Anda di halaman 1dari 85

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny.

S G2P1A0 USIA 23
TAHUN UK 37⁺⁶ MINGGU DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT

DI RSUD BANYUMAS

LAPORAN STUDI KASUS

Disusun Oleh :

1. ELIS (19.01.0004)
2. RINI ROCHAYATI (19.01.0006)
3. RISNAWATI (19.01.0008)
4. NAFISATUL K.R (20.01.0011)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny.S G2P1A0


USIA 23 TAHUN UK 37⁺⁶ MINGGU DENGAN PRE EKLAMSIA BERAT
DI RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :

1. Elis (19.01.0004)
2. Rini Rochayati (19.01.0006)
3. Risnawati (19.01.0004)
4. Nafisatul K.R (20.01.0011)

LAPORAN STUDI KASUS

Telah disetujui dan dinyatakan menenuhi syarat untuk diseminarkan pada seminar
kasus di RSUD Banyumas Program Studi Diploma III Kebidanan pada :

Hari :

Tanggal :
Pembimbing Lahan

PUJI HARTINAH, Amd. Keb


NIP.
Mengetahui

Ka Prodi D III Kebidanan Stikes Serulingmas

Septi Tri Aksari, S.SiT.,M.Keb


NIK. 04030981
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala taufik dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Studi

Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S Umur 23 Tahun

G2P1A0 Umur Kehamilan 37⁺⁶ Minggu Di RSUD Banyumas Tahun 2022” yang

diajukan untuk seminar kasus di RS dan guna memenuhi salah satu tugas pada

program Studi Diploma III Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun proposal ini tidak lepas dari

bimbingan dan dukungan berbagai pihak yang diberikan kepada penulis. Untuk itu

penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Yenni Kristiana, Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Serulingmas Cilacap

2. Septi Tri Aksari, S.SiT.,M.Keb, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes

Serulingmas Cilacap

3. Segenap Dosen Prodi DIII Kebidanan STIKes Serulingmas Cilacap

4. Bidan Puji Hartinah, Amd. Keb Selaku koordinator RSUD Banyumas yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Studi Kasus

5. Ny.S beserta keluarga yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis dan

bersedia menjadi responden bagi penulis untuk menyelesaikan penyusunan

Laporan Studi Kasus

6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan baik moril maupun materil, dan

semua kasih sayang serta cintannya yang berlimpah kepada penulis serta doa yang
tulus dari beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Studi

Kasus

7. Sahabat yang senantiasa Bersama dan saling memberikan dukungan sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Studi Kasus

8. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan dukungan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Studi Kasus

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

selama menyusun proposal ini

Penulis menyadari penyusunan Laporan Studi Kasus ini masih banyak

kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi penulisan Laporan Studi Kasus Selanjutnya. Semoga penyusunan

Laporan Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khusunya.

Cilacap, Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .................................................................

Halaman Persetujuan............................................................

Kata Pengantar.....................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................

A. Latar Belakang.........................................................
B. Tujuan.......................................................................
C. Manfaat.....................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................

A. Konsep Dasar Medis................................................

BAB III TINJAUAN KASUS............................................

BAB IV PEMBAHASAN...................................................

BAB V PENUTUP..............................................................

