Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. W USIA 27 TAHUN G3P2A0H1


INPARTU KALA II DENGAN KPD DI RUANG PONEK
RS UNIVERSITAS ANDALAS TANGGAL 24 MEI 2019

OLEH:

KELOMPOK 3:
Novela Delfita 1840322030
Septia Nadiatul Ahyar 1840322020
Febria Ramadona 1840322012
Elvia Ernanda 1840322034
Nurul Fitri 1840322043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. W USIA 27 TAHUN G3P2A0H1
INPARTU KALA II DENGAN KPD DI RUANG PONEK
RS UNIVERSITAS ANDALAS TANGGAL 24 MEI 2019

OLEH:

KELOMPOK 3:

Novela Delfita 1840322030


Septia Nadiatul Ahyar 1840322020
Febria Ramadona 1840322012
Elvia Ernanda 1840322034
Nurul Fitri 1840322043

Padang, 24 Mei 2019

Menyetujui

Pembimbing Lapangan

Maharani Permata S., A.Md. Keb, CIMI

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

Ulfa Farrah Lisa, SST., M.Keb Fitrayeni, SKM., M.Biomed

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T dan


Shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W., berkat rahmat, kasih dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny. W Usia 27 Tahun G3P2A0H1 Inpartu Kala II Dengan
KPD Di Ruang Ponek RS Universitas Andalas Tanggal 24 Mei 2019” yang
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada Program Profesi
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Keberhasilan dalam penyusunan laporan ini telah banyak dibantu oleh
berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. dr. Wirsma Arif H, Sp. B(K)- Onk selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas beserta seluruh wakil dekan, staf
pengajar, dan karyawan yang telah membantu dalam proses pendidikan
profesi bidan.
2. Ibu Bd. Yulizawati, SST, M. Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang telah
memfasilitasi dan membimbing kami selama pendidikan profesi bidan.
3. Pembimbing Akademik Program Profesi Bidan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas yang telah memfasilitasi dan membimbing kami
selama menjalani pendidikan profesi bidan di RS Universitas Andalas.
4. Preseptor Lapangan RS Universitas Andalas yaitu Kak Maharani Permata
S., A.Md. Keb, CIMI yang telah memfasilitasi, membantu serta
membimbing kami dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

5. Dosen-dosen dan seluruf staf akademik Pendidikan Profesi Bidan Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat dan membimbing menyelesaikan laporan kasus ini.
6. Kepala dan staf RS Universitas Andalas yang telah membantu penulis
dalam memberikan data-data dan informasi yang diperlukan dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.

iii
Kami berharap semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih ada kekurangan dan
kelemahan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang kami miliki.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi pelayanan kesehatan, dunia pendidikan, instansi terkait dan
masyarakat luas. Akhir kata, segala saran dan masukan akan kami terima dengan
senang hati demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Padang, 24 Mei 2019

Penyusun

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.
Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherneyet al, 2007). Tujuan dari
pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu
dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses
persalinan (Koblinsky et al, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu
208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab tingginya angka kematian ibu dapat terjadi selama kehamilan,
persalinan, maupun nifas. Adapun permasalahan yang ditemukan terkait
komplikasi saat persalinan antara lain kelainan letak/presentasi janin, partus
macet/distosia, perdarahan pasca persalinan, infeksi berat/sepsis, placenta previa,
Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Infeksi merupakan komplikasi dari ketuban
pecah dini. Ketuban pecah dini yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Ketuban pecah dini pada ibu hamil primi jika pembukaan kurang dari
3 cm dan kurang dari 5 cm pada ibu hamil multipara (Prawirihardjo, 2010).
Insiden ketuban pecah dini berkisar antara 8-10 % pada kehamilan aterm
atau cukup bulan, sedangkan pada kehamilan preterm terjadi pada 1%
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi kelahiran dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada usia kehamilan 28-34 minggu 50% terjadi
persalinan dalam 24 jam dan pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu
pesalinan terjadi dalam 1 minggu (Prawirohardjo, 2010). Dengan timbulnya
berbagai permasalahan yang terjadi saat persalinan, pemerintah selalu berupaya

