Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MINI RISET

Psikologi Pendidikan PRODI S1


PTE-FT

Skor Nilai:

DAMPAK PANDEMI WABAH COVID-19 DI MASYARAKAT TERHADAP


PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS WARGA BELAJAR DARI ASPEK
KEPRIBADIAN

Astania Barus Farhan Syahputra Yosafat sinaga Hizkya Marpaung Ikhlas fan Arya

NAMA MAHASISWA :

1. ASTANIA BARUS (5213331005)


2.YOSAFAT SINAGA (5213131002)
3. IKHLAS FAN ARYA (5213131030)
4.HIZKYA ANDRE WILSON MARPAUNG (5213131014)
5.. FARHAN SYAHPUTRA (5213131017)
.

DOSEN PENGAMPU : Fauzi Kurniawan. S.Psi, M.Psi

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK- UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
April, 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
kepemimpinan ini yang berjudul “Mini Riset”. Kami berterima kasih kepada bapak Fauzi
Kurniawan. S.Psi, M.Psi yang sudah memberikan bimbingannya.

Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kami
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

November, 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Survey........................................................................................................................4
BAB II RINGKASAN ISI JURNAL...........................................................................................................5
1.1 Dampak Covid-19 Di Indonesia...............................................................................................5
1.2 Dampak Covid -19 Di Masyarakat...........................................................................................6
BAB III HASIL PEMBAHASAN..............................................................................................................9
A. HASIL SURVEY........................................................................................................................9
B. PEMBAHASAN.....................................................................................................................10
BAB VI PENUTUP.............................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................13
B. SARAN..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis yang terjadi di dunia saat ini akibat munculnya Covid-19 telah memberikan berbagai
perubahan mendasar pada kehidupan sosial masyarakat. Salah satu yang patut disoroti adalah
dalam bidang pembelajaran pada tingkat mahasiswa, dimana telah nampak terjadi perubahan
secara mendasar. Mahasiswa merupakan salah satu status sosial yang disandang oleh orang-orang
yang menempuh pendidikan tingkat tinggi, yang juga sarat dengan keilmuan maupun sisi
intelektualnya. Pemikiran mahasiswa yang cenderung maju dan kerapnya melakukan aksi sosial,
menjadikan mahasiswa sebagai jembatan penghubung bagi perkembangan kehidupan masyarakat
luas. Di tengah era Covid-19 ini, potensi sosial dari mahasiswa menjadi perbincangan oleh
sebagian pihak terutama para akademisi dan peneliti. Tujuan dari penelitian ini adalah berupa
bentuk analisis terhadap kemungkinan perubahan orientasi pada kehidupan mahasiswa pasca
berakhirnya masa pandemi Covid-19. Metode yang dilakukan adalah dengan (studi kepustakaan)
dimana mengamati fenomena yang terjadi serta didukung berbagai penelitian, artikel, maupun
opini terkait untuk kemudian dijelaskan secara deskriptif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
mahasiswa sangat berpotensi besar untuk mengalami perubahan pada pola hidup dan interaksi
akibat penerapan belajar online. Eksistensi mahasiswa menjadi dikhawatirkan, sehingga hal ini
mengancam terbentuknya generasi intelektual yang berkualitas. Mengingat saat ini pola interaksi
dan pembelajaran pada mahasiswa menjadi berbeda, serta mereka juga berada dalam tahap
penyesuaian. Hal ini dapat disimpulkan sebagai suatu permasalahan kompleks, tentang realitas
sosial yang telah terjadi dan diprediksi pada kalangan mahasiswa. Maka dari itu, pola
pembelajaran online merupakan sesuatu yang tak boleh habis untuk dikaji.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Dampak wabah Covid-19 Terhadap Masyarakat


2. Apa Dampak wabah Covid-19 Terhadap Covid -19 terhadap aspek Kepribadian
3. Apa solusi yang dapat dilakukan dari Dampak Covid-19 terhadap kepribadian dan
masyarakat
C. Tujuan Miniriset
1. Untuk menyelesaikan Tugas Miniriset Psikologi Pendidikan
2. Untuk mengetahui dampak covid-19 terhadap masyarakat danperkembangan
psikologis dari aspek keperibadian
3. Untuk mengetahui solusi yang dapat dilakukan selama wabah civid-19

