Mata Kuliah :
FAMILY NURSING
Dosen :
Kelompok 1 : A’2019
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga Balita
dengan Stunting.
Yang terhormat Ibu Ns. Ulfah Nuraini Karim, SKep, MKep sebagai
Koordinator Mata Ajar Family Nursing dan Ibu Ns. Harizza Pertiwi, Skep,
MN sebagai Dosen Pengajar Mata Ajar Family Nursing. Harapan kami
semoga makalah yang tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, sehingga pembaca dapat
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah menjadi lebih baik lagi.
(Kelompok 1)
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………… 1
1.2 Ruang Lingkup …………………………………… 3
1.3 Tujuan …………………………………… 3
1.3.1 Tujuan Umum …………………………………… 3
1.3.2 Tujuan Khusus …………………………………… 3
BAB II TINJAUAN KASUS
2.1 Konsep Keperawatan Keluarga …………………………………… 4
2.1.1 Definisi Keperawatan Keluarga …………………………………… 4
2.1.2 Tujuan Keperawatan Keluarga …………………………………… 4
2.1.3 Sasaran Keperawatan Keluarga …………………………………… 5
2.1.4 Peran & Fungsi Perawat Keluarga …………………………………… 6
2.2 Konsep Penyakit …………………………………… 8
2.2.1 Pengertian Stunting …………………………………… 8
2.2.2 Patofisiologi Stunting …………………………………… 8
2.2.3 Faktor – Factor Penyebab Stunting …………………………………… 9
2.2.4 Dampak Stunting ………………………………….. 11
2.2.5 Upaya Pencegahan Stunting ………………………………….. 12
2.2.6 Pathway Stunting …………………………………. 17
2.3 Kebijakan Pemerintah Nasional, Non ………………………………….. 18
Government Organization(NGO), Perundang-
Undangan, Issue-Issue Program Kesehatan
Keluarga Pada Balita Dengan Stunting
2.3.1 Kebijakan Pemerintah ……………………………………18
2.3.2 Non Government Organization (Ngo ……………………………………21
ii
2.3.3 Perundang – Undangan ……………………………………21
2.3.4 isu program kesehatan keluarga (balita ……………………………………32
dengan stunting)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
BALITA DENGAN STUNTING
3.1 Kasus ……………………………………33
3.2 Pengkajian Keluarga ……………………………………33
3.3 Riwayat Perkembangan Keluarga ……………………………………35
3.4 Keadaan Lingkungan ……………………………………36
3.5 Struktur Keluarga ……………………………………38
3.6 Fungsi Keluarga ……………………………………39
3.7 Stress & Kopping Keluarga ……………………………………40
3.8 Riwayat Imunisasi ……………………………………40
3.9 Riwayat Tumbuh Kembang ……………………………………41
3.10 Riwayat Nutrisi ……………………………………41
3.11 Riwayat Psikososial ……………………………………42
3.12 Riwayat Spiritual ……………………………………42
3.13 Pola Aktivitas/Kebiasaan Sehari-Hari ……………………………………42
3.14 Pola Eliminasi ……………………………………43
3.15 Pemeriksaan Fisik Keluarga ……………………………………45
3.16 Harapan Keluarga ……………………………………46
ANALISA DATA ……………………………………47
DIAGNOSA KEPERAWATAN ……………………………………49
SKORING PRIORITAS MASALAH ……………………………………49
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………54
KELUARGA
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ……………………………………57
iii
KEPERAWATAN KELUARGA
3.17 Jurnal ……………………………………61
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ……………………………………82
4.2 Saran ……………………………………83
Daftar pustaka
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Komdisi ini
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat
pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%. Provinsi
dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada
usia 0 – 59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur,
sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali. Kasus
stunting di Jawa Barat berada pada 29,2% tahun 2017, sementara
kategori diatas 30% dikatakan tinggi (Dinkes Jabar, 2018).
Terjadinya stunting pada balita sering kita tidak sadari, dan setelah
dua tahun baru terlihat ternyata balita tersebut pendek, disebabkan
oleh asupan makanan yang tidak seimbang, bayi yang mempunyai
riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pengasuhan yang kurang
baik (Yuliana, Wahida, & Hakim, Nul, Bawon, 2019). Anak dengan
stunting tidak hanya berdampak pada fisik saja tetapi akan
mempengaruhi kecerdasan, produktivitas, prestasi dan penurunan
intelegensia (IQ).
Faktor terjadinya stunting berhubungan dengan berbagai macam
faktor karakteristik orang tua yaitu pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
pola asuh, pola makan, dan jumlah anggota keluarga, faktor genetic,
proses infeksi, kejadian BBLR, kekurangan energi dan protein, sering
mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makanan yang tidak
sesuai.
Setiap perawat harus memiliki pengetahuan tentang pencegahan,
pemeriksaan, pengobatan, dan kronisitas dari penyakit dalam rangka
untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada orang –
orang yang mengalami stunting. Disini kami akan membahas
bagaimana stunting yang dialami oleh balita dan bagaimana asuhan
keperawatan balita dengan stunting.
2
1.2.1 Subjek : Balita dan Keluarga dengan Stunting.
1.2.2 Objek : Asuhan Keperawatan Keluarga Balita dengan Stunting.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat
menganalisa dan menyusun perencanaan Asuhan
Keperawatan Keluarga kepada Balita dengan Stuntingdikaitkan
dengan Model Adaptasi oleh Roy.