iii
menurunkan angka kematian ibu dengan melakukan perluasan pelayanan
kesehatan berkualitas melalui pelayanan obstetrik yang komprehensif seperti
penyediaan fasilitas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
(Kemenkes RI, 2013).
Tatalaksana ideal persalinan memerlukan dua sudut pandang yang
berbeda. Pertama, persalinan harus dikenali sebagai proses fisiologis normal yang
sebagian besar perempuan mengalaminya tanpa komplikasi. Kedua,
komplikasi intrapartum yang muncul secara cepat dan tiba-tiba harus
diantisipasi. Petugas kesehatan harus bisa membuat setiap perempuan
yang melahirkan dan keluarga merasa nyaman dan memastikan keselamatan ibu
serta neonatus jika sewaktu-waktu terjadi komplikasi (Cunningham et al,2006).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana asuhan persalinan normal pada pasien dengan KPD ?
1.3 Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan persalinan normal pada pasien dengan KPD
1.4 Tujuan Khusus
1.4.1 Untuk mengetahui asuhan persalinan normal
1.4.2 Untuk mengetahui KPD
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.3 Manfaat Ilmiah
Untuk memberikan tambahan referensi mengenai asuhan persalinan
normal dan KPD.
1.5.2 Manfaat Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
keterampilan penulis dalam melakukan asuhan persalinan normal dan
KPD.
1.5.3 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi, saran,
dan masukan bagi instansi kesehatan dalam melakukan asuhan dan
perawatan yang komprehensif terhadap bayi baru lahir.

iv
BAB 2
TINJAUN KEPUSTAKAAN
2.1 Persalinan Normal
2.1.1 Definisi Persalinan Normal
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 mgg), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala,
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni dan Margareth,
2013).
Persalinan normal memiliki beberapa keuntungan secara fisik
dan emosional pada wanita yaitu mengurangi intervensi pada proses
persalinan, mengurangi terjadinya proses persalinan yang panjang
mengurangi penggunaan analgetik dan anestesi, menurunkan SC,
menurunkan komplikasi pada bayi baru lahir, meningkatkan bonding
dan pemberian ASI eksklusif (Adams, 2016).

2.1.2 Sebab-Sebab Terjadinya Persalinan


Teori terjadinya persalinan ada beberapa : penurunan
kadarprogesteron, teori oxytosin, peregangan otot-otot uterus yang
berlebihan (destended uterus), pengaruh janin, teori prostaglandin
(Sukarni dan Margareth, 2013).

2.1.3 Mekanisme Persalinan


1. Engagement
Kepala masuk lewat PAP. Pada primi terjadi pada bulan terakhir
kehamilan dan multi terjadi pada permulaan persalinan.
Masuknya kepala ke PAP dengan fleksi ringan, sutura sagitalis
melintang. Posisi sutura sagitalis terdiri dari 2 synklitismus (sutura
sagitalis berada ditengah-tengah jalan lahir) sedangkan
asynklitismus (sutura sagitalis mendekati simfisis untuk posterior
dan sutura sagitalis mendekati promotorium untuk anterior)
(Sukarni dan Margareth, 2013).
2. Descent
Penurunan kepala janin tergantung dengan hubungan ukuran kepala
dan ukuran pelvis (Sukarni dan Margareth, 2013).
3. Fleksi
iii
Terjadi fleksi penuh atau sempurna sehingga sumbu panjang kepala
sejajar sumbu panggul. Fleksi kepala janin, dagu menempel ke
toraks, sehingga posisi siameter kepala berubah dari oksipito-
frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus
(belakang kepala) (Sukarni dan Margareth, 2013).
4. Putaran paksi dalam
Selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah
depan (ke bawah simpisis pubis) (Sukarni dan Margareth, 2013).
5. Extensi
Puncak kepala berada di simfisis dan kontraksi serta mengejan
medorong kepala ekspulsi dan melewati introitus vagina (Sukarni
dan Margareth, 2013).
6. Putaran paksi luar
Putaran kepala keposisi pada saat engangement (Sukarni dan
Margareth, 2013).
7. Expulsi
Bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklion kelahiran bahu
belakang, bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh baadan anak
(Sukarni dan Margareth, 2013).

