Anda di halaman 1dari 35

DUKUNGAN KESEHATAN JIWA DAN PSIKOSOSIAL

PADA PASIEN COVID – 19 DI JL. LEWA PEKAYON, JAKARTA TIMUR.

Makalah ini disusun sebagai salah satu penilaian tugas kelompok pada

Mata Ajar Social Sciences and Health Perspectives (SSHP)

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. Dheanty Eka Pratiwi (011811017)


2. Martha Herthin Hia (011811032)
3. Mozadi Fitri (011811036)
4. Salsabila Novia Rahmah (011811051)
5. Siti Rohimatul (011811055)

Pembimbing:

Widanarti Setyaningsih, SKp.MN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
2020.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJP) pada pasien Covid-19 di Jl.
Lewa Pekayon, Jakarta Timur.

Yang terhormat Ibu Widanarti Setyaningsih, SKp.MN sebagai Koordinator Mata


Ajar sekaligus sebagai Dosen Pengajar Mata Ajar Social Sciences and Health
Perspectives (SSHP). Harapan kami semoga makalah yang tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, sehingga
pembaca dapat menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi makalah menjadi lebih baik lagi.

Sebagai penulis, kami mengakui bahwasannya masih banyak kekurangan yang


terkandung di dalam makalah. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran untuk lebih baik lagi
dalam isi bacaan. Terimakasih.

Jakarta, 29 Oktober 2020.

(Kelompok 2)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum:.....................................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus; mahasiswa dapat.........................................................................2
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................3
1.5 Metode Penulisan.......................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................4
TINJAUAN MATERI................................................................................................................4
2.1 Covid – 19....................................................................................................................4
2.1.1 Definisi Covid – 19...............................................................................................4
2.1.2 Tanda dan Gejala Covid-19.................................................................................4
2.1.3 Cara Penularan Covid – 19...................................................................................6
2.1.4 Kelompok rentan terdampak pada kesehatan jiwa dan psikososial akibat infeksi
Covid – 19............................................................................................................................7
2.2 Dampak kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien Covid – 19.........................16
2.3 Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien Covid – 19......................16
BAB III......................................................................................................................................20
ANALISA KASUS...................................................................................................................20
3.1 Kasus.........................................................................................................................20
3.2 Analisa Kasus............................................................................................................21
BAB IV......................................................................................................................................27
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................27
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................27
4.2 Saran.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................30

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah
penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari
unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
sampai saat ini masih belum diketahui (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020).
Menurut WHO (2020), munculnya pandemi menimbulkan stres pada
berbagai lapisan masyarakat. Meskipun sejauh ini belum terdapat ulasan
sistematis tentang dampak COVID-19 terhadap kesehatan jiwa, namun sejumlah
penelitian terkait pandemi (antara lain flu burung dan SARS) menunjukkan
adanya dampak negatif terhadap kesehatan mental penderitanya. Penelitian pada
penyintas SARS menunjukkan bahwa dalam jangka menengah dan panjang, 41
—65% dari penyintas mengalami berbagai macam gangguan psikologis
(Maunder, 2009).
SARS-CoV-2 (COVID-19), sejak wabahnya di Wuhan, berdampak
secara global ke seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mengumumkan ke-Daruratan Internasional pada 30 Januari 2020 diikuti dengan
pernyataan sebagai 'pandemi' pada 11 Maret 2020. Saat ini belum ada
pengobatan atau vaksin tersedia untuk COVID-19, masih dalam proses untuk
pengembangan vaksin. Jumlah orang yang terinfeksi dan mereka yang

1
meninggal meningkat dari hari ke hari (Lu, Stratton, & Tang, 2020; Sohrabi et
al., 2020).
Kesusahan dan kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi yang
mengancam dan tidak terduga seperti pandemi coronavirus. Kemungkinan
reaksi yang berhubungan dengan stres sebagai respons terhadap pandemi
coronavirus dapat mencakup perubahan konsentrasi, iritabilitas, kecemasan,
insomnia, berkurangnya produktivitas, dan konflik antarpribadi, tetapi
khususnya berlaku untuk kelompok yang langsung terkena dampak (misalnya
tenaga profesional kesehatan). Selain ancaman oleh virus itu sendiri, tidak ada
keraguan bahwa tindakan karantina, yang dilakukan di banyak negara, memiliki
efek psikologis negatif, semakin meningkatkan gejala stres. Tingkat keparahan
gejala sebagian tergantung pada durasi dan luas karantina, perasaan kesepian,
ketakutan terinfeksi, informasi yang memadai, dan stigma, pada kelompok yang
lebih rentan termasuk gangguan kejiwaan, petugas kesehatan, dan orang dengan
status sosial ekonomi rendah (S. Brooks, Amlôt, Rubin, & Greenberg, 2020).
Istilah besar Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS)
digunakan dalam Panduan Inter Agency Standing Committee (IASC) untuk
DKJPS dalam Situasi Kedaruratan, yang berarti dukungan jenis apa pun dari
luar atau lokal yang bertujuan melindungi atau meningkatkan kesejahteraan
psikologis dan/atau mencegah atau menangani kondisi kesehatan jiwa. Sistem
kemanusiaan global menggunakan istilah DKJPS untuk menjadi istilah payung
berbagai pihak yang menanggapi terhadap kedaruratan seperti wabah COVID-
19, termasuk yang bekerja dengan pendekatan biologis dan pendekatan
sosiokultural di bidang kesehatan, sosial, pendidikan dan komunitas, serta untuk
menggarisbawahi perlunya pendekatan-pendekatan yang beragam dan saling
melengkapi dalam memberikan dukungan yang sesuai.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum:
Setelah menulis laporan tentang Pandemik Covid-19 dan Kesehatan Jiwa
mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk dukungan kesehatan jiwa
dan psikososial pada pasien Covid – 19 di Jl. Lewa Pekayon.

2
1.2.2 Tujuan Khusus; mahasiswa dapat
1.2.2.1 Mengetahui pengertian Covid – 19.
1.2.2.2 Mengetahui dampak Covid – 19 terhadap kesehatan jiwa klien di
komunitas.
1.2.2.3 Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada
pasien/klien Covid – 19.
1.2.2.4 Mengetahui upaya promotif kesehatan jiwa dan psikososial untuk
klien dengan positif Covid – 19.