3
BAB II
TINJAUAN KASUS
4
anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang
pengertian dan bagaimana gejala Stunting yang diderita oleh Balita.
b. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga. Kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga ke
pelayanan kesehatan. Contohnya, segera memutuskan untuk
memeriksakan Balita yang mengalami Stunting ke pelayanan
kesehatan.
c. Member perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. Contohnya, keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita Stunting
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemempuan keluarga
dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu mempertahankan
kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta perkembangan
setiap anggota keluarga keluarga. Contohnya, keluarga menjaga
kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota
keluarga yang sakit.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan
dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan. Contohnya, keluarga memanfaatkan puskesmas, rumah
sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota
keluarganya yang sakit
1. Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi
tidak mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan
antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan
5
tahapan tumbuh kembang keluarga.Fokus intervensi keperawatan
terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
1. Pelaksana
Peran dan Fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan,
mulai pengkajian sampai evaluasi pelayanan diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari – hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan
bersifat promotif, preventif, kuratif serta rehabilitative.
2. Pendidik
Peran dan Fungsi perawat sebagai pendidik adalah
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan,
6
merencanakan, dan melaksanakan pendidikan kesehatanagar
keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.
3. Konselor
Peran dan Fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman
yang lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.
4. Kolaborator
Peran dan Fungsi perawat sebagai kolaborator adalah
melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait
dengan penyelesaian masalah kesehatan di keluarga.
1. Pencegahan primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang
penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan
memelihara hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini
terjadinya penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan
penanganan segera yang dapat dilakukan oleh perawat.Penemuan
kasus baru merupakan upaya pencegahan sekunder, sehingga
segera dapat dilakukan tindakan.Tujuan dari pencegahan sekunder
adalah mengendalikan perkembangan penyakit dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.Peran perawat adalah merujuk semua
anggota keluarga untuk srinning, melakukan pemeriksaan, dan
mengkaji riwayat kesehatan.
3. Pencegahan tersier
7
Peran perawat dalam upaya pencegahan tersier ini bertujuan
mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga
dapat meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau
memelihara fungsi tubuh. Focus utama adalah rehabilitasi.
Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat
penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat
yang paling tinggi secara fisik, sosial, dan emosional.
8
Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia, terdapat
kelenjar endokrin, yang berperan sangat penting yaitu kelanjar
hipofisis yang terletak di bawah dan sedikit di depan hipotalamus.
suplai darah yang mengandung kaya akan infudibilum
menghubungkan dua kelenjar yang membawa hormon pengatur dari
hipotalamus ke kelenjar hipofisis. hipofisis mempunyai dua lobus yakni
lobus anterior dan posterior. Lobus anterior atau adenohipofisis akan
melepaskan hormon utama pertumbuhan atau Growth Hormone (GH),
hormon perangsang tiroid atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH),
prolaktoin, gonadotrofin, dan hormone adrenokortikortopik (ACTH).
9
Faktor stunting merupakan faktor multi dimensi yang tidak
hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk saja. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan stunting antara lain faktor internal yaitu BBLR,
riwayat penyakit, Pemberian ASI Ekslusif, pemberian MP-ASI, faktor
eksternal yaitu pola asuh orang tua, pengetahuan mengenai gizi dan
kesehatan, status ekonomi (Depkes, 2011).
10
pemberian ASI disertai penurunan frekuensi diare, konstipasi,
penyakit gastrointestinal.Pemberian ASI Eksklusif sangat memberikan
sejuta manfaat salah satunya sebagai interaksi ibu dan anak serta
pembentukan ikatan yang lebih kuat sehingga begitu menguntungkan
juga bagi perkembangan fisik anak dan perilaku anak. Faktor keempat
adalah pemberian MP – ASI, gangguan pertumbuhan atau stunting
terjadi pada anak usia diatas 6 bulan karena berasal dari makanan
pendamping ASI. Pemberian ASI saja yang diberikan pada anak tidak
mencukupi energi serta nutrient untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal (Gibney, et al, 2010)
11
terhadap status gizi anak. Hal ini sangat berdampak penting pada
kesehatan (Soetjiningsih, 2014).
12
Berdasarkan pengalaman bukti internasional terkait program –
program yang dapat secara efektif mengurangi prevalensi stunting,
salah satu strategi utama yang perlu dilaksanakan adalah melalui
kampanye secara nasional baik melalui media masa, maupun
melalui komunikasi kepada keluarga serta advokasi yang
berkelanjutan.
3. Pilar 3 : Konvergensi Koordinasi, Koordinasi Program Daerah
Pusat dan Desa
Pilar ini mempunyai tujuan untuk memperkuat konvergensi,
koordinasi, dan konsolidasi, serta memperluas program yang telah
dilakukan oleh Kementrian / Lembaga (K/L) terkait. Oleh karena
itulah dibutuhkan perbaikan kualitas dan pelayanan dalam program
yang ada seperti Puskesmas, Posyandu, PAUD, BPSPAM, PKH
terutama dalam memberikan sebuah dukungan pada ibu hamil, ibu
yang menyusui dan balita 1.000 HPK serta memberikan insentif
dari ketenaga kerjaan melalui kinerja program intervensi stunting di
wilayah sasaran yang berhasil menurunkan angka stuntingdi
wilayahnya. Pilar ini juga dapat dilakukan dengan memaksimalkan
pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Desa untuk
mengarahkan pengeluaran tingkat daerah ke intervensi prioritas
stunting.