4
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
1.1 Wabah Covid-19 di Indonesia
Pandemi Covid-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit koronavirus
2019 (Covid-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh
koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kasus positif Covid-19 di
Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi
tertular dari seorang warga negara Jepang.[2][3] Pada tanggal 9 April, pandemi sudah
menyebar ke 34 provinsi dengan DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai provinsi
paling terpapar SARS-CoV-2 di Indonesia.
Sampai tanggal 22 April 2022, Indonesia telah melaporkan 6.043.246 kasus positif
menempati peringkat pertama terbanyak di Asia Tenggara. Dalam hal angka kematian,
Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak di Asia dengan 156.040 kematian.Namun,
angka kematian diperkirakan jauh lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak
dihitungnya kasus kematian dengan gejala Covid-19 akut yang belum dikonfirmasi atau
dites.Sementara itu, diumumkan 5.866.169 orang telah sembuh, menyisakan 21.037 kasus
yang sedang dirawat.Pemerintah Indonesia telah menguji 62.352.169 orang dari total 269 juta
penduduk, yang berarti hanya sekitar 230.760 orang per satu juta penduduk
Sebagai tanggapan terhadap pandemi, beberapa wilayah telah memberlakukan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada tahun 2020. Kebijakan ini diganti dengan
pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada tahun 2021. Pada 13 Januari
2021, Presiden Joko Widodo menerima vaksin Covid-19 di Istana Negara, sekaligus menandai
mulainya program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
Kasus-kasus terhadap Covid-19 di Indonesia

Istilah Kriteria

 Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu demam


(≥38 °C) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit
pernapasan: batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, pilek, atau pneumonia
ringan hingga berat dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari sebelum timbulnya gejala memiliki
Pasien dalam riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah tertular Covid-19.
pengawasan
 Orang dengan demam (≥38 °C) atau riwayat demam atau ISPA dan pada 14
(PDP)
hari sebelum timbulnya gejala memiliki riwayat kontak dengan penderita
Covid-19.
 Orang dengan ISPA berat atau pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.
 Orang yang mengalami demam (≥38 °C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek, sakit tenggorokan, atau
batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
Orang dalam meyakinkan dan pada 14 hari sebelum timbulnya gejala memiliki riwayat
pemantauan perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang tertular Covid-19.
(ODP)
 Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek,
sakit tenggorokan, atau batuk dan pada 14 hari sebelum timbulnya gejala
memiliki riwayat penderita Covid-19.
Orang tanpa Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular penderita Covid-19.
5
gejala (OTG) Orang tanpa gejala (OTG) memiliki kontak erat dengan penderita Covid-19.
Kasus Penderita Covid-19 berdasarkan hasil pemeriksaan positif melalui pemeriksaan
konfirmasi PCR atau melalui pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM).

1.2 Dampak Covid-19 Terhadap Masyarakat


Pandemi Covid-19 sudah melanda dunia hampir 2 tahun belakangan ini tidak terkecuali di
Indonesia. Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis merasakan dampak dari pandemi
Covid-19, banyak sektor yang terdampak antara lain ekonomi,sosial,politik, dan kesehatan
pasti nya. Para pemimpin negeri ini sudah berjibaku untuk bisa menanggulangi pandemi
Covid-19 agar bisa segera di atasi. Ribuan tenaga medis disiapkan untuk penanganan pasien
Covid-19, tetapi karena varian virus yang bermutasi mengakibatkan pandemi ini terus
berkelanjutan.
Dampak yang paling dirasakan dari pandemi Covid-19 ini yaitu kehidupan sosial
masyarakat. Masayarakat diwajibkan mengikuti semua anjuran dari pemerintah mulai dari
selalu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Hal ini tidak lain merupakan
upaya dari pemerintah untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19. Masyarakat tidak
diizinkan untuk berkerumun karena berpotensi menjadi sumber penyebaran virus Covid-19.
Menurunnya berbagai aktivitas ini berdampak pada kondisi sosial-ekonomi masyarakat,
khususnya masyarakat rentan dan miskin. Oleh sebab itu, pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun daerah, mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menanggulangi penyebaran COVID-
19 serta kebijakan-kebijakan yang bersifat penanggulangan dampak sosial dan ekonomi akibat
pandemi ini. Kendati demikian, pelaksanaan berbagai kebijakan ini perlu dipantau dan
dievaluasi untuk mengetahui efektivitasnya
The SMERU Research Institute, sebagai lembaga penelitian yang fokus mengkaji isu-isu
sosial-ekonomi, berinisiatif melakukan beberapa kegiatan penelitian di bidang sosial,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan kebijakan terkait dengan pandemi COVID-19, baik di
tingkat nasional maupun di tingkat daerah.