1.3 Rumusan Masalah


1.3.1 Apa itu Covid – 19 ?
1.3.2 Bagaimana dampak Covid – 19 terhadap kesehatan jiwa klien di
komunitas ?
1.3.3 Faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan jiwa yang terdapat pada
pasien/klien Covid – 19 ?
1.3.4 Bagaimana upaya promotif kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien
Covid – 19 ?

1.4 Manfaat Penulisan


Melalui penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien yang terkonfirmasi positif Covid – 19 di
komunitas dan memberikan manfaat bagi kami selaku penyusun makalah dan
bagi pembaca mengenai dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien
Covid – 19.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini adalah berdasarkan tinjauan pustaka berupa
literature dan pendekatan case study yang berkaitan dengan dukungan kesehatan
jiwa dan psikososial pada pasien Covid – 19 di Jl. Lewa Pekayon.

3
4
BAB II

TINJAUAN MATERI

2.1 Covid – 19
2.1.1 Definisi Covid – 19
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm.
Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah
kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah Covid - 19, ada 6 jenis
coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu alphacoronavirus
229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus OC43, betacoronavirus
HKU1, Severe Acute Respiratory Illness Coronavirus (SARS-CoV), dan
Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebakan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek
hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit Covid – 19 (World
Health Organization, 2020).
Covid – 19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis
coronavirus yang baru ditemukan. Virus baru dan penyakit yang
disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan,
Tiongkok, bulan Desember 2019. Covid – 19 ini sekarang menjadi sebuah
pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia (World Health
Organization, 2020).

2.1.2 Tanda dan Gejala Covid-19.


Gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, batuk
kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin
dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera

5
rasa dan penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan
atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan
muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya
memiliki gejala ringan.
Infeksi Covid-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, atau
berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38˚C),
batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak
memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan
gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu
minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti
ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada
beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai
dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan
sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom
klinis yang dapat muncul jika terinfeksi (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2020).
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa
gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam,
batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung,
malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada
pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi
gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa
kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relative ringan.
Pada kondisi ini pasieen tidak memiliki gejala komplikasi
diantaranya dehidrasi. Sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak – anak dengan
pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas.
c. Pneumonia berat. Pada pasien dewasa :

6
 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi
saluran napas
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas > 30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90%
udara luar.

Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih


tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi
Covid – 19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang
lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta
seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes,
atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih
serius. Namun, siapa pun dapat terinfeksi Covid – 19 dan mengalami
sakit yang serius. Orang dari segala usia yang mengalami demam
dan/atau batuk disertai dengan kesulitan bernapas/sesak napas,
nyeri/tekanan dada, atau kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak
harus segera mencari pertolongan medis. Jika memungkinkan,
disarankan untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan atau fasilitas
kesehatan terlebih dahulu, sehingga pasien dapat diarahkan ke fasilitas
kesehatan yang tepat (World Health Organization, 2020)

2.1.3 Cara Penularan Covid – 19.


Covid-19 dapat menular dari orang yang terinfeksi kepada orang lain
di sekitarnya melalui percikan batuk atau bersin. Covid-19 juga dapat
menular melalui benda-benda yang terkontaminasi percikan batuk atau
bersin penderita Covid-19. Orang lain yang menyentuh benda-benda
terkontaminasi tersebut lalu menyentuh mata, hidung dan mulut mereka
dapat tertular penyakit ini (WHO, 2020) Virus penyebab Covid-19 dapat
bertahan di udara sekitar satu jam, sedangkan di permukaan benda-benda
dapat bertahan selama beberapa jam. Di permukaan berbahan plastik dan
besi tahan karat virus dapat bertahan hingga 72 jam, pada cardboard

7
selama 24 jam dan pada tembaga bertahan selama 4 jam (Van Doremalen,
2020).
kemungkinan-kemungkinan moda transmisi SARS-CoV-2, termasuk
transmisi kontak, droplet (percikan), melalui udara (airborne), fomit,
fekal-oral, melalui darah, ibu ke anak, dan binatang ke manusia. Infeksi
SARSCoV-2 umumnya menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga
berat dan kematian, sedangkan sebagian orang yang terinfeksi virus ini
tidak pernah menunjukkan gejala (WHO, 2020)

2.1.4 Kelompok rentan terdampak pada kesehatan jiwa dan psikososial akibat
infeksi Covid – 19.
Orang yang termasuk dalam kelompok rentan terinfeksi adalah :
lansia, penyakit kronik (komorbid : Penyakit Paru dan penyakit pernafasan
lainnya, Jantung, Hipertensi, Ginjal, Diabetes, Autoimun, kanker), anak
dan ibu hamil, disabilitas fisik, ODMK dan ODGJ. Kelompok rentan
lainnya yang membutuhkan perhatian khusus, karena tidak terjangkau
dengan pelayanan jarak jauh, seperti: pengungsi, pencari suaka, anak yang
berhadapan dengan hukum, dan kelompok yang terlantar atau yang tinggal
di institusi sosial.
1. Lansia
Pada lansia telah terjadi proses degenerasi yang menyebabkan
menurunnya imunitas sehingga rentan terinfeksi penyakit.
 Kesehatan Fisik Lansia
- Kondisi sehat, diharapkan kondisi kesehatan dipantau.
- Kondisi dengan penyakit kronis, diharapkan kontinuitas
perawatan dan pengobatan tetap dilakukan.
- Promosi dan prevensi kesehatan untuk orang sehat dan OTG
diberikan kepada lansia.
- Jarak fisik dan jarak sosial diterapkan secara ketat.
- Tidak melakukan kontak fisik dari anggota keluarga lain
kepada lansia (tidakn cium tangan, dan tidak memeluk).