4. Pilar 4 :Status Gizi dan Ketahanan pada Pangan
Pilar ini berfokus untuk :
a. Mendorong sebuah kebijakan akses pangan yang bergizi,
tentunya untuk daerah yang mengalami kasus kejadian stunting
tertinggi
b. Melaksanakan rencana fortifikasi dengan bio – energi,
makanan dan pupuk yang komprehensif
c. Pengurangan komtaminasi untuk pangan
d. Melaksanakan sebuah program untuk pemberian makanan
tambahan
13
e. Upaya untuk melakukan investasi melalui kemitraan dengan
dunia usaha, dana desa dalam infrastruktur pasar pangan baik
tingkat urban maupun rural.
5. Pilar 5 : Pemantauan serta Evaluasi
Pada pilar ini untuk memantau exposure terhapad kampanye
nasional, pemahaman perilaku sehingga adanya perubahan
perilaku sebagai hasil dari kampanye nasional stunting.
Pemantauan dan evaluasi secara berkala yang mempunyai tujuan
untuk memastikan pemberian dan kualitas dari pelayanan program
intervensi stunting. Pengukuran dan publikasi secara berkala hasil
dari intervensi dan perkembangan pada anak.Result-based
planning and budgeting (penganggaran dan perencanaan berbasis
hasil) pusat dan daerah serta pengendalian program-program
intervensi stunting.
Upaya untuk menurunkan percepatan kejadian stunting melalui
intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif pada sasaran
1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6
bulan.
1. Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi ditujukkan pada ibu hamil dan pada anak 1.000
hari pertama kehidupan, kegiatan ini umumnya dilakukan
sektor kesehatan, intervensi spesifik bersifat jangka pendek
dan hasilnya dapat dicatat dalam waktu relative pendek.
Intervensi gizi spesifik merupakan suatu intervensi yang
ditujukkan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) yang berkontribusi pada 30% angka penurunan
stunting.Serangkaian kegiatan yang dilakukan melalui kegiatan
intervensi gizi spesifik pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan.
1) Intervensi yang dilakukan pada sasaran ibu hamil dengan
memberikan makanan tambahan ibu hamil untuk mengatasi
14
kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi
kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan
iodium, menanggulangi cacingan pada ibu hamil, dan
melindungi ibu hamil dari malaria.
2) Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6
bulan yaitu, mendorong insisi menyusui dini (pemberian ASI
jolong/colost rums), mendorong pemberian ASI Eksklusif.
3) Intervensi yang dilakukan pada sasaran Ibu Menyusui dan
Anak Usia 7 – 23 bulan yaitu dalam memberikan dorongan
dalam penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan,
menyediakan obat-obatan salah satunya obat cacing,
menyediakan suplementasi makanan yang banyak
mengandung zink, melakukan penambahan zat besi ke
dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap
penyakit malaria, dan memberikan imunisasi lengkap,
melakukan pencegahan serta pengobatan diare.
2. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi yang ditujukkan melalui berbagai rangkaian
kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan, salah satu
sasarannya adalah masyarakat umum dan tidak khusus untuk
sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
Intervensi Gizi Sensitif, yang idealnya dilakukan melalui
berbagai serangkaian kegiatan disebuah pembangunan di luar
sektor kesehatan yang berkontribusi pada 70% intervensi pada
kejadian stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah
masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
a. Menyediakan dan memastikan akses jalur pada air bersih.
b. Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi
lingkungan.
c. Melakukan fortifikasi pada bahan pangan.
15
d. Menyediakan akses kepada pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana.
e. Meyediakan suatu jaminan kesehatan kesehatan nasional
(JKN).
f. Menyediakan suatu jaminan persalinan universal
(Jampersal).
g. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengasuhan
orang tua pada anak.
h. Memberikan pendidikan anak usia pada dini secara
universal.
i. Memberikan pendidikan gzi kepada masyarakat.
j. Memberikan edukasi mengenai kesehatan seksual dan
reproduksi serta gizi pada remaja.
k. Memberikan bantuan dan jaminan sosial untuk keluarga
miskin.
l. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
16
2.2.6 Pathway Stunting
Kurangnya Asupan Nutrisi Sosial Ekonomi Rendah Defisiensi Pengetahuan tentang Kegagalan Menyusui
Prenatal / Postnatal Nutrisi
Stunting
Daya tahan Asupan nutrisi Asupan nutrisi Nutrisi tidak Nutrisi tidak Penurunan jumlah
tubuh menurun kurang dari kurang dari adekuat adekuat protein
kebutuhan tubuh kebutuhan
Penurunan Intake Energi menurun
tubuh
Rentan terkena perfusi output tidak
Kebutuhan tubuh Cadangan protein
bakteri/alergen seimbang
terus meningkat O2 menurun otot terpakai terus
Hipoperfusi
menerus
Proses ginjal Metabolisme
Mengambil Jaringan
peradangan anaerob Konsentrasi asam
cadangan makanan serebral Penurunan
di bawah kulit hipoksia amino rendah
produksi urin
Akumulasi Defisit
Tubuh kehilangan
secret di Gangguan Gangguan nutrisi
Hilangnya lemak energi terus
bronkus perfusi eliminasi urin
subcutan menerus
jaringan
Bersihan jalan Kulit kering, keriput serebral Energi tidak
napas tidak adekuat
efektif
17
Gangguan integritas Kelemahan
kulit jaringan otot dan
tulang
Gangguan
tumbuh kembang
18
c. Program untuk mengatasi kekurangan iodium.
d. Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan
pada ibu hamil.
e. Program untuk melindungi ibu hamil dari malaria.