A. Kesimpulan...............................................................
B. Saran.........................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklampsia adalah sindrom yang ditandai dengan adanya
peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul pada trimester kedua
kehamilan. Preeklampsia bisa terjadi pada periode antenatal, intranatal, dan
postnatal. Ibu yang mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10%, 3-4
% diantaranya mengalami preeklampsia, 5% mengalami hipertensi dan sekitar
1-2% mengalami hipertensi kronik. Penyebab tertinggi angka kematian pada
ibu dan janin disebabkan oleh Preeklampsia (R, Sari and Humaeroh, 2021).
Penelitian WHO (World Health Organization), diseluruh dunia
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi
khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Kematian maternal
dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99 %.
Kematian ibu dan bayi mempunyai peluang yang sangat besar untuk dicegah
dengan meningkatkan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan badan sosial
lainnya (Manuaba, 2017).
Salah satu indikator derajat kesehatan negara yaitu dengan adanya
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
(Mandriwati, 2019). Tingginya AKI menunjukan keadaan sosial ekonomi
yang rendah dan pelayanan kesehatan yang kurang, termasuk pelayanan
perinatal dan obstetric yang rendah (Dinkes Prop Jateng, 2020). Penurunan
AKI dan AKB penting karena untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan
baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas di suatu wilayah di Indonesia
(Mandriwati, 2019).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyatakan
bahwa pada tahun 2019 hingga 2020 terjadi peningkatan kematian ibu yaitu
sebesar 406 jiwa. Tahun 2019 kematian ibu terjadi sebanyak 4.221 jiwa,
sedangkan pada tahun 2020 sebesar 4.627 jwa. Penyebab kematian tersebut
sebagian besar disebabkan oleh perdarahan (1.330 kasus), hipertensi dalam
kehamilan (1.110 kasus), dan gangguan sistem peredaran darah (230 kasus)
(KEMENKES RI, 2021).
Selama masa pandemi Coronavirus Disease-19 (COVID-19) di
Provinsi Jawa Tengah cenderung mengalami peningkatan kematian ibu dari
76,93 per 100.000 kelahiran hidup atau 417 kasus kematian pada 2019,
menjadi 98,60 per 100.000 kelahiran hidup atau 530 kasus kematian pada
2020. Kejadian kematian maternal yang paling banyak adalah pada waktu
masa nifas (64,18%), hamil (25,72%), dan pada saat persalinan (10,10%)
(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2020). Kematian ibu membawa dampak pada
kematian bayi (Rumfabe, Y dan M.D.A, 2020).
Negara-negara yang terletak di Asia Tenggara di temukan data bahwa
Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia,Laos, Myanmar, Philippina,
Singapore, Thailand, Timor Leste, Vietnam, rata-rata angka kematian ibu
mencapai 140 dari jumlah total 16.000 kematian ibu, dengan kata lain ibu di
Negara tersebut 310x beresiko dibandingkan dengan ibu di Negara maju
(United Nations MDG’s Region,2013). Akan tetapi karena tidak tercapainya
MDGs di tahun 2015, terbit 17 target baru yang disepakati 193 perwakilan
Negara yaitu SDGs (Sustainable Development Goals) Salah satu target SDGs
yaitu mengurangi dua per tiga angka kematian dan kesakitan ibu dalam proses
persalinan (SDGs, 2015).
Diperkirakan di dunia setiap menit perempuan meninggal karena
komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain
1400 perempuan meninggal setiap harinya atau lebih kurang 500.000
perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (Sarjito,
2014). Salah satu penyebab morbiditas dan mortilitas ibu dan janin adalah
preeklampsia (PE) yang menurut WHO angka kejadiannya berkisar antara
0,51%-38,4% (Amelda, 2016).
Prevalensi preeklamsia adalah 2,8% dari kehamilan dinegara
berkembang, dan 0,6% dari kehamilan di negara maju (WHO,2015). Insiden
hipertensi saat kehamilan pada populasi ibu hamil dari tahun 1997 hingga
2007 di Australia, Kanada, Denmark, Norwegia, Skotlandia, Swedia dan
Amerika berkisar antara 3,6% hingga 9,1%, preeklamsia 1,4% hingga 4,0%
dan tanda awal preeklamsia sebanyak 0,3% hingga 0,7% (Roberts, 2015)
Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Sampai sekarang penyakit
preeklamsia/eklamsia masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat
terpecahkan secara tuntas.
Pre Eklamsia Berat (PEB) di RSUD Banyumas kejadian Per Eklamsia
pada tahun 2011 sejumlah 171 pasien (9,5%) dari 1801 ibu bersalin. Kejadian
Preeklamsia di Kabupaten Banyumas pada tahun 2010, dari 276 responden
terdapat 76 (27,5%) paritas termasuk kategori resiko tinggi dengan total 105
(38,1%) ibu, dari 138 responden yang mengalami preeklamsia terbanyak
adalah paritas primigravida 56 (40,6%) responden.
Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alamiah (normal)
dan bukan proses patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam
melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak
perlu kecuali ada indikasi (Jannah, 2014). Persalinan merupakan proses
membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kejalan lahir atau rangkaian
peristiwa mulai dari kencang-kencang teratur sampai dikeluarkannya hasil
konsepsi (janin, plasentia, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia
luar melalui jalan lahir, dengan bantuan tenaga kesehatan atau dengan
kekuatan sendiri (Sumarah, 2015).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium merupakan
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar atau terlepas dari
rahim, sampai 6 minggu atau 42 hari, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat kelahiran (Suherni, 2016).
Bayi baru lahir merupakan bayi yang baru dilahirkan selama satu jam
pertama kelahiran (Saifuddin, 2014). Waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar atau terlepas dari rahim dapat juga disebut sebagai masa nifas atau
puerperium (Anggraini, 2014).
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas,
dan neonatal. Asuhan kebidanan ini diberikan sebagai bentuk penerapan
fungsi, kegiatan, dan tangggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan
kepada klien dan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan AKI dan
AKB (Saifuddin, 2015).
Mengingat masih tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan
AKB) di kawasan Banyumas dan di ketahui bahwa kurangnya pengawasan
terhadap kehamilan dapat menimbulkan banyak kelainan- kelainan mengenai
kehamilan, bersalin, nifas, dan bagaimana cara merawat bayi maka penulis
tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul : Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ny.S umur 23 tahun G2P1A0 dengan Pre Eklamsia Berat
Di RSUD Banyumas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dengan memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian dengan mengumpulkan data subjektif
maupun objektif secara sistematis dalam asuhan kebidanan selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
b. Menginterprestasikan data berupa diagnose kebidanan dan diagnose
masalah asuhan kebidanan selama kehamilan, persalinan, nifas, dan
bayi baru lahir.
c. Merumuskan diagnose potensial yang mungkin akan muncul selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
d. Melakukan antisipasi tindakan segera selama kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir.
e. Merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan interpretasi data selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana selama
kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
g. Melakukan evaluasi tindakan berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan
kebidanan selama kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Mengembangkan teori kebidanan serta mengaplikasikan teori tersebut
kedalam asuhan kebidanan komprehensif dalam penanganan kasus
patologis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan sehingga klien diharapkan mengetahui
secara dini proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir,
serta tanda bahaya dan komplikasi kehamilan untuk dapat
mempersiapkan persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir.
b. Bagi lahan praktek
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan
komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
c. Bagi bidan
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan pemberian asuhan
kebidanan kepada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir secara
aman dan menilai keberhasilan asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
d. Bagi penulis
Mengaplikasikan teori dan praktek sesuai dengan kasus yang nyata
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, dan bayi baru lahir secara komprehensif.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