Tujuan
 Memantau dampak krisis akibat pandemi COVID-19 terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat, khususnya terkait kemiskinan dan pembangunan manusia
 Mengkaji efektivitas berbagai kebijakan/program pemerintah di bidang perlindungan
sosial, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan
Metodologi
 Studi ini terdiri atas sembilan substudi yang terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu
studi berskala nasional dan subnasional (studi kasus).

Studi berskala nasional:


 Simulasi dampak pandemi COVID-19 terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.
Metodologi: kuantitatif–analisis data Susenas
6
 Dampak pandemi COVID-19 terhadap ketenagakerjaan. Metodologi: kuantitatif–analisis
data Susenas dan Sakernas, studi literatur, media tracking, dan diskusi grup terfokus
(FGD) dengan asosiasi pengusaha
 Pemantauan implementasi kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tingkat sekolah
dasar. Metodologi:
 Kuantitatif: survei daring
 Kualitatif: wawancara mendalam dengan guru-guru sekolah dasar
 Pemantauan pelaksanaan program Kartu Prakerja. Metodologi: kualitatif–wawancara
mendalam dengan kementerian dan lembaga, dan penerima manfaat kartu prakerja
 Pemantauan penyaluran Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa. Metodologi: kualitatif–
wawancara mendalam dengan pemerintah desa
Studi berskala subnasional:
 Pemantauan respons kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Metodologi: analisis konten
dari hasil media tracking
 Efektivitas pelaksanaan program perlindungan sosial Program Keluarga Harapan (PKH)
dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) dalam kerangka mitigasi dampak pandemi
COVID-19. Metodologi: kualitatif–wawancara mendalam dengan kementerian dan
lembaga, pemerintah daerah, pemerintah desa, dan rumah tangga
 Pemantauan dampak pandemi COVID-19 terhadap pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan
anak. Metodologi:
 Kuantitatif–analisis data-data sekunder fasilitas kesehatan
 Kualitatif–wawancara mendalam dengan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah,
pejabat rumah sakit, puskesmas, dan kader desa
 Ketahanan sosial dan budaya masyarakat prasejahtera selama pandemi COVID-19.
Metodologi: kualitatif–wawancara mendalam dengan komunitas lokal and migran
Studi berskala subnasional ini memilih lima lokasi untuk studi kasus, yaitu Kota
Administrasi Jakarta Timur (DKI Jakarta), Kabupaten Bekasi (Jawa Barat), Kabupaten
Badung (Bali), Kabupaten Maros (Sulsel), dan Kota Kupang (NTT).

Upaya pemulihan ekonomi


Guna memulihkan ekonomi yang anjlok sebab pandemi ini, pemerintah Indonesia
berencana menganggarkan 677 triliun Rupiah untuk memulihkan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia kali ini, diperkirakan menuju tingkatan serupa kala krisis tahun 1998.Sebagai revisi
APBN 2020 dan Belanja negara diprediksi meningkat Rp 124,5 triliun, maka defisit APBN 2020
kembali membengkak menjadi 1.039,2 triliun atau 6,34 % dari produk domestik bruto, itu setelah
diadakan revisi pada Peraturan Presiden Nomor 54/2020. Semula, sebagaimana dijelaskan
Menkeu Sri Mulyani Indrawati, defisit APBN adalah Rp 859,2 triliun atau setara 5,07 % terhadap
PDB.[647] Sehingga, itu berkonsekuensi pada peningkatan pembiayaan utang, dan kebutuhan
7
utang membiayai defisit meningkat Rp 213,9 triliun menjadi Rp 1.220,3 triliun. Outlook APBN
ini bertujuan membiayai pelebaran defisit anggaran dan tambahan pembiayaan investasi.
Sementara APBN semula diproyeksikan Rp 2.233,2 triliun, dalam revisi dijelaskan 1.760, 9 dan
target penerimaan menjadi Rp 1.699,1 triliun dari yang sebelumnya Rp 1.760,9 triliun. Sedangkan
belanja negara menjadi Rp 2.738, 4 triliun dari yang sebelumnya Rp 2.613,8 triliun. Bank
Indonesia juga hingga Juni 2020 telah membeli Surat Berharga Negara dalam rangka mendukung
pemulihan ekonomi di tengah wabah Covid-19. Bank Dunia memproyeksikan rasio utang
Indonesia akan meningkat 37%, dipengaruhi pelebaran defisit APBN, perlambatan pertumbuhan
ekonomi, dan pelemahan nilai tukar Rupiah. Penanganan ekonomi dan sosial di Indonesia juga
perlu biaya besar. Proyeksi defisit hingga 6,34% dari PDB itu, akan diturunkan secara bertahap
pada 2021 menjadi 4,7 %, 3,4% pada 2022, dan kurang dari 3% pada 2023. Menurut Gubernur BI
Perry Warjiyo, Indonesia bisa selamat dari resesi jika skema kenormalan baru berjalan sesuai
rencana, dan pertumbuhan ekonomi bisa sesuai kalkulasi, yakni 2,3%. Catatannya, kasus pandemi
berkurang.

BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
8
3.1 Hasil Survey
Berdasarkan review kasus kematian akibat COVID-19 dan tindakan isolasi
dapat mempengaruhi kesehatan mental Seseorang individu masing-masing .
Ditemukan bahwa tingginya angka kematian dan perpanjangan isolasi di suatu
daerah memicu depresi, kecemasan, rasa takut berlebihan serta perubahan pola
tidur masyarakat. Dimana hal ini tidak hanya memperburuk kondisi kesehatan
mental namun juga fisik.7 COVID-19 secara signifikan telah merubah prilaku
sosial masyarakat hanya dalam hitungan bulan.Bukan hanya prilaku individu
tetapi juga kelompok. Stigma mengenai COVID-19 mulai bermunculan. Mulai
dari penolakan sampai diskriminasi terhadap orang dengan COVID-19, seperti
para tenaga kesehatan, pasien, kerabat pasien bahkan jenazah orang dengan
COVID-19.8
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu telah ditemukan adanya dampak
COVID-19 terhadap perubahan aspek psikologis. Pada penelitian ini ingin
menemukan adanya pembaharuan penemuan selain perubahan kondisi
psikologis pada orang yang terinfeksi COVID-19.
Dampak Covid 19 dari Aspek Kepribadian juga menimbulkan beberapa
dampak seperti yang dialami seorang Mahasiswa.Dari Dampak yang paling
banyak dirasakan yaitu mahasiswa harus melakukan pemeblajaran secara Darung
(Online) Sehingga dengan hal ini Mahasiswa itu sendiri Merasakan kurang
efektif dalam metode pembelajaran daring ini selama covid 19.Selain itu pada
sehari-hari juga sangat berdampak seperti wajibnya mematuhi protokol
kesehatan.Dimana untuk Memenuhi itu semua masing-masing individu harus
mengeluarkan biaya untuk membeli segala perlengkapan untuk menghindari
Covid 19.

