OLEH:
KELOMPOK 3:
Novela Delfita 1840322030
Septia Nadiatul Ahyar 1840322020
Febria Ramadona 1840322012
Elvia Ernanda 1840322034
Nurul Fitri 1840322043
OLEH:
KELOMPOK 3:
Menyetujui
Pembimbing Lapangan
iv
KATA PENGANTAR
1. Bapak Dr. dr. Wirsma Arif H, Sp. B(K)- Onk selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas beserta seluruh wakil dekan, staf
pengajar, dan karyawan yang telah membantu dalam proses pendidikan
profesi bidan.
2. Ibu Bd. Yulizawati, SST, M. Keb selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang telah
memfasilitasi dan membimbing kami selama pendidikan profesi bidan.
3. Pembimbing Akademik Program Profesi Bidan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas yang telah memfasilitasi dan membimbing kami
selama menjalani pendidikan profesi bidan di RS Universitas Andalas.
4. Preseptor Lapangan RS Universitas Andalas yaitu Kak Maharani Permata
S., A.Md. Keb, CIMI yang telah memfasilitasi, membantu serta
membimbing kami dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
iii
Kami berharap semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih ada kekurangan dan
kelemahan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang kami miliki.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi pelayanan kesehatan, dunia pendidikan, instansi terkait dan
masyarakat luas. Akhir kata, segala saran dan masukan akan kami terima dengan
senang hati demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Penyusun
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.
Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherneyet al, 2007). Tujuan dari
pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu
dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses
persalinan (Koblinsky et al, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu
208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab tingginya angka kematian ibu dapat terjadi selama kehamilan,
persalinan, maupun nifas. Adapun permasalahan yang ditemukan terkait
komplikasi saat persalinan antara lain kelainan letak/presentasi janin, partus
macet/distosia, perdarahan pasca persalinan, infeksi berat/sepsis, placenta previa,
Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Infeksi merupakan komplikasi dari ketuban
pecah dini. Ketuban pecah dini yaitu pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Ketuban pecah dini pada ibu hamil primi jika pembukaan kurang dari
3 cm dan kurang dari 5 cm pada ibu hamil multipara (Prawirihardjo, 2010).
Insiden ketuban pecah dini berkisar antara 8-10 % pada kehamilan aterm
atau cukup bulan, sedangkan pada kehamilan preterm terjadi pada 1%
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi kelahiran dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada usia kehamilan 28-34 minggu 50% terjadi
persalinan dalam 24 jam dan pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu
pesalinan terjadi dalam 1 minggu (Prawirohardjo, 2010). Dengan timbulnya
berbagai permasalahan yang terjadi saat persalinan, pemerintah selalu berupaya
iii
menurunkan angka kematian ibu dengan melakukan perluasan pelayanan
kesehatan berkualitas melalui pelayanan obstetrik yang komprehensif seperti
penyediaan fasilitas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
(Kemenkes RI, 2013).
Tatalaksana ideal persalinan memerlukan dua sudut pandang yang
berbeda. Pertama, persalinan harus dikenali sebagai proses fisiologis normal yang
sebagian besar perempuan mengalaminya tanpa komplikasi. Kedua,
komplikasi intrapartum yang muncul secara cepat dan tiba-tiba harus
diantisipasi. Petugas kesehatan harus bisa membuat setiap perempuan
yang melahirkan dan keluarga merasa nyaman dan memastikan keselamatan ibu
serta neonatus jika sewaktu-waktu terjadi komplikasi (Cunningham et al,2006).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana asuhan persalinan normal pada pasien dengan KPD ?
1.3 Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan persalinan normal pada pasien dengan KPD
1.4 Tujuan Khusus
1.4.1 Untuk mengetahui asuhan persalinan normal
1.4.2 Untuk mengetahui KPD
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.3 Manfaat Ilmiah
Untuk memberikan tambahan referensi mengenai asuhan persalinan
normal dan KPD.
1.5.2 Manfaat Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
keterampilan penulis dalam melakukan asuhan persalinan normal dan
KPD.
1.5.3 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi, saran,
dan masukan bagi instansi kesehatan dalam melakukan asuhan dan
perawatan yang komprehensif terhadap bayi baru lahir.
iv
BAB 2
TINJAUN KEPUSTAKAAN
2.1 Persalinan Normal
2.1.1 Definisi Persalinan Normal
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 mgg), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala,
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni dan Margareth,
2013).