diartikan sebagai fertilisasi atau proses penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional, bila dihitung dari saat feertilisasi hingga lahirnya bayi.

Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, trimester pertama berlangsung dalam

usia 0 – 12 minggu, trimester kedua berlangsung 15 minggu (usia mingku ke-

13 sampai dengan minggu ke-27), trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28

sampai dengan minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2016).

B. Pengertian Persalinan
1. Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup ke dunia luar dari rahim melaluijalan lahir atau jalan lahir yang
dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
dilatasi progresif mulai dari seviks, kelahiran bayinya, kelahiran plasenta
(Rufaida, 2019).
Persalinan merupakan suatu proses membuka dan menifisnya serviks.
Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi, mulai dari janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah suatu proses dimana janin dan ketuban
didorong dan keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadipada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir lahir spontan dengan presentasi kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin
(Prawirohardjo, 2016).
2. Lima Benang Merah Persalinan

Ada lima aspek dasar atau Lima Benang Merah, yang pasti saling terkait

dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut

melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis, Lima Besar

Merah tersebut adalah (Prawirodharjo, 2018).

a) Membuat Keputusan Klinik

b) Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

c) Pencegahan Infeksi

d) Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan persalinan

e) Rujukan

C. Pengertian Nifas

Masa nifas atau disebut puerperium merupakan masa yang dimulai


sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
setelah masa itu. Pelayanan masa nifas bertujuan untuk memenuhi semua
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi penyakit yang mungkin terjadi dimasa itu, serta
penyediaan pelayanan pemberian ASI eksklusif, bagaimana cara
menjarangkan kehamilan, imunisasi pada bayi, dan nutrisi bagi ibu itu sendiri
(Prawirohardjo, 2016).
Masa nifas adalah fase khusus dalam kehidupan ibu dan bayinya. Bagi
ibu yang baru mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu akan
menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama mas
hidupnya. Perubahan pada masa ini ditandai dengan perubahan emosional
pada ibu, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga serta
penyesuaian terhadap aturan yang baru. Selain itu pada masa nifas terjadi
perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu (Prawirohardjo,
2016).
D. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (neonatus) adaah bayi yang baru lahir mengalami

proses kelahiran, berusia 0-28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis

berupa maturae, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan

baik (Marni dkk, 2015).

Bayi baru lahir adalah masa kehidupan bayi pertama di luar rahim

sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari

kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi

pematangan organ hampir di semua sistem (Cunningham, 2015). Bayi baru

lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manuaba,

2014).