3.2 Pembahasan
Taylor (2019) dalam bukunya “The Pandemic of Psychology” menjelaskan
bagaimana penyakit pandemi mempengaruhi psikologis orang secara luas dan
masif, mulai dari cara berpikir dalam memahami informasi tentang sehat dan
sakit, perubahan emosi (takut, khawatir, cemas) dan perilaku sosial (menghindar,
stigmasisasi, perilaku sehat). Selain itu, pandemic psikologi, menimbulkan
prasangka, dan diskriminasi outgroup—yang berpotensi menimbulkan kebencian
dan konflik sosial. Misalkan, penamaan virus corona dengan nama virus Wuhan
9
atau Virus China di awal wabah, telah menimbulkan prasangka, kebencian dan
diskriminasi terhadap warga china di beberapa negara, seperti di Autsralia dan
Amerika. Pandemi COVID-19, telah mengubah manusia dalam berkomunikasi,
dan berinteraksi dengan orang lain. Dampak Psikologis Pandemi Covid-19
Pandemi memberikan dampak psikologis yang signifikan pada manusia. Ada
tiga elemen dalam pandemi, yaitu elemen yang menyebabkan infeksi (virus,
dengan faktor psikologis dalam mengatasi ancaman penyakit tersebut.Terakhir,
lingkungan sosial dan fisik yang membantu manusia menghadapi pandemi
(Taylor, 2019). Ketiga elemen tersebut saling berinteraksi saling mempengaruhi
dalam situasi pandemi. Psikologi pandemi telah mengubah psikologis manusia
dalam memahami diri dan relasi sosial. Peningkatan jumlah kasus semakin
meningkat setiap hari mulai jumlah orang ternfeksi dan jumlah kematian, serta
dampak pada sosial, dan ekonomi menjadikan kita cenderung lebih waspada dan
khawatir. Namun informasi negatif tersebut tidak cukup membuat sebagian
besar masyarakat patuh melindungi dirinya, dengan menggunakan masker
ketika keluar rumah, karena bias kognisi seperti bias optimistik, yaitu
kecenderungan menilai dirinya tidak mengalami risiko terkena penyakit
dibandingkan orang lain.
Banyaknya jumlah yang terkena COVID-19, tidak menyebabkan individu
lebih waspada dan protektif pada dirinya. Keyakinan tersebut, sangat beresiko
dan
berbahaya pada konteks wabah COVID-19 sekarang ini. Bias kognisi sosial
mempengaruhi diri individu dalam berpikir dan berperilaku. Bias kognisi
dapat disebabkan paparan informasi yang tersedia dalam individu. Paparan
informasi yang masif mengenai COVID-19 menyebabkan jumlah ketersediaan
informasi mengenai COVID-19 pada individu lebih banyak daripada yang lain.
Hasil survei tentang frekuensi mengakses informasi COVID-19 oleh
Iskandarsyah & Yudiana (2020) terhadap 3686 partisipan dari berbagai wilayah
Indonesia menunjukkan sebanyak 44,9% sebanyak < 3 kali, 37%, 4-5 kali, 9,9%,
6- 10 kali dan 8,2% > 10 kali. Ditambah lagi karakter manusia sebagai cognitive
misers, yaitu keengganan untuk berpikir secara dalam dengan usaha yang lebih
kuat
(Pennington, 2000). Akibatnya, potensi terjadi bias heuristik sangat besar.
Heuristik adalah proses berpikir (penilaian, pengambilan keputusan) dalam
10
waktu
cepat dan seakan tanpa usaha yang berarti (Baron & Byrne, 2003). Terkadang
individu mengandalkan heuristik untuk menuntun mereka pada bahaya yang
terungkap dalam situasi yang ambigu. Misalkan, individu dapat menafsirkan
kecemasan mereka sendiri atau perilaku mencari keselamatan sebagai
indikatorancaman (Blakeya & Deacon, 2015). Jadi, heuristik dapat
mempengaruhi individu dalam berpikir dan berperilaku dalam kondisi pandemi
COVID-19. Hasil penelitian Wang, dkk (2020) yang melibatkan 1.210
responden dari 194
kota di Cina. Secara total, 53,8% responden menilai dampak psikologis dari
wabah tersebut sedang atau berat; 16,5% melaporkan gejala depresi sedang
hingga
berat; 28,8% melaporkan gejala kecemasan sedang hingga berat; dan 8,1%
melaporkan tingkat stres sedang hingga berat. Hasil penelitian tersebut juga
menunjukan bahwa perempauan, lebih rentan terkena stress, cemas dan depresi.
Hal senada dengan penelitian Li, dkk (2020) pada 17,865 pengguna aktif Weibo
dengan model machine learning. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan emosi
negatif (cemas, stress) dan penilaian risiko, sementara emosi positif
(kebahagiaan, kepuasan hidup) mengalami penurunan. Respon emosi negatif saat
COVID19 tidak hanya terjadi pada orang awam saja, namun kaum pekerja medis
punterkena. Hasil studi di Singapura menunjukkan bahwa COVID-19
berdampak terhadap pekerja medis dan non medis yang bekerja di rumah sakit,
seperti kecemasan, stres ,post tautamtic stress disorder ( PTSD) dan depresi
(Tan, dkk., 2020). Sementara studi Huang, dkk (2020) di China menunjukkan
bahwa perawat
mengalami emosi negatif (cemas dan takut). Sebagai garda terdepan dalam
penanganan COVID-19, pekerja medis (dokter, perawat, & staff) menghadapi
situasi yang tidak pasti, penuh risiko,dan tertekan sehingga mudah mengalami
gannguan psikologis. COVID-19 memberikan dampak signifikan terhadap
kondisi mental pekerja medis. Sebenarnya perubahan emosi, seperti khawatir,
cemas, dan stres merupakan respon biasa ketika menghadapi situasi pandemi.
Hal itu merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau tanda bahwa ada
ancaman yang kita hadapi. Namun, apabila berlebihan, maka akan menganggu
kondisi psikologis individu, seperti mengalami depresi. Data Kementerian
11
ketenagakerjaan mencatat sampai tanggal 10 Apri 2020, sudah ada 1,5 juta yang
kehilangan pekerjaan karena COVID-19 (Cnbnindonesia, 2020). Ketika
kebutuhan hidup terganggu, maka kondisi ini akan rentan menimbulkan
gangguan psikologislebih hebat dibandingkan COVID-19 itu sendiri. Artinya,
pandemi COVID19 secara tidak langsung mempengaruhi kondisi psikologis.
Relasi sosial terbatas, tidak dapat berkumpul dengan keluarga (mudik),
menimbullkan perasaan
kehilangan, kesendirian dan kesepian yang berpotensi memperburuk emosi
individu. Hasil studi Brooks, dkk (200) pada 24 artikel tentang dampak karantina
wilayah menunjukkan sebagian besar penelitian yang diulas melaporkan efek
psikologis negatif termasuk gejala stres pasca-trauma, kebingungan, dan
kemarahan. Stresor termasuk durasi karantina yang lebih lama, ketakutan akan
infeksi, frustrasi, kebosanan, persediaan yang tidak memadai, informasi yang
tidak
memadai, kerugian finansial, dan stigma. Situasi psikologis ini yang dirasakan
negaranegara yang mengalami karantina atau lockdown, seperti Itali, Spanyol,
Rusia, India dan Iran.