2.1.4 Tahapan Persalinan


1. Kala 1 (Kala Pembukaan)
Kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10cm).
Kala 1 dibagi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten
(pembukaan 1-3 cm). Fase laten pada nulipara 20 jam dan multipara
14 jam (Cunningham, 2012). Fase aktif persalinan frekuensi dan
lama kontraksi uterus umumnya meningkat (adekuat ≥ 3 kali 10’
dan berlangsung ≥ 40”), serviks membuka dari 4 sampai 10 cm
dengan kecepatan 1 cm perjam atau lebih (Sukarni dan Margareth,
2013).
Fase aktif dibagi 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm; fase dilatasi maximal dalam 2 jam
dari pembukaan 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan
melambat dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9-10 cm (Sukarni
dan Margareth, 2013).
2. Kala 2 (Kala Pengeluaran)

iv
Kala 2 dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir.
Tanda gejala kala 2 yaitu ibu merasakan ingin meneran, tekanan
pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka (Sukarni dan
Margareth, 2013). Pada primi kala 2 berlangsung rata-rata 1 jam dan
pada multi rata-rata 30 menit (Nisa’, 2015). Menurut Cunningham,
2012 kala 2 pada nulipara sekitar 50 menit dan 20 menit untuk
multipara.
3. Kala 3 (Kala Uri)
Kala 3 merupakan pelepasan plasenta atau uri. Ditandai dengan :
uterus menjadi bundar, perdarahan sekonyong-konyong, tali pusat
memanjan dan fundus uteri naik (Sukarni dan Margareth, 2013).
Manajemen aktif kala 3 yaitu jepit dan gunting tali pusat sedini
mungkin, berikan oksitosin, lakukan PTT dan masase fundus
(Sukarni dan Margareth, 2013).
4. Kala 4
Jam pertama setelah plasenta lahir, tempat plasenta melekat dalam
rahim mulai mengerut dan menutup, dan perdarahan ibu melambat.
Rahim ibu menjadi keraas. Ibu dapat merasakan kontraksi kuat yang
berguna untuk mencegah perdarahan (Klein, dkk, 2012).

2.1.5 Tanda-Tanda Persalinan


1. Adanya kontraksi rahim
2. Keluarnya lendir bercampur darah
3. Keluarnya air-air (ketuban)
4. Pembukaan serviks

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


1. Power (His dan Mengejan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari
ligament.
Sifat otot-otot rahim yang berkerja secara baik dan sempurna
adalah kontraksi simetris, fundus dominan dan relaksasi.
Sedangkan untuk sifat his yaitu involutir, intermiten, terasa sakit,
terkoordinasi, serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis
(Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Pembagian his dan sifatnya :
iii
- His palsu atau pendahuluan bersifat his tidak kuat, tidak teratur
dan tidak terjadi dilatasi serviks.
- His pembukaan kala 1 bersifat teratur dan sakit untuk
pembukaan sampai 10.
- His pengeluaran atau his mengejan (kala II) bersifat sangat
kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama. His kira-kira 2-3
kali dalam 10 menit karena biasanya dalam hal ini kepala janin
sudah masuk di ruang panggul dan secara reflek toris
menimbulkan rasa mengendan (Nisa’, 2015).
- His pelepasan uri (kala III) kontraksi sedang.
- His pengiring (kala IV) sifat kontraksi lemah, masih sedikit
nyeri (meriang).
(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Kemajuan yang lama dalam persalinan akibat kurangnya his adalah


masalah umum yang sering terjadi. His yang kurang ini merupakan
indikasi untuk terjadinya persalinan secara SC. Di Iran, tahun 2015
jumlah SC 48% di rumah sakit universitas dan 90% di rumah sakit
swasta karena takut dengan nyeri saat persalinan. (Zagami, 2015).

2. Passage (Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri dari bagian keras tulang-tulang panggul (rangka
panggul) dan bagian lunak yang terdiri dari otot-otot, jaringan-
jaringan, ligament-ligament (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
3. Passanger (Janin)
Kondisi janin dimana terdapat kelainan pada janin berupa bentuk
dan besar janin kelainan letak janin dll (Walyani dan Purwoastuti,
2015).

2.1.7 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin


1. Dukungan fisik dan psikologis
Dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasien seperti suami,
keluarga, bidan dll (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
2. Kebutuhan makanan dan cairan
3. Kebutuhan eliminasi

iv
Vesika urinaria harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses
persalinan. Jika VU berisi akan mengganggu kontraksi dan
penurunan kepala (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
4. Pengurangan rasa nyeri
Menurut Penny Simpkin menjelaskan cara mengurangi rasa sakit
ialah : mengurangi sakit di sumbernya, memberikan rangsangan
alternatif yang kuat dan mengurangi reaksi mental yang negatif,
emosional, dan rekasi fisik ibu terhadap rasa sakit (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).

2.1.8 Asuhan Sayang Ibu


Tujuan asuhan kebidanan menurut IBI adalah untuk mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang maksimal
bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
meminimalkan intervensi sehingga prinsi keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
Asuhan sayang ibu selama persalinan yaitu : memberikan
dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan
cairan dan nutrisi, keleluasaan menggunakan kamar mandi secara
teratur dan pencegahan infeksi (JNPK-KR, 2012).
Dukungan emosional dan informasi untuk ibu bersalin sangat
berpengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik terhadap ibu yang
akan segera bersalin. Dukungan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan ibu, dimana setiap saat ibu hamil, bersalinan dan nifas
memiliki dukungan yang berbeda-beda sesuai dengan perubahan yang
ibu alami setiap fasenya (Iliadou, 2012).
Selama kehamilan dukungan yang diberikan berhubungan dengan
kesehatan emosional ibu, seperti saat kelas hamil diberikan dukungan
berupa hal-hal untuk penurunan komplikasi fisik ibu saat bersalin dan
meningkatkan kesehatan fisik dan mental saat nifas. Ibu yang
mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan selama persalinan dapat
menurunkan resiko komplikasi dan depresi postpartum. Diharapkan

iii
kepada tenaga kesehatan agar memberikan pelayanan dalam
memberikan konseling kepada calon ibu tentang pentingnya dukungan
sosial pada saat persalinan (Iliadou, 2012).
Asuhan yang dilakukan bidan terkait dengan pemantau saat
persalinan sesuai dengan kompetensi 4 menerapkan partograf dalam
pemantauan persalinan. Kuranngnya penggunaan partograf dapat
mengakibatkan beberapa efek dalam persalinan sehingga perlu
dilakukan pelatihan dan pendampingan terhadap tenaga kesehatan
(Widya, 2014).
2.1.9 Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal bertujuan untuk menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal)
(JNPK-KR, 2012).

Asuhan persalinan normal :

Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfinger ani membuka
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan
bayi baru lahir. Untuk resusitasi  tempat datar, rata, bersih, kering
dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta
ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik

iv
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%  langkah #
9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 –
160x/ menit).
 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf

iii
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida).
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

iv
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


Lahirnya Kepala

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka


vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan
dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong di antara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang Lahirnya Badan
dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata
kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas):
iii
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa
kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK,” lanjut ke langkah
resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir (melihat penuntun
berikutnya) Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26
26. Keringkan tubuh bayi Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah
distal(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu Selimuti
ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.

iv
.Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta
ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting
susu. Mengeluarkan plasenta.
36. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat: 1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan,segera lakukan plasenta manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung
tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
iii
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang
diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase

Menilai Perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila
ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5 % dan membilasnya dengan air DTT kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering Evaluasi
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih
kosong
44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali / menit). Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau
retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit. Jika bayi
napas terlalu cepat, segera dirujuk. Jika kaki teraba dingin, pastikan

iv
ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit-ke-kulit dengan ibunya dan
selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.

Kebersihan dan Keamanan


48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
50. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya
52. Dekontaminasi tempat bersalin dan apron yang dipakai dengan
larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
lepaskan dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering
55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi
baru lahir.
56. Dalam waktu satu jam, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan
vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral. Setelah
itu lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pantau setiap 15
menit untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 ºC)
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu- waktu bisa disusukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan
klorin 0,5 %

iii
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.

Dokumentasi
60. Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala 4
(JNPK-KR, 2012)

2.2 Ketuban Pecah Dini


2.2.1 Definisi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat
terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu disebut premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37
minggu disebut preterm premature rupture of membrans
(PPROM). (POGI, 2016)

2.2.2 Diagnosis Ketuban Pecah Dini


Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis dan
visualisasi adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik.
Anamnesis waktu dan jumlah dari cairan yang keluar, usia gestasi
dan taksiran persalinan, riwayat KPD dan faktor resikonya.
Ultrasonografi (USG)
Menilai indeks cairan amnion. Pengurangan cairan amnion tanpa
adanya abnormalitas ginjal dan janin dan tidak adanya
pertumbuhan janin terhambat (PJT).
(POGI, 2016)
2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko KPD
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana
kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada
kehamilan ganda dan hidroamnion karena adanya
peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri
internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.

iv
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,
kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan
infeksi.
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya
pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin.
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam Rahim
6. Infeksi

Faktor resiko KPD diantaranya perokok, riwayat IMS,


riwayat persalinan premature, riwayat ketuban pecah dini pada
kehamilan sebelumnya, perdarahan pervaginam, atau distensi
uterus (pasien kehamilan multipel dan polihidramnion), penurunan
jumlah kolagen dari membran amnion juga diduga merupakan
faktor predisposisi KPD preterm (POGI, 2016).

2.2.4 Penatalaksaan Ketuban Pecah Dini


KPD usia kehamilan <24 minggu
Mempertahankan kehamilan lebih baik untuk menghindari
morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia dan takipnea.
KPD usia kehamilan 34-38 minggu
Mempertahankan kehamilan meningkatkan resiko korioamnionitis
dan sepsis. Mempertahankan lebih buruk dibanding melakukan
persalinan (POGI, 2016). Lakukan induksi persalinan denan
oksitosin bila tidak ada kontraindikasi (Kemenkes, 2013).

2.2.5 Komplikasi Ketuban Pecah Dini


Komplikasi Ibu
Biasanya yang terjadi infeksi intrauterin berupa endomyometris,
maupun korioamnionitis yang berujung sepsis.
Komplikasi Janin
Komplikasi tersering adalah persalinan lebih awal.
(POGI, 2016)

iii
BAB 3
STUDI KASUS
3.1 PENGKAJIAN DATA

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “W” USIA 27 TAHUN G3P2A0H1


INPARTU KALA II DENGAN KPD DI RUANG PONEK RS
UNIVERSITAS ANDALAS TANGGAL 24 MEI 2019

No. MR : 0-00-53-36

Tanggal Masuk/Pukul : 24-05-2019/ 16.40 WIB

iv
I. DATA SUBYEKTIF
1.2 IDENTITAS

Nama Ibu : Ny. W Nama Suami : Tn. A

Umur : 27 tahun Umur : 26 tahun


Suku/Bangs : Minang / Indonesia Suku/Bangsa : Islam
Agama
a : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Sopir
Alamat : RT 02 RW 01,
Jawa Gadut, Limau
Manis
1.2 ANAMNESA
1. Alasan Ibu Berkunjung : ibu mengatakan nyeri pinggang menjalar
ke ari-ari, keluar lendir bercampur darah, dan keluar air-air dari
kemaluan sejak jam 09.30 wib yang telah membasahi 4 kain sarung
2. Riwayat Menstruasi
2.1 Menarche : usia 15 tahun
2.2 Siklus : 28-30 hari
2.3 Banyaknya : 2-3 ganti pembalut
2.4 Lamanya : 4-5 hari
2.5 Sifat darah : encer dan ada gumpalan
2.6 Teratur/tidak : teratur
2.7 Dismenorhoe : tidak ada
2.8 Fluor albus : ada
2.9 HPHT : 22-08-2018
2.10 HPL : 29-05-2019
3. Riwayat obstetri yang lalu
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas K

iii
Sua U Pe- Peno Jenis Tempat Pe- BB J Hidup Mati Lama Perdara B
mi K nyul - nyul / K /umur meny -han
ke it long it PB usui
1 1 37- Tidak Bidan Sponta BPM Tidak 2800 Lk 6 tahun - 2 tahun Normal -
38 ada n ada gr/ 48
mg cm

2 1 32- Plasent Dokter Sponta RS Perdar 1500 Pr - Usia 4 - Normal -


33 a letak n ahan, gr/ 40 jam
mg rendah let-su cm

4. Riwayat kehamilan sekarang


4.1 Keluhan : sering nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
4.2 Pergerakan anak pertama kali (quickening) pada usia
kehamilan 20 minggu
4.3 Apakah Ibu masih merasakan gerakan janinnya? Masih
4.4 Penyuluhan yang sudah di dapat yaitu kebutuhan selama
kehamilan, tanda-tanda dan persiapan persalinan
4.5 Imunisasi : TT3 tahun 2012
4 Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :
Jantung : Tidak ada TBC : Tidak ada
DM : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada
Asma : Tidak ada Hipertensi : Tidak ada

5 Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga :


Jantung : Tidak ada TBC : Tidak ada
DM : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada
Asma : Tidak ada Hipertensi : Tidak ada
Gemelli : Tidak ada

6 Pola Aktivitas sehari-hari


6.2 Pola Nutrisi

iv
Saat hamil : Makan 3-4x perhari (nasi, lauk,
sayur), minum 6-8 gelas perhari
(air putih, teh)

Makan dan Minum terakhir : Siang

6.3 Pola Istirahat dan tidur


Saat hamil : siang hari ± 1 jam dan malam hari
± 6-7 jam

Istirahat dan tidur terakhir :


malam

6.4 Pola Eliminasi


Saat hamil

BAK : frekuensi 5-6 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan

BAB : frekuensi 1x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi


lembek, tidak ada keluhan

Eliminasi terakhir : BAB pagi, BAK 1 jam yang lalu

6.5 Pola Kebiasaan


Merokok : Tidak ada Minum alcohol : Tidak ada
Obat-obatan : Tidak ada Konsumsi Jamu : Tidak ada

7 Riwayat Sosial Budaya


7.1 Perkawinan : tahun 2012, lamanya 7 tahun
7.2 Kehamilan ini : direncanakan, dan diterima
7.3 Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
8 Status Spiritual : pelaksanaan ibadah iya

II. DATA OBJEKTIF


2.1 PEMERIKSAAN UMUM

iii
1 . Keadaan umum : Sedang
2 . Kesadaran : Composmentis
3 . Tanda-tanda vital
TD: 130/90 mmHg Suhu : 36,3 0C

Nadi: 82 x/i RR : 22 x/i

2.2 PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

BB sebelum hamil: 69 kg BB sekarang : 78 kg

TB : 157 cm LILA : 29 cm

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak ada kelainan

Wajah : Tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum

Mata : Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada kelainan

Mulut : Tidak pucat, tidak ada karies

Dada : Gerakan dada sesuai dengan usaha nafas

Abdomen : Ada linea nigra, ada striae


gravidarum, tidak ada luka bekas
operasi

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada varises, gerakan


aktif

Genitalia : Ada pengeluaran lendir bercampur darah dan air ketuban

Anus : Tidak ada hemoroid

Punggung : Tidak ada kelainan

iv
2. Palpasi
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, pembuluh limfe,
maupun vena jugularis

Dada : Payudara teraba padat, tidak ada massa

Abdomen

Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, bagian fundus


teraba lunak, bulat, tidak melenting,
kemungkinan bokong janin

Leopold II : Bagian kanan teraba keras, panjang,


memapan, seperti ada tahanan,
kemungkinan punggung janin. Bagian
kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil,
kemungkinan ekstremitas janin

Leopold III : Bagian terbawah teraba bulat, keras,


melenting, sudah tidak bisa digoyang,
kemungkinan kepala janin

Leopold IV : Divergen

Kontraksi : 4-5 x/ 10’, 45-50”, kuat

M. Donald

: 34 cm

Penurunan

: 1/5

TBJ : 3.565 gr

Genitalia : tidak ada pembengkakan kelenjar bartolini ataupun kelenjar


skene, perineum menonjol, vulva membuka
iii
3. Auskultasi
DJJ : frekuensi : 150-158 x/i

Irama : teratur

Intensitas : kuat

Puntum Maximum : kuadran kanan bawah perut ibu

4. Perkusi : Refleks patella kiri : positif


Reflek patella kanan : positif

2.4 PEMERIKSAAN KHUSUS


1. Pemeriksaan Laboratorium Darah
Kadar Haemoglobin : 10,1 g/dL
Leukosit : 15.600/mm3
Golongan darah :A

2. Pemeriksaan Laboratorium Urine


Urine reduksi : negatif

Albumin : negatif

3. Pemeriksaan panggul luar : Tidak dilakukan

2.5 PEMERIKSAAN DALAM


Tanggal : 24 Mei 2019 jam : 16.40 WIB

Pembukaan : 10 cm (lengkap)

Penipisan (effacement): 90%

Ketuban : sudah pecah jam 09.30 WIB


Warna air ketuban : Keruh

Apakah ada bagian janin yang menumbung : Tidak ada

Presentasi : Kepala

Denominator UUK : Kanan depan

iv
Moulase : Derajat 3

Bagian terendah di Hodge : III-IV

III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
G3P2A0H1, usia kehamilan 39-40 minggu, intra uterin, hidup,
tunggal, letak kepala, kesan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin
baik, inpartu kala II dengan KPD

3.2 Masalah : Tidak ada


3.3 Diagnosa potensial : Fetal distress
3.4 Masalah potensial : Infeksi pada ibu maupun bayi

IV. PLANNING
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan
dan kondisi ibu saat ini
2. Kolaborasikan hasil pemeriksaan dengan dokter obgyn
3. Minta informed consent kepada ibu dan keluarga untuk melakukan
pertolongan persalinan normal
4. Penuhi kebutuhan ibu dan pasang infus RL
5. Anjurkan suami atau keluarga pasien untuk mendampingi ibu selama
persalinan
6. Persiapkan alat dan bahan untuk pertolongan persalinan normal
7. Atur posisi ibu untuk meneran
8. Pimpin ibu meneran pada saat kontraksi
9. Lakukan asuhan persalinan normal
10. Lakukan pendokumentasian

BAB 4

ANALISIS KASUS

iii
Pasien G3P2A0H2 usia kehamilan 39-40 minggu datang pukul 16.30 dengan
keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari dan keluar darah mengalir dari
kemaluan sudah menghabiskan 4 kain sarung, sejak pukul 09.30 WIB. Dilakukan
pemeriksaan Tanda-tanda vital dan kemajuan persalinan dalam batas normal. Pada
persalinan normal ketuban pecah pada saat pembukaan hampir lengkap atau sudah
lengkap. Ketuban pecah bisa secara spontan atau dipecahkan (amniotomi).
Namun, pada kasus ini ketuban sudah pecah sejak 7 jam yang lalu, dimana
berdasarkan teori hal ini merupakan kasus ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai
terjadi pada pembukaan < 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan atau kurang bulan (Wiknjosastro, 2011).
Menurut POGI, 2016 dan Mochtar, 2008, interval waktu pecahnya ketuban
sampai bayi lahir tidak boleh lebih dari 6 jam karena dapat meningkatkan resiko
komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi pada ibu seperti infeksi intrauterin
berupa endometriosis, maupun korioamnionitis yang berujung sepsis, dan juga
dapat dijumpai juga infeksi puerpuralis (nifas). Pada bayi juga dapat terjadi
infeksi, fetal distress, sepsis, dan lain-lain.
Berdasarkan pemantauan persalinan, kemajuan persalinan ibu dalam batas
normal. His ibu 5x dalam 10 menit selama 55 detik, pembukaan lengkap,
penipisan 90% , sehingga dapat dikatakan ibu sudah masuk kala 2 persalinan dan
disiapkan untuk pimpinan meneran. Kondisi ini sesuai dengan teori his yang
semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, ibu merasa ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya
tekanan pada rektum dan atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva-vagina
dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
Pembukaan serviks telah lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada introitus
vagina (Oxorn & William, 2012).
Setelah dipimpin meneran, ibu sudah dapat meneran dengan baik sesuai
dengan instruksi bidan. Sehingga bayi lahir dalam waktu lebih kurang 25 menit
hal ini sesuai dengan teori pada ibu multipara kala 2 normal berlangsung
maksimal 1 jam. Pada ibu tidak ditemukan laserasi jalan lahir dimana proses
meneran yang benar dapat mencegah oedema pada serviks dan laserasi jalan lahir.

iv
Pada kala 3 dilakukan manajemen aktif kala 3, dan plasenta lahir dalam waktu
15 menit. Hal ini sejalan dengan teori bahwa waktu normal pelepasan plasenta
atau kala 3 maksimal 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2008)..

Pada kala 4 persalinan, dilakukan pemantau yaitu dengan melakukan evaluasi


keadaan ibu Seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, TFU, kandung kemih,
perdarahan dan kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30
menit pada 1 jam kedua. Selain itu pemantauan suhu juga dilakukan yaitu tiap 1
jam pada jam pertama dan tiap 1 jam pada jam ke dua. Pemantauan ini dilakukan
untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. yaitu dengan melakukan
evaluasi keadaan Ny.N Seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, TFU, kandung
kemih, perdarahan dan kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Selain itu pemantauan suhu juga dilakukan
yaitu tiap 1 jam pada jam pertama dan tiap 1 jam pada jam ke dua. Sebagian besar
kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan
terjadi selama empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini
sangatlah penting untuk memantau ibu secara ketat segera setelah persalinan
(JNPK-KR, 2008).
Pemenuhan kebutuhan nutrisi juga penting bagi ibu pasca persalinan agar
energi ibu kembali terisi kerena ibu sudah menghabiskan energy saat persalinan
dan agar ibu tidak Kekurangan engergi dan letih. Beberapa zat gizi, baik zat gizi
makro maupun mikro berperan penting dalam pemulihan luka. Penurunan
cadangan protein dalam tubuh pada kasus gizi kurang atau buruk menyebabkan
penurunan fungsi sel T, penurunan aktivitas fagositik dan penurunan level
antibodi sehingga memicu terjadinya infeksi. Kekurangan protein juga dapat
menyebabkan kegagalan sintesis kolagen dan penurunan kekuatan kulit.
Karbohidrat dan lemak juga dibutuhkan dalam sintesis kolagen. Defisiensi asam
lemak bebas dapat menyebabkan gagalnya pemulihan luka karena fosfolipid
merupakan bahan dasar pembentukan membran sedangkan prostaglandin yang
disintesis oleh asam lemak bebas berperan dalam metabolime sel dan inflamasi
(Rahmawati, 2015).

iii
Ibu juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup dan untuk mengurangi
kelelahan, ibu bisa tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. Dan setelah itu
berikan lagi bayi kepada ibu untuk menyusui lebih lanjut yang bertujuan untuk
mendekatkan hubungan ibu dan bayi dan membangun bounding attachment antara
ibu dan bayinya, menstabilkan suhu tubuh bayi karena skin to skin contak dengan
tubuh ibu, membuat refleks oksitosin ibu akan berfungsi secara maksimal dan
dapat mempercepat produksi ASI pada tubuh ibu (Sulistyawati, 2013, JNPK-KR,
2013).

BAB 5
PENUTUP

iv
5.1 Kesimpulan
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.
Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Tujuan dari pengelolaan proses
persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga
dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan
bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan. Bidan sangat berperan dalam
persalinan dan kelahiran normal. Fokus pelayanan bidan adalah memberi
informasi, pendidikan dan dukungan kepada ibu bersalin.
5.2 Saran
Dari kasus yang telah dilakukan pengkajian, tenaga medis sudah harus
mengetahui asuhan persalinan normal pada ibu bersalin dan terus meningkatkan
pengetahuan serta keterampilan dengan perkembangan zaman yang semakin maju
serta meningkatkan mutu asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien
langsung dalam asuhan kebidanan komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

iii
Adams D Ellise, M.A. Stark and L.K.Low 2016. A Nurse’s Guide to supporting
Physilogic Birth. Journal of Nursing for Women’s Health Vol 20 (1)
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Gilstrap, L., &
Wenstrom, K. D. (2006). Williams Obstetrics. 23rd ed. USA : McGraw-Hill
Company.
Decherney, A.H., Nathan L., Goodwin T.M., Laufer,N.(2007). “Current
Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology”. United States of
America : McGraw-Hill.
Iliadou 2012. Supporting women in labour. Health Science Journal Vol 6 (3)
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.
DepartemenKesehatan RI. Jakarta
JNPK-KR. 2012. Buku Acuan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal yang
dikeluarkan oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR), bekerja sama dengan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
JNPK-KR. 2013. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
Kementerian Kesehatan Indonesia. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Kemenkes. Jakarta
Kemenkes RI. (2013). “Angka Kematian Ibu Melahirkan”.
(https://www.kemenkes+RI+2013+
%28Data+kematian+ibu+saat+persalinan%29.pdf
Klein, S. S.Miller, F. Thomson. 2012. Buku Bidan Asuhan pada Kehamilan,
Kelahiran dan Kesehatan Wanita. EGC. Jakarta
Koblinsky, M., Matthews, Z., Hussein, J., Mavalankar, D., Mridha, M. K.,
Anwar,I., et all. (2006). “Maternal Survival 3: Going to Scale with
Professional Skilled Care”. International Journal of Public Health and
Preventive Medicine. Bangladesh : Centre for Health and Population
Research
Mochtar, Rustam. (2002) .Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid
2. Jakarta: EGC
Oxorn Harry, William R Forte. 2012. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto
Maternal. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Ketuban
Pecah Dini. POGI .
Persalinan. Yayasan Essential Medica. Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta

iv
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Rahmawati, erna. Nining T. 2015. Hubungan Pemenuhan Gizi Ibu Nifas Dengan
Pemulihan Luka. Jurnal Wiyata. P-ISSN 2355-6498.
file:///C:/Users/acer/Downloads/30-59-1-SM.pdf Diakses tanggal 5 mei
2019. Pukul 20.00 wib
Sukarni, I dan Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas dilengkapi
dengan patologi. Nuha Medika. Yogyakarta
Sulistyawati, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba
Medika University Press, 2013.
Walyani, E., S dan Purwoastuti. 2015. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
PUSTAKABARUPRESS. Yogyakarta.
Widya, 2014. Hubungan pengetahuan, Motivasi dan Status Kepegawaian Bidan
dengan Bidan dengan Penerapan Partograf di kabupaten Sragen. Jurnal
Delima Harapan, Vol 2 (1)
Wiknjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
Zagami et al, 2015. The shape of Uterine Contraction and labor progress in the
spontaeous Active labor. Iran Journal Medical Science Vol 40 (2)

iii

Anda mungkin juga menyukai