E. Tinjauan Umum Khusus Preeklampsia


1. Definisi
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu masalah kesehatan
yang sering terjadi dalam kehamilan. Preeklampsia dan eklampsia dapat
menyebabkan retardasi mental, morbiditas dan mortitilitas bayi, kelahiran
prematur, dan kematian ibu. Preeklampsia didefinisikan sebagai timbulnya
hipertensi disertai dengan proteinuria pada umur kehamilan lebih dari 20
minggu atau segera setelah persalinan. Preeklampsia merupakan gangguan
multisistem pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endotelial,
peningkatan takanan darah karena vasokontriksi, proteinurinea akibat
kegagalan glomeru, dan udema akibat peningkatan permeabilitas vaskular.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang tonik klonik yang
dissusul dengan koma. Kejang eklampsia dapat terjadi pada saat
antepartum (53%), intrapartum (19%), dan postpartum (28%). Sangat
jarang eklampsia terjadi pada akhir masa postpartum (48 jam setelah
kelahiran) (Yulia Fauziyah, 2012).
Pre eklampsia berat ialah pre eklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria
lebih 5 g/24 jam (Sarwono, 2014).Pre eklampsia berat dibagi atas 2
kategori yaitu, pre eklampsia berat tanpa impending eclampsia, dan pre
eklampsia berat dengan impending eclampsia dengan gejala-gejala
impending seperti nyeri kepala, mata kabur, mual atau muntah, nyeri
epigastrum dan nyeri kuadran kanan atas abdomen (Dewi Setiawati,
2013).
2. Epidemiologi
Insiden pre eklampsia di negara berkembang sekitar 1,8%-18%. Pre
eklampsia dan eklampsia menempati urutan kedua sebagai penyebab
kematian ibu di Indonesia dengan presentasi sebesar 26,9% pada tahun
2012 dan meningkat 27,1% pada tahun 2013 (Depkes RI, 2015).
3. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia dan
eklampsia diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Risiko yang berhubungan dengan partner laki-laki berupa
primigravida (resiko primigravida 2 kali lebih besar dari pada
multigravida), umur yang ekstrim terlalu muda atau terlalu tua untuk
kehamilan, partner laki-laki yang pernah menikahi wanita yang
kemudian hamil dan mengalami preeklampsia, inseminasi donor dan
donor oocyte.
b. Resiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit dahulu dan riwayat
penyakit keluarga berupa riwayat penyakit preeklampsia, hieprtensi
kronis, penyakit ginjal, obesitas,diabetes gestsional.
c. Resiko yang berhubungan dengan kehamilan berupa mola hidatidosa
kehamilan multipel, hydrops fetals (Yulia Fauziyah, 2012).
4. Etiologi dan Patofisiologi
Hingga saat ini etiologi dan patogenesis dari preeklampsia masih
belum diketahui dengan pasti. Telah banyak hipotesis yang diajukan untuk
mencari etiologi dan patogenesis dari preeklampsia namun kini belum
memuaskan sehingga preeklampsia sebagai the diseases ot theories.
Adapun hipotesis yang diajukan dianataranya adalah:
a. Genetik
Terdapat suatu kecenderungan bahwa faktor keturunan
berperan dalam patogenesis preklampsia. Telah dilaporkan adanya
peningkatan angka kejadian preeklampsia pada wanita yang dilahirkan
oleh ibu yang menderita preeklampsia.
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada
kejadian preeklampsia adalah peningkatan Human leukoyte antigine
(HLA) pada penderita preeklampsia. Beberapa peneliti melaporkan
hubungan antara histokompatibilitus antigen HLA-DR4 dan
proteinurine hipertensi. Diduga ibu-ibu dengan HLA haplotipe
A23/29, B 44 dan DR 7. memiliki resiko lebih tinggi terhadap
perkembangan preeklampsia dan IUGR daripada ibu-ibu tanpa
haplotipe tersebut.
Peneliti lain menyatakan kemungkinan preeklampsia
berhubungan dengan gen resesif tunggal. Meningkatnya prevalensi
