (P2+0,2 = 0,433+0,2 = 0,633)

Q1 : 1-P1 = 1-0,633 = 0,367

P : Proporsi total

Q : 1-P = 1-0,533 = 0,467

13
Perhitungan Jumlah Sampel:

Sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah 76 responden untuk

responden/ ibu dengan bayi yang mengalami BBLR dan 76 responden/ ibu

dengan bayi yang tidak mengalami BBLR.

4.2.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Purposive sampling merupakan cara pengambilan

sampel dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ada

pada sampel (Notoatmodjo, 2018).

4.2.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

2 931
Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini semua responden adalah:

1. Kondisi pasien sadar penuh/ composmentis

2. Pasien paska melahirkan dalam masa nifas

3. Pasien mampu membaca dan menulis

4. Bersedia menjadi responden

Kriteria Eksklusi

1. Pada saat pengambilan data kondisi responden mengalami penurunan

kesadaran

2. Tidak bersedia menjadi responden

4.3. Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang RPKK RSUD Koja.

4.3.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di bulan Januari 2023.

4.4. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dimulai dari penyusunan izin di tempat

penelitian sampai dengan pengumpulan data selesai dilakukan. Tahapannya

sebagai berikut ini:

1. Peneliti melakukan perizinan tertulis pada instansi RSUD Koja.

2. Peneliti menentukan sampel penelitian di RSUD Koja.

3. Peneliti melakukan pengumpulan data.

1 31 9
4. Setelah selesai, lembar kuisioner diperiksa kembali kelengkapannya oleh

peneliti, bila ada data yang kurang lengkap diselesaikan saat itu juga.

1.1. Alat Pengumpulan Data

1.1.1. Kuisioner Demografi

Kuisioner ini berisi tentang data demografi ibu dan bayi. Data demografi

meliputi nama/ inisial ibu, usia ibu, nomor rekam medik ibu, usia bayi,

berat badan bayi saat lahir.

1.1.2. Kuisioner Pemeriksaan Antenatal Care

Kuisioner ini berisi tentang pemeriksaan ANC yang dilakukan ibu

selama kehamilan. Kuisioner berisi 15 item pertanyaan yang dibuat dalam

bentuk skala likert dengan rentang skor 1-4, pertanyaan positif dengan

jawaban selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1).

Pertanyaan negatif dengan jawaban selalu (1), sering (2), kadang-kadang

(3), tidak pernah (4).

Pemeriksaan ANC dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Tidak rutin (jika skor yang didapatkan 15-37)

b. Rutin (jika skor yang didapatkan 38-60).

1.1.3. Kuisioner Budaya Ibu

Kuisioner ini berisi tentang budaya di lingkungan ibu yang

mempengaruhi ibu untuk meningkatkan derajat kesehatan selama

kehamilan, dilihat dari pantangan makan makanan tertentu, aktivitas fisik,

istirahat tidur, dan sebagainya. Kuisioner berisi 15 item pertanyaan yang

dibuat dalam bentuk skala likert dengan rentang skor 1-4, pertanyaan

4 3 933
positif dengan jawaban sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat

tidak setuju (1). Pertanyaan negatif dengan jawaban sangat setuju (1),

setuju (2), tidak setuju (3), sangat tidak setuju (4).

Budaya ibu dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kurang baik (jika skor yang didapatkan 15-37)

b. Baik (jika skor yang didapatkan 38-60).

1.1.4. Kuisioner Paparan Asap Rokok

Kuisioner ini berisi tentang paparan asap rokok di lingkungan ibu

yang didapatkan ibu selama kehamilan. Kuisioner berisi 15 item

pertanyaan yang dibuat dalam bentuk skala likert dengan rentang skor 1-4,

pertanyaan positif dengan jawaban selalu (4), sering (3), kadang-kadang

(2), tidak pernah (1). Pertanyaan negatif dengan jawaban selalu (1), sering

(2), kadang-kadang (3), tidak pernah (4).

Paparan asap rokok dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Terpapar (jika skor yang didapatkan 15-37)

b. Tidak terpapar (jika skor yang didapatkan 38-60).

1.1.5. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas di ru-

ang RPKK pada tanggal 28 Desember 2022 dengan total 15 responden. Uji

kuisioner terdiri dari dua yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas adalah

kriteria dimana alat ukur/ kuisioner yang digunakan dapat dengan tepat

mengukur suatu variabel. Reliabilitas adalah kriteria dimana alat ukur/ kui-

sioner yang digunakan dapat dengan benar mengukur suatu objek

walaupun dilakukan secara berkali-kali, namun hasil pengukuran tetap

9 3 35
sama (Sugiyono, 2016). Kuisioner dikatakan valid jika nilai r hitung pada

pertanyaan ≥ r product moment. Sedangkan dikatakan reliabel berdasarkan

nilai alpha Cronbach hasil uji SPSS.

Tabel 4.1. Tingkatan reliabilitas kuisioner

Alpha Cronbach Reliabilitas


< 0,2 Sangat rendah
0,2-0,399 Rendah
0,4-0,599 Cukup
0,6-0,799 Tinggi
0,8-1,00 Sangat tinggi

1.2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data menggunakan komputer

melalui beberapa tahap (Notoatmodjo, 2018), yaitu:

1.2.1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh dikumpulkan. Pada tahap ini data dilakukan editing

dengan mengecek kelengkapan dan kejelasan dari jawaban yang

sudah terisi semua.

1.2.2. Coding

Semua data yang sudah di edit dilakukan pengkodean (coding)

yaitu mengubah data berbentuk kalimat menjadi data angka atau

bilangan. Pemberian kode ini sangat penting apabila pengolahan data

analisis data menggunakan komputer.

1.2.3. Entri data

Data entri adalah memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

36 9
distribusi frekuensi sederhana atau tabel kontigensi. Data dari masing-

masing responden yang sudah dalam bentuk kode dimasukan ke

dalam progam komputer menggunakan progam SPSS.

1.3. Etika Penelitian

Mengingat etika penelitian keperawatan berhubungan dengan manusia,

maka sebuah penelitian harus memperhatikan etika penelitian. Ada tiga etika

penelitian yang penulis gunakan pada penelitian ini (Notoatmodjo, 2018).

4.7.1. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity (tanpa nama) merupakan etika penelitian dengan tidak

mencantumkan identitas/nama responden tetapi menggunakan kode.

Hal ini bermaksud menghormati privasi dan menjaga kerahasiaan

identitas responden.

4.7.2. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah–masalah

lainnya. Semua data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil penelitian.

4.7.3. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Sebelum melakukan penelitian peneliti menjelaskan maksud, tujuan

dan dampak dari penelitian. Jika subyek bersedia menjadi responden,

33 9 5
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, jika tidak

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati haknya

dan tidak boleh memaksa.

1.4. Analisis Data

1.4.1. Melakukan Teknik Analisis

Peneliti melakukan analisis data menggunakan dua pendekatan yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis univariat

Analisis univariat adalah analisis satu variabel. Analisis ini

digunakan untuk melakukan analisis distribusi frekuensi.

Berikut rumus skor yang digunakan untuk menghitung distribusi

frekuensi:

Keterangan :

x= Skor yang didapatkan

f = Jawaban benar

n = Total pertanyaan

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa hubungan antara dua variable

yang dapat bersifat simetris tak saling mempengaruhi, saling

mempengaruhi, dan variable satu mempengaruhi variable yang

lain. Menurut Dahlan (2018) chi square merupakan salah satu uji

hipotesis yang dilakukan pada penelitian korelasi yang menguji

33 9 6
hubungan antara variabel dependen dengan independen. Rumus

korelasi chi-square sebagai berikut :

Keterangan:

X2 : chi kuadrat

O : Frekuensi observasi

E : Frekuensi Ekspektasi

Menurut Dahlan (2018) intepretasi hasil uji hipotesis dengan

menggunakan chi-square:

a. nilai p ≤ 0,05, maka terdapat hubungan yang bermakna antara

dua variabel yang di uji.

b. nilai p> 0,05, maka tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara dua variabel yang di uji.

Tabel 4.2. Uji hipotesis

Variabel Variabel
Uji hipotesis
independen dependen
Pemeriksaan
ANC
Budaya ibu Kejadian BBLR Chi square
Paparan asap
rokok

33 9 7
4.9.Jadwal Penelitian

Tabel 4.2.

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Oktober November Desember Januari Februari


No Kegiatan 2022 2022 2023 2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Memilih judul
2. Studi
pendahuluan
3. Penyusunan
proposal
4. Revisi proposal
5. Persiapan
lapangan
6. Pengumpulan
data
7. Pengolahan data
8. Analisis data
9. Penyusunan
laporan
10. Seminar hasil
penelitian
11. Revisi hasil
penelitian
12. Penyerahan hasil
penelitian

40

40

Anda mungkin juga menyukai