8
 Kesehatan Jiwa dan Psikososial Lansia
Memberikan dukungan kepada Lansia selama wabah Covid-19
- Anggota keluarga tetap menghormati, menghargai,
memperhatikan dan mengikutsertakan dalam aktivitas
keluarga dengan tetap memperhatikan jarak fisik dan social.
- Mendapatkan informasi yang benar dengan cara sederhana
dan mudah dimengerti oleh lansia tentang wabah Covid-19
dari anggota keluarganya. Selain itu kurangi informasi
tentang Covid-19 yang diberikan pada lansia.
- Memfasilitasi lansia untuk mengenang masa lalu yang
menyenangkan dengan menceritakannya kepada anggota
keluarga dengan tetap memperhatikan jarak fisik dan sosial
agar kebahagiaan tetap dipertahankan.
- Mempertahankan komunikasi dengan anggota keluarga
melalui berbagai media yang tersedia selama melakukan
jarak fisik dan social.
- Jika lansia tinggal sendiri, anggota keluarga dan kelompok
dukungan sosial di lingkungannya membantu lansia untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
- Tidak mengunjungi orang tua yang lansia, baik di rumah
atau yang ditempatkan di Panti.
- Bagi lansia yang tinggal di rumah atau panti tetap beraktivitas
seperti biasa, namun tetap menggunakan masker dan cuci
tangan pakai sabun dengan air yang mengalir atau
menggunakan handsanitizer.
2. Orang dengan penyakit kronis
 Kesehatan Fisik orang dengan penyakit kronis
- Kondisi dengan penyakit kronis, diharapkan kontinuitas
perawatan dan pengobatan tetap dilakukan.
- Promosi dan prevensi kesehatan untuk orang sehat dan OTG
diberikan kepada orang dengan penyakit kronis. Jarak fisik
dan jarak sosial diterapkan secara ketat.

9
- Rujukan pedoman penyakit kronis sesuai dengan pedoman
terkait.
 Kesehatan Jiwa dan Psikososial orang dengan penyakit kronis
- Anggota keluarga tetap menghormati, menghargai,
memperhatikan dan mengikutsertakan dalam aktivitas
keluarga dengan tetap memperhatikan jarak fisik dan social.
- Mendapatkan informasi yang benar tentang wabah Covid-19.
- Promosi dan prevensi kesehatan jiwa dan psikososial yang
diberikan kepada OTG dan ODP juga dapat diberikan kepada
orang dengan penyakit kronis.
- Mencegah terjadinya stigma diri dari orang dengan penyakit
kronis dengan cara berlatih emosi dan pikiran positif.
- Mempertahankan komunikasi dengan anggota keluarga dan
tenaga kesehatan melalui berbagai media yang tersedia
selama melakukan jarak fisik dan sosial khususnya keluhan
tentang penyakit fisiknya.
- Jika dengan cara di atas belum teratasi dapat merujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
3. Ibu hamil dan nifas (Post Partum)
 Kesehatan Fisik pada Ibu hamil dan nifas (Post Partum)
Penanganan kesehatan fisik pada ibu hamil dan post partum
mengikuti pedoman yang telah ditetapkan
- Menjaga kesehatan dirinya dan memeriksakan kandungannya
dengan tetap menggunakan masker terus menerus.
- Menjaga agar tetap berada dan beraktivitas di rumah, serta
mengkonsumsi asupan gizi yang memadai.
 Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada Ibu hamil dan
nifas (Post Partum)
- Ibu hamil diharapkan melakukan promosi dan pencegahan
masalah kesehatan jiwa dan psikososial sebagai berikut :
- Dukungan emosional suami dan anggota keluarga lainnya
dalam memenuhi kebutuhan ibu hamil.

10
- Ibu hamil dan keluarganya mendapat informasi tentang
masalah kesehatan jiwa dan psikososial yang sering terjadi
pada ibu hamil dan post partum, yaitu depresi waktu hamil
maupun post partum. Tanda-tanda yang perlu diwaspadai dari
depresi saat hamil, post partum blues dan depresi post partum
adalah sedih terus menerus lebih dari 2 minggu, hilang minat
dan mudah lelah disertai gejala lainnya seperti sulit tidur,
sulit konsentrasi, banyak atau kurang makan, berat badan
menurun, mudah putus asa, bisa juga terjadi pikiran bunuh
diri.
- Membaca informasi positif tentang kehamilan, baik dari
media sosial maupun buku.
- Ibu hamil tetap berkomunikasi dengan masyarakat sekitar
rumah melalui media social.
- Ibu hamil memberikan informasi terkini tentang kondisi
kehamilannya kepada suami dan anggota keluarganya.
4. Anak dan Remaja
Peristiwa Pandemi Covid-19 menghentikan hampir semua aktivitas
anak dan remaja di luar rumah seperti sekolah dan larangan untuk
berkumpul dengan teman sebaya tanpa menjaga jarak sosial. Jadi anak
merasa stres/tertekan, cemas dan bosan di rumah terus menerus yang
terkadang diekspresikan melalui emosi dan perilakunya. Orang tua
sebaiknya peka terhadap kebutuhan anak yang memerlukan dukungan
kesehatan jiwa dan psikososial ketika merasa stres, sedih, marah,
cemas dan bosan.
Dukungan yang diberikan pada anak harus memperhatikan 4 hak dasar
anak, yaitu: hak hidup, tumbuh kembang, mendapatkan perlindungan
dan hak untuk berpartisipasi.
 Kesehatan Fisik Pada Anak dan Remaja
- Kegiatan positif yang dapat dilakukan adalah menjelaskan agar
tidak kontak atau jaga jarak dengan orang atau anggota
keluarga yang memiliki gejala-gejala Covid-19, jangan

11
menakuti dan segera memberi tahu jika mulai merasakan
demam, sakit tenggorokan, diare, batuk atau mengalami
kesulitan bernafas. Selain itu orang tua menjelaskan tentang
Alat Pelindung Diri (APD) dan mempraktekkan cara
penggunaanya.
- Orang tua memberi contoh/panutan dengan menerapkan
germas yaitu pola hidup bersih dan sehat dengan beristirahat
yang cukup, berolahraga teratur, makan dengan nilai gizi
seimbang, rajin mencuci tangan dan tetap bersosialisasi dengan
teman dan anggota keluarga melalui media sosial.
 Kesehatan Jiwa dan Psikososial Pada Anak dan Remaja
Dalam situasi sulit, orang tua perlu mengelola dengan baik stres
dan emosinya, bersikap tenang dan dapat lebih mendekatkan
hubungan dengan anak dan remajanya. Sikap orang tua dalam
menanggapi masa pandemi COVID-19 dapat mempengaruhi
kondisi kejiwaan dan psikososial anak, karena orang tua berperan
penting bagi kehidupannya. Cara orang tua dan pengasuh dalam
mengatasi emosi dan mengelola stres anak antara lain dengan:
- Ajak anak berbicara dengan tenang dan penuh kasih sayang,
beri kesempatan mengekspresikan perasaan dan
mengungkapkan isi pikiran, serta memberikan rasa
aman;Berikan pujian dan motivasi pada anak terkait aktivitas
yang dilakukan.
- Fasilitasi interaksi anak dengan teman-temannya melalui
media social.
- Bantu melakukan kegiatan yang disukai (hobi) atau yang dapat
membuat ketenangan, menarik dan menyenangkan seperti cara
mencuci tangan dan menggunakan masker dengan benar,
menggambar, menyanyi karaoke, masak bersama atau
mengajak mereka berjalan-jalan di sekitar rumah yang
disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak.

12
- Hindari segala bentuk kekerasan secara fisik, psikologis dan
sosial. Membentak atau kekerasan terhadap anak hanya akan
menambah rasa stres dan marah, pada diri orang tua maupun
anak.
- Tetap mengawasi penggunaan media sosial terutama informasi
tentang Covid-19 yang dapat menimbulkan kepanikan atau
stres.
- Melakukan kegiatan relaksasi atau peregangan dengan menarik
nafas dalam, tahan dan hembuskan melalui mulut secara
perlahan setiap merasa cemas atau tertekan.
- Melakukan olah raga sesuai kondisi di sekitar rumah.
- Membuat jadwal kegiatan harian untuk belajar dan bersantai
atau menyenangkan yang dapat dilakukan secara rutin.
- Kenali tanda-tanda masalah kejiwaan dan psikososial seperti :
gelisah, sedih, bosan, mudah tersinggung, agresif, menyendiri.
Jika diketemukan segera cari pertolongan pada tim kesehatan
yang terdekat.
- Bagi anak berkebutuhan khusus seperti gangguan spektrum
autisme, retardasi mental akan timbulkegelisahan, sekolah dan
pusat terapi tutup sehingga orang tua harus tinggal di rumah
untuk mendampingi anak dan harus pandai memberikan
kegiatan yang sesuai dengan kemampuan anaknya.
5. Disabilitas Fisik
 Kesehatan Fisik pada Orang dengan Disabilitas Fisik
Memberikan kesempatan yang luas untuk mendapatkan akses
dalam melindungi diri agar tidak terpapar wabah Covid-19,
misalnya mendapatkan masker dan handsanitizer.
 Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Orang dengan Disabilitas
Fisik
- Memberikan informasi tentang wabah Covid-19 dengan
berbagai cara sesuai dengan kemampuan minimal dari para
disabilitas;

13
- Memberikan ruang gerak yang memadai saat berada di rumah
atau panti, sehingga mampu hidup dengan nyaman;
- Tidak mengunjungi secara langsung, namun tetap memberikan
dukungan dengan cara lain, misalnya menggunakan video call;
- Memberikan informasi terkini tentang kondisi orang yang
mengalami disabilitas fisik.
- Perlakuan dan perhatian khusus terhadap disabilitas terlantar
dan gelandangan, bekerja sama dan merujuk pada layanan
sosial setempat.
6. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK)
Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK
adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial,
pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
 Kesehatan Fisik pada ODMK
Orang dengan masalah kejiwaan yang berada di masyarakat dan
yang mempunyai risiko yang sama terhadap penularan Covid-19.
Oleh karena itu semua tindakan pada OS, OTG, ODP, PDP, dan
konfirmasi Covid-19 berlaku untuk mereka. Orang dengan
masalah kejiwaan, diberikan edukasi promosi kesehatan dan
pencegahan penularan COVID-19.
 Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada ODMK
Bilamana muncul gangguan yang masih ringan seperti
kecemasan, depresi ringan atau gangguan psikosomatis dapat
melakukan relaksasi, meditasi dan konsultasi dengan psikolog
klinis/psikiater melalui metode daring.
Orang dengan masalah kejiwaan dapat membangun kemampuan
coping skill, dengan cara :
- Mendapatkan ilmu tentang Covid hanya dari sumber yang
terpercaya.
- Jangan merokok, meminum alkohol atau zat terlarang untuk
mengatasi stres atau perasaan tidak nyaman.

14
- Untuk pengalihan perhatian bisa bermain Puzzle, memainkan
musik atau bernyanyi dan menonton film.
- Melakukan olahraga atau Yoga.
- Berpikir Positif.
- Berserah diri kepada Allah SWT.
Bilamana gejala memburuk khususnya dalam 2 minggu
terakhir maka sebaiknya konsultasi ke psikiater untuk
mendapatkan pengobatan psikofarmaka yang sesuai dengan
kondisi klinis.
7. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah
orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai
manusia.
 Kesehatan Fisik pada ODGJ
Orang dengan gangguan jiwa yang berada di masyarakat dan yang
dirawat di rumah sakit jiwa mempunyai risiko yang sama terhadap
penularan Covid-19. Oleh karena itu semua tindakan pada OS,
OTG, ODP, PDP, dan konfirmasi Covid-19 berlaku untuk mereka.
Orang dengan gangguan jiwa diberikan edukasi promosi kesehatan
dan pencegahan penularan Covid-19 oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan primer. Orangtua/caregiver
mendampingi ODGJ dalam melakukannya
 Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada ODGJ
Pandemi Covid-19 merupakan tambahan stresor bagi ODGJ yang
memungkinkan ODGJ yang telah pulih berisiko kambuh. Untuk itu
perlu dilakukan beberapa dukungan kesehatan jiwa dan psikososial
kepada ODGJ. Cara memberikan dukungan kepada pasien ODGJ
selama wabah Covid-19, sbb :