preeklampsia pada anak perempuan yang lahir dari ibu yang menderita
preeklampsia mengindikasikan adanya pengaruh genotip fetus
terhadap kejadian preeklampsia. Walaupun faktor genetik nampaknya
berperan pada preeklampsia tetapi manifestasinya pada penyakit ini
secara jevas belum dapat diterangkan (Yulia Fauziyah, 2012).
b. Iskemik Plasenta
Pada kehamilan normal, proliperasi trofoblas akan menginvasi
desidua dan miometrium dalam 2 tahap. Pertama, sel-sel trofoblas
endovaskuler menginvasi arteri spriralis yaitu dengan mengganti
endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan jaringan otok
polos didnding arteri serta mengganti dinding arteri dengan material
fibrinoid. Proses ini selesai pada akhir trimester I dan pada masa ini
proses tersebut telah sampai pada deciduomimetrial junction.Pada usia
kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua dari seltrofoblas
dimana sel-sel trofoblas tersebut akan menginvasi arteri spriralis lebih
dalam hingga kedalam miometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti
tahap pertama yaitu penggantian endotel, perusakan jaringan muskulo
elastis serta perubahan meterial fibrinoid dinding arteri. Akhir dari
proses ini adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan
berbentuk seperti kantong yang memungkinkan terjadinya dilatasi
secara pasif untuk menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah yang
meningkat pada kehamilan.
Pada preeklampsia, proses pasentasi tersebut tidak berjalan
sebagaimana mestinya oleh karena disebabkan 2 hal yaitu:
1) Tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas.
2) Pada arteri spiralis yang mengalami invasi, terjadi tahap pertama
invasi sel trofoblas secara normal tetapi invasi tahap kedua tidak
berlangsung sehingga bagian arteri spiralis yang berada dalam
miometrium tetap mempunyai dinding muskulo elastik yang
reaktif yangb berarti masih terdapat resistensi vaskuler.
Disamping itu juga terjadi arterosis akut (lesi seperti
atherosklerosis) pada arteri spiralis yang dapat menyebabkan lumen
arteri bertambah kecil atau bahkan mengalami obliterasi. Hal ini akan
menyebabkan penurunan aliran darah ke plasenta dan berhubungan
dengan luasnya daerah infark pada plasenta.
Pada preeklampsia, adanya daerah pada arteri spiralis yang
memiliki resistensi vaskular disebabkan oleh karena kegagalan invasi
trofoblas ke arteri spiralis pada tahap kedua. Akibatnya, terjadi
gangguan aliran darah di daerah intervilli yang menyebabkan
penurunan perfusi daerah ke plasenta. Hal ini dapat menimbulkan
iskemik dan hipoksia di plasenta yang berakibat terganggunya
pertumbuhan bayi intrauterine ( I UGR) hingga kematian bayi (Yulia
Fauziyah, 2012).
c. Hipoksia pada fetus / plasenta
Hipoksia yang terjadi pada fetus atau plasenta merupakan
faktor patogenik pada preklampsia. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kekurangan oksigen akan menginduksi vasokontriksi
fetoplasenta. Pada manusia, resiko preeklampsia meningkat pada asma
dan individu dengan aktivitas yang tinggi, karena akan mempengaruhi
hipoksia plasenta. Aliran darah yang abnormal di uterus, dan arteri
arkuata merupakan fakor prediktor untuk preeklampsia. Lebih lanjut,
pada kehamilan normal, kebutuhan oksigen menigkat, kurva disosiasi
oxyhaemoglobin akan berubah kekanan dibandingkan dengan wanita
yang tidak hamil. Kebalikan pada pasien preeklampsia, kurva disoasi
axyhaemoglobin bergerak kekiri, hal ini menunjukkan terjadi
penurunan oksigen.
Hipoksia juga dapat menginduksi kegagalan fungsi trofoblas.
Pada penelitian menggunakan media kultur menunjukkan bahwa kadar
oksigen yang rendah pada media kultur akan menghambat diferensiasi
sitotrofoblas pada awal kehamilan (Yulia Fauziyah, 2012).