12
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari Penelitian ini Dapat disimpulkan bahwa sangat banyak Dampak
Pandemi Wabah Covid-19 Di Masyarakat Terhadap Perkembangan Psikologis
Warga Belajar Dari Aspek Kepribadian Seseorang Individu Dalam kehidupan
Sehari-hari seperti dalam bidang Pekerjaan ataupun Pendidikan.

4.2 Saran
Semoga Covid-19 dapat segera ditangani lebih baik lagi sehingga tidak
terlalu berdampak kepada masyarakat dan kepribadian sesorang. Yang dapat
dilakukan dengan lebih taat terhadap protikol kesehatan dan menjaga imun tubuh
juga melakukan Vaksinisasi yang ada di Indonesia.Agar Masyarakat dapar hidup
dan beraktivitas Normal kembali.

13
Daftar Pustaka

https://feb.untan.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/Erni-1.pdf
https://smeru.or.id/id/research-id/studi-dampak-sosial-ekonomi-pandemi-covid-19-
di-indonesia
file:///C:/Users/WIN/Downloads/191101055_SUCI%20MELIZA_OSF%20(2).pdf
https://www.kompas.com/sains/read/2022/01/02/200500923/bagaimana-infeksi-covid-
19-bisa-mengubah-kepribadian-ini-penjelasan-ahli?page=all

14

Anda mungkin juga menyukai