S G2P1A0 USIA 23
TAHUN UK 37⁺⁶ MINGGU DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT
DI RSUD BANYUMAS
Disusun Oleh :
1. ELIS (19.01.0004)
2. RINI ROCHAYATI (19.01.0006)
3. RISNAWATI (19.01.0008)
4. NAFISATUL K.R (20.01.0011)
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disusun Oleh :
1. Elis (19.01.0004)
2. Rini Rochayati (19.01.0006)
3. Risnawati (19.01.0004)
4. Nafisatul K.R (20.01.0011)
Telah disetujui dan dinyatakan menenuhi syarat untuk diseminarkan pada seminar
kasus di RSUD Banyumas Program Studi Diploma III Kebidanan pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing Lahan
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala taufik dan
Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S Umur 23 Tahun
G2P1A0 Umur Kehamilan 37⁺⁶ Minggu Di RSUD Banyumas Tahun 2022” yang
diajukan untuk seminar kasus di RS dan guna memenuhi salah satu tugas pada
Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun proposal ini tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan berbagai pihak yang diberikan kepada penulis. Untuk itu
2. Septi Tri Aksari, S.SiT.,M.Keb, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes
Serulingmas Cilacap
4. Bidan Puji Hartinah, Amd. Keb Selaku koordinator RSUD Banyumas yang telah
5. Ny.S beserta keluarga yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis dan
6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan baik moril maupun materil, dan
semua kasih sayang serta cintannya yang berlimpah kepada penulis serta doa yang
tulus dari beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Studi
Kasus
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Laporan Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khusunya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan............................................................
Kata Pengantar.....................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................
A. Latar Belakang.........................................................
B. Tujuan.......................................................................
C. Manfaat.....................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...................................................
BAB V PENUTUP..............................................................
A. Kesimpulan...............................................................
B. Saran.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia adalah sindrom yang ditandai dengan adanya
peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul pada trimester kedua
kehamilan. Preeklampsia bisa terjadi pada periode antenatal, intranatal, dan
postnatal. Ibu yang mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10%, 3-4
% diantaranya mengalami preeklampsia, 5% mengalami hipertensi dan sekitar
1-2% mengalami hipertensi kronik. Penyebab tertinggi angka kematian pada
ibu dan janin disebabkan oleh Preeklampsia (R, Sari and Humaeroh, 2021).
Penelitian WHO (World Health Organization), diseluruh dunia
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi
khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Kematian maternal
dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99 %.
Kematian ibu dan bayi mempunyai peluang yang sangat besar untuk dicegah
dengan meningkatkan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan badan sosial
lainnya (Manuaba, 2017).
Salah satu indikator derajat kesehatan negara yaitu dengan adanya
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
(Mandriwati, 2019). Tingginya AKI menunjukan keadaan sosial ekonomi
yang rendah dan pelayanan kesehatan yang kurang, termasuk pelayanan
perinatal dan obstetric yang rendah (Dinkes Prop Jateng, 2020). Penurunan
AKI dan AKB penting karena untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan
baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas di suatu wilayah di Indonesia
(Mandriwati, 2019).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyatakan
bahwa pada tahun 2019 hingga 2020 terjadi peningkatan kematian ibu yaitu
sebesar 406 jiwa. Tahun 2019 kematian ibu terjadi sebanyak 4.221 jiwa,
sedangkan pada tahun 2020 sebesar 4.627 jwa. Penyebab kematian tersebut
sebagian besar disebabkan oleh perdarahan (1.330 kasus), hipertensi dalam
kehamilan (1.110 kasus), dan gangguan sistem peredaran darah (230 kasus)
(KEMENKES RI, 2021).
Selama masa pandemi Coronavirus Disease-19 (COVID-19) di
Provinsi Jawa Tengah cenderung mengalami peningkatan kematian ibu dari
76,93 per 100.000 kelahiran hidup atau 417 kasus kematian pada 2019,
menjadi 98,60 per 100.000 kelahiran hidup atau 530 kasus kematian pada
2020. Kejadian kematian maternal yang paling banyak adalah pada waktu
masa nifas (64,18%), hamil (25,72%), dan pada saat persalinan (10,10%)
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2020). Kematian ibu membawa dampak pada
kematian bayi (Rumfabe, Y dan M.D.A, 2020).