d. Disfungsi Endotel
Saat ini salah satu teori tentang preeklampsia yang sedang
berkembang adalah teori disfungsi endotel. Endotel menghasilkan zat-
zat penting yang bersifat relaksasi pembuluh darah, seperti nitric oxide
(NO) dan prostasikin (PGE2) disfungsi endotel adalah suatu keadaan
dimana didapatkan adanya ketidakseimbangan antara faktor
vasodilatasi dan vasokontriksi.
Prostakilin merupakan suatu prostaglandin yang dihasilkan di
sel endotel yang berasal dari asam arakidonat dimana dalam
pembuatannya dikatalisir oleh enzim siklooksigenesis. Prostasikilin
akan meningkatkan Camp intraseluler pada sel otot polos dan
trombosit dan memiliki efek vasodilator dan anti agregasi trombosit.
Tromboksan A2 dihasilkan oleh trombosit, berasal dari asam
arakidonat dengan bantuan enzim siklooksigenase. Tromboksan
memiliki efek vasokonstriktor dan agregasi trombosit. Prostasiklin dan
tromboksan A2 mempunyai efek yang berlawanan dalam mekanisme
yang mengatur interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh darah.
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan prostasikilin oleh
jaringan ibu, plasenta dan janin. Sedangkan pada preklampsia terjadi
penurunan produksi prostasiklin dan kenaikan tromboksn A2 sehingga
terjadi peningkatan rasio tromboksan A2 dan prostasiklin.
Pada preeklampsia terjadi kerusakan sel endotel akan
mengakibatkan menurunnya produksi prostasiklin karena endotel
merupakan tempat pembentukan prostasiklin dan meningkatnya
produksi tromboksan sebagai kompensasi tubuh terhadap kerusakan
endotel tersebut. Preeklampsia berhubungan dengan adanya
vasospasme dan aktivasi sistem koagulasi hemostatis. Perubahan
aktifitas tromboksan memegang peranan sentralpada proses ini dimana
hal ini sangat berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
tromboksan dan protasiklin.
Kerusakan endotel vaskuler pada preeklampsia menyebabkan
penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivasi agregasi
trombosit dan fibrinolisis yang kemudian akan diganti trombin dan
plasmin. Trombin akan mengkomsumsi antitrombin III sehingga
terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan A2 dan serotonim sehingga akan terjadi vasospasme dan
keruskan endotel (Yulia Fauziyah, 2012).
e. Imunologis
Beberapa penelitian menyatakan kemungkinan maladaptasi
imunologis sebagai patofisiologi dari preeklampsia . Pada penderita
preeklampsia terjadi penurunan proporsi T –helper dibandingkan
dengan penderita normotensi yang dimulai sejak awal trimester dua.
Antibodi yang melawan sel endotel ditemukan pada 50% wanita
dengan preeklampsia , sedangkan pada kontrol hanya terdapat 15%.
Maladaptasi sistem imun dapat menyebabkan invasi yang
dangkal dari arteri spiralis oleh sel sitotrofoblast endovaskuler dan
disfungsi sel endotelyang dimediasi oleh peningkatan pelepasan
sttokin ( TNF- dan IL-1), enzim proteolitik dan radikal bebas oleh
desidua.
Sitokin TNF- dan IL-1 berperan dalam stress oksidatif yang
berhubungan dengan preeklampsia. Didalam mitokondria, TNF- akan
merubah sebagian aliran elektron untuk melepaskan radikal bebas
oksigen yang selanjutnya akan membentuk lipid peroksida dimana hal
ini dihambat oleh antioksidan.
Radikal bebas yang dilepaskan oleh sel desidua akan
menyebabkan kerusakan sel endotel. Radikal bebas oksigen dapat
menyebabkan pembentukan lipid perioksida yang akan membuat
radikal bebas lebih toksik dalam merusak sel endotel. Hal ini akan
menyebabkan gangguan produksi nitrit oksida oleh endotel vaskuler
yang akan mempengaruhi keseimbangan prostasiklin dan tromboksan
dimana terjadi peningkatan produksi tromboksan A2 plasenta dan
inhibisi produksi prostasiklin dari endotel vaskuler.
Antioksidan merupakan kelompok besar zat yang ditujukan
untuk mencegah terjadinya over produksi dan kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas. Telah dikenal beberapa antioksidan
yang poten terhadap efek buruk dari radikal bebas diantaranya vitamin
E (tocopherol) vitamin C. Zat aktioksidan ini dapat digunakan untuk
melawan kerusakan selakibat pengaruh radikal bebas pada
preeklampsia (Yulia Fauziyah, 2012).
5. Diagnosa Preeklampsia
Preeklampsia sendiri dibagi menjadi 2, yaitu pre eklampsia ringan dan
preeklampsia berat.
a. Kriteria dianosis untuk pre eklampsia ringan meliputi:
1) Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg atau terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik hingga 30 mmHg atau peningkatan tekanan darah
diastolik hingga 15 mmHg dari tekanan darah awal.
2) Ambang batas untuk proteinuria yaitu 300 mg pada urin 24 jam.
Pengumpulan urin 24 jam merupakan metode yang lebih akurat.
Rasio protein urin/kreatinin kurang dari 0,21 mengindikasikan
protenuria, namun demikian kadar protein urin 24 jam lebih
direkomendasikan.
3) Secara umum, edema (pada muka dan tangan) sering terjadi pada
pasien preeklampsia, tetapi bukan merupakan kriteria diagnosa.
b. Untuk diagnosa preeklampsia berat
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih.
Gejala dan tanda preeklampsia berat : tekanan darah sistolik .>160
mmHg, tekanan darah sistolik >110 mmHg, peningkatan kadar enzim
hati atau ikhterus, trombosit<100.000/mm3,Oliguria<400 ml/24 jam,
proteinuria >3 gr/liter, nyeri epigastrum, skotoma dan gangguan visus
lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina dan odema
pulmonum.
Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan oragan-organ tubuh
seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
pembekuan darah, sindroma HELLP, bahkan dapat terjadi kematian
pada janin, ibu, atau keduanya bila preeklampsia tak segera diatasi
dengan baik dan benar.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi
perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medicinal dan perawatan konservatif yaitu
kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
1) Perawatan aktif sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal asessment yakni
pemeriksaan Nonstress test (NST) dan Ultrasonografi ( USG),
dengan indikasi ( salah satu atau lebih) yakni:
a) Ibu : Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-
tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan
edicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).
b) Janin: Hasil fetal asessment jelek (NST & USG) adanya tanda
intra uterin Growt Retardation ( IUGR).
c) Hasillaboratorium: adanya HELP Syndrome ( hemolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).
2) Pengobatan medisinal pasien preeklampsia berat ( dilakukan
dirumah sakit atas intruksi dokter)
Yaitu segera masuk rumah sakit, tirah baring miring kesatu
sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap
jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus
RL (60-125 cc/jam) 500 cc, berikan antasida, diet cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam.
Pemberian obat anti kejang: MgSO4 diuretikum tidak
diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongesif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/IM.
3) Antihipertensi diberikan bila: tekanan darah sistolis lebih 180
mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg
( bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi
pada umumnya.
4) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat hipertensi parenteral ( tetesan kontiyu),
catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc
cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
5) Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan anti
hipertensi tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1
jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awalpemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
6) Pengobatan jantung jika ada indikasi yakni tanda-tanda menjurus
payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
7) Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam /jantung, mata: obat-obat
antipiretik diberikan bila suhu rectallebih 38,50 C dapat dibantu
dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2
cc IM: antibiotik diberikan atas indikasi.
Diberikan ampicilin 1 gr/6 jam/IV/hari: anti nyeri bila
penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat
diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2
jam sebelum janin lahir (Yulia Fauziyah, 2012).
6. Manajemen Preeklampsia
Penanganan pada preeklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan
menjadi eklampsia dan pertolongan dengan melahirkan janin dalam
keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal
Tabel 1.1 Manajemen umum pada preeklampsia

Monitoring pada maternal Monitoring pada fetus


Pengukuran tekanan darah seminggu Pemeriksaan nonstress setiap satu

2 kali atau dua minggu sekali


Uji lab seminggu sekali meliputi Pengukuran index cairan amnion

CBC, jumlah platelet, ALT, AST, setiap satu atau dua minggu sekali

LDH, dan kreatinin


Uji untuk proteinuria pemeriksaan Pemeriksaan usg untuk
dengan dipstick atau protein mengetahui pertumbuhan fetus

spot/rasio kreatinin, dan setiap tiga atau empat minggu

pengumpulan urin 24 jam secara sekali

periodek

Pada preeklampsia ringan penanganan simtomatis dan berobat jalan


dengan memberikan:

a) Sedative ringan
b) Phenobarbital 3×30 gr
c) Valium 3×10 gr

Obat penunjang

a) Vitamin B kompleks
b) Vitamin C atau Vitamin E
c) Zat besi
Nasihat
a) Garam dalam makanan dikurangi
b) Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin
c) Segera memeriksakan diri, bila terjadi gejala sakit kepala, mata kabur,
edema mendadak, atau berat badan naik, pernapasan semakin sesak, nyeri
epigastrum, kesadaran berkurang, gerak janin melemah, berkurang,
pengeluaran urine berkurang.
d) Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat atau diperketat (Yulia Fauziyah,
2012).
Pada preeklampsia berat, pasien harus segera dirujuk. Petunjuk untuk
segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu
memperhatikan hal berikut :

a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih


b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih
c) Kenaikan berat badan 1 ½ kg atau lebih dalam seminggu
d) Edema bertambah dengan mendadak
e) Terdapat gejala atau keluhan subjektif

Bidan dapat merawat pasien preeklampsia berat untuk sementara,


sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga pasien dapat
mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya. Pasien diusahakan agar :

a) Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara atau sinar


b) