Anda di halaman 1dari 95

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah :

FAMILY NURSING

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BALITA DENGAN


STUNTING

Dosen :

Kelompok 1 : A’2019

BELLA PEBIA RAHMANITA 011911041


FANDI YEDIDIA SIALOM ZEBUA 011911039
NOVI SETIA HANDAYANI 011911020
SARWA GANIYY 011911013
TIARA NURFAJRI AULIA 011911021
RIRIN FADILAH 011911027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS BINAWAN

JAKARTA

TA: 2021 – 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga Balita
dengan Stunting.

Yang terhormat Ibu Ns. Ulfah Nuraini Karim, SKep, MKep sebagai
Koordinator Mata Ajar Family Nursing dan Ibu Ns. Harizza Pertiwi, Skep,
MN sebagai Dosen Pengajar Mata Ajar Family Nursing. Harapan kami
semoga makalah yang tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, sehingga pembaca dapat
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah menjadi lebih baik lagi.

Sebagai penulis, kami mengakui bahwasannya masih banyak


kekurangan yang terkandung di dalam makalah.Oleh sebab itu, dengan
penuh kerendahan hati saya berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran untuk lebih baik lagi dalam isi
bacaan.Terimakasih.

Jakarta, 08 April 2021.

(Kelompok 1)

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………… 1
1.2 Ruang Lingkup …………………………………… 3
1.3 Tujuan …………………………………… 3
1.3.1 Tujuan Umum …………………………………… 3
1.3.2 Tujuan Khusus …………………………………… 3
BAB II TINJAUAN KASUS
2.1 Konsep Keperawatan Keluarga …………………………………… 4
2.1.1 Definisi Keperawatan Keluarga …………………………………… 4
2.1.2 Tujuan Keperawatan Keluarga …………………………………… 4
2.1.3 Sasaran Keperawatan Keluarga …………………………………… 5
2.1.4 Peran & Fungsi Perawat Keluarga …………………………………… 6
2.2 Konsep Penyakit …………………………………… 8
2.2.1 Pengertian Stunting …………………………………… 8
2.2.2 Patofisiologi Stunting …………………………………… 8
2.2.3 Faktor – Factor Penyebab Stunting …………………………………… 9
2.2.4 Dampak Stunting ………………………………….. 11
2.2.5 Upaya Pencegahan Stunting ………………………………….. 12
2.2.6 Pathway Stunting …………………………………. 17
2.3 Kebijakan Pemerintah Nasional, Non ………………………………….. 18
Government Organization(NGO), Perundang-
Undangan, Issue-Issue Program Kesehatan
Keluarga Pada Balita Dengan Stunting
2.3.1 Kebijakan Pemerintah ……………………………………18
2.3.2 Non Government Organization (Ngo ……………………………………21

ii
2.3.3 Perundang – Undangan ……………………………………21
2.3.4 isu program kesehatan keluarga (balita ……………………………………32
dengan stunting)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
BALITA DENGAN STUNTING
3.1 Kasus ……………………………………33
3.2 Pengkajian Keluarga ……………………………………33
3.3 Riwayat Perkembangan Keluarga ……………………………………35
3.4 Keadaan Lingkungan ……………………………………36
3.5 Struktur Keluarga ……………………………………38
3.6 Fungsi Keluarga ……………………………………39
3.7 Stress & Kopping Keluarga ……………………………………40
3.8 Riwayat Imunisasi ……………………………………40
3.9 Riwayat Tumbuh Kembang ……………………………………41
3.10 Riwayat Nutrisi ……………………………………41
3.11 Riwayat Psikososial ……………………………………42
3.12 Riwayat Spiritual ……………………………………42
3.13 Pola Aktivitas/Kebiasaan Sehari-Hari ……………………………………42
3.14 Pola Eliminasi ……………………………………43
3.15 Pemeriksaan Fisik Keluarga ……………………………………45
3.16 Harapan Keluarga ……………………………………46
ANALISA DATA ……………………………………47
DIAGNOSA KEPERAWATAN ……………………………………49
SKORING PRIORITAS MASALAH ……………………………………49
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………54
KELUARGA
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ……………………………………57

iii
KEPERAWATAN KELUARGA
3.17 Jurnal ……………………………………61
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ……………………………………82
4.2 Saran ……………………………………83
Daftar pustaka

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup
lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan
datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan
fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence
Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata - rata IQ anak normal
(Kemenkes RI, 2018).
Menurut WHO tahun 2018 prevalensi stunting pada balita di dunia
sebesar 22%. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di
dunia mengalami stunting. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita
stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari
sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83, juta balita stunting di
Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan
proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data prevalensi balita
stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO),
Indonesia termasuk ke dalam Negara ketiga dengan prevalensi
tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR).
Rata – rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005 – 2017
adalah 3,4% (WHO, 2019)
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
mencatat bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia turun dari
37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018.Berdasakan
data Riskesdas dari tahun 2007 hingga tahun 2018 terdapat
penurunan balita sangat pendek (stunting berat) sebesar 6,4%.
Namun prevalensi balita pendek atau stunting mengalami peningkatan
sebesar 1,3%. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek usia 0 - 59

1
bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Komdisi ini
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat
pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%. Provinsi
dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada
usia 0 – 59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur,
sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali. Kasus
stunting di Jawa Barat berada pada 29,2% tahun 2017, sementara
kategori diatas 30% dikatakan tinggi (Dinkes Jabar, 2018).
Terjadinya stunting pada balita sering kita tidak sadari, dan setelah
dua tahun baru terlihat ternyata balita tersebut pendek, disebabkan
oleh asupan makanan yang tidak seimbang, bayi yang mempunyai
riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pengasuhan yang kurang
baik (Yuliana, Wahida, & Hakim, Nul, Bawon, 2019). Anak dengan
stunting tidak hanya berdampak pada fisik saja tetapi akan
mempengaruhi kecerdasan, produktivitas, prestasi dan penurunan
intelegensia (IQ).
Faktor terjadinya stunting berhubungan dengan berbagai macam
faktor karakteristik orang tua yaitu pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
pola asuh, pola makan, dan jumlah anggota keluarga, faktor genetic,
proses infeksi, kejadian BBLR, kekurangan energi dan protein, sering
mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makanan yang tidak
sesuai.
Setiap perawat harus memiliki pengetahuan tentang pencegahan,
pemeriksaan, pengobatan, dan kronisitas dari penyakit dalam rangka
untuk memberikan perawatan yang berkualitas tinggi kepada orang –
orang yang mengalami stunting. Disini kami akan membahas
bagaimana stunting yang dialami oleh balita dan bagaimana asuhan
keperawatan balita dengan stunting.

1.2 Ruang Lingkup

2
1.2.1 Subjek : Balita dan Keluarga dengan Stunting.
1.2.2 Objek : Asuhan Keperawatan Keluarga Balita dengan Stunting.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat
menganalisa dan menyusun perencanaan Asuhan
Keperawatan Keluarga kepada Balita dengan Stuntingdikaitkan
dengan Model Adaptasi oleh Roy.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa dapat melakuakn pengkajiankepada Balita
dengan Stunting.
b. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan dan
menentukan prioritas diagnosa keperawatan pada Balita
dengan Stunting.
c. Mahasiswa dapat menyusun rencana keperawatan pada
Balita dengan Stunting.
d. Mahasiswa dapat melakukan tindakan implementasi dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada Balita dengan
Stunting.
e. Mahasiswa dapat menyusun evaluasi pada Balita dengan
Stunting.

3
BAB II

TINJAUAN KASUS

2.1 Konsep Keperawatan Keluarga

2.1.1 Definisi Keperawatan Keluarga

Keperawatan keluarga merupakan pelyanan holistic yang


menempatkan keluarga dan komponennya sebagai focus pelayanan dan
melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Depkes, 2010).

Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan


keperawatan di masyarakat yang menempatkan keluarga dan
komponennya sebagai focus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga
dalam pengkajian, perncanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan
memobilisasi sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan
sumber – sumber dari profesi lain, termasuk pemberi pelayanan
kesehatan dan sektor lain di komunitas (Depkes, 2010).

2.1.2 Tujuan Keperawatan Keluarga

Tujuan keperawatan keluarga ada dua macam, yaitu tujuan


umum dan khusus.Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah
kemandirian keluarga daklam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Tujuan khusus dari keperawatan keluarga adalah keluarga
mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan
mampu menangani masalah kesehatannya berikut ini :

a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.


Kemampuan keluarga dalam megenal masalah kesehatan seluruh

4
anggota keluarga. Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang
pengertian dan bagaimana gejala Stunting yang diderita oleh Balita.
b. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga. Kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga ke
pelayanan kesehatan. Contohnya, segera memutuskan untuk
memeriksakan Balita yang mengalami Stunting ke pelayanan
kesehatan.
c. Member perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan. Kemampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. Contohnya, keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita Stunting
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif. Kemempuan keluarga
dalam mengatur lingkungan, sehingga mampu mempertahankan
kesehatan dan memelihara pertumbuhan serta perkembangan
setiap anggota keluarga keluarga. Contohnya, keluarga menjaga
kenyamanan lingkungan fisik dan psikologis untuk seluruh anggota
keluarga yang sakit.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan
dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan. Contohnya, keluarga memanfaatkan puskesmas, rumah
sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota
keluarganya yang sakit

2.1.3 Sasaran Keperawatan Keluarga (Depkes, 2010)

1. Keluarga sehat
Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi
tidak mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan
antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan

5
tahapan tumbuh kembang keluarga.Fokus intervensi keperawatan
terutama pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.

2. Keluarga Risiko Tinggi dan Rawan Kesehatan


Keluarga risiko tinggi dapat didefinisikan, jika satu atau lebih
anggota keluarga memerlukan perhatian khusus dan memiliki
kebutuhan untuk menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan
anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko penurunan
status kesehatan.
3. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut
pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca
hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degenerative, tindakan
pembedahan, dan penyakit terminal.

2.1.4 Peran dan Fungsi Perawat Keluarga (Friedman dkk, 2013)

Peran dan Fungsi perawat di keluarga adalah sebagai berikut :

1. Pelaksana
Peran dan Fungsi perawat sebagai pelaksana adalah memberikan
pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan,
mulai pengkajian sampai evaluasi pelayanan diberikan karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari – hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan
bersifat promotif, preventif, kuratif serta rehabilitative.
2. Pendidik
Peran dan Fungsi perawat sebagai pendidik adalah
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan tujuan, mengembangkan,

6
merencanakan, dan melaksanakan pendidikan kesehatanagar
keluarga dapat berperilaku sehat secara mandiri.
3. Konselor
Peran dan Fungsi perawat sebagai konselor adalah memberikan
konseling atau bimbingan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman
yang lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan keluarga.
4. Kolaborator
Peran dan Fungsi perawat sebagai kolaborator adalah
melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait
dengan penyelesaian masalah kesehatan di keluarga.

Selain peran perawat keluarga diatas, ada juga peran perawat


keluarga dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai berikut

1. Pencegahan primer
Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai peran yang
penting dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit dan
memelihara hidup sehat.
2. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi dini
terjadinya penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan
penanganan segera yang dapat dilakukan oleh perawat.Penemuan
kasus baru merupakan upaya pencegahan sekunder, sehingga
segera dapat dilakukan tindakan.Tujuan dari pencegahan sekunder
adalah mengendalikan perkembangan penyakit dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.Peran perawat adalah merujuk semua
anggota keluarga untuk srinning, melakukan pemeriksaan, dan
mengkaji riwayat kesehatan.
3. Pencegahan tersier

7
Peran perawat dalam upaya pencegahan tersier ini bertujuan
mengurangi luasnya dan keparahan masalah kesehatan, sehingga
dapat meminimalkan ketidakmampuan dan memulihkan atau
memelihara fungsi tubuh. Focus utama adalah rehabilitasi.
Rehabilitasi meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat
penyakit dan luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat
yang paling tinggi secara fisik, sosial, dan emosional.

2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau


tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur.Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua
standar devisiasi median standar pertumbuhan anak dari WHO.Balita
stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi gizi ibu saat hamil, kesakitan
pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di
masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Buletin Jendela Data
Informasi Kesehatan, Kemenkes RI, 2018).

Stunting merupakan kondisi balita yang mengalami panjang


dan tinggi badan yang kurang sesuai dengan umurnya (Pusdatin,
Kemenkes RI, 2018).Stunting merupakan ketidaksesuaian anatara
ukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) dengan umur (U)
pada rentang usia 0 – 59 bulan (balita), ini merupakan gambaran
kondisi kurang gizi pada masa tumbuh kembang di kehidupan awal
(Unicef, 2017).

2.2.2 Patofisiologi Stunting

8
Pertumbuhan dan perkembangan pada manusia, terdapat
kelenjar endokrin, yang berperan sangat penting yaitu kelanjar
hipofisis yang terletak di bawah dan sedikit di depan hipotalamus.
suplai darah yang mengandung kaya akan infudibilum
menghubungkan dua kelenjar yang membawa hormon pengatur dari
hipotalamus ke kelenjar hipofisis. hipofisis mempunyai dua lobus yakni
lobus anterior dan posterior. Lobus anterior atau adenohipofisis akan
melepaskan hormon utama pertumbuhan atau Growth Hormone (GH),
hormon perangsang tiroid atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH),
prolaktoin, gonadotrofin, dan hormone adrenokortikortopik (ACTH).

Pertumbuhan badan yang normal tidak bergantung hanya


pada kecukupan hormone pertumbuhan saja, tetapi hasil yang saling
berhubungan antara sistem saraf dan sistem endokrin. Hormone
pertumbuhan menyebabkan pelepasan faktor pertumbuhan mirip
insulin (Insulin Like Gwot Factor 1 IGF – 1 dari hati) IGF – 1 secara
langsung sangat mempengaruhi serat otot rangka dan sel – sel tulang
rawan ditulang panjang untuk meningkatkan penyerapan asam amino
dan masuknya ke dalam protein yang baru, sehingga berkontribusi
terhadap pertumbuhan linier selama bayi dan masa balita.

Perawakan pendek yang tidak normal atau yang disebut


stunting pada anak terjadi akibat faktor malnutrisi, kelainan endokrin
seperti defisiensi hormone pertumbuhan, hipotiroid, sindrom cushing,
resistensi hormone pertumbuhan dan defisisensi IGF – 1. Stunting
disebabkan oleh kelainan tulang seperti kondrodistrofi, dysplasia
tulang, turner, sindrom proder – willi, sindrom down, sindrom kaliman,
sindrom marfan (Ayu Candra, 2020 : 27 - 31).

2.2.3 Faktor – Faktor Penyebab Stunting

9
Faktor stunting merupakan faktor multi dimensi yang tidak
hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk saja. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan stunting antara lain faktor internal yaitu BBLR,
riwayat penyakit, Pemberian ASI Ekslusif, pemberian MP-ASI, faktor
eksternal yaitu pola asuh orang tua, pengetahuan mengenai gizi dan
kesehatan, status ekonomi (Depkes, 2011).

Faktor internal yaitu BBLR yang diikuti oleh asupan makanan


dan pelayanan kesehatan kurang memadai, seriing terjadinya infeksi
pada anak selama masa pertumbuhan yang dapat menyebabkan
pertumbuhan anak terhambat dan anak akan mengalami
stunting.BBLR merupakan salah satu penyebab gizi buruk (Puspita,
2014).

Faktor kedua yang menyebabkan stunting adalah riwayat


penyakit.Penyakit infeksi mempunyai efek yang buruk terhadap
pertumbuhan anak. Penyakt yang diderita oleh anak, biasanya akan
terjadi oleh peningkatan suhu tubuh sehingga adanya kenaikan
kebutuhan zat gizi. Apabila dalam kondisi ini tidak diimbangi dengan
asupan gizi yang tidak adekuat maka akan timbul malnutrisi dan gagal
tumbuh kembang (Sitepoe M, 2013).

Faktor ketiga penyebab dari stunting yaitu pemberian ASI


Eksklusif makanan pertama dan paling utama pada bayi tentu saja
ASI Eksklusif. ASI Eksklusif diartikan sebagai tindakan untuk tidak
emberikan makanan atau minuman lain kecuali air susu ibu (ASI).
Terdapat beberapa mekanisme yang membuat pemberian ASI sangat
bermanfaat bagi perkembangan anak.Pertama, ASI merupakan
sumber asam lemak tak jenuh yang bukan hanya merupakan sumber
energi tetapi juga sangat penting bagi perkembangan otak.Kedua,
pemberian ASI juga dapat meningkatkan imunitas tubuh terhadap
penyakit sebagaimana diperlihatkan dalam sejumlah penelitian ketika

10
pemberian ASI disertai penurunan frekuensi diare, konstipasi,
penyakit gastrointestinal.Pemberian ASI Eksklusif sangat memberikan
sejuta manfaat salah satunya sebagai interaksi ibu dan anak serta
pembentukan ikatan yang lebih kuat sehingga begitu menguntungkan
juga bagi perkembangan fisik anak dan perilaku anak. Faktor keempat
adalah pemberian MP – ASI, gangguan pertumbuhan atau stunting
terjadi pada anak usia diatas 6 bulan karena berasal dari makanan
pendamping ASI. Pemberian ASI saja yang diberikan pada anak tidak
mencukupi energi serta nutrient untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal (Gibney, et al, 2010)

Faktor eksternal berupa pola asuh orang tua adalah perilaku


orang tua dalam mengasuh balita.Pola asuh orang tua merupakan
salah satu masalah yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting
pada balita.Pola asuh orang tua yang kurang baik terhadap anak
memiliki peluang besar anak menjadi stunting dibandingkan orang tua
dengan pola asuh yang baik (Amaricon dkk, 2013).

Faktor yang kedua stunting dapat disebabkan oleh kurang


pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan.Tingkat pengetahuan
seseorang yang rendah dan persepsi mengenai kebutuhan
merupakan suatu landasan berfikir dalam melakukan suatu hal
berkaitan dengan sebuah pertanyaan dan jawaban yang dikaitkan
dengan pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan balita (Surjaweni,
2014).

Faktor yang terakhir yaitu status ekonomi.Status ekonomi


dapat mempengaruhi status gizi anak, keluarga dengan status
ekonomi baik bisa mendapatkan fasilitas pelayanan umum yang baik
juga. Melalui fasilitas – fasilitas seperti pendidikan, pelayanan
kesehatan tersebut status ekonomi keluarga akan berdampak positif

11
terhadap status gizi anak. Hal ini sangat berdampak penting pada
kesehatan (Soetjiningsih, 2014).

2.2.4 Dampak Stunting

Dampak yang menyebabkan stunting tidak hanya gangguan


fisik saja, tetapi juga mempengaruhi pola perkembangan pada otak,
serta balita yang mengalami stunting saat menuju dewasa akan
mengalami peluang terjangkitnya penyakit kronis seperti diabetes,
kanker, stroke, dan hipertensi serta lemungkinan memiliki potensi
penurunan produktifitas pada usia produktifnya. Selain itu stunting
dapat mengakibatkan kerusakan perkembangan anak yang tidaka
bisa di ubah, anak tersebut tidak akan pernah bisa melakukan atau
mempelajari sebanyak yang anak lainnya lakukan (Trihono, 2015).

2.2.5 Upaya Pencegahan Stunting

Rencana yang telah direkomendasikan sebagai aksi intervensi


stunting yang diusulkan menjadi 5 pilar utama berikut dengan
penjelasannya (TNP2K, 2017) :

1. Pilar 1 : Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara


Pada pilar ini membutuhkan suatu komitmen dari lembaga tertinggi
Negara yaitu Presiden / Wakil Presiden sebagai pengarahan K/L
terkait intervensi stunting baik di pusat maupun di daerah. Selain
itu juga diperlukan adanya penetapan strategi dan kebijakan, serta
target nasional maupun daerah baik Provinsi maupun Kab/Kota
dan memanfaatkan Secretariat Sustainable Development Goals
(SDGs) dan Secretariat TNP2K sebagai lembaga koordinasi dan
pengendalian program program terkain intervensi stunting.
2. Pilar 2 : Kampanye Nasional dan Komunikasi Perubahan Perilaku

12
Berdasarkan pengalaman bukti internasional terkait program –
program yang dapat secara efektif mengurangi prevalensi stunting,
salah satu strategi utama yang perlu dilaksanakan adalah melalui
kampanye secara nasional baik melalui media masa, maupun
melalui komunikasi kepada keluarga serta advokasi yang
berkelanjutan.
3. Pilar 3 : Konvergensi Koordinasi, Koordinasi Program Daerah
Pusat dan Desa
Pilar ini mempunyai tujuan untuk memperkuat konvergensi,
koordinasi, dan konsolidasi, serta memperluas program yang telah
dilakukan oleh Kementrian / Lembaga (K/L) terkait. Oleh karena
itulah dibutuhkan perbaikan kualitas dan pelayanan dalam program
yang ada seperti Puskesmas, Posyandu, PAUD, BPSPAM, PKH
terutama dalam memberikan sebuah dukungan pada ibu hamil, ibu
yang menyusui dan balita 1.000 HPK serta memberikan insentif
dari ketenaga kerjaan melalui kinerja program intervensi stunting di
wilayah sasaran yang berhasil menurunkan angka stuntingdi
wilayahnya. Pilar ini juga dapat dilakukan dengan memaksimalkan
pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Desa untuk
mengarahkan pengeluaran tingkat daerah ke intervensi prioritas
stunting.
4. Pilar 4 :Status Gizi dan Ketahanan pada Pangan
Pilar ini berfokus untuk :
a. Mendorong sebuah kebijakan akses pangan yang bergizi,
tentunya untuk daerah yang mengalami kasus kejadian stunting
tertinggi
b. Melaksanakan rencana fortifikasi dengan bio – energi,
makanan dan pupuk yang komprehensif
c. Pengurangan komtaminasi untuk pangan
d. Melaksanakan sebuah program untuk pemberian makanan
tambahan

13
e. Upaya untuk melakukan investasi melalui kemitraan dengan
dunia usaha, dana desa dalam infrastruktur pasar pangan baik
tingkat urban maupun rural.
5. Pilar 5 : Pemantauan serta Evaluasi
Pada pilar ini untuk memantau exposure terhapad kampanye
nasional, pemahaman perilaku sehingga adanya perubahan
perilaku sebagai hasil dari kampanye nasional stunting.
Pemantauan dan evaluasi secara berkala yang mempunyai tujuan
untuk memastikan pemberian dan kualitas dari pelayanan program
intervensi stunting. Pengukuran dan publikasi secara berkala hasil
dari intervensi dan perkembangan pada anak.Result-based
planning and budgeting (penganggaran dan perencanaan berbasis
hasil) pusat dan daerah serta pengendalian program-program
intervensi stunting.
Upaya untuk menurunkan percepatan kejadian stunting melalui
intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif pada sasaran
1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6
bulan.
1. Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi ditujukkan pada ibu hamil dan pada anak 1.000
hari pertama kehidupan, kegiatan ini umumnya dilakukan
sektor kesehatan, intervensi spesifik bersifat jangka pendek
dan hasilnya dapat dicatat dalam waktu relative pendek.
Intervensi gizi spesifik merupakan suatu intervensi yang
ditujukkan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) yang berkontribusi pada 30% angka penurunan
stunting.Serangkaian kegiatan yang dilakukan melalui kegiatan
intervensi gizi spesifik pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan.
1) Intervensi yang dilakukan pada sasaran ibu hamil dengan
memberikan makanan tambahan ibu hamil untuk mengatasi

14
kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi
kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan
iodium, menanggulangi cacingan pada ibu hamil, dan
melindungi ibu hamil dari malaria.
2) Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6
bulan yaitu, mendorong insisi menyusui dini (pemberian ASI
jolong/colost rums), mendorong pemberian ASI Eksklusif.
3) Intervensi yang dilakukan pada sasaran Ibu Menyusui dan
Anak Usia 7 – 23 bulan yaitu dalam memberikan dorongan
dalam penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan,
menyediakan obat-obatan salah satunya obat cacing,
menyediakan suplementasi makanan yang banyak
mengandung zink, melakukan penambahan zat besi ke
dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap
penyakit malaria, dan memberikan imunisasi lengkap,
melakukan pencegahan serta pengobatan diare.
2. Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi yang ditujukkan melalui berbagai rangkaian
kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan, salah satu
sasarannya adalah masyarakat umum dan tidak khusus untuk
sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
Intervensi Gizi Sensitif, yang idealnya dilakukan melalui
berbagai serangkaian kegiatan disebuah pembangunan di luar
sektor kesehatan yang berkontribusi pada 70% intervensi pada
kejadian stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah
masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
a. Menyediakan dan memastikan akses jalur pada air bersih.
b. Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi
lingkungan.
c. Melakukan fortifikasi pada bahan pangan.

15
d. Menyediakan akses kepada pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana.
e. Meyediakan suatu jaminan kesehatan kesehatan nasional
(JKN).
f. Menyediakan suatu jaminan persalinan universal
(Jampersal).
g. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengasuhan
orang tua pada anak.
h. Memberikan pendidikan anak usia pada dini secara
universal.
i. Memberikan pendidikan gzi kepada masyarakat.
j. Memberikan edukasi mengenai kesehatan seksual dan
reproduksi serta gizi pada remaja.
k. Memberikan bantuan dan jaminan sosial untuk keluarga
miskin.
l. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

16
2.2.6 Pathway Stunting

Kurangnya Asupan Nutrisi Sosial Ekonomi Rendah Defisiensi Pengetahuan tentang Kegagalan Menyusui
Prenatal / Postnatal Nutrisi

Stunting

BREATHING BLOOD BRAIN BLADDER BOWEL BONE

Daya tahan Asupan nutrisi Asupan nutrisi Nutrisi tidak Nutrisi tidak Penurunan jumlah
tubuh menurun kurang dari kurang dari adekuat adekuat protein
kebutuhan tubuh kebutuhan
Penurunan Intake Energi menurun
tubuh
Rentan terkena perfusi output tidak
Kebutuhan tubuh Cadangan protein
bakteri/alergen seimbang
terus meningkat O2 menurun otot terpakai terus
Hipoperfusi
menerus
Proses ginjal Metabolisme
Mengambil Jaringan
peradangan anaerob Konsentrasi asam
cadangan makanan serebral Penurunan
di bawah kulit hipoksia amino rendah
produksi urin
Akumulasi Defisit
Tubuh kehilangan
secret di Gangguan Gangguan nutrisi
Hilangnya lemak energi terus
bronkus perfusi eliminasi urin
subcutan menerus
jaringan
Bersihan jalan Kulit kering, keriput serebral Energi tidak
napas tidak adekuat
efektif
17
Gangguan integritas Kelemahan
kulit jaringan otot dan
tulang

Gangguan
tumbuh kembang

2.3 Kebijakan Pemerintah Nasional, Non Government Organization


(NGO), Perundang-undangan, issue-issue program kesehatan
keluarga pada Balita dengan Stunting

2.3.1 Kebijakan Pemerintah Nasional

Pemerintah Indonesia telah banyak mengeluarkan paket


kebijakan dan regulasi terkait intervensi stunting. Di samping itu,
kementrial/lembaga (K/L) juga sebenarnya telah memiliki program,
baik terkait intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif,
yang potensial untuk menurunkan stunting. Intervensi Program Gizi
Spesifik dilakukan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) melalui
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) melalui Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK). Adapun beberapa program gizzi spesifik yang telah dilakukan
oleh pemerintah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Program terkait intervensi dengan sasaran ibu hamil, yang


dilakukan melalui beberapa program/kegiatan berikut :
a. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk
mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.
b. Program untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam
folat.

18
c. Program untuk mengatasi kekurangan iodium.
d. Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan
pada ibu hamil.
e. Program untuk melindungi ibu hamil dari malaria.

Jenis kegiatan yang telah dan dapat dilakukan oleh


pemerintah baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal meliputi
pemberian suplementasi besi folat minimal 90 tablet, memberikan
dukungan kepada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan minimal 4 kali, memberikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT), pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, melakukan
upaya untuk penanggulangan cacingan pada ibu hamil, dan
memberikan kelambu serta pengobatan bagi ibu hamil yang positif
malaria.

2. Program yang menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 bulan,
termasuk diantaranya mendorong Insiasi Menyusui Dini (IMD)
melalui pemberian ASI jolong/colostrums dan memastikan
edukasi kepada ibu untuk terus memberikan ASI Eksklusif
kepada anak balitanya. Kegiatan terkait termasuk memberikan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Insiasi Menyusui
Dini (IMD), promosi menyusui ASI Eksklusif (konseling individu
dan kelompok), imunisasi dasar, pantau tumbuh kembang secara
rutin setiap bulan, dan penanganan bayi sakit secara tepat.
3. Program intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui
dan Anak Usia 7—2 bulan, dengan mendorong penerusan
pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian
MP—ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi
zinc, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan,
memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan

19
imunisasi lengkap, dan melakukan pencegahan serta pengobatan
diare.

Selain itu, beberapa program lainnya adalah Pemberian


Makanan Tambahan (PMT) Balita Gizzi Kurang oleh Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) melalui Puskesmas dan Posyandu. Program
terkait meliputi Pembinaan Posyandu dan Penyuluhan serta
penyediaan makanan pendukung gizi untung balita kurang gizi pada
usia 6-59 bulan berbasis pangan lokal (misalnya melalui Hari Makan
Anak). Anggaraon program dari Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) – Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik sebesar Rp.
200.000.000/tahun/puskesmas di daerahnya masing-masing (TNP2K
2017).

Sedangkan terkaitdengan intervensi gizi sensitif, yang telah


dilakukan oleh pemerintah melalui K/L terkait beberapa diantaranya
adalah kegiatan sebagai berikut :

1. Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih melalui


program Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (PAMSIMAS).
2. Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi melalui
kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 9STBM).
3. Melakukan fortifikasi bahan pangan (garam, terigu, dan minyak
goreng).
4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga
Berencana (KB)..
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
9. Memberikan pendidikan gizi masyarakat.

20
10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi
pada remaja.
11. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin,
misalnya melalui Program Subsidi Beras Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (Raskin/Rastra) dan Program Keluarga
Harapan (PKH).
12. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

Berdasarkan program-program tersebut, tampak bahwa telah


banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menurunkan
prevalensi stunting yang tentunya disertai dengan alokasi anggaran
yang tidak sedikit.

2.3.2 Non Government Organization (NGO)

Non Government Organization (NGO) atau yang selama ini


dikenal dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah
organisasi di luar pemerintah yang memiliki misi untuk ikut serta
dalam pembangunan bidang-bidang tertentu.Terdapat banyak LSM
yang focus dalam pembangunan kesehatan khususnya
pengendalian penanggulangan Stunting. Berbagai bentuk program
LSM antara lain yaitu bertujuan sebagai penguatan masyarakat
lapisan bawah maenuju dimilikinya hak-hak sosial, ekonomi, dan
politik khususnya dalam bidang kesehatan merupakan bentuk yang
nyata dukungan LSM ini pada kebijakan pemerintah.

Sebagai salah satu contohnya yaitu Lembaga Swadaya


Masyarakat (LSM) Ayo Indonesia yang berkantor Ruteng (Ibu Kota
Kabupaten Manggarai, NTT) yang mendatangi desa-desa terpencil di
wilayah Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur NTT untuk
mensosialisasikan kepada masyarakat bagaimana agar anak tidak

21
mengalami stunting. Selain itu, Ayo Indonesia memerangi anak yang
mengalami stunting dengan memberikan bantuan makanan tertentu.

2.3.3 Perundang-undangan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29


Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak
Akibat Penyakit.

Menimbang :

a. Bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,


dan berkembang secara optimal;
b. Bahwa anak dengan kekurangan asupan gizi dan/atau
penyakit dapat menimbulkan masalah gizi yang menghambat
pertumbuhan dan perkembangan sehingga diperlukan upaya
penanggulangan masalah gizi;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Penanggulangan Masalah Gizi
Bagi Anak Akibat Penyakit;

Megingat :

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementrian
Kesehatan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 59);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan (Berita Negara
Republik IndonesiaTahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah

22
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 945);

Memutuskan :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


PENANGGULANGAN MASALAH GIZZI BAGI ANAK AKIBAT
PENYAKIT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk


Anak yang masih dalam kandungan.
2. Bayi Sangat Prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia
kehamilan mencapai genap 32 minggu.
3. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram.
4. Gagal Tumbuh adalah suatu keadaan terjadinya keterlambatan
pertumbuhan fisik pada bayi dan Anak usia bawah dua tahun
yang ditandai dengan kenaikan berat badan di bawah persentil 5
dari standar table kenaikan berat badan.
5. Gizi Kurang adalah keadaan gizi balita yang ditandai dengan
kondisi kurus, berat badan menurut panjang badan atau tinggi

23
badan kurang dari -2 sampai dengan -3 standar deviasi, dan/atau
lingkar lengan 11,5-12,5 cm pada Anak usia 6-59 bulan.
6. Gizi Buruk adalah keadaan gizi balita yang ditandai dengan
kondisi sangat kurus, disertai atau tidak edema pada kedua
punggung kaki, berat badan menurut panjang badan atau berat
badan disbanding tinggi badan kurang dari -3 standar deviasi
dan/atau lingkar lengan atas kurang dari 11,5 cm pada anak usia
6-59 bulan.
7. Alergi Protein Susu Sapi adalah suatu reaksi yang tidak
diinginkan yang diperantrai secara imunologis terhadap protein
susu sapi.
8. Kelainan Metabolisme Bawaan adalah kelainan ge tunggal yang
menyebabkan defisiensi atau disfungsi protein yang berfungsi
sebagai enzim atau protein transport yang diperlukan sebagai
katalisator metabolism.
9. Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus yang selanjutnya
disingkat PMKK adalah pangan olahan yang diproses atau
diformulasi secara khusus untuk manajemen medis yang dapat
sekaligus sebagai manajemen diet bagi Anak dengan penyakit
tertentu.
10. Surveilans Gizi adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan
terus-menerus terhadap masalah gizi masyarakat dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya sebagai dasar bagi pengambil
keputusan untuk perumusan kebijakan, perencanaan program,
penentuan tindakan dan pelaksanaan intervensi serta evaluasi
terhadap pengelolaan program gizi.
11. Pemeriksaan Antopometri adalah penimbangan berat badan,
pengukuran panjang atau tinggi badan, dan pengukuran lingkar
lengan atas, untuk menilai status gizi anak.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

24
BAB II

PENYELENGGARAAN

Pasal 2

(1) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertanggung jawab


terhadap penyelenggaraan penanggulangan masalah gizi bagi
Anak akibat penyakit secara terpadu dan berkesinambungan.
(2) Penanggulangan masalah gizi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diprioritaskan terhadap penyakit yang memerlukan upaya
khusus untuk penyelamatan hidup dan mempunyai dampak
terbesar pada angka kejadian stunting.
(3) Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. Beresiko Gagal Tumbuh;
b. Gizi Kurang atau Gizi Buruk;
c. Bayi Sangat Prematur;
d. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
e. Alergi Protein Susu Sapi; dan
f. Kelainan Metabolisme Bawaan.

Pasal 3

(1) Penyelenggaraan penanggulangan masalah gizi bagi Anak akibat


penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasa 2 ayat (3) dilakukan
melalui :
a. Surveilans Gizi; dan
b. Penemuan dan penanganan kasus.
(2) Dalam hal penemuan dan penanganan kasus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b memerlukan upaya khusus,
dilakukan pemberian PKMK.

Pasal 4

25
(1) Surveilan Gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
dilaksanakan melalui :
a. Pengumpulan data;
b. Pengolahan dan analisa data; dan
c. Diseminasi informasi.
(2) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperoleh
melalui :
a. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita;
b. Pemantauan status gii;
c. Pelaporan hasil penemuan kasus;
d. Survey; dan/atau
e. Kegiatan lainnya
(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh dari
Posyandu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Masyarakat, dan/atau
sumber data lainnya.
(4) Berdasarkan hasil pemantauan pertumuhan dan perkembangan
balita dan pemantauan status gizi seagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a dan huruf b diperoleh data:
a. Bayi dan Anak usia bawah 2 (dua) tahun risiko Gagal
Tumbuh;
b. Balita Gii Kurang atau Gizi Buruk;
c. Bayi Sangat Prematur;
d. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
e. Balita dengan status perkembangan meragukan;
f. Balita dengan status perkembangan menyimpang.
(5) Berdasarkan pelaporan hasil penemuan kasus dan survey
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d
diperoleh data:
a. Bayi dan Anak usia bawah 2 (dua) tahun risiko Gagal Tumbuh
dan balita Gizzzi Kurang atau Gizi Buruk;
b. Bayi Sangat Prematur dan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;

26
c. Bayi dan Anak Alergi Protein Susu Sapi; dan
d. Bayi dan Anak dengan kelainan Metabolisme Bawaan.
(6) Pelaksanaan teknis Surveilans Gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 5

Berdasarkan hasil pelaksanaan teknis Surveilans Gizi, dilakukan


intervensi untuk mengatasi masalah gizi bagi Anak akibat penyakit.

Pasal 6

(1) Penemuan kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b


dilakukan secara aktif dan pasif.
(2) Penemuan kasus secara aktif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui pelacakan kasus ke masyarakat oleh tenaga
kesehatan puskesmas.
(3) Penemuan lasis secara pasif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui:
a. Pemeriksaan pasien rujukan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan dari posyandu ke puskesmas untuk dilakukan
konfirmasi; atau
b. Pemeriksaan pasien yang datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
(4) Pemeriksaan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi Pemeriksaan Antropometri dan Pemeriksaan klinis.
(5) Pemeriksaan pasien sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4)
dijadikan dasar untuk penegakan diagnosis oleh dokter atau
dokter spesialis Anak.

Pasal 7

27
Penanganan kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
dilakukan di puskesmas dan rumah sakit.

Pasal 8

(1) Penanganan kasus di puskesmas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 dilakukan terhadap kasus:
a. Berisiko Gagal Tumbuh;
b. Gizi Kurang; dan
c. Gizi Buruk.
(2) Kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditentukan
penyebabnya oleh dokter di puskesmas.
(3) Penanganan kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh tim tenaga kesehatan yag masing-masing memiliki
kompetensi di bidang medis, gizi, kebidanan, dan keperawatan.
(4) Dalam hal kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat ditangani di puskesmas, pasien harus dirujuk ke rumah
sakit untuk ditangani oleh dokter spesialis Anak.

Pasal 9

(1) Penanganan kasus di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 dilakukan melalui diagnosis penyebab dan tata laksana
masalah gizi yang sesuai.
(2) Penanganan kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan tandar pelayanan edokteran.

Pasal 10

Pemberian PKMK sebagaimana dimaksud dalan Pasal 3 ayat (2)


merupakan bagian dari tata laksana dalam penanganan kasus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

28
Pasal 11

(1) PKMK hanya diberikan sesuai dengan resep dokter spesialis


Anak berdasarkan indikasi medis.
(2) Penggunaan PKMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Harus
di bawah pengawasan dokter spesialis Anak.

Pasal 12

(1) PKMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliputi:


a. PKMK untuk Gagal Tumbuh, Gizi Kurang, dan Gizi Buruk
berupa oral nutrition supplement dengan kandugan energi
lebih besar 0,9 kkal/mL.
b. PKMK untuk Bayi Sangat Prematur dan Bayi Berat Lahir
Sangat Rendah berupa :
1. Formula prematut dengan ketentuan kandungan energi
minimal 24 kkal/30 ml; dan/atau
2. Pelengkap gizi air susu ibu (human milk fortifier)
c. PKMK untuk Alergi Protein Susu Sapi berupa formula brbasis
susu sapi dengan protein terhidroliat ekstensif atau asam
amino bebas.
d. PKMK untuk Kelainan Metabolisme Bawaan berupa formula
dengan komposisi makronutrien dan mikronutrien yang sesuai
dengan Kelainan Metabolisme Bawaan yang diderita.
(2) PKMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
diberikan pada pasien secara parenteral.

Pasal 13

PKMK wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi dan


memiliki izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

29
Pasal 14

Penyediaan PKMK dapat dilakukan melalui pengadaan program


pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III

KOORDINASI, JEJARING, DAN KEMITRAAN

Pasal 15

(1) Dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan masalah gizi


bagi Anak akibat penyakut, Menteri dapat membangun dan
mengembangkan koordinasi, jejaring, dan kemitraan antara
instansi pemerintah, pemerintah daerah dan pemangku
kepentingan.
(2) Koordinasi, jejaring, dan kemitraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diarahkan untuk :
a. Advokasi;
b. Penemuan kasus;
c. Penanggulangan masalah gizi;
d. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, kajian,
penelitian, serta kerjasama antar wilayah, dan pihak ke tiga;
e. Peningkatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi;
f. Integrasi penanggulangan masalah gizi; dan/atau
g. Sistem rujukan

BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 16

30
(1) Fasilitas Pelayanan esehatan wajib melakukan pencatatan
setiap kejadian masalah gizi bagi Anak akibat penyakit.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaporkan kepada Menteri melalui dinas kesehatan daeran
kabupaten/kota dan dnas kesehatan daerah provinsi secara
berjenjang dengan tembusan kepada Direktoran Jenderal
Kesehatan Masyarakat.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 17

(1) Menteri, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan,


kepala dinas kesehatan daerah provinsi, dan kepala dinas
kesehatan daerah kabupaten//kota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini
sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenanganmasing-masing.
(2) Pembinaan dan pegawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat melibatkan organisasi terkait.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan melalui :
a. Advokasi;
b. Bimbingan teknis; danatau
c. Monitoring dan evaluasi.

BAB VI

PENUTUP

31
Pasal 18

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

2.3.4 Isu Program Kesehatan Keluarga (Balita dengan Stunting).

Isu meningkatnya angka kejadian stunting di masa pandemic


Covid-19.

Krisis sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh


pandemic virus corona berpotensi menyebabkan hampir tujuh
juta anak mengalami stunting akibat kekurangan gizi.Bahkan
sebelum Covid-19 diperkirakan telah ada 47 juta balita yang
mengalami penurunan berat badan dengan cepat (wasting) di
tingkat sedang hingga parah.Wasting merupakan bagian dari
kekurangan gizi. Menurut UNICEF, Wasting adalah kurangnya
berat badan terhadap tinggi badan sehingga tubuh anak
tersebut tidak proporsional (low weight for height). Wasting
akibat kekurangan gizi tingkat sedang hingga berat untuk anak
di bawah uasia lima tahun akan meningkat 14,3 % atau setara
dengan 6,7 juta kasus tambahan.

Di Indonesia, pemerintah menerapkan program


pencegahan dan penanggulangan stunting pada balita salah
satunya yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
program ini sangat cocok untuk diterapkan selama masa
pandemic Covid-19 saat ini, dikarenakan pendapatan orang
tua yang sebagian besar berkurang bahkan tidak ada
pendapatan sama sekali pada masa pandemic Covid-19 ini.
Dikarenakan berkurangnya atau hilangnya pendapatan orang
tua, maka asupan nutrisi yang diberikan kepada anak pun

32
kurang, maka dari itu program PMT ini sangat cocok diberikan
saat masa pandei Covid-19 ini.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BALITA DENGAN


STUNTING

3.1 Kasus

Perawat mendatangi keluarga Ny.Y pada hari Kamis, 15 April


2021 pada pukul 11.00 WIB.Ketika perawat datang Ny.Y
mengatakan berat badan anaknya (An.S) tidak bertambah, badan
An.S terlihat pendek dan kurus.Ny.Y bingung bagaimana caranya
supaya berat badan anaknya sesuai dengan berat badan ideal
balita.Perawat mendapatkan bahwa An.s kekurangan protein dengan
bukti bahwa Ny.Y mengatakan bahwa anaknya tidak menyukai
sayur, dan An.S diberikan ASI hanya sampai usia 4 bulan.

3.2 Pengkajian Keluarga


3.2.1 Identitas Kepala Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. M
TTL : Jakarta, 11 April 1985
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku : Betawi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta

33
Alamat :Jl. Anggrek, RT. 02, RW. 04,
Kelurahan Kandangan Cerme,
Cipayung, Bogor, Jawa Barat.

Daftar Anggota Keluarga

No Nama L/P Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status


dengan kesehatan
keluarga
1 Tn.M L 36 th Suami SMA Karyawan Sehat
Swasta
2 Ny.Y P 32 th Istri SMA Ibu Rumah Sehat
Tangga
3 Ny.O P 69 th Nenek SD - Sehat
4 An.S P 4 th Anak - - Sakit

Genogram :

34
Tipe Keluarga :Extended Family yang terdiri atas Ayah, Ibu, Anak,
dan sanak saudara yaitu Nenek.

a. Status sosial ekonomi keluarga :

Keluarga tampak bersosialisasi dengan keluarga lain


disekitar. Keluarga tergolong ramah dengan orang-orang sekitar.
Menurut Ny.Y sumber penghasilan keluarga yaitu sang suami
dengan penghasilan sekitar Rp. 1.200.000/bulan. Penghasilan
tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari.

b. Aktivitas rekreasi keluarga :

35
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi adalah
menonton TV dan mendengarkan radio di rumah.Terkadang
berkumpul dengan sanak saudara atau tetangga
dekatnya.Terkadang juga akhir bulan keluarga berekreasi ke
tempat destinasi wisata yang sejuk.

3.3 Riwayat Perkembangan Keluarga


a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keadaan An.S dialami sejak ± 1 tahun yang lalu klien (Anak
dari Tn.M dan Ny.Y) tidak menunjukkan bertambahnya berat
badan.Kemudian Ny.Y mengatakan anaknya menolak saat
diberikan sayuran.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya (yang lalu)
1. Prenatal
Pemeriksaan kehamilan : Jarang (tidak tentu)
Keluhan saat hamil : Tidak nafsu makan, lebih sering
mengkonsumsi gorengan
Riwayat : Pada usia kehamilan 7 bulan Ny.Y pernah
mengalami perdarahan (perdarahan terjadi
ketika NY.Y sedang mencuci pakaian dengan
posisi jongkok).
2. Natal
Tempat melahirkan : Di Bidan Nining.
Lama dan jenis persalinan : Empat jam dan melahirkan
spontan (normal).
Penolong persalinan : Bidan.
Tidak ada komplikasi saat melahirkan.
3. Postnatal
Kondisi Bayi : BB : 2,3 kg
TB : 43 cm

36
Keadaan bayi sehat
(Kondisi BB dan TB lahir anak rendah, di bawah rata-rata
pada umumnya).
Masalah menyusui : Hanya minum ASI sampai usia 4 bulan
setelah itu dilanjutkan minum susu formula sampai usia 3
tahun.
Penyakit yang pernah dialami : Batuk dan demam.

3.4 Keadaan Lingkungan


a. Karakteristik Rumah
Luas bangunan rumah yang ditempati sekitar 48 m 2 (4m x
12m), terdiri atas 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang dapur, dan
1 kamar mandi, 1 ruang makan, dan di depan ada teras rumah.
Bangunan rumah berbentuk rumah segi empat.Lantai rumah tidak
dipasang eramik, hanya di aci menggunakan semen
saja.Keadaan rumah cukup bersih dan penataan alat
rumah/perabot rumah tangga yang cukup rapi.Penerangan dan
ventilasi cukup.Khusus penerangan dan ventilasi di kamar tidur
kurang memadai, di kamar mandi tidak ada sinar yang
masuk.Sumber air dan air minum menggunakan sumur.WC
menggunakan septic tank yang terletak di belakang rumah. Di
depan rumah terdapat halaman seluas 4 x 2m2
Denah Rumah Keluarga Tn.M

Teras rumah

Ruang Tamu

Kamar Mandi Kamar tidur

Ruang Makan Kamar Tidur


37
Ruang Dapur

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Keluarga Tn.M hidup di lingkungan pedesaan.Sebagian besar
tetangga lingkungan tempat tinggal keluarga Tn.M adalah
penduduk asli yang merupakan pekerja pabrik dan pekerja
bangunan.Sedangkan keluarga Tn.M sendiri adalah pendatang
dari Kota di daerah tersebut.Interaksi antarwarga dilakukan pada
waktu sore dan malam hari, dikarenakan pada siang hari
umumnya warga sedang bekerja, dan sore serta malam hari
warga memiliki waktu luang, dan pendukung udara di pedesaan
yang sejuk.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn.M sudah menempati rumah yang ditempatinya
sejak berumah tangga hingga sekarang, karena saat Tn.M ingin
berumah tangga, Tn.M segera mencari rumah di daerah
pedesaan dengan alasan sejuk. Tempat tinggalnya tidak
berdampingan dengan sanak saudara lainnya, karena
saudaranya berada di kota.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn.M termasuk anggota masyarakat yang aktif
dalam mengikuti kegiatan masyarakat. Anak Tn.M dan Ny..Y
yang mengalami stunting juga sering bermain bersama anak-
anak di pedesaan tersebut dengan didampingi oleh orang tunya.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn.M ada 4 orang yaitu suami, istri, 1 orang anak, dan
nenek.Fasilitas penunjang kesehatan yaitu BPJS (RS.Citama).

3.5 Struktur Keluarga

38
a. Pola Komunikasi Keluarga
Diantara anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis.
Dalam menghadapi suatu permasalahan biasanya selalu dilakukan
dengan cara musyawarah keluarga sebelum diputuskan suatu
permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan cara sangat terbuka.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga merupakan keluarga besar atau Extended family,
terdiri dari suami, istri, 1 orang anak, dan nenek.Mereka saling
memperhatikan masing-masing anggota keluarganya.
c. Struktur Peran Keluarga
- Tn.M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangganya, dan Tn.M yang berhak mengambil
keputusan walaupun sebelumnya dilakukan musyawarah.
- Ny.Y sebagai istri sekaligus Ibu Rumah Tangga, bertanggung
jawab dalam hal keuangan, mengatur kehidupan sehari-hari
untuk dirinya, suami, anak, maupun ibunya.
- An.S sebagai anak tunggal yang mengalami stunting, belum
bersekolah, anak ini sangat disayang oleh Ibu dan Ayahnya.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan
dengan nilai dalam agama islam yang dianutnya serta norma
masyarakat di sekitarnya. Keluarga Tn.M menganggap anaknya
mengalami stunting dikarenakan pola asuh sang ibu kurang, tetapi
Ny.Y tidak sepenuhnya yakin jika pola asuhnya kurang, maka dari
itu Tn.M dan Ny.Y membawa anaknya ke rumah sakit untuk
dikonsultasikan ke dokter tentang perkembangan anaknya.

3.6 Fungsi Keluarga


a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn.M cukup rukun dan perhatian dalam membina
hubungan rumah tangga.

39
b. Fungsi Sosial
Keluarga Tn.M selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku
sosial yang bai. Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan
mengikuti kegiatan yang ada dalam masyarakat
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan
tentang penyakit stunting, hal ini ditunjukkan dengan keluarga
kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit
stunting pada anaknya.Kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan juga terbatas.Keluarga juga tidak mengetahui langkah-
langkah yang harus dilakukan terhadap anaknya yang sudah
mengalami stunting.
d. Fungsi Reproduksi
Tn.M berusia 36 tahun dan Ny.Y berusia 32 tahun merupakan
usia produktif, keluarga menggunakan kontrasepsi suntik.
e. Fungsi Ekonomi
Tn.M bekerja menjadi karyawan swasta di salah satu
bengkel mobil dan Istrinya hanya seorang Ibu Rumah Tangga
untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya.

3.7 Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor yang dimiliki
Stressor yang dirasakan oleh keluarga Tn.M adalah penyakit
stunting yang dimikili oleh sang anak.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor
Keluarga sudah mengmbil keputusan yang cukup baik yaitu
membawa anaknya ke fasilitas kesehatan, dan keluarga juga
pasrah kepada Tuhan terhadap penyakit yang diderita anaknya.
c. Strategi Koping yang digunakan
Keluarga biasanya berdiskusi dalam menghadapi masalah.
d. Stress Adaptasi Disfungsional

40
Ny.Y mulai sadar anaknya mengalami stunting karena sudah
satu tahun berat badan anaknya tidak bertambah.

3.8 Riwayat Imunisasi


Catatan Pemberian Imunisasi An.S

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Keterangan


1 Hepatitis B Baru lahir -
Pada usia 3 bulan
2 BCG Pada usia 2 bulan -
3 DPT-HB Pada usia 2 bulan -
Pada usia 3 bulan
Pada usia 4 bulan
4 Polio Pada usia 2 bulan -
Pada usia bulan
Pada usia 4 bulan
5 Campak Pada usia 9 bulan -
Pada usia 18
bulan

3.9 Riwayat Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan Fisik
BB :11 kg
TB : 88 cm
Waktu tumbuh gigi : Ny.Y mengatakan usia ± bulan gigi seri An.S
mulai tumbuh pada usia > 1 tahun gigi An.S mulai bertumbuhan.
b. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat :
1. Berguling : Ny.Y mengatakan lupa
2. Duduk : Ny.Y mengatakan lupa

41
3. Merangkap : Ny.Y mengatakan lupa
4. Berdiri : Ny.Y mengatakan lupa
5. Berjalan : Usia 1 tahun
6. Bicara : Usia 1 tahun

3.10 Riwayat Nutrisi


a. Pemberian ASI
Pertama kali disusui : bayi sejak lahir
Cara pemberian : setiap kali menangis
Lama pemberian: sampai bayi tidak mau
ASI diberikan sampai usia 4 bulan
b. Pemberian susu formula
Ny.Y mengatakan karena putrinya (An.S) tidak mau minum ASI,
maka Ny.Y mengganti dengan susu formula sampai usia 3
tahun.
Cara pemberian : (usia 5 bulan-1 tahun) pada saat anak
menangis.
(usia 2-3 tahun) pada saat anak meminta.
Jumlah : susu formula diberikan ±180-300 ml.
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

No Usia Jenis nutrisi


1 0-4 bulan ASI
2 5-12 bulan Susu formula + bubur (terkadang
dicampur wortel/kentang)
3 12 bulan - saat Nasi + sayur (jarang) + lauk pauk
ini

Ny.Y mengatakan anak tidak mau minum susu formula dan


tidak menyukai sayuran

42
3.11 Riwayat Psikososial
An.S tinggal bersama orang tuanya, lingkungan rumah
berada di pedesaan, rumah dekat dengan lingkungan sekolah,
tempat ibadah, An.S tidak mempunyai tempat tidur sendiri (tidur
bersama orang tuanya), hubungan dengan anggota keluarganya
harmonis, pengasuh anak yaitu orang tua.

3.12 Riwayat Spiritual


Keluarga Tn.M rajin beribadah setiap harinya.

3.13 Pola Aktivitas/Kebiasaan Sehari-hari


a. Pola makan dan minum
Frekuensi makan : 3 kali/hari
Nafsu/selera makan : selera makan kurang, meningkat sedikit
ketika memiliki teman untuk makan bersama, tidak menyukai
sayuran.
Alergi : tidak ada riwayat alergi terhadap makanan.
Waktu pemberian makan : Pagi sekitar jam 07.00 WIB.
Siang sekitar jam 12.30 WIB.
Sore sekitar jam 1.00 WIB.
Jumlah dan jenis makanan : jumlah daram porsi satu sendok
nasi, telur puyuh, sayur (jarang), dan air mineral.
b. Perawatan diri
Kebersihan tubuh : keadaan tubuh kulit lembab dan sedikit
berdaki.
Kebersihan gigi dan mulut : gigi cukup bersih, mulut bersih, bibir
tampak kering.
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan bersih,
tidak ada kehitaman di kuku.
c. Pola kegiatan/aktivitas

43
An.S dibantu orang tuanya untuk mandi dan makan, eliminasi,
mengganti pakaian secara sebagian.

3.14 Pola Eliminasi


a. BAB
Pola BAB : satu kali sehari pada pagi/sore hari
Karakteristik feses : lembek
Riwayat perdarahan : tidak ada
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 ºC
Nadi : 97 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Tekanan darah : -
c. Antropometri
TB : 88 cm
BB : 11 kg
LK : 47 cm
LLA : 14 cm
d. Sistem Pernapasan
Hidung : simetris kanan dan kiri, tidak ada secret, lubang hidung
lengkap.
Leher : tidak tampak adanya pembesaran kelenjar, tidak teraba
kelenjar tiroid.
Dada : bentuk dada simetris kanan dan kiri (barrel shest),
pergerakan dada simetris, tidak ada bunyi tambahan.
e. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva : pucat, bibir : tidak pucat/sianosis, tekanan vena
jugularis tidak tinggi.
Suara jantung : tidak ada bunyi abnormal
Capillary refilling time : 2 detik
f. Sistem pencernaan

44
Sclera : ikterus
Bibir : kering dan pecah-pecah
Mulut : stomatitis tidak ada, gusi merah/tidak pucat, gigi lengkap
g. Sistem indera
1) Mata
Tidak ada oedem pada kelopak mata alias merata
Visus (tidak dilakukan)
Tidak ada secret mata
2) Hidung
Bersih, tidak ada secret hidung, simetris kanan dan kiri,
lubang hidung lengkap
Lubang hidung : normal, tidak ada seruen pada lubang
hidung
3) Telinga
Bentuk telinga : normal
Ukuran telinga : normal, sejajar dengan mata
h. Sistem integumen
Kebersihan : kulit lembab dan sedikit berdaki, disertai
bau badan
Kehangatan : temperature hangat
Warna : sawo matang
Turgor : turgor kembali kurang dari 2 detik
Kelainan kulit : tidak ada

3.15 Pemeriksaan Fisik Keluarga

Tn.M Ny.Y
 Kepala (rambut) : bersih,  Kepala (rambut) : bersih,
tidak ada ketombe, tidak tidak ada ketombe, tidak
rontok. rontok.
 Mata : konjungtiva  Mata : konjungtiva

45
anemis, scleraanikterik. anemis, scleraanikterik.
 Hidung : tidak ada sekret.  Hidung : tidak ada sekret.
 Telinga : tidak ada  Telinga : tidak ada
serumen dan polip. serumen dan polip.
 Mulut dan gigi : bersih,  Mulut dan gigi : bersih,
tidak ada stomatitis dan tidak ada stomatitis dan
gigi lengkap. gigi lengkap.
 Leher : tidak ada  Leher : tidak ada
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
thyroid. thyroid.
 Tonsil : tidak ada  Tonsil : tidak ada
pembengkakan. pembengkakan.
 Dada :  Dada :
 Jantung : S I dan S II  Jantung : S I dan S II
 Paru : suara nafas  Paru : suara nafas
vesikuler vesikuler
Bentuk : simetris kanan Bentuk : simetris kanan
dan kiri dan kiri
 Abdomen :  Abdomen :
Peristalticusus : Peristalticusus :
12x/menit. 12x/menit.
Acites : tidak ada acites. Acites : tidak ada acites.
Turgor : elastic, tidak Turgor : elastic, tidak
adanyeri tekan dan lepas. adanyeri tekan dan lepas.
 Ekstremitas : dapat  Ekstremitas : dapat
digerakan atas dan digerakan atas dan
bawah bawah
 CRT : < 3 detik  CRT : < 3 detik
 Edema : tidak ada  Edema : tidak ada
edema edema

46
 TD : 120/80 mmHg  TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/menit Nadi : 82x/menit
Suhu : 37 C Suhu : 37 C
Pernafasan : 25x/menit Pernafasan : 25x/menit
BB : 75 kg BB : 68 kg
TB : 171 cm TB : 162 cm
 Genital : -  Genital : -

3.16 Harapan Keluarga


Keluarga Tn.M berharap anaknya dapat sembuh dari penyakit
yang dideritanya, yaitu stunting sehingga anak dapat bermain
dengan teman-teman sebayanya dan melaksanakan kehidupan
sehari-hari seperti biasanya.

ANALISA DATA

N Data Masalah Etiologi


o
1 DS : Gangguan Ketidakmampuan
pertumbuhan keluarga untuk
- Ny.Y mengatakan An.S
memenuhi
tidak selera makan dan
kebutuhan nutrisi
tidak menyukai sayuran
pada anak
- Saat hamil, Ny.Y tidak
nafsu makan, lebih
sering mengkonsumsi
gorengan

47
DO:

- Klien menolak saat


diberikan makan
terutama sayur
- BB : 11 kg
TB : 88 cm
(BB dan TB di bawah
persentil ke 3)
- Usia 4 tahun
- An.S tampak pendek dan
kurus
- Kurangnya perhatian
keluarga untuk An.S
dalam pemberian protein
dan makanan 4 sehat 5
sempurna
2 DS: Defisit nutrisi Faktor psikologis
(kekurangan
- Ny.Y mengatakan
asupan protein,
anaknya menolak makan
dan makanan 4
saat diberikan sayuran
sehat 5
- Ny.Y mengatakan dirinya
sempurna)
memberikan Pasi saat
anaknya meminta saja

DO :

- Rambut pirang dan kering


- BB : 11kg
TB : 88cm

48
- Perawat melihat bahwa
Keluarga Ny.Y tidak dapat
memberikan asupan
protein dan makanan 4
sehat 5 sempurna yang
cukup bagi An.S
- Ketidakefektifan
pemberian Pasi saat bayi

3 Ds : Defisit perawatan Penurunan


diri (mandi) motivasi keluarga
Ny.Y mengatakan An.S
untuk
belum bisa mandi secara
memandikan
mandiri

Do:

- Kulit lembab dan sedikit


berdaki
- Bau badan
- Anak tidak mampu
membersihkan diri sendiri
- Kurangnya minat keluarga
membersihkan diri An.S

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertumbuhan b.d ketidakmampuan keluarga untuk


memenuhi nutrisi pada anak d.d An.S tidak selera makan dan tidak
menyukai sayuran, saat hamil, Ny.Y tidak nafsu makan, lebih sering

49
mengkonsumsi gorengan, klien menolak saat diberikan makan
terutama sayur, BB : 11 kg, TB : 88 cm(BB dan TB di bawah
persentil ke 3), usia 4 tahun, An.S tampak pendek dan kurus,
Kurangnya perhatian keluarga untuk An.S dalam pemberian protein
dan makanan 4 sehat 5 sempurna.
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (kekurangan asupan protein dan
makanan 4 sehat 5 sempurna) d.d An.S menolak makan saat
diberikan sayuran, Ny.Y mengatakan dirinya memberikan Pasi saat
anaknya meminta saja, rambut pirang dan kering, BB : 11kg, TB :
88cm, Perawat melihat bahwa Keluarga Ny.Y tidak dapat
memberikan asupan protein dan makanan 4 sehat 5 sempurna
yang cukup bagi An.S, ketidakefektifan pemberian Pasi saat bayi.
3. Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi keluarga untuk
memandikan d.d Ny.Y mengatakan An.S belum bisa mandi secara
mandiri, kulit lembab dan sedikit berdaki, bau badan, An.S tidak
mampu membersihkan diri sendiri, kurangnya minat keluarga
membersihkan diri An.S.

SKORING PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan pertumbuhan b.d ketidakmampuan keluarga untuk


memenuhi nutrisi pada anak d.d An.S tidak selera makan dan tidak
menyukai sayuran, saat hamil, Ny.Y tidak nafsu makan, lebih sering
mengkonsumsi gorengan, klien menolak saat diberikan makan
terutama sayur, BB : 11 kg, TB : 88 cm(BB dan TB di bawah
persentil ke 3), usia 4 tahun, An.S tampak pendek dan kurus,
Kurangnya perhatian keluarga untuk An.S dalam pemberian protein
dan makanan 4 sehat 5 sempurna.

N Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

50
o
1 a. Sifat masalah : 3 1 3/3 x 1 Keluarga telat
tidak/kurang =1 mengetahui
sehat tumbuh
kembang
anaknya
terlambat
b. Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 kondisi klien
masalah dapat =1 yang tidak ingin
di ubah : makan
hanya mempengaruhi
sebagian tumbuh
kembangnya
c. Potensi 1 1 1/3 x 1 Keluarga kurang
masalah untuk =1/3 bertindak ketika
dicegah : melihat masalah
rendah tumbuh
kembang pada
anaknya
d. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 Bila tidak
masalah : =1 segera
masalah berat, ditangani,
harus segera memungkinkan
ditangani penyembuhan
lama dan akan
berakibat pada
masa tumbuh
kembang
berikutnya
Total 3 1/3

51
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (kekurangan asupan protein dan
makanan 4 sehat 5 sempurna) d.d An.S menolak makan saat
diberikan sayuran, Ny.Y mengatakan dirinya memberikan Pasi saat
anaknya meminta saja, rambut pirang dan kering, BB : 11kg, TB :
88cm, Perawat melihat bahwa Keluarga Ny.Y tidak dapat
memberikan asupan protein dan makanan 4 sehat 5 sempurna
yang cukup bagi An.S, ketidakefektifan pemberian Pasi saat bayi.

N Kriteria Skala Bobot Skorin Pembenaran


o g
1 a. Sifat masalah : 2 1 2/3 x 1 Keluarga tidak
ancaman = 2/3 mengetahui
kesehatan akibat dari
defisit nutrisi
yang terjadi
pada anaknya
b. Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 Kondisi
masalah dapat =1 keluarga yang
diubah : hanya kurang
sebagian memperhatikan
tumbang anak,
tetapi jika
keluarga telah
memperhatikan
pola asuhnya
maka masalah
dapat sebagian
teratasi
c. Potensi masalah 1 1 1/3 x 1 Keluarga
untuk dicegah : = 1/3 kurang

52
rendah bertindak
ketika melihat
masalah nutrisi
pada anak
d. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1
masalah : =1
masalah berat,
harus segera
ditangani
Total 3

3. Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi keluarga untuk


memandikan d.d Ny.Y mengatakan An.S belum bisa mandi secara
mandiri, kulit lembab dan sedikit berdaki, bau badan, An.S tidak
mampu membersihkan diri sendiri, kurangnya minat keluarga
membersihkan diri An.S.

N Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


o
a. Sifat masalah : 1 1 1/3 x 1 Keluarga
krisis atau = 1/3 mengetahui
keadaan cara
sejahtera merawat
anaknya
pada
masalah ini
b. Kemungkinan 2 2 2/2 x 2 Kondisi klien
masalah dapat =2 dapat diubah
diubah : dengan dengan
mudah mudah

53
tergantung
motivasi
keluarga
c. Potensial 1 1 1/3 x 1 Keluarga
masalah untuk = 1/3 kurang
dicegah : motivasi
rendah untuk
merawat
anaknya
d. Menonjolnya 0 1 0/2 x 1 Keluarga
masalah : =0 menyadari
masalah tidak masalah, dan
dirasakan keluarga bisa
menangani
dengan baik.
Total 2 2/3

Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui


prioritas permasalahan pada keluarga Tn.M adalah sebagai berikut
1. Gangguan pertumbuhan b.d ketidakmampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak d.d An.S tidak selera
makan dan tidak menyukai sayuran, saat hamil, Ny.Y tidak
nafsu makan, lebih sering mengkonsumsi gorengan, klien
menolak saat diberikan makan terutama sayur, BB : 11 kg, TB :
88 cm(BB dan TB di bawah persentil ke 3), usia 4 tahun, An.S
tampak pendek dan kurus, Kurangnya perhatian keluarga untuk
An.S dalam pemberian protein dan makanan 4 sehat 5
sempurna.
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (kekurangan asupan protein
dan makanan 4 sehat 5 sempurna) d.d An.S menolak makan
saat diberikan sayuran, Ny.Y mengatakan dirinya memberikan

54
Pasi saat anaknya meminta saja, rambut pirang dan kering, BB :
11kg, TB : 88cm, Perawat melihat bahwa Keluarga Ny.Y tidak
dapat memberikan asupan protein dan makanan 4 sehat 5
sempurna yang cukup bagi An.S, ketidakefektifan pemberian
Pasi saat bayi.
3. Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi keluarga untuk
memandikan d.d Ny.Y mengatakan An.S belum bisa mandi
secara mandiri, kulit lembab dan sedikit berdaki, bau badan,
An.S tidak mampu membersihkan diri sendiri, kurangnya minat
keluarga membersihkan diri An.S.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

N Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


o Keperawatan Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan - Kaji pengetahuan
pertumbuhan b.d pertemuan keluarga tentang
ketidakmampuan sebanyak 1 kali, kebutuhan nutrisi
keluarga untuk maka gangguan pada anak
memenuhi nutrisi pertumbuhan - Diskusi bersama
pada anak d.d An.S menurun dengan keluarga cara
tidak selera makan kriteria hasil meningkatkan nafsu
dan tidak menyukai sebagai berikut : makan anak
sayuran, saat hamil, - Diskusi bersama
- Berat badan anak
Ny.Y tidak nafsu keluarga, kegiatan
meningkat
makan, lebih sering apa yang disukai
- Perlekatan ibu
mengkonsumsi oleh anak
dengan balita
gorengan, klien - Ajarkan keluarga
membaik
menolak saat cara menyajikan
- Status nutrisi
diberikan makan makanan yang
membaik
terutama sayur, BB : menarik untuk anak
- Tingkat

55
11 kg, TB : 88 cm(BB pengetahuan - Anjurkan kepada
dan TB di bawah keluarga keluarga untuk
persentil ke 3), usia 4 membaik memberi asupan
tahun, An.S tampak - Perhatian keluarga protein dan makanan
pendek dan kurus, terhadap asupan 4 sehat 5 sempurna
Kurangnya perhatian nutrisi anak - Anjurkan kepada
keluarga untuk An.S membaik keluarga untuk
dalam pemberian member makan anak
protein dan makanan sedikit tetapi sering
4 sehat 5 sempurna. - Anjurkan kepada
keluarga untuk
member makan anak
pada saat anak
melakukan kegiatan
yang anak sukai
2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan - Kaji pengetahuan
faktor psikologis pertemuan keluarga tentang
(kekurangan asupan sebanyak 1 kali, kebutuhan nutrisi
protein dan makanan maka defisit nutrisi pada anak dan
4 sehat 5 sempurna) menurun dengan tumbuh kembang
d.d An.S menolak kriteria hasil pada anak
makan saat diberikan sebagai berikut : - Diskusi bersama
sayuran, Ny.Y keluarga cara
- Berat badan
mengatakan dirinya meningkatkan nafsu
anak meningkat
memberikan Pasi makan anak
- Fungsi
saat anaknya - Diskusi bersama
gastrointestinal
meminta saja, rambut keluarga, kegiatan
membaik
pirang dan kering, BB apa yang disukai
- Nafsu makan
: 11kg, TB : 88cm, oleh anak
meningkat
Perawat melihat - Ajarkan keluarga
- Perilaku
bahwa Keluarga Ny.Y cara menyajikan

56
tidak dapat meningkatkan makanan yang
memberikan asupan berat badan menarik untuk anak
protein dan makanan membaik - Anjurkan kepada
4 sehat 5 sempurna - Keluarga dapat keluarga untuk
yang cukup bagi memberikan memberi asupan
An.S, ketidakefektifan asupa protein protein dan makanan
pemberian Pasi saat dan makanan 4 4 sehat 5 sempurna
bayi. sehat 5 - Anjurkan kepada
sempurna keluarga untuk
dengan cukup member makan anak
sesuai sedikit tetapi sering
kebutuhan anak - Anjurkan kepada
keluarga untuk
member makan anak
pada saat anak
melakukan kegiatan
yang anak sukai
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan - Diskusi bersama
b.d penurunan pertemuan keluarga tentang
motivasi keluarga sebanyak 1 kali, mainan yang anak
untuk memandikan maka defisit sukai
d.d Ny.Y mengatakan perawatan diri - Anjurkan kepada
An.S belum bisa menurun dengan keluarga untuk
mandi secara kriteria hasil membuat suasana
mandiri, kulit lembab sebagai berikut : kamar mandi
dan sedikit berdaki, menjadi
- Motivasi
bau badan, An.S menyenangkan bagi
keluarga
tidak mampu anak
meningkat
membersihkan diri - Anjurkan kepada
- Mobilitas fisik
sendiri, kurangnya keluarga untuk
meningkat
minat keluarga meletakkan mainan

57
membersihkan diri yang anak sukai
An.S. - Ajarkan kepada
keluarga bagaimana
cara meningkatkan
motivasi anak untuk
mandi secara
mandiri
- Anjurkan kepada
keluarga untuk
memberikan pujian
atau penghargaan
jika anak sudah ingin
mandi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KELUARGA

No Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi


& Keperawatan
Tgl
1 15 Gangguan - Mengkaji S:
April pertumbuhan b.d pengetahuan keluarga
Ny.Y
2021 ketidakmampuan tentang kebutuhan
mengatakan
keluarga untuk nutrisi pada anak
nafsu makan
memenuhi nutrisi - Mendiskusi bersama
anak
pada anak d.d keluarga cara
meningkat
An.S tidak selera meningkatkan nafsu
makan dan tidak makan anak
Ny.Y sudah
menyukai - Mendiskusi bersama
mengetahui
sayuran, saat keluarga, kegiatan
nutrisi yang
hamil, Ny.Y tidak apa yang disukai oleh

58
nafsu makan, anak
cukup bagi
lebih sering - Mengajarkan keluarga
anak dengan
mengkonsumsi cara menyajikan
memberikan
gorengan, klien makanan yang
asupan protein
menolak saat menarik untuk anak
dan makanan
diberikan makan - Menganjurkan kepada
4 sehat 5
terutama sayur, keluarga untuk
sempurna
BB : 11 kg, TB : memberi asupan
88 cm(BB dan TB protein dan makanan
O:
di bawah 4 sehat 5 sempurna
persentil ke 3), - Menganjurkan kepada BB : 13 kg
usia 4 tahun, keluarga untuk
TB : 88 cm
An.S tampak member makan anak
pendek dan sedikit tetapi sering
Klien terlihat
kurus, Kurangnya - Menganjurkan kepada
gemuk
perhatian keluarga untuk
keluarga untuk member makan anak A : Masalah
An.S dalam pada saat anak sudah teratasi
pemberian melakukan kegiatan
protein dan yang anak sukai P : Intervensi

makanan 4 sehat dihentikan

5 sempurna.

2 15 Defisit nutrisi b.d - Mengkaji S:


April faktor psikologis pengetahuan keluarga
Ny.Y
2021 (kekurangan tentang kebutuhan
mengatakan
asupan protein nutrisi pada anak dan
nafsu makan
dan makanan 4 tumbuh kembang
anak
sehat 5 pada anak
meningkat
sempurna) d.d - Mendiskusi bersama

59
An.S menolak keluarga cara
Ny.Y sudah
makan saat meningkatkan nafsu
mengetahui
diberikan makan anak
nutrisi yang
sayuran, Ny.Y - Mendiskusi bersama
cukup bagi
mengatakan keluarga, kegiatan
anak dengan
dirinya apa yang disukai oleh
memberikan
memberikan Pasi anak
asupan protein
saat anaknya - Mengajarkan keluarga
dan makanan
meminta saja, cara menyajikan
4 sehat 5
rambut pirang makanan yang
sempurna
dan kering, BB : menarik untuk anak
11kg, TB : 88cm, - Menganjurkan kepada
O:
Perawat melihat keluarga untuk
bahwa Keluarga memberi asupan BB : 13 kg
Ny.Y tidak dapat protein dan makanan
TB : 88 cm
memberikan 4 sehat 5 sempurna
asupan protein - Menganjurkan kepada
Klien terlihat
dan makanan 4 keluarga untuk
gemuk
sehat 5 member makan anak
sempurna yang sedikit tetapi sering A : Masalah
cukup bagi An.S, - Menganjurkan kepada sudah teratasi
ketidakefektifan keluarga untuk
pemberian Pasi member makan anak P : Intervensi

saat bayi. pada saat anak dihentikan

melakukan kegiatan
yang anak sukai
3 15 Defisit perawatan - Mendiskusi bersama S:
April diri b.d keluarga tentang
Ny.Y
2021 penurunan mainan yang anak
mengatakan
motivasi keluarga sukai
anaknya
untuk - Menganjurkan kepada

60
memandikan d.d keluarga untuk
sudah mulai
Ny.Y mengatakan membuat suasana
ingin dan bisa
An.S belum bisa kamar mandi menjadi
mandi sendiri
mandi secara menyenangkan bagi
mandiri, kulit anak
O:
lembab dan - Menganjurkan kepada
sedikit berdaki, keluarga untuk Kulit klien
bau badan, An.S meletakkan mainan tidak berdaki
tidak mampu yang anak sukai
Badan tidak
membersihkan - Mengajarkan kepada
bau
diri sendiri, keluarga bagaimana
kurangnya minat cara meningkatkan
A : Masalah
keluarga motivasi anak untuk
sudah teratasi
membersihkan mandi secara mandiri
diri An.S. - Menganjurkan kepada P :Intervensi
keluarga untuk dihentikan
memberikan pujian
atau penghargaan jika
anak sudah ingin
mandi

3.17 Jurnal

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di
seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya seumpamanya fungsi alat tubuh
yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar.
1. Pengkajian
Data yang didapat dari pengkajian 15 April 2021 pada An.S,
BB : 11 kg, TB : 88 cm, usia 4 tahun, keadaan TTV normal, orang
tua klien mengatakan BB tidak bertambah sejak ±1 tahun yang lalu,
anaknya kurang nafsu makan dan tidak menyukai sayur dan susu
formula. Klien menyusui ASI hingga 4 bulan dan diganti dengan
susu formula sejak 5 bulan-3 tahun. Keadaan umum klien tampak
kotor, kulit lembab, dan sedikit berdaki, tercium bau badan pada
klien.
2. Analisa data
Dari data pengkajian didapatkan beberapa data pengkajian
yang sesuai dengan SDKI yaitu Gangguan pertumbuhan b.d
ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi nutrisi pada anak d.d
An.S tidak selera makan dan tidak menyukai sayuran, saat hamil,
Ny.Y tidak nafsu makan, lebih sering mengkonsumsi gorengan,
klien menolak saat diberikan makan terutama sayur, BB : 11 kg, TB
: 88 cm(BB dan TB di bawah persentil ke 3), usia 4 tahun, An.S
tampak pendek dan kurus, Kurangnya perhatian keluarga untuk
An.S dalam pemberian protein dan makanan 4 sehat 5 sempurna,
Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (kekurangan asupan protein dan
makanan 4 sehat 5 sempurna) d.d An.S menolak makan saat
diberikan sayuran, Ny.Y mengatakan dirinya memberikan Pasi saat

83
anaknya meminta saja, rambut pirang dan kering, BB : 11kg, TB :
88cm, Perawat melihat bahwa Keluarga Ny.Y tidak dapat
memberikan asupan protein dan makanan 4 sehat 5 sempurna
yang cukup bagi An.S, ketidakefektifan pemberian Pasi saat bayi,
Defisit perawatan diri b.d penurunan motivasi keluarga untuk
memandikan d.d Ny.Y mengatakan An.S belum bisa mandi secara
mandiri, kulit lembab dan sedikit berdaki, bau badan, An.S tidak
mampu membersihkan diri sendiri, kurangnya minat keluarga
membersihkan diri An.S.
3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam Asuhan
Keperawatan Keluarga pada An.S dengan masalah
pertumbuhan/perkembangan adalah risiko gangguan pertumbuhan,
defisit nutrisi serta defisit perawatan diri.
4. Intervensi
Pada rencana tindakan keperawatan meliputi tujuan, criteria
hasil serta rencana tindakan yang akan dilakukan. Pada tahap
perencanaan keperawatan penulis menetapkan prioritas masalah
dengan menggunakan scoring masalah.
5. Implementasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini pada umumnya
telah sesuai dengan rencana tindakan keperawatan.Dalam tahap
pelaksanaan ini penulis menerapkan pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan teori yang ada.
6. Evaluasi
Dari implementasi yang telah dilakukan hasil evaluasi yang
didapatkan adalah masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

4.2 Saran
Setelah melakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam pada An.S
dengan masalah pertumbuhan/perkembangan. Pada tahap ini penulis

84
menyampaikan saran kepada orang tua agar lebih memperhatikan
menu makanan yang diberikan kepada anak sesuai dengan
kebutuhan gizi menurut tahap tumbuh-kembangnya dan menurut
usianya.

85
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak. I. W. 2009. Buku Ajar ilmu keperawatan komunitas 2. Teori dan


aplikasi dalam praktek pendekatan dan askro komunitas. Gerontik
dan keluarga. Edisi2. Sagung seto.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan;


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Arsyati Asri Marshita. 2019. Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual


dalam Pengetahuan Pencegahan Stunting Pada Ibu Hamil di Desa
Cibatok 2 vol 2, no 3.Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn
Khaldun, Bogor.

Balilatfo. 2020. Sepenggal kisah inspiratif : inovasi pencegahan


stuntingedisi 2. Pusat Data dan Informasi, Pendidikan dan Pelatihan,
dan Informasi (BALILATFO) Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Republik Indonesia.

Candra Ayu. 2020. Epidemiologi Stunting. Semarang : Fakultas


Kedokteran Universitas Diponegoro.

Christiana R. Titaley, dkk. 2019. Determinants of the Stunting of Children


Under Two Years Old in Indonesia: A Multilevel Analysis of the 2013
Indonesia Basic Health Survey. Center for Health Research, Faculty
of Public Health Universitas Indonesia
Febrina Yanistin, dkk. 2017. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Bayi
Baru Lahir di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul Tahun
2016. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Kamilia Adilla. 2019. Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting
pada Anak.Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung.

Mercedes de Onis, dkk. 2013. The World Health Organization’s global


target for reducing childhood stunting by 2025: rationale and
proposed actions. Department of Nutrition, World Health
Organization, Geneva, Switzerland.

Paskalia Tri Kurniati. 2019. Stunting dan Pencegahannya. Penerbit


Lakeisha.

Ramadhani, Widya. 2021. Studi Literatur Upaya Ibu Dalam Pemenuhan


Nutrisi Anak Dengan Stunting. Undergraduate (S1) thesis,
Universitas Muhammadiyah Malang.

Satriawan Elan. 2018. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting


2018-2024.Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.

Yanti Devi., S. 2016. Asuhan Keperawan pada An. FN dengan Prioritas


Masalah Pertumbuhan/ Perkembangan Di Lingkungan I Kel. Siti Rejo
II Kec. Medan Amplas.Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
PREPARATION FOR MAKING CRITERIA

CRITERIA High Distinction Credit Pass Fall


Distinction
Introduction & conclusion
Clear, conclse, reflects
body of assignment
Presentation
Structure and
organization
Reflecting integration and
cohesion
Clarify of expression
Content
Addresses the topic
Evidence of wide reading
Relevance of literature
used
Analysis
Supporting arguments
with reference to relevant
literature

COMMENTS :

Overall grade :
High distinction 85-100 Signed : ………..
Distinction 75-84 Groups :
Credit 65-74
Pass 50-64
Fall 49 and bellow
STUDENTS SEMINAR-MARKING CRITERIA
CRITERIA High Distinction Credit Pass Fall
Distinction
Preparation for
seminar
Attends meeting with
lecturer and brings a
well thought through
plan of how the
session will be
structured
Conducting seminar
marks
1. Clear and concise
introduction
2. Well organized-
roles and
responsibilities of
groups members
3. Balance between
presentation of
material and
stimulation of class
discussion
4. Incorporates a
range of teaching
strategies
5. Drawn on the
literature rather
than personal views
and opinions
6. Provides a
summary of the key
points gained from
the literature

COMMENTS :

Overall grade :

High distinction 85-100 Signed : ………..


Distinction 75-84 Groups :
Credit 65-74
Pass 50-64
Fall 49 and bellow

Anda mungkin juga menyukai