15
- Keluarga/Caregiver sebaiknya selalu memperhatikan gejala-
gejala klinis yang timbul pada pasien ODGJ karena berita yang
ada serta pembatasan dalam ruang gerak individu dapat
meningkatkan gejala-gejala psikiatris pasien ODGJ. Apabila
gejala psikiatrik semakin meningkat segera konsultasikan
dengan penanggung jawab pelayanan kesehatan jiwa di
layanan primer atau dokter yang merawat untuk melakukan
tindakan lanjutan yang diperlukan sesuai kondisi klinis.
- Tokoh masyarakat diharapkan dapat membantu memberikan
perhatian kepada ODGJ seperti: Ketua RT/RW/Lurah dan
kader kesehatan jiwa di masyarakat.
- Perawat dan dokter penanggung jawab kesehatan jiwa di
puskesmas atau pelayanan kesehatan primer memantau dan
melakukan follow up kontinuitas perawatan dan pengobatan
pasien ODGJ.
- Perlakuan dan perhatian khusus terhadap ODGJ terlantar dan
gelandangan, bekerja sama dan merujuk pada layanan sosial
setempat.
8. Keluarga Pra Sejahtera
 Kesehatan Fisik pada Keluarga Pra Sejahtera
Saat anggota keluarga tetap bekerja, harus menggunakan masker
dan hand sanitizer, serta segera mengganti pakaian saat pulang ke
rumah;
 Kesehatan Jiwa dan Psikososial
- Memberikan informasi yang benar tentang berbagai pelayanan
jaminan sosial dari pemerintah; Pedoman Dukungan Kesehatan
Jiwa Dan Psikososial Pada Pandemi Covid-19 41.
- Memberikan keyakinan bahwa mereka aman saat tetap berada
di rumah;
- Mempertahan komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya
agar mendapatkan informasi yang benar tentang wabah Covid-
19.

16
- Semakin menjaga kebersihan lingkungan rumah.
Kegiatan layanan kesehatan jiwa dan psikososial harus bekerja sama dan
berkoordinasi dengan dinas sosial setempat

2.2 Dampak kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien Covid – 19.

Dalam wabah apa pun, wajar jika orang merasa tertekan dan khawatir.
Respons umum dari orang-orang yang terdampak (baik secara langsungatau
tidak) antara lain:

o Takut jatuh sakit dan meninggal


o Tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan karena takut tertular saat
dirawat
o Takut kehilangan mata pencaharian, tidak dapat bekerja selama isolasi,
dan dikeluarkan dari pekerjaan
o Takut diasingkan masyarakat/dikarantina karena dikait-kaitkan dengan
penyakit (seperti rasisme terhadap orang yang berasal dari, atau dianggap
berasal dari, tempat-tempat terdampak)
o Merasa tidak berdaya untuk melindungi orang-orang terkasih dan takut
kehilangan orang-orang terkasih karena virus yang menyebar
o Takut terpisah dari orang-orang terkasih dan pengasuh karena aturan
karantina
o Menolak untuk mengurusi anak kecil yang sendirian atau terpisah,
penyandang disabilitas atau orang berusia lanjut karena takut infeksi,
karena orang tuanya atau pengasuhnya dikarantina
o Merasa tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi selagi diisolasi
o Takut mengalami pengalaman wabah sebelumnya

2.3 Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien Covid – 19.
Definisi Global
Istilah besar 'dukungan kesehatan jiwa dan psikososial (DKJPS)
digunakan dalam Panduan Inter Agency Standing Committee (IASC) untuk
DKJPS dalam Situasi Kedaruratan, yang berarti ‘dukungan jenis apa pun dari

17
luar atau local yang bertujuan melindungi atau meningkatkan kesejahteraan
psikologis dan/atau mencegah atau menangani kondisi kesehatan jiwa. Sistem
kemanusiaan global menggunakan istilah DKJPS untuk menjadi istilah paying
berbagai pihak yang menanggapi terhadap kedaruratan seperti wabah Covid-
19, termasuk yang bekerja dengan pendekatan biologis dan pendekatan
sosiokultural di bidang kesehatan, sosial, pendidikan dan komunitas, serta
untuk ‘menggarisbawahi perlunya pendekatan-pendekatan yang beragam dan
saling melengkapi dalam memberikan dukungan yang sesuai.
o Piramida intervensi untuk dukungan kesehatan jiwa dan psikososial

Contoh :

- Layanan kesehatan jiwa oleh spesialis kesehatan jiwa (perawat


kesehatan jiwa, psikologis, psikiater, dll)
- Layanan kesehatan jiwa dasar oleh dokter layanan kesehatan
primer. Dukungan emosional dan praktis dasar dari kader
kesehatan
- Mengaktivasi hubungan social, ruang ramah anak yang
mendukung, dukungan tradisional dan masyarakat
- Advokasi layanan dasar yang aman, dapat di terima di
masyarakat dan melindungi harga diri.

Laya
nan
spes
ialis
Dukungan non-
spesialis terfokus
(orang ke orang)

Memperkuat dukungan
masyarakat dan keluarga

pertimbangan sosial dalam layanan dan ke


amanan dasar

18
Dukungan sosial dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung dengan aspek kepribadian. Dukungan sosial memengaruhi beberapa
aspek kepribadian individu, seperti kepribadian tangguh, harga diri dan rasa
optimism. Optimisme, harga diri dan resiliensi yang tinggi dapat menurunkan
depresi seseorang. Artinya setiap individu memiliki kemampuan berbeda dalam
menurunkan depresi yang dialami, namun penelitian di atas menekankan
tergantung karakteristik dari masing-masing individu (IFRC, 2020) . Dukungan
sosial ini bisa datang dari anggota keluarga, teman, dan pekerja medis. Banyak
pasien yang terisolasi sering merasa tidak berdaya dan kesepian karena
kurangnya keluarga atau teman yang menemani. Dalam keadaan tersebut,
pekerja medis sebagai dukungan sebaya utama yang sangat penting bagi pasien
yang terinfeksi.
Masa pandemi ditambah variasi gejala Covid-19 membuat masyarakat
rentan mengalami dampak psikososial. Hal ini diperberat dengan ketidakpatuhan
masyarakat akan kebijakan pemerintah atau perubahan aturan. Kebingungan
yang lama -> stress, yang akhirnya dapat menjadi cemas, depresi atau gejala
lain. Oleh karena itu perlu adanya dukungan psikososial pada masyarakat umum
serta pasien khususnya. Apabila gejala psikis dapat teratasi→ imunitas
meningkat→ mood dan pikiran juga makin baik. Oleh karena itu, Diperlukan
kerjasama berbagai pihak dalam tatalaksana Covid-19, termasuk dukungan
psikososial.

2.4 Implikasi keperawatan terhadap dukungan kesehatan jiwa dan psikososial


yang diberikan pada klien Covid – 19 di Jl. Lewa Pekayon.

Dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam kondisi wabah Covid-19 saat


ini, perawat mempunyai beberapa peran yaitu :
1. Sebagai caregiver yang merupakan peran utama dimana perawat akan
terlibat aktif selama 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan
ditatanan layanan klinis seperti di rumah sakit.

19
2. Perawat juga mempunyai peran sebagai edukator, dimana berperan sebagai
tim pendidik yang memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. Perawat berperan dalam memperkuat pemahaman masyarakat
terkait, pencegahan dan penularan, serta bagaimana meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala Covid - 19.
3. Perawat juga berperan dalam advokat dimana perawat akan membantu
mengurangi stigma bagi pasien dan keluarga yang terindikasi Covid positif.
4. Secara umum perawat mempunyai peran yang sangat penting baik dari segi
promotif, preventif, dan pelayanan asuhan keperawatan dalam kondisi
wabah Covid - 19.

20
BAB III

ANALISA KASUS

3.1 Kasus

Salah satu keluarga di Jl. Lewa Pekayon, Jakarta Timur terkena Covid –
19. Kepala keluarga berinisial Tn. S (46 tahun) yang tinggal dengan sang istri
(Ny. M, 39 tahun) dan anaknya (An. A, 16 tahun) merasa dikucilkan karena
keluarga klien berstatus pasien Covid – 19 yang sedang menjalani isolasi
mandiri dirumah. Pada saat menjalani isolasi dirumah keluarga Tn. S merasakan
bagaimana klien dijauhi oleh rekan-rekan dan tetangga disekitar lingkungannya,
tidak sedikit warga yang membicarakan tentang kondisi keluarga Tn. S, dan
terlebih lagi para tetangga Tn. S menunjukkan keresahan mereka terhadap status
Covid – 19 yang dialami keluarga Tn. S. Tn. S dan istri sempat merasa stress
dan cemas karena klien tahu dampak yang ditimbulkan oleh virus Covid – 19 ini
sangat mengerikan, dan juga stigma negatif dari masyarakat bahwa keluarga
yang terkena Covid-19 dapat menjadi sumber penyakit menular, terlebih lagi
banyak masyarakat yang terpengaruh dengan informasi mengenai corona yang
meresahkan.
Klien stress karena tidak terima dengan kondisi yang diderita dan sangat
cemas karena berfikir jika mereka terkonfirmasi positif Covid - 19, sudah pasti
mereka akan dikucilkan. Sang anak (An.A) terkadang mengeluh dengan
kondisinya, karena harus melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan harus
tetap isolasi dirumah sampai sembuh, sehingga waktu bermain An. A dengan
teman sebayanya sangat berkurang. Stressor lain yang muncul adalah masalah
ekonomi, sehingga sumber nafkah pun menjadi berkurang, dikarenakan Tn. S
yang sudah tidak bekerja setelah di PHK bulan april lalu dan hanya sang istri
yang masih bekerja sebagai pegawai swasta di salah satu PT. Klien pun menjadi
cemas dan bingung, sehingga stress dan selalu khawatir menjadi hal yang selalu
tertanam di pikiran mereka saat itu. Klien hanya bisa pasrah dan berharap segera
pulih dan dapat menjalani aktivitasnya kembali tanpa adanya stigma negatif dari
masyarakat sekitar.

21
3.2 Analisa Kasus

I. Asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada klien terhadap


masalah diagnosa fisik, kesehatan jiwa dan psikososial

Klien yang berstatus terkonfirmasi positif Covid - 19 menunjukkan


tanda gejala ansietas, stress, dan harga diri rendah harus dilakukan
pemantauan status kesehatan secara berkala. Khususnya terhadap
keluarga Tn. S, baik dalam perkembangan penyakit Covid - 19 maupun
pada masalah kesehatan jiwa dan psikososial yang dialami. Perawat
harus memantau kondisinya apabila muncul tanda dan gejala berat dari
Covid - 19 dan mengidentifikasi adanya masalah baru pada kesehatan
jiwa dan psikososial yang dialami keluarga Tn. S. Masalah kesehatan
jiwa dan psikososial yang mungkin dialami oleh klien adalah
kecemasan/ansietas dan stress, dibawah ini merupakan tindakan
keperawatan yang akan diberikan oleh perawat kepada keluarga Tn. S
yang mengalami kecemasan/ansietas dan stress :
 Tindakan keperawatan pada klien
1) Kaji tanda dan gejala ansietas dan stress pada klien, serta
kemampuan klien dalam mengurangi ansietas dan stress.
2) Jelaskan proses terjadinya ansietas dan stress.
3) Latih cara mengatasi ansietas dan stress :
a. Tarik nafas dalam (pelaksanaan sama dengan OS)
b. Distraksi: bercakap - cakap hal positif, dll
c. Teknik lima jari yang fokus pada hal positif (pelaksanaan
sama dengan OS)
d. Kegiatan Spiritual
- Bantu klien untuk melakukan latihan sesuai dengan
jadwal kegiatan.
- Berikan stimulus positif, pujian, dan semangat setiap
melakukan kegiatan asuhan.

22
 Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
yang mengalami ansietas dan stress.
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
ansietas dan stress serta mengambil keputusan merawat klien.
3) Latih keluarga melakukan cara merawat dan membimbing klien
untuk mengatası ansietas dan stress sesuai dengan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan ke klien. Keluarga dapat
mengirimkan berita positif dan semangat melalui berbagai
media sosial seperti WhatsApp, voice note, video call, dll. Susun
jadwal mengirim berita agar klien tidak kesepian di ruang
isolasi.
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman di rumah untuk
mengurangi ansietas dan stress.
5) Edukası keluarga untuk menggunakan/memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk menindaklanjuti secara teratur.

 Tindakan kolaborasi
Jika kondisi memerlukan konsultasi dengan dokter/ psikiater dan
klien mendapat obat maka lakukan hal berikut :
1) kolaborasi dengan dokter
- melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakan ISBAR
dan TbaK
- memberikan program terapi dokter (obat) kepada klien :
Edukasi 8 benar pemberian obat menggunakan konsep safety
pemberian obat
- mengobservasi manfaat dan efek samping
2) kolaborasi dengan psikiater sesuai dengan kebutuhan.

23
II. Teori dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pasien Covid –
19

Dukungan sosial dapat berpengaruh secara langsung maupun


tidak langsung dengan aspek kepribadian. Dukungan sosial memengaruhi
beberapa aspek kepribadian individu, seperti kepribadian tangguh, harga
diri dan rasa optimisme. Optimisme, harga diri dan resiliensi yang tinggi
dapat menurunkan depresi seseorang. Artinya setiap individu memiliki
kemampuan berbeda dalam menurunkan depresi yang dialami, namun
penelitian di atas menekankan tergantung karakteristik dari masing-
masing individu (IFRC, 2020) . Dukungan sosial ini bisa datang dari
anggota keluarga, teman, dan pekerja medis. Banyak pasien yang
terisolasi sering merasa tidak berdaya dan kesepian karena kurangnya
keluarga atau teman yang menemani. Dalam keadaan tersebut, pekerja
medis sebagai dukungan sebaya utama yang sangat penting bagi pasien
yang terinfeksi.
Masa pandemi ditambah variasi gejala Covid-19 membuat
masyarakat rentan mengalami dampak psikososial. Hal ini diperberat
dengan ketidakpatuhan masyarakat akan kebijakan pemerintah atau
perubahan aturan. Kebingungan yang lama -> stress, yang akhirnya dapat
menjadi cemas, depresi atau gejala lain. Oleh karena itu perlu adanya
dukungan psikososial pada masyarakat umum serta pasien khususnya.
Apabila gejala psikis dapat teratasi→ imunitas meningkat→ mood dan
pikiran juga makin baik. Oleh karena itu, Diperlukan kerjasama berbagai
pihak dalam tatalaksana Covid-19, termasuk dukungan psikososial.

24
III. Terdapat kesenjangan antara teori dukungan kesehatan jiwa dan
psikososial dengan kasus keluarga Tn. S yang terkonfirmasi positif
di Jl. Lewa Pekayon, Jakarta Timur.

Dibawah ini adalah dukungan kesehatan jiwa dan psikososial


yang dapat dilakukan oleh perawat, keluarga, dan masyarakat di
lingkungan pasien Covid – 19 :

 Dukungan pada keluarga


Informasi tentang kondisi pasien diberikan secara teratur,
menyiapkan keluarga untuk dapat menghadapi hasil pelayanan
kesehatan yang baik maupun terburuk.
Asuhan keperawatan dapat diberikan juga kepada keluarga agar
keluarga dapat mengatasi stress dan kecemasan yang dirasakan.

 Pasien Covid – 19 yang sembuh


Pada saat pasien dinyatakan sudah sembuh dari Covid-19,
seyogyanya pasien dan keluarga gembira namun lingkungan tempat
tinggal mungkin masih mempunyai stigma. Stigma diri (Self-
Stigma) adalah stigma yang muncul pada diri pasien, melabel dirinya
seorang yang berpenyakit menular dan kekhawatiran dapat
menularkan pada orang lain. Khawatir dikucilkan, diasingkan oleh
anggota keluarga lain, teman dan masyarakat mungkin dirasakan
oleh pasien. Demikian pula keluarga mungkin merasakan hal yang
sama. Khawatir diisolasi oleh tetangga, sanak saudara. Untuk itu
edukasi arti sembuh dari COVID-19. kemungkinan menularkan atau
tertular kembali perlu dijelaskan sebelum pulang.
Stigma sosial/publik (Public-stigma) adalah aksi nyata oleh orang
lain yang melabel pasien dan keluarganya berbahaya untuk
menularkan. Beberapa kejadian pasien pulang ke rumah, ketua RT
dan RW mengumumkan agar masyarakat tidak membesuk dan
bertemu dengan pasien dan keluarganya karena bahaya menularkan.
Untuk hal ini maka diperlukan edukasi kepada masyarakat luas agar

25
jangan sampai terjadi pasien positif Covid-19 yang telah sembuh lalu
timbul masalah kesehatan jiwa dan psikososial karena stigma negatif
dari masyarakat. Untuk itu diperlukan beberapa dukungan bagi
pasien dan keluarga. Asuhan keperawatan pasien yang telah sembuh
dan pulang serta layanan lanjutan kesehatan jiwa dan psikososial.

 Dukungan pada pasien dirumah


Dukungan keluarga dalam bentuk perhatian sangat diperlukan untuk
proses pemulihan, keluarga diharapkan tidak menolak dan
mengucilkan, namun lebih banyak menguatkan bisa melewati sakit
dengan mudah, memberikan ruangan tersendiri agar dapat
melakukan isolasi secara mandiri, menyiapkan berbagai fasilitas dan
kebutuhan agar mampu menghadapi proses penyembuhan dengan
baik. Promosi kesehatan dan pencegahan masalah kesehatan pada
orang sehat, dan sakit dapat tetap dilaksanakan untuk meningkatkan
imunitas fisik, kesehatan jiwa dan psikososial.

 Dukungan pada keluarga dirumah


Keluarga tetap harus mendapatkan informasi yang benar tentang
status anggota keluarganya yang sembuh, dan memberikan kontak
hotline untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa dan psikososial
baik perawat spesialis jiwa maupun disiplin lain yaitu psikiater,
psikolog klinis, pekerja sosial, ahli kesehatan masyarakat dll.

 Dukungan social pada pasien dan keluarga


Pasien dan keluarganya tidak dijauhkan dari interaksi sosial, tidak
melakukan penolakan, tidak melakukan tindakan reaktif agresif dari
warga di lingkungannya. Masyarakat tetap mendukung pasien dan
keluarga melalui media sosial.

26
 Dukungan sosial untuk pasien dan keluarga Pencegahan stigma
Stigma adalah pandangan negatif pada suatu kondisi, dalam hal ini
terkait dengan COVID-19. Berikut beberapa hal yang bisa
masyarakat lakukan dalam rangka pencegahan stigma:
 Bersikap empatik: memberikan dukungan pada orang yang
(diduga) memiliki atau dirawat karena COVID 19
 Sebutan : sebutlah dengan “orang yang memiliki COVID-19”,
“orang yang sedang dirawat karena COVID19”, “orang yang
sedang pulih dari COVID-19“.
 Jangan menyebut orang dengan penyakit ini sebagai “COVID-
19 kasus”, “korban” “keluarga COVID-19” atau yang “sakit”.
Untuk mengurangi stigma, masyarakat penting untuk
memisahkan seseorang dari identitas yang didefinisikan oleh
COVID-19.
 Mencari info yang benar tentang COVID-19 dari berbagai
sumber.

27
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan
MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
2. Gejala-gejala Covid – 19 yang paling umum adalah demam, batuk
kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin
dialami beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera
rasa dan penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna jari tangan
atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan
muncul secara bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya
memiliki gejala ringan.
3. Kesusahan dan kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi yang
mengancam dan tidak terduga seperti pandemi coronavirus.
Kemungkinan reaksi yang berhubungan dengan stres sebagai respons
terhadap pandemi coronavirus dapat mencakup perubahan konsentrasi,
iritabilitas, kecemasan, insomnia, berkurangnya produktivitas, dan
konflik antarpribadi, tetapi khususnya berlaku untuk kelompok yang

28
langsung terkena dampak (misalnya tenaga profesional kesehatan).
Selain ancaman oleh virus itu sendiri, tidak ada keraguan bahwa tindakan
karantina, yang dilakukan di banyak negara, memiliki efek psikologis
negatif, semakin meningkatkan gejala stres. Tingkat keparahan gejala
sebagian tergantung pada durasi dan luas karantina, perasaan kesepian,
ketakutan terinfeksi, informasi yang memadai, dan stigma, pada
kelompok yang lebih rentan termasuk gangguan kejiwaan, petugas
kesehatan, dan orang dengan status sosial ekonomi rendah (S. Brooks,
Amlôt, Rubin, & Greenberg, 2020).
4. Dukungan sosial dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung dengan aspek kepribadian. Dukungan sosial memengaruhi
beberapa aspek kepribadian individu, seperti kepribadian tangguh, harga
diri dan rasa optimism. Optimisme, harga diri dan resiliensi yang tinggi
dapat menurunkan depresi seseorang. Artinya setiap individu memiliki
kemampuan berbeda dalam menurunkan depresi yang dialami, namun
penelitian di atas menekankan tergantung karakteristik dari masing-
masing individu (IFRC, 2020) . Dukungan sosial ini bisa datang dari
anggota keluarga, teman, dan pekerja medis. Banyak pasien yang
terisolasi sering merasa tidak berdaya dan kesepian karena kurangnya
keluarga atau teman yang menemani. Dalam keadaan tersebut, pekerja
medis sebagai dukungan sebaya utama yang sangat penting bagi pasien
yang terinfeksi.
5. Stigma adalah pandangan negatif pada suatu kondisi, dalam hal ini
terkait dengan COVID-19. Berikut beberapa hal yang bisa masyarakat
lakukan dalam rangka pencegahan stigma:
 Bersikap empatik: memberikan dukungan pada orang yang (diduga)
memiliki atau dirawat karena COVID 19
 Sebutan : sebutlah dengan “orang yang memiliki COVID-19”,
“orang yang sedang dirawat karena COVID19”, “orang yang sedang
pulih dari COVID-19“.
 Jangan menyebut orang dengan penyakit ini sebagai “COVID-19
kasus”, “korban” “keluarga COVID-19” atau yang “sakit”. Untuk

29
mengurangi stigma, masyarakat penting untuk memisahkan
seseorang dari identitas yang didefinisikan oleh COVID-19.
 Mencari info yang benar tentang COVID-19 dari berbagai sumber.

4.2 Saran

1. Masyarakat dan keluarga diharapkan mampu meningkatkan dukungan


kesehatan jiwa dan psikososial kepada penderita Covid-19, keluarga
terdekat adalah sumber semangat bagi penderita Covid-19 untuk terus
menjalani kehidupan dan mampu memberikan dukungan yang baik
untuk meningkatkan semangat pada penderita Covid-19 agar segera
sembuh.
2. Masyarakat membutuhkan edukasi mengenai pencegahan stigma
kepada pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19, terutama pasien
dan keluarganya tidak dijauhkan dari interaksi sosial, masyarakat
sekitar tidak melakukan penolakan, tidak melakukan tindakan reaktif
agresif dari warga di lingkungannya. Masyarakat tetap dapat
mendukung pasien dan keluarga melalui media sosial.
3. Informasi tentang kondisi pasien harus diberikan secara teratur,
perawat menyiapkan keluarga untuk dapat menghadapi hasil
pelayanan kesehatan yang baik maupun terburuk. Asuhan
keperawatan dapat diberikan juga kepada keluarga agar keluarga
dapat mengatasi stress dan kecemasan yang dirasakan. Asuhan
keperawatan pasien yang telah sembuh dan pulang serta layanan
lanjutan kesehatan jiwa dan psikososial.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf

2. WHO. (2020). Pertanyaan jawaban terkait COVID-19 untuk publik. (n.d.).

Retrieved April 28, 2020, from: https://www.who.int/indonesia/news/novel-

coronavirus/qa-for-public

3. Kartika, M. 1 Juni 2020. Sosialisasi Tentang Pencegahan Covid-19 di Kalangan

Siswa Sekolah Dasar di SD Minggiran 2 Kecamatan Papar Kabupaten Kedir.

Jurnal Karya Abdi. LPPM Universitas Jambi. Volume : 4 Halaman : 81.

4. http://trendissuekepjiwa.blogspot.com/2016/06/?m=1

5. http://gizipadaorangdewasa.blogspot.com/2016/06/normal-0-false-false-false-in-

x-none-x.html?m=1

6. http://nadiawardany.blogspot.com/2014/11/trend-dan-issue-tentang-

keperawatan-jiwa.html?m=1

7. https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026/pdf

8. https://www.researchgate.net/publication/

343631945_UPAYA_PENINGKATAN_KEBERFUNGSIAN_SOSIAL_TERH

ADAP_EKS_PASIEN_COVID-19

31

Anda mungkin juga menyukai