Negara-negara yang terletak di Asia Tenggara di temukan data bahwa
Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia,Laos, Myanmar, Philippina,
Singapore, Thailand, Timor Leste, Vietnam, rata-rata angka kematian ibu
mencapai 140 dari jumlah total 16.000 kematian ibu, dengan kata lain ibu di
Negara tersebut 310x beresiko dibandingkan dengan ibu di Negara maju
(United Nations MDG’s Region,2013). Akan tetapi karena tidak tercapainya
MDGs di tahun 2015, terbit 17 target baru yang disepakati 193 perwakilan
Negara yaitu SDGs (Sustainable Development Goals) Salah satu target SDGs
yaitu mengurangi dua per tiga angka kematian dan kesakitan ibu dalam proses
persalinan (SDGs, 2015).
Diperkirakan di dunia setiap menit perempuan meninggal karena
komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain
1400 perempuan meninggal setiap harinya atau lebih kurang 500.000
perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (Sarjito,
2014). Salah satu penyebab morbiditas dan mortilitas ibu dan janin adalah
preeklampsia (PE) yang menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara
0,51%-38,4% (Amelda, 2016).
Prevalensi preeklamsia adalah 2,8% dari kehamilan dinegara
berkembang, dan 0,6% dari kehamilan di negara maju (WHO,2015). Insiden
hipertensi saat kehamilan pada populasi ibu hamil dari tahun 1997 hingga
2007 di Australia, Kanada, Denmark, Norwegia, Skotlandia, Swedia dan
Amerika berkisar antara 3,6% hingga 9,1%, preeklamsia 1,4% hingga 4,0%
dan tanda awal preeklamsia sebanyak 0,3% hingga 0,7% (Roberts, 2015)
Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Sampai sekarang penyakit
preeklamsia/eklamsia masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat
terpecahkan secara tuntas.
Pre Eklamsia Berat (PEB) di RSUD Banyumas kejadian Per Eklamsia
pada tahun 2011 sejumlah 171 pasien (9,5%) dari 1801 ibu bersalin. Kejadian
Preeklamsia di Kabupaten Banyumas pada tahun 2010, dari 276 responden
terdapat 76 (27,5%) paritas termasuk kategori resiko tinggi dengan total 105
(38,1%) ibu, dari 138 responden yang mengalami preeklamsia terbanyak
adalah paritas primigravida 56 (40,6%) responden.
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alamiah (normal)
dan bukan proses patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam
melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak
perlu kecuali ada indikasi (Jannah, 2014). Persalinan merupakan proses
membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kejalan lahir atau rangkaian
peristiwa mulai dari kencang-kencang teratur sampai dikeluarkannya hasil
konsepsi (janin, plasentia, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia
luar melalui jalan lahir, dengan bantuan tenaga kesehatan atau dengan
kekuatan sendiri (Sumarah, 2015).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium merupakan
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar atau terlepas dari
rahim, sampai 6 minggu atau 42 hari, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat kelahiran (Suherni, 2016).
Bayi baru lahir merupakan bayi yang baru dilahirkan selama satu jam
pertama kelahiran (Saifuddin, 2014). Waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar atau terlepas dari rahim dapat juga disebut sebagai masa nifas atau
puerperium (Anggraini, 2014).
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas,
dan neonatal. Asuhan kebidanan ini diberikan sebagai bentuk penerapan
fungsi, kegiatan, dan tangggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan
kepada klien dan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan
AKB (Saifuddin, 2015).
Mengingat masih tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan
AKB) di kawasan Banyumas dan di ketahui bahwa kurangnya pengawasan
terhadap kehamilan dapat menimbulkan banyak kelainan- kelainan mengenai
kehamilan, bersalin, nifas, dan bagaimana cara merawat bayi maka penulis
tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul : Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ny.S umur 23 tahun G2P1A0 dengan Pre Eklamsia Berat
Di RSUD Banyumas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dengan memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian dengan mengumpulkan data subjektif
maupun objektif secara sistematis dalam asuhan kebidanan selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
b. Menginterprestasikan data berupa diagnose kebidanan dan diagnose
masalah asuhan kebidanan selama kehamilan, persalinan, nifas, dan
bayi baru lahir.
c. Merumuskan diagnose potensial yang mungkin akan muncul selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
d. Melakukan antisipasi tindakan segera selama kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir.
e. Merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan interpretasi data selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
g. Melakukan evaluasi tindakan berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan
kebidanan selama kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Mengembangkan teori kebidanan serta mengaplikasikan teori tersebut
kedalam asuhan kebidanan komprehensif dalam penanganan kasus
patologis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan sehingga klien diharapkan mengetahui
secara dini proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir,
serta tanda bahaya dan komplikasi kehamilan untuk dapat
mempersiapkan persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir.
b. Bagi lahan praktek
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan
komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
c. Bagi bidan
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan pemberian asuhan
kebidanan kepada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir secara
aman dan menilai keberhasilan asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
d. Bagi penulis
Mengaplikasikan teori dan praktek sesuai dengan kasus yang nyata
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan bayi baru lahir secara komprehensif.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
diartikan sebagai fertilisasi atau proses penyatuan dari spermatozoa dan ovum
kalender internasional, bila dihitung dari saat feertilisasi hingga lahirnya bayi.
B. Pengertian Persalinan
1. Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup ke dunia luar dari rahim melaluijalan lahir atau jalan lahir yang
dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
dilatasi progresif mulai dari seviks, kelahiran bayinya, kelahiran plasenta
(Rufaida, 2019).
Persalinan merupakan suatu proses membuka dan menifisnya serviks.
Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi, mulai dari janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah suatu proses dimana janin dan ketuban
didorong dan keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadipada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir lahir spontan dengan presentasi kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin
(Prawirohardjo, 2016).
2. Lima Benang Merah Persalinan
Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah, yang pasti saling terkait
dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut
melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis, Lima Besar
c) Pencegahan Infeksi
e) Rujukan
C. Pengertian Nifas
Bayi baru lahir (neonatus) adaah bayi yang baru lahir mengalami
kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
Bayi baru lahir adalah masa kehidupan bayi pertama di luar rahim
sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi
lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manuaba,
2014).
d. Disfungsi Endotel
Saat ini salah satu teori tentang preeklampsia yang sedang
berkembang adalah teori disfungsi endotel. Endotel menghasilkan zat-
zat penting yang bersifat relaksasi pembuluh darah, seperti nitric oxide
(NO) dan prostasikin (PGE2) disfungsi endotel adalah suatu keadaan
dimana didapatkan adanya ketidakseimbangan antara faktor
vasodilatasi dan vasokontriksi.
Prostakilin merupakan suatu prostaglandin yang dihasilkan di
sel endotel yang berasal dari asam arakidonat dimana dalam
pembuatannya dikatalisir oleh enzim siklooksigenesis. Prostasikilin
akan meningkatkan Camp intraseluler pada sel otot polos dan
trombosit dan memiliki efek vasodilator dan anti agregasi trombosit.
Tromboksan A2 dihasilkan oleh trombosit, berasal dari asam
arakidonat dengan bantuan enzim siklooksigenase. Tromboksan
memiliki efek vasokonstriktor dan agregasi trombosit. Prostasiklin dan
tromboksan A2 mempunyai efek yang berlawanan dalam mekanisme
yang mengatur interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh darah.
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan prostasikilin oleh
jaringan ibu, plasenta dan janin. Sedangkan pada preklampsia terjadi
penurunan produksi prostasiklin dan kenaikan tromboksn A2 sehingga
terjadi peningkatan rasio tromboksan A2 dan prostasiklin.
Pada preeklampsia terjadi kerusakan sel endotel akan
mengakibatkan menurunnya produksi prostasiklin karena endotel
merupakan tempat pembentukan prostasiklin dan meningkatnya
produksi tromboksan sebagai kompensasi tubuh terhadap kerusakan
endotel tersebut. Preeklampsia berhubungan dengan adanya
vasospasme dan aktivasi sistem koagulasi hemostatis. Perubahan
aktifitas tromboksan memegang peranan sentralpada proses ini dimana
hal ini sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
tromboksan dan protasiklin.
Kerusakan endotel vaskuler pada preeklampsia menyebabkan
penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivasi agregasi
trombosit dan fibrinolisis yang kemudian akan diganti trombin dan
plasmin. Trombin akan mengkomsumsi antitrombin III sehingga
terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan A2 dan serotonim sehingga akan terjadi vasospasme dan
keruskan endotel (Yulia Fauziyah, 2012).
e. Imunologis
Beberapa penelitian menyatakan kemungkinan maladaptasi
imunologis sebagai patofisiologi dari preeklampsia . Pada penderita
preeklampsia terjadi penurunan proporsi T –helper dibandingkan
dengan penderita normotensi yang dimulai sejak awal trimester dua.
Antibodi yang melawan sel endotel ditemukan pada 50% wanita
dengan preeklampsia , sedangkan pada kontrol hanya terdapat 15%.
Maladaptasi sistem imun dapat menyebabkan invasi yang
dangkal dari arteri spiralis oleh sel sitotrofoblast endovaskuler dan
disfungsi sel endotelyang dimediasi oleh peningkatan pelepasan
sttokin ( TNF- dan IL-1), enzim proteolitik dan radikal bebas oleh
desidua.
Sitokin TNF- dan IL-1 berperan dalam stress oksidatif yang
berhubungan dengan preeklampsia. Didalam mitokondria, TNF- akan
merubah sebagian aliran elektron untuk melepaskan radikal bebas
oksigen yang selanjutnya akan membentuk lipid peroksida dimana hal
ini dihambat oleh antioksidan.
Radikal bebas yang dilepaskan oleh sel desidua akan
menyebabkan kerusakan sel endotel. Radikal bebas oksigen dapat
menyebabkan pembentukan lipid perioksida yang akan membuat
radikal bebas lebih toksik dalam merusak sel endotel. Hal ini akan
menyebabkan gangguan produksi nitrit oksida oleh endotel vaskuler
yang akan mempengaruhi keseimbangan prostasiklin dan tromboksan
dimana terjadi peningkatan produksi tromboksan A2 plasenta dan
inhibisi produksi prostasiklin dari endotel vaskuler.
Antioksidan merupakan kelompok besar zat yang ditujukan
untuk mencegah terjadinya over produksi dan kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas. Telah dikenal beberapa antioksidan
yang poten terhadap efek buruk dari radikal bebas diantaranya vitamin
E (tocopherol) vitamin C. Zat aktioksidan ini dapat digunakan untuk
melawan kerusakan selakibat pengaruh radikal bebas pada
preeklampsia (Yulia Fauziyah, 2012).
5. Diagnosa Preeklampsia
Preeklampsia sendiri dibagi menjadi 2, yaitu pre eklampsia ringan dan
preeklampsia berat.
a. Kriteria dianosis untuk pre eklampsia ringan meliputi:
1) Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg atau terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik hingga 30 mmHg atau peningkatan tekanan darah
diastolik hingga 15 mmHg dari tekanan darah awal.
2) Ambang batas untuk proteinuria yaitu 300 mg pada urin 24 jam.
Pengumpulan urin 24 jam merupakan metode yang lebih akurat.
Rasio protein urin/kreatinin kurang dari 0,21 mengindikasikan
protenuria, namun demikian kadar protein urin 24 jam lebih
direkomendasikan.
3) Secara umum, edema (pada muka dan tangan) sering terjadi pada
pasien preeklampsia, tetapi bukan merupakan kriteria diagnosa.
b. Untuk diagnosa preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih.
Gejala dan tanda preeklampsia berat : tekanan darah sistolik .>160
mmHg, tekanan darah sistolik >110 mmHg, peningkatan kadar enzim
hati atau ikhterus, trombosit<100.000/mm3,Oliguria<400 ml/24 jam,
proteinuria >3 gr/liter, nyeri epigastrum, skotoma dan gangguan visus
lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina dan odema
pulmonum.
Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan oragan-organ tubuh
seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
pembekuan darah, sindroma HELLP, bahkan dapat terjadi kematian
pada janin, ibu, atau keduanya bila preeklampsia tak segera diatasi
dengan baik dan benar.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi
perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medicinal dan perawatan konservatif yaitu
kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
1) Perawatan aktif sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal asessment yakni
pemeriksaan Nonstress test (NST) dan Ultrasonografi ( USG),
dengan indikasi ( salah satu atau lebih) yakni:
a) Ibu : Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-
tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan
edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b) Janin: Hasil fetal asessment jelek (NST & USG) adanya tanda
intra uterin Growt Retardation ( IUGR).
c) Hasillaboratorium: adanya HELP Syndrome ( hemolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).
2) Pengobatan medisinal pasien preeklampsia berat ( dilakukan
dirumah sakit atas intruksi dokter)
Yaitu segera masuk rumah sakit, tirah baring miring kesatu
sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap
jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus
RL (60-125 cc/jam) 500 cc, berikan antasida, diet cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam.
Pemberian obat anti kejang: MgSO4 diuretikum tidak
diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongesif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/IM.
3) Antihipertensi diberikan bila: tekanan darah sistolis lebih 180
mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg
( bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi
pada umumnya.
4) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat hipertensi parenteral ( tetesan kontiyu),
catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc
cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
5) Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan anti
hipertensi tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1
jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awalpemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
6) Pengobatan jantung jika ada indikasi yakni tanda-tanda menjurus
payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
7) Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam /jantung, mata: obat-obat
antipiretik diberikan bila suhu rectallebih 38,50 C dapat dibantu
dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2
cc IM: antibiotik diberikan atas indikasi.
Diberikan ampicilin 1 gr/6 jam/IV/hari: anti nyeri bila
penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat
diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2
jam sebelum janin lahir (Yulia Fauziyah, 2012).
6. Manajemen Preeklampsia
Penanganan pada preeklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan
menjadi eklampsia dan pertolongan dengan melahirkan janin dalam
keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal
Tabel 1.1 Manajemen umum pada preeklampsia
CBC, jumlah platelet, ALT, AST, setiap satu atau dua minggu sekali
periodek
a) Sedative ringan
b) Phenobarbital 3×30 gr
c) Valium 3×10 gr
Obat penunjang
a) Vitamin B kompleks
b) Vitamin C atau Vitamin E
c) Zat besi
Nasihat
a) Garam dalam makanan dikurangi
b) Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin
c) Segera memeriksakan diri, bila terjadi gejala sakit kepala, mata kabur,
edema mendadak, atau berat badan naik, pernapasan semakin sesak, nyeri
epigastrum, kesadaran berkurang, gerak janin melemah, berkurang,
pengeluaran urine berkurang.
d) Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat atau diperketat (Yulia Fauziyah,
2012).
Pada preeklampsia berat, pasien harus segera dirujuk. Petunjuk untuk
segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu
memperhatikan hal berikut :
DI RSUD BANYUMAS
I. PENGKAJIAN DATA
A. Identitas Pasien
B. Anamnesa
1. Keluhan utama
2. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 5 hari
3. Riwayat Perkawinan
b. ANC
bulan
b. Ibu mengatkan dalam keluarga ibu atau dari suami tidak memiliki
c. Ibu mengatkan dalam keluarga ibu atau dari suami tidak memiliki
a. Nutrisi
BAK
dengan kehamilannya
Suami
fisiologis yaitu sering buang air kecil karena penurunan bayi yang
pusing yang terasa hebat, demam lebih dari 2 hari, bengkak pada
sebelum waktunya.
d. Gizi ibu hamil TM III : Ibu mengatakan sudah mengetahui gizi ibu
hicks)
f. Body mekanik ibu hamil : ibu mengatakan sudah mengetahui
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran : Composmentis
c. TD : 159/90 mmHg
d. N : 92 x/menit
e. S : 36,5 ºC
f. R : 24 x/menit
g. BB Sekarang : 61 kg
h. TB : 155 cm
i. Lila : 24 cm
2. Pemeriksaan Khusus
chloasma gravidarum
secret
susu bersih dan menonjol, sudah ada pengeluaran dari putting susu
gravidarum
Palpasi Abdomen
Leopold I : TFU 31 cm
Leopold IV : Divergen
Auskultasi
Frekuensi : Teratur
e. Genetalia
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
a. Protein urin : ++
b. HbsAg : NR
c. Hb : 11 g/dl
d. Gol. Darah :B
e. HIV,Sifilis : NR
hidup , intra uteri, preskep, puka sudah masuk panggul dengan keadaan
DS :
DO :
Ku : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 159/90 mmHg
N : 92 x/menit
S : 36,5 ºC
R : 24 x/menit
Palpasi Abdomen
Leopold I : TFU 31 cm
Bokong
Auskultasi
Frekuensi : Teratur
Eklampsia
bersalin
V. PERENCANAAN
3. Kolaborasi medis
VI. PELAKSANAAN
N : 92x/menit R : 24x/menit
manajemen PEB
VII. EVALUASI
1. Biodata
Pasien baru datang rujukan dari poli untuk dilakukan rencana induksi
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 160/100 mmHg
N : 93x/menit
S : 36,5 ºC
R : 20x/menit
BB Sekarang : 61 kg
TB : 155 cm
2. Pemeriksaan khusus
a. Kepala : Mesochepal
ada sekret
d. Abdomen :
Palpasi Abdomen
Leopold I : TFU 31 cm
Leopold IV : Divergen
Auskultasi
Frekuensi : Teratur
His : Jarang
pembukaan
persalinan
Vagina : Tidak oedema, tidak ada varises dan tidak ada
condiloma
C. Assessment
Ny.S usia 23 tahun G2P1A0 usia kehamilan 37⁺6 minggu janin tunggal,
D. Planning
menit pada pukul 17.40 WIB. Dosis lanjutan diberikan 1gr MgSO4
setelah 6 jam pada pukul 00.00 WIB VT belum ada pembukaan, HIS -,
DATA PERKEMBANGAN 1
A. Subyektif
B. Objektif
C. Assesment
Ny.S usia 23 tahun G2P1A0 usia kehamilan 37⁺6 minggu janin
D. Planning
di stop.
A. Subjektif
B. Objektif
C. Assessment
Diagnosa kebidanan
D. Planning
Ku : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
N : 93 x/menit
S : 36,5 ºC
R : 20 x/menit
persalinan
persalinan
persalinan
meneran
meneran
c. Bimbing ibu untuk meneran bila ada his dan anjurkan ibu
menganjurkan ibu untuk makan dan minum bila tidak ada his
Ibu bersedia untuk meneran bila ada his dan ibu bersedia untuk
Letakan kain bersih diatas perut ibu dan kain yang dilipat 1/3
kedua tangan
e. Lindungi perineum
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm maka
lahir
k. Sanggah bahu
Memindahkan tangan kanan untuk menyangga samping lateral
tubuh bayi
m. Menilai bayi
bayi
Hasil :
BB : 3000 gram
PB : 48 cm
LK / LD : 32 cm / 31cm
APGAR SCORE
A. Subjektif
B. Objektif
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 ºC
R : 20 x/menit
(+)
C. Assesment
Tidak ada janin ganda dan Ibu sudah di suntik oksitosin10 IU.
mengejan.
20, berat ± 500 gram, panjang tali pusat ± 40 cm, selaput ketuban
utuh.
Hasil :
Plasenta lahir spontan jam 07.55 WIB, kontraksi uterus lembek,
A. Subjektif
Ibu mengatakan sudah merasa lega dan keadaannya sudah lebih baik.
B. Objektif
KU : Baik,
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,7°C
C. Assesment
Ny. N umur 29 tahun P2A0 inpartu kala IV dengan keadaan ibu baik.
D. Planning
perdarahan.
jam kedua.
tubuh ibu >38ºC dan ibu mengerti apabila ada salah satu tanda
kesehatan tersebut.
Observasi sudah dilakukan dengan hasil :
DI RSUD BANYUMAS
Pukul : 08.00
A. Subyektif
1. Biodata
kelamin laki-laki.
5. Robekan perineum
6. Proses IMD
Ibu mengatakan setelah bayi lahir, bayi diletakan di atas perut ibu
selama 1 jam.
7. Pengeluaran lochea
9. Pola eliminasi
Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan-kiri, sudah duduk, dan sudah
B. Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 135/86 mmHg
N : 83 x/menit
S : 36,5 ºC
R : 20 x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a. Kepala : Mesochepal
ada sekret
C. Assesment
Ny.S usia 23 tahun P2A0 post partum hari ke 1 dengan keadaan ibu baik.
D. Planning
Tanggal : 06-06-2022
83x/menit,
S: 36,5 ºC, R : 20x/menit, kontraksi uterus keras, TFU 2 jari dibawah
pusat.
mengganti pembalut setiap 4 jam sekali atau jika sudah penuh untuk
sesudah BAK atau BAB untuk menjaga genetalia tetap kering, tidak
darah.
bulan.
bersih dan kering, sebelum menyusui oleskan sedikit ASI pada bagian
dan anjurkan ibu untuk membersihkan payudara setiap pagi dan sore
hari menggunakan baby oil atau air hangat dengan kapas ditempelkan
ibu mengalami salah satu tanda bahaya masa nifas tersebut untuk
Ibu sudah tahu dan paham tentang tanda bahaya masa nifas.
mengalami keluhan.
DI RSUD BANYUMAS
A. Subjektif
1. Identitas bayi
Nama : By Ny.S
Anak ke :2
Data kesehatan
JK BB
1 I Aterm Spontan Bidan Tidak P 2900 Sehat
ada
2 II Aterm Spontan Bidan Tidak L 3000 Baik
ada
b. Riwayat persalinan
3) Lama persalinan
Kala II : 25 menit
B. Obyektif
1. Pemeriksaan umum
TTV
N : 120 x/menit
S : 36,5 ºC
R : 31x/menit
Antopometri
BB : 3000 gram
PB : 48 cm
LK : 32 cm
LD : 31 cm
LP : 28 cm
LL : 10 cm
APGAR SCORE
Aspek Yang Dinilai 1’ 5’ 10’
Warna (Appearance Color) 1 2 2
2. Pemeriksaan fisik
kepala
kedip (+)
Telinga : Simetris
hepar
perdarahan
baik
Genetalia : laki-laki
C. Assesment
D. Planning
umum : baik, Nadi : 120 x/menit, Respirasi : 31x /m, Suhu : 36,5 0C
warna kulit kemerahan, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi, bayi
dipakaikan topi, sarung kaki dan sarung tangan, menjaga bayi agar
Bayi sudah di pakaikan baju, bedong dan sudah di selimuti serta dalam
keadaan hangat.
3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu
b. Bayi kejang
c. Bayi mengantuk atau tidak sadar
g. Perut bayi kembung atau sulit buang air besar kemungkinan ada
h. Tali pusat berwarna merah, berbau busuk, ada nanah, keluar darah
i. Apabila ibu menjumpai salah satu tanda bahaya diatas ibu harus
Ibu sudah tahu dan mengerti tentang tanda bahaya bayi baru lahir
dengan ibu dapat menyebutkan tanda bahaya pada bayi seperti bayi
imunisasi Hb0 0,5 cc secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar untuk
6. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat dengan cara menjaga tali
pusat agar selalu bersih dan kering dibungkus dengan kassa kering steril
Ibu sudah paham dan bayi sudah dilakukan perawatan tali pusat dengan
dengan kebutuhan bayi atau minimal 2 jam sekali dan tanpa kenal
waktu.
Ibu bersedia untuk memandikan bayinya di pagi hari dengan air hangat.
BAB IV
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S
Di RSUD Banyumas, dapat diambil kesimpulan bahwa penulis :
1. Melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif. Kehamilan termasuk
berisiko karena riwayat persalinan dua tahun yang lalu, dan pada akhir
kehamilan ibu mengalami pusing dan pandangan mata kabur sehingga
mengalami pre eklamsia berat.
2. Ny. S di haruskan rawat inap untuk menjalani manajemen PEB dan rencana
induksi persalinan untuk mengakhiri kehamilannya di karenakan Pre eklamsia
Berat. Dan melakukan asuhan persalinan normal secara komprehensif,
persalinan berlangsung normal tanpa ada penyulit.
3. Melakukan asuhan bayi baru lahir secara komprehensif. Bayi lahir sehat
secara sontan , segera menangis dan tidak tampak kelainan konginental.
d. Melakukan asuhan masa nifas secara komprehensif. Pada saat kunjungan 1
hari post partum didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal. Penulis
dan bidan memberikan KIE tentang kebutuhan Nifas, mobilisasi dini dan KB.
B. Saran
Dari laporan studi kasus tersebut diharapkan :
1. Bagi klien
a. Dapat mengetahui secara dini proses persalinan dengan PEB sehingga
klien mendapatkan asuhan kebidanan persalinan sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
b. Dapat lebih memperhatikan kesehatan diri sendiri seperti menjaga pola
nutrisi, memperhatikan personal hygine dan kebutuhan istirahat. Serta
dapat memperhatikan bayi yang baru dilahirkan dengan memberikan ASI
Eksklusif selama 6 bulan, memantau pertumbuhan dan perkembangan
bayi serta pemberian imunisasi.
2. Bagi lahan praktik
Diharapkan tenaga kesehatan bisa mempertahankan pelayanana yang sudah
baik dalam penanganan setiap tindakan kepada klien sesuai SOP sehingga
setiap klien merasakan puas atas pelayanan yang diberikan.
3. Bagi bidan
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam berbagai
kasus kegawatdaruratan dan komplikasi pada ibu hamil khususnya pada kasus
PEB dan memberikan pelayanan yang sesuai tugas dan wewenang.
4. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengembangkan teori kebidanan serta mengaplikasikan
teori tersebut kedalam asuhan kebidanan persalinan dalam penanganan kasus
patologis.
Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek sesuai dengan kasus yang
nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB.
DAFTAR PUSTAKA