Persalinan normal memiliki beberapa keuntungan secara fisik
dan emosional pada wanita yaitu mengurangi intervensi pada proses
persalinan, mengurangi terjadinya proses persalinan yang panjang
mengurangi penggunaan analgetik dan anestesi, menurunkan SC,
menurunkan komplikasi pada bayi baru lahir, meningkatkan bonding
dan pemberian ASI eksklusif (Adams, 2016).
iv
Kala 2 dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir.
Tanda gejala kala 2 yaitu ibu merasakan ingin meneran, tekanan
pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka (Sukarni dan
Margareth, 2013). Pada primi kala 2 berlangsung rata-rata 1 jam dan
pada multi rata-rata 30 menit (Nisa’, 2015). Menurut Cunningham,
2012 kala 2 pada nulipara sekitar 50 menit dan 20 menit untuk
multipara.
3. Kala 3 (Kala Uri)
Kala 3 merupakan pelepasan plasenta atau uri. Ditandai dengan :
uterus menjadi bundar, perdarahan sekonyong-konyong, tali pusat
memanjan dan fundus uteri naik (Sukarni dan Margareth, 2013).
Manajemen aktif kala 3 yaitu jepit dan gunting tali pusat sedini
mungkin, berikan oksitosin, lakukan PTT dan masase fundus
(Sukarni dan Margareth, 2013).
4. Kala 4
Jam pertama setelah plasenta lahir, tempat plasenta melekat dalam
rahim mulai mengerut dan menutup, dan perdarahan ibu melambat.
Rahim ibu menjadi keraas. Ibu dapat merasakan kontraksi kuat yang
berguna untuk mencegah perdarahan (Klein, dkk, 2012).
iv
Vesika urinaria harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses
persalinan. Jika VU berisi akan mengganggu kontraksi dan
penurunan kepala (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
4. Pengurangan rasa nyeri
Menurut Penny Simpkin menjelaskan cara mengurangi rasa sakit
ialah : mengurangi sakit di sumbernya, memberikan rangsangan
alternatif yang kuat dan mengurangi reaksi mental yang negatif,
emosional, dan rekasi fisik ibu terhadap rasa sakit (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
iii
kepada tenaga kesehatan agar memberikan pelayanan dalam
memberikan konseling kepada calon ibu tentang pentingnya dukungan
sosial pada saat persalinan (Iliadou, 2012).
Asuhan yang dilakukan bidan terkait dengan pemantau saat
persalinan sesuai dengan kompetensi 4 menerapkan partograf dalam
pemantauan persalinan. Kuranngnya penggunaan partograf dapat
mengakibatkan beberapa efek dalam persalinan sehingga perlu
dilakukan pelatihan dan pendampingan terhadap tenaga kesehatan
(Widya, 2014).
2.1.9 Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal bertujuan untuk menjaga kelangsungan
hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal)
(JNPK-KR, 2012).
iv
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% langkah #
9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung
tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 –
160x/ menit).
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
iii
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada
dorongan kuat untuk meneran:
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida).
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
iv
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
iv
.Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta
ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting
susu. Mengeluarkan plasenta.
36. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat: 1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan,segera lakukan plasenta manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung
tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
iii
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Menilai Perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila
ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5 % dan membilasnya dengan air DTT kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering Evaluasi
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih
kosong
44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali / menit). Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau
retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit. Jika bayi
napas terlalu cepat, segera dirujuk. Jika kaki teraba dingin, pastikan
iv
ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit-ke-kulit dengan ibunya dan
selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
iii
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih
dan kering.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala 4
(JNPK-KR, 2012)
iv
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,
kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan
infeksi.
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya
pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin.
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam Rahim
6. Infeksi
iii
BAB 3
STUDI KASUS
3.1 PENGKAJIAN DATA
No. MR : 0-00-53-36
iv
I. DATA SUBYEKTIF
1.2 IDENTITAS
iii
Sua U Pe- Peno Jenis Tempat Pe- BB J Hidup Mati Lama Perdara B
mi K nyul - nyul / K /umur meny -han
ke it long it PB usui
1 1 37- Tidak Bidan Sponta BPM Tidak 2800 Lk 6 tahun - 2 tahun Normal -
38 ada n ada gr/ 48
mg cm
iv
Saat hamil : Makan 3-4x perhari (nasi, lauk,
sayur), minum 6-8 gelas perhari
(air putih, teh)
BAK : frekuensi 5-6 x/hari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan
iii
1 . Keadaan umum : Sedang
2 . Kesadaran : Composmentis
3 . Tanda-tanda vital
TD: 130/90 mmHg Suhu : 36,3 0C
TB : 157 cm LILA : 29 cm
1. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak ada kelainan
iv
2. Palpasi
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, pembuluh limfe,
maupun vena jugularis
Abdomen
Leopold IV : Divergen
M. Donald
: 34 cm
Penurunan
: 1/5
TBJ : 3.565 gr
Irama : teratur
Intensitas : kuat
Albumin : negatif
Pembukaan : 10 cm (lengkap)
Presentasi : Kepala
iv
Moulase : Derajat 3
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
G3P2A0H1, usia kehamilan 39-40 minggu, intra uterin, hidup,
tunggal, letak kepala, kesan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin
baik, inpartu kala II dengan KPD
IV. PLANNING
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan
dan kondisi ibu saat ini
2. Kolaborasikan hasil pemeriksaan dengan dokter obgyn
3. Minta informed consent kepada ibu dan keluarga untuk melakukan
pertolongan persalinan normal
4. Penuhi kebutuhan ibu dan pasang infus RL
5. Anjurkan suami atau keluarga pasien untuk mendampingi ibu selama
persalinan
6. Persiapkan alat dan bahan untuk pertolongan persalinan normal
7. Atur posisi ibu untuk meneran
8. Pimpin ibu meneran pada saat kontraksi
9. Lakukan asuhan persalinan normal
10. Lakukan pendokumentasian
BAB 4
ANALISIS KASUS
iii
Pasien G3P2A0H2 usia kehamilan 39-40 minggu datang pukul 16.30 dengan
keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari dan keluar darah mengalir dari
kemaluan sudah menghabiskan 4 kain sarung, sejak pukul 09.30 WIB. Dilakukan
pemeriksaan Tanda-tanda vital dan kemajuan persalinan dalam batas normal. Pada
persalinan normal ketuban pecah pada saat pembukaan hampir lengkap atau sudah
lengkap. Ketuban pecah bisa secara spontan atau dipecahkan (amniotomi).
Namun, pada kasus ini ketuban sudah pecah sejak 7 jam yang lalu, dimana
berdasarkan teori hal ini merupakan kasus ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai
terjadi pada pembukaan < 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan atau kurang bulan (Wiknjosastro, 2011).
Menurut POGI, 2016 dan Mochtar, 2008, interval waktu pecahnya ketuban
sampai bayi lahir tidak boleh lebih dari 6 jam karena dapat meningkatkan resiko
komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi pada ibu seperti infeksi intrauterin
berupa endometriosis, maupun korioamnionitis yang berujung sepsis, dan juga
dapat dijumpai juga infeksi puerpuralis (nifas). Pada bayi juga dapat terjadi
infeksi, fetal distress, sepsis, dan lain-lain.
Berdasarkan pemantauan persalinan, kemajuan persalinan ibu dalam batas
normal. His ibu 5x dalam 10 menit selama 55 detik, pembukaan lengkap,
penipisan 90% , sehingga dapat dikatakan ibu sudah masuk kala 2 persalinan dan
disiapkan untuk pimpinan meneran. Kondisi ini sesuai dengan teori his yang
semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, ibu merasa ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya
tekanan pada rektum dan atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva-vagina
dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan :
Pembukaan serviks telah lengkap dan terlihat bagian kepala bayi pada introitus
vagina (Oxorn & William, 2012).
Setelah dipimpin meneran, ibu sudah dapat meneran dengan baik sesuai
dengan instruksi bidan. Sehingga bayi lahir dalam waktu lebih kurang 25 menit
hal ini sesuai dengan teori pada ibu multipara kala 2 normal berlangsung
maksimal 1 jam. Pada ibu tidak ditemukan laserasi jalan lahir dimana proses
meneran yang benar dapat mencegah oedema pada serviks dan laserasi jalan lahir.
iv
Pada kala 3 dilakukan manajemen aktif kala 3, dan plasenta lahir dalam waktu
15 menit. Hal ini sejalan dengan teori bahwa waktu normal pelepasan plasenta
atau kala 3 maksimal 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2008)..
iii
Ibu juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup dan untuk mengurangi
kelelahan, ibu bisa tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. Dan setelah itu
berikan lagi bayi kepada ibu untuk menyusui lebih lanjut yang bertujuan untuk
mendekatkan hubungan ibu dan bayi dan membangun bounding attachment antara
ibu dan bayinya, menstabilkan suhu tubuh bayi karena skin to skin contak dengan
tubuh ibu, membuat refleks oksitosin ibu akan berfungsi secara maksimal dan
dapat mempercepat produksi ASI pada tubuh ibu (Sulistyawati, 2013, JNPK-KR,
2013).
BAB 5
PENUTUP
iv
5.1 Kesimpulan
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.
Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Tujuan dari pengelolaan proses
persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga
dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan
bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan. Bidan sangat berperan dalam
persalinan dan kelahiran normal. Fokus pelayanan bidan adalah memberi
informasi, pendidikan dan dukungan kepada ibu bersalin.
5.2 Saran
Dari kasus yang telah dilakukan pengkajian, tenaga medis sudah harus
mengetahui asuhan persalinan normal pada ibu bersalin dan terus meningkatkan
pengetahuan serta keterampilan dengan perkembangan zaman yang semakin maju
serta meningkatkan mutu asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien
langsung dalam asuhan kebidanan komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
iii
Adams D Ellise, M.A. Stark and L.K.Low 2016. A Nurse’s Guide to supporting
Physilogic Birth. Journal of Nursing for Women’s Health Vol 20 (1)
Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Gilstrap, L., &
Wenstrom, K. D. (2006). Williams Obstetrics. 23rd ed. USA : McGraw-Hill
Company.
Decherney, A.H., Nathan L., Goodwin T.M., Laufer,N.(2007). “Current
Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology”. United States of
America : McGraw-Hill.
Iliadou 2012. Supporting women in labour. Health Science Journal Vol 6 (3)
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.
DepartemenKesehatan RI. Jakarta
JNPK-KR. 2012. Buku Acuan Pelatihan Asuhan Persalinan Normal yang
dikeluarkan oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR), bekerja sama dengan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
JNPK-KR. 2013. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
Kementerian Kesehatan Indonesia. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Kemenkes. Jakarta
Kemenkes RI. (2013). “Angka Kematian Ibu Melahirkan”.
(https://www.kemenkes+RI+2013+
%28Data+kematian+ibu+saat+persalinan%29.pdf
Klein, S. S.Miller, F. Thomson. 2012. Buku Bidan Asuhan pada Kehamilan,
Kelahiran dan Kesehatan Wanita. EGC. Jakarta
Koblinsky, M., Matthews, Z., Hussein, J., Mavalankar, D., Mridha, M. K.,
Anwar,I., et all. (2006). “Maternal Survival 3: Going to Scale with
Professional Skilled Care”. International Journal of Public Health and
Preventive Medicine. Bangladesh : Centre for Health and Population
Research
Mochtar, Rustam. (2002) .Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid
2. Jakarta: EGC
Oxorn Harry, William R Forte. 2012. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto
Maternal. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Ketuban
Pecah Dini. POGI .
Persalinan. Yayasan Essential Medica. Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
iv
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Rahmawati, erna. Nining T. 2015. Hubungan Pemenuhan Gizi Ibu Nifas Dengan
Pemulihan Luka. Jurnal Wiyata. P-ISSN 2355-6498.
file:///C:/Users/acer/Downloads/30-59-1-SM.pdf Diakses tanggal 5 mei
2019. Pukul 20.00 wib
Sukarni, I dan Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas dilengkapi
dengan patologi. Nuha Medika. Yogyakarta
Sulistyawati, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba
Medika University Press, 2013.
Walyani, E., S dan Purwoastuti. 2015. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
PUSTAKABARUPRESS. Yogyakarta.
Widya, 2014. Hubungan pengetahuan, Motivasi dan Status Kepegawaian Bidan
dengan Bidan dengan Penerapan Partograf di kabupaten Sragen. Jurnal
Delima Harapan, Vol 2 (1)
Wiknjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka
Zagami et al, 2015. The shape of Uterine Contraction and labor progress in the
spontaeous Active labor. Iran Journal Medical Science Vol 40 (2)
iii