2. Program yang menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 bulan,
termasuk diantaranya mendorong Insiasi Menyusui Dini (IMD)
melalui pemberian ASI jolong/colostrums dan memastikan
edukasi kepada ibu untuk terus memberikan ASI Eksklusif
kepada anak balitanya. Kegiatan terkait termasuk memberikan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Insiasi Menyusui
Dini (IMD), promosi menyusui ASI Eksklusif (konseling individu
dan kelompok), imunisasi dasar, pantau tumbuh kembang secara
rutin setiap bulan, dan penanganan bayi sakit secara tepat.
3. Program intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui
dan Anak Usia 7—2 bulan, dengan mendorong penerusan
pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian
MP—ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi
zinc, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan,
memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan
19
imunisasi lengkap, dan melakukan pencegahan serta pengobatan
diare.
20
10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi
pada remaja.
11. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin,
misalnya melalui Program Subsidi Beras Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (Raskin/Rastra) dan Program Keluarga
Harapan (PKH).
12. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
21
mengalami stunting. Selain itu, Ayo Indonesia memerangi anak yang
mengalami stunting dengan memberikan bantuan makanan tertentu.
2.3.3 Perundang-undangan
Menimbang :
Megingat :
22
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 945);
Memutuskan :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
23
badan kurang dari -2 sampai dengan -3 standar deviasi, dan/atau
lingkar lengan 11,5-12,5 cm pada Anak usia 6-59 bulan.
6. Gizi Buruk adalah keadaan gizi balita yang ditandai dengan
kondisi sangat kurus, disertai atau tidak edema pada kedua
punggung kaki, berat badan menurut panjang badan atau berat
badan disbanding tinggi badan kurang dari -3 standar deviasi
dan/atau lingkar lengan atas kurang dari 11,5 cm pada anak usia
6-59 bulan.
7. Alergi Protein Susu Sapi adalah suatu reaksi yang tidak
diinginkan yang diperantrai secara imunologis terhadap protein
susu sapi.
8. Kelainan Metabolisme Bawaan adalah kelainan ge tunggal yang
menyebabkan defisiensi atau disfungsi protein yang berfungsi
sebagai enzim atau protein transport yang diperlukan sebagai
katalisator metabolism.
9. Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus yang selanjutnya
disingkat PMKK adalah pangan olahan yang diproses atau
diformulasi secara khusus untuk manajemen medis yang dapat
sekaligus sebagai manajemen diet bagi Anak dengan penyakit
tertentu.
10. Surveilans Gizi adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan
terus-menerus terhadap masalah gizi masyarakat dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya sebagai dasar bagi pengambil
keputusan untuk perumusan kebijakan, perencanaan program,
penentuan tindakan dan pelaksanaan intervensi serta evaluasi
terhadap pengelolaan program gizi.
11. Pemeriksaan Antopometri adalah penimbangan berat badan,
pengukuran panjang atau tinggi badan, dan pengukuran lingkar
lengan atas, untuk menilai status gizi anak.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
24
BAB II
PENYELENGGARAAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
25
(1) Surveilan Gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
dilaksanakan melalui :
a. Pengumpulan data;
b. Pengolahan dan analisa data; dan
c. Diseminasi informasi.
(2) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperoleh
melalui :
a. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita;
b. Pemantauan status gii;
c. Pelaporan hasil penemuan kasus;
d. Survey; dan/atau
e. Kegiatan lainnya
(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh dari
Posyandu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Masyarakat, dan/atau
sumber data lainnya.
(4) Berdasarkan hasil pemantauan pertumuhan dan perkembangan
balita dan pemantauan status gizi seagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan huruf b diperoleh data:
a. Bayi dan Anak usia bawah 2 (dua) tahun risiko Gagal
Tumbuh;
b. Balita Gii Kurang atau Gizi Buruk;
c. Bayi Sangat Prematur;
d. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
e. Balita dengan status perkembangan meragukan;
f. Balita dengan status perkembangan menyimpang.
(5) Berdasarkan pelaporan hasil penemuan kasus dan survey
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d
diperoleh data:
a. Bayi dan Anak usia bawah 2 (dua) tahun risiko Gagal Tumbuh
dan balita Gizzzi Kurang atau Gizi Buruk;
b. Bayi Sangat Prematur dan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
26
c. Bayi dan Anak Alergi Protein Susu Sapi; dan
d. Bayi dan Anak dengan kelainan Metabolisme Bawaan.
(6) Pelaksanaan teknis Surveilans Gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
27
Penanganan kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
dilakukan di puskesmas dan rumah sakit.
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
28
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
29
Pasal 14
BAB III
Pasal 15
BAB IV
Pasal 16
30
(1) Fasilitas Pelayanan esehatan wajib melakukan pencatatan
setiap kejadian masalah gizi bagi Anak akibat penyakit.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaporkan kepada Menteri melalui dinas kesehatan daeran
kabupaten/kota dan dnas kesehatan daerah provinsi secara
berjenjang dengan tembusan kepada Direktoran Jenderal
Kesehatan Masyarakat.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali.
BAB V
Pasal 17
BAB VI
PENUTUP
31
Pasal 18
32
kurang, maka dari itu program PMT ini sangat cocok diberikan
saat masa pandei Covid-19 ini.
BAB III
3.1 Kasus
33
Alamat :Jl. Anggrek, RT. 02, RW. 04,
Kelurahan Kandangan Cerme,
Cipayung, Bogor, Jawa Barat.
Genogram :
34
Tipe Keluarga :Extended Family yang terdiri atas Ayah, Ibu, Anak,
dan sanak saudara yaitu Nenek.
35
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah
menonton TV dan mendengarkan radio di rumah.Terkadang
berkumpul dengan sanak saudara atau tetangga
dekatnya.Terkadang juga akhir bulan keluarga berekreasi ke
tempat destinasi wisata yang sejuk.
36
Keadaan bayi sehat
(Kondisi BB dan TB lahir anak rendah, di bawah rata-rata
pada umumnya).
Masalah menyusui : Hanya minum ASI sampai usia 4 bulan
setelah itu dilanjutkan minum susu formula sampai usia 3
tahun.
Penyakit yang pernah dialami : Batuk dan demam.
Teras rumah
Ruang Tamu
38
a. Pola Komunikasi Keluarga
Diantara anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis.
Dalam menghadapi suatu permasalahan biasanya selalu dilakukan
dengan cara musyawarah keluarga sebelum diputuskan suatu
permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan cara sangat terbuka.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga merupakan keluarga besar atau Extended family,
terdiri dari suami, istri, 1 orang anak, dan nenek.Mereka saling
memperhatikan masing-masing anggota keluarganya.
c. Struktur Peran Keluarga
- Tn.M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangganya, dan Tn.M yang berhak mengambil
keputusan walaupun sebelumnya dilakukan musyawarah.
- Ny.Y sebagai istri sekaligus Ibu Rumah Tangga, bertanggung
jawab dalam hal keuangan, mengatur kehidupan sehari-hari
untuk dirinya, suami, anak, maupun ibunya.
- An.S sebagai anak tunggal yang mengalami stunting, belum
bersekolah, anak ini sangat disayang oleh Ibu dan Ayahnya.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan
dengan nilai dalam agama islam yang dianutnya serta norma
masyarakat di sekitarnya. Keluarga Tn.M menganggap anaknya
mengalami stunting dikarenakan pola asuh sang ibu kurang, tetapi
Ny.Y tidak sepenuhnya yakin jika pola asuhnya kurang, maka dari
itu Tn.M dan Ny.Y membawa anaknya ke rumah sakit untuk
dikonsultasikan ke dokter tentang perkembangan anaknya.
39
b. Fungsi Sosial
Keluarga Tn.M selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku
sosial yang bai. Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan
mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan
tentang penyakit stunting, hal ini ditunjukkan dengan keluarga
kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit
stunting pada anaknya.Kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan juga terbatas.Keluarga juga tidak mengetahui langkah-
langkah yang harus dilakukan terhadap anaknya yang sudah
mengalami stunting.
d. Fungsi Reproduksi
Tn.M berusia 36 tahun dan Ny.Y berusia 32 tahun merupakan
usia produktif, keluarga menggunakan kontrasepsi suntik.
e. Fungsi Ekonomi
Tn.M bekerja menjadi karyawan swasta di salah satu
bengkel mobil dan Istrinya hanya seorang Ibu Rumah Tangga
untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya.
40
Ny.Y mulai sadar anaknya mengalami stunting karena sudah
satu tahun berat badan anaknya tidak bertambah.
41
3. Merangkap : Ny.Y mengatakan lupa
4. Berdiri : Ny.Y mengatakan lupa
5. Berjalan : Usia 1 tahun
6. Bicara : Usia 1 tahun
42
3.11 Riwayat Psikososial
An.S tinggal bersama orang tuanya, lingkungan rumah
berada di pedesaan, rumah dekat dengan lingkungan sekolah,
tempat ibadah, An.S tidak mempunyai tempat tidur sendiri (tidur
bersama orang tuanya), hubungan dengan anggota keluarganya
harmonis, pengasuh anak yaitu orang tua.
43
An.S dibantu orang tuanya untuk mandi dan makan, eliminasi,
mengganti pakaian secara sebagian.
44
Sclera : ikterus
Bibir : kering dan pecah-pecah
Mulut : stomatitis tidak ada, gusi merah/tidak pucat, gigi lengkap
g. Sistem indera
1) Mata
Tidak ada oedem pada kelopak mata alias merata
Visus (tidak dilakukan)
Tidak ada secret mata
2) Hidung
Bersih, tidak ada secret hidung, simetris kanan dan kiri,
lubang hidung lengkap
Lubang hidung : normal, tidak ada seruen pada lubang
hidung
3) Telinga
Bentuk telinga : normal
Ukuran telinga : normal, sejajar dengan mata
h. Sistem integumen
Kebersihan : kulit lembab dan sedikit berdaki, disertai
bau badan
Kehangatan : temperature hangat
Warna : sawo matang
Turgor : turgor kembali kurang dari 2 detik
Kelainan kulit : tidak ada
Tn.M Ny.Y
Kepala (rambut) : bersih, Kepala (rambut) : bersih,
tidak ada ketombe, tidak tidak ada ketombe, tidak
rontok. rontok.
Mata : konjungtiva Mata : konjungtiva
45
anemis, scleraanikterik. anemis, scleraanikterik.
Hidung : tidak ada sekret. Hidung : tidak ada sekret.
Telinga : tidak ada Telinga : tidak ada
serumen dan polip. serumen dan polip.
Mulut dan gigi : bersih, Mulut dan gigi : bersih,
tidak ada stomatitis dan tidak ada stomatitis dan
gigi lengkap. gigi lengkap.
Leher : tidak ada Leher : tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
thyroid. thyroid.
Tonsil : tidak ada Tonsil : tidak ada
pembengkakan. pembengkakan.
Dada : Dada :
Jantung : S I dan S II Jantung : S I dan S II
Paru : suara nafas Paru : suara nafas
vesikuler vesikuler
Bentuk : simetris kanan Bentuk : simetris kanan
dan kiri dan kiri
Abdomen : Abdomen :
Peristalticusus : Peristalticusus :
12x/menit. 12x/menit.
Acites : tidak ada acites. Acites : tidak ada acites.
Turgor : elastic, tidak Turgor : elastic, tidak
adanyeri tekan dan lepas. adanyeri tekan dan lepas.
Ekstremitas : dapat Ekstremitas : dapat
digerakan atas dan digerakan atas dan
bawah bawah
CRT : < 3 detik CRT : < 3 detik
Edema : tidak ada Edema : tidak ada
edema edema
46
TD : 120/80 mmHg TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/menit Nadi : 82x/menit
Suhu : 37 C Suhu : 37 C
Pernafasan : 25x/menit Pernafasan : 25x/menit
BB : 75 kg BB : 68 kg
TB : 171 cm TB : 162 cm
Genital : - Genital : -
ANALISA DATA
47
DO:
DO :
48
- Perawat melihat bahwa
Keluarga Ny.Y tidak dapat
memberikan asupan
protein dan makanan 4
sehat 5 sempurna yang
cukup bagi An.S
- Ketidakefektifan
pemberian Pasi saat bayi
Do:
DIAGNOSA KEPERAWATAN
49
mengkonsumsi gorengan, klien menolak saat diberikan makan
terutama sayur, BB : 11 kg, TB : 88 cm(BB dan TB di bawah
persentil ke 3), usia 4 tahun, An.S tampak pendek dan kurus,
Kurangnya perhatian keluarga untuk An.S dalam pemberian protein
dan makanan 4 sehat 5 sempurna.
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (kekurangan asupan protein dan
makanan 4 sehat 5 sempurna) d.d An.S menolak makan saat
diberikan sayuran, Ny.Y mengatakan dirinya memberikan Pasi saat
anaknya meminta saja, rambut pirang dan kering, BB : 11kg, TB :
88cm, Perawat melihat bahwa Keluarga Ny.Y tidak dapat
memberikan asupan protein dan makanan 4 sehat 5 sempurna
yang cukup bagi An.S, ketidakefektifan pemberian Pasi saat bayi.
3. Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi keluarga untuk
memandikan d.d Ny.Y mengatakan An.S belum bisa mandi secara
mandiri, kulit lembab dan sedikit berdaki, bau badan, An.S tidak
mampu membersihkan diri sendiri, kurangnya minat keluarga
membersihkan diri An.S.
50
o
1 a. Sifat masalah : 3 1 3/3 x 1 Keluarga telat
tidak/kurang =1 mengetahui
sehat tumbuh
kembang
anaknya
terlambat
b. Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 kondisi klien
masalah dapat =1 yang tidak ingin
di ubah : makan
hanya mempengaruhi
sebagian tumbuh
kembangnya
c. Potensi 1 1 1/3 x 1 Keluarga kurang
masalah untuk =1/3 bertindak ketika
dicegah : melihat masalah
rendah tumbuh
kembang pada
anaknya
d. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 Bila tidak
masalah : =1 segera
masalah berat, ditangani,
harus segera memungkinkan
ditangani penyembuhan
lama dan akan
berakibat pada
masa tumbuh
kembang
berikutnya
Total 3 1/3
51
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (kekurangan asupan protein dan
makanan 4 sehat 5 sempurna) d.d An.S menolak makan saat
diberikan sayuran, Ny.Y mengatakan dirinya memberikan Pasi saat
anaknya meminta saja, rambut pirang dan kering, BB : 11kg, TB :
88cm, Perawat melihat bahwa Keluarga Ny.Y tidak dapat
memberikan asupan protein dan makanan 4 sehat 5 sempurna
yang cukup bagi An.S, ketidakefektifan pemberian Pasi saat bayi.
52
rendah bertindak
ketika melihat
masalah nutrisi
pada anak
d. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1
masalah : =1
masalah berat,
harus segera
ditangani
Total 3
53
tergantung
motivasi
keluarga
c. Potensial 1 1 1/3 x 1 Keluarga
masalah untuk = 1/3 kurang
dicegah : motivasi
rendah untuk
merawat
anaknya
d. Menonjolnya 0 1 0/2 x 1 Keluarga
masalah : =0 menyadari
masalah tidak masalah, dan
dirasakan keluarga bisa
menangani
dengan baik.
Total 2 2/3
54
Pasi saat anaknya meminta saja, rambut pirang dan kering, BB :
11kg, TB : 88cm, Perawat melihat bahwa Keluarga Ny.Y tidak
dapat memberikan asupan protein dan makanan 4 sehat 5
sempurna yang cukup bagi An.S, ketidakefektifan pemberian
Pasi saat bayi.
3. Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi keluarga untuk
memandikan d.d Ny.Y mengatakan An.S belum bisa mandi
secara mandiri, kulit lembab dan sedikit berdaki, bau badan,
An.S tidak mampu membersihkan diri sendiri, kurangnya minat
keluarga membersihkan diri An.S.
55
11 kg, TB : 88 cm(BB pengetahuan - Anjurkan kepada
dan TB di bawah keluarga keluarga untuk
persentil ke 3), usia 4 membaik memberi asupan
tahun, An.S tampak - Perhatian keluarga protein dan makanan
pendek dan kurus, terhadap asupan 4 sehat 5 sempurna
Kurangnya perhatian nutrisi anak - Anjurkan kepada
keluarga untuk An.S membaik keluarga untuk
dalam pemberian member makan anak
protein dan makanan sedikit tetapi sering
4 sehat 5 sempurna. - Anjurkan kepada
keluarga untuk
member makan anak
pada saat anak
melakukan kegiatan
yang anak sukai
2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan - Kaji pengetahuan
faktor psikologis pertemuan keluarga tentang
(kekurangan asupan sebanyak 1 kali, kebutuhan nutrisi
protein dan makanan maka defisit nutrisi pada anak dan
4 sehat 5 sempurna) menurun dengan tumbuh kembang
d.d An.S menolak kriteria hasil pada anak
makan saat diberikan sebagai berikut : - Diskusi bersama
sayuran, Ny.Y keluarga cara
- Berat badan
mengatakan dirinya meningkatkan nafsu
anak meningkat
memberikan Pasi makan anak
- Fungsi
saat anaknya - Diskusi bersama
gastrointestinal
meminta saja, rambut keluarga, kegiatan
membaik
pirang dan kering, BB apa yang disukai
- Nafsu makan
: 11kg, TB : 88cm, oleh anak
meningkat
Perawat melihat - Ajarkan keluarga
- Perilaku
bahwa Keluarga Ny.Y cara menyajikan
56
tidak dapat meningkatkan makanan yang
memberikan asupan berat badan menarik untuk anak
protein dan makanan membaik - Anjurkan kepada
4 sehat 5 sempurna - Keluarga dapat keluarga untuk
yang cukup bagi memberikan memberi asupan
An.S, ketidakefektifan asupa protein protein dan makanan
pemberian Pasi saat dan makanan 4 4 sehat 5 sempurna
bayi. sehat 5 - Anjurkan kepada
sempurna keluarga untuk
dengan cukup member makan anak
sesuai sedikit tetapi sering
kebutuhan anak - Anjurkan kepada
keluarga untuk
member makan anak
pada saat anak
melakukan kegiatan
yang anak sukai
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan - Diskusi bersama
b.d penurunan pertemuan keluarga tentang
motivasi keluarga sebanyak 1 kali, mainan yang anak
untuk memandikan maka defisit sukai
d.d Ny.Y mengatakan perawatan diri - Anjurkan kepada
An.S belum bisa menurun dengan keluarga untuk
mandi secara kriteria hasil membuat suasana
mandiri, kulit lembab sebagai berikut : kamar mandi
dan sedikit berdaki, menjadi
- Motivasi
bau badan, An.S menyenangkan bagi
keluarga
tidak mampu anak
meningkat
membersihkan diri - Anjurkan kepada
- Mobilitas fisik
sendiri, kurangnya keluarga untuk
meningkat
minat keluarga meletakkan mainan
57
membersihkan diri yang anak sukai
An.S. - Ajarkan kepada
keluarga bagaimana
cara meningkatkan
motivasi anak untuk
mandi secara
mandiri
- Anjurkan kepada
keluarga untuk
memberikan pujian
atau penghargaan
jika anak sudah ingin
mandi
58
nafsu makan, anak
cukup bagi
lebih sering - Mengajarkan keluarga
anak dengan
mengkonsumsi cara menyajikan
memberikan
gorengan, klien makanan yang
asupan protein
menolak saat menarik untuk anak
dan makanan
diberikan makan - Menganjurkan kepada
4 sehat 5
terutama sayur, keluarga untuk
sempurna
BB : 11 kg, TB : memberi asupan
88 cm(BB dan TB protein dan makanan
O:
di bawah 4 sehat 5 sempurna
persentil ke 3), - Menganjurkan kepada BB : 13 kg
usia 4 tahun, keluarga untuk
TB : 88 cm
An.S tampak member makan anak
pendek dan sedikit tetapi sering
Klien terlihat
kurus, Kurangnya - Menganjurkan kepada
gemuk
perhatian keluarga untuk
keluarga untuk member makan anak A : Masalah
An.S dalam pada saat anak sudah teratasi
pemberian melakukan kegiatan
protein dan yang anak sukai P : Intervensi
5 sempurna.
59
An.S menolak keluarga cara
Ny.Y sudah
makan saat meningkatkan nafsu
mengetahui
diberikan makan anak
nutrisi yang
sayuran, Ny.Y - Mendiskusi bersama
cukup bagi
mengatakan keluarga, kegiatan
anak dengan
dirinya apa yang disukai oleh
memberikan
memberikan Pasi anak
asupan protein
saat anaknya - Mengajarkan keluarga
dan makanan
meminta saja, cara menyajikan
4 sehat 5
rambut pirang makanan yang
sempurna
dan kering, BB : menarik untuk anak
11kg, TB : 88cm, - Menganjurkan kepada
O:
Perawat melihat keluarga untuk
bahwa Keluarga memberi asupan BB : 13 kg
Ny.Y tidak dapat protein dan makanan
TB : 88 cm
memberikan 4 sehat 5 sempurna
asupan protein - Menganjurkan kepada
Klien terlihat
dan makanan 4 keluarga untuk
gemuk
sehat 5 member makan anak
sempurna yang sedikit tetapi sering A : Masalah
cukup bagi An.S, - Menganjurkan kepada sudah teratasi
ketidakefektifan keluarga untuk
pemberian Pasi member makan anak P : Intervensi
melakukan kegiatan
yang anak sukai
3 15 Defisit perawatan - Mendiskusi bersama S:
April diri b.d keluarga tentang
Ny.Y
2021 penurunan mainan yang anak
mengatakan
motivasi keluarga sukai
anaknya
untuk - Menganjurkan kepada
60
memandikan d.d keluarga untuk
sudah mulai
Ny.Y mengatakan membuat suasana
ingin dan bisa
An.S belum bisa kamar mandi menjadi
mandi sendiri
mandi secara menyenangkan bagi
mandiri, kulit anak
O:
lembab dan - Menganjurkan kepada
sedikit berdaki, keluarga untuk Kulit klien
bau badan, An.S meletakkan mainan tidak berdaki
tidak mampu yang anak sukai
Badan tidak
membersihkan - Mengajarkan kepada
bau
diri sendiri, keluarga bagaimana
kurangnya minat cara meningkatkan
A : Masalah
keluarga motivasi anak untuk
sudah teratasi
membersihkan mandi secara mandiri
diri An.S. - Menganjurkan kepada P :Intervensi
keluarga untuk dihentikan
memberikan pujian
atau penghargaan jika
anak sudah ingin
mandi
3.17 Jurnal
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di
seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya seumpamanya fungsi alat tubuh
yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.
1. Pengkajian
Data yang didapat dari pengkajian 15 April 2021 pada An.S,
BB : 11 kg, TB : 88 cm, usia 4 tahun, keadaan TTV normal, orang
tua klien mengatakan BB tidak bertambah sejak ±1 tahun yang lalu,
anaknya kurang nafsu makan dan tidak menyukai sayur dan susu
formula. Klien menyusui ASI hingga 4 bulan dan diganti dengan
susu formula sejak 5 bulan-3 tahun. Keadaan umum klien tampak
kotor, kulit lembab, dan sedikit berdaki, tercium bau badan pada
klien.
2. Analisa data
Dari data pengkajian didapatkan beberapa data pengkajian
yang sesuai dengan SDKI yaitu Gangguan pertumbuhan b.d
ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi nutrisi pada anak d.d
An.S tidak selera makan dan tidak menyukai sayuran, saat hamil,
Ny.Y tidak nafsu makan, lebih sering mengkonsumsi gorengan,
klien menolak saat diberikan makan terutama sayur, BB : 11 kg, TB
: 88 cm(BB dan TB di bawah persentil ke 3), usia 4 tahun, An.S
tampak pendek dan kurus, Kurangnya perhatian keluarga untuk
An.S dalam pemberian protein dan makanan 4 sehat 5 sempurna,
Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (kekurangan asupan protein dan
makanan 4 sehat 5 sempurna) d.d An.S menolak makan saat
diberikan sayuran, Ny.Y mengatakan dirinya memberikan Pasi saat
83
anaknya meminta saja, rambut pirang dan kering, BB : 11kg, TB :
88cm, Perawat melihat bahwa Keluarga Ny.Y tidak dapat
memberikan asupan protein dan makanan 4 sehat 5 sempurna
yang cukup bagi An.S, ketidakefektifan pemberian Pasi saat bayi,
Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi keluarga untuk
memandikan d.d Ny.Y mengatakan An.S belum bisa mandi secara
mandiri, kulit lembab dan sedikit berdaki, bau badan, An.S tidak
mampu membersihkan diri sendiri, kurangnya minat keluarga
membersihkan diri An.S.
3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam Asuhan
Keperawatan Keluarga pada An.S dengan masalah
pertumbuhan/perkembangan adalah risiko gangguan pertumbuhan,
defisit nutrisi serta defisit perawatan diri.
4. Intervensi
Pada rencana tindakan keperawatan meliputi tujuan, criteria
hasil serta rencana tindakan yang akan dilakukan. Pada tahap
perencanaan keperawatan penulis menetapkan prioritas masalah
dengan menggunakan scoring masalah.
5. Implementasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini pada umumnya
telah sesuai dengan rencana tindakan keperawatan.Dalam tahap
pelaksanaan ini penulis menerapkan pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan teori yang ada.
6. Evaluasi
Dari implementasi yang telah dilakukan hasil evaluasi yang
didapatkan adalah masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
4.2 Saran
Setelah melakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam pada An.S
dengan masalah pertumbuhan/perkembangan. Pada tahap ini penulis
84
menyampaikan saran kepada orang tua agar lebih memperhatikan
menu makanan yang diberikan kepada anak sesuai dengan
kebutuhan gizi menurut tahap tumbuh-kembangnya dan menurut
usianya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Kamilia Adilla. 2019. Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting
pada Anak.Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung.
COMMENTS :
Overall grade :
High distinction 85-100 Signed : ………..
Distinction 75-84 Groups :
Credit 65-74
Pass 50-64
Fall 49 and bellow
STUDENTS SEMINAR-MARKING CRITERIA
CRITERIA High Distinction Credit Pass Fall
Distinction
Preparation for
seminar
Attends meeting with
lecturer and brings a
well thought through
plan of how the
session will be
structured
Conducting seminar
marks
1. Clear and concise
introduction
2. Well organized-
roles and
responsibilities of
groups members
3. Balance between
presentation of
material and
stimulation of class
discussion
4. Incorporates a
range of teaching
strategies
5. Drawn on the
literature rather
than personal views
and opinions
6. Provides a
summary of the key
points gained from
the literature
COMMENTS :
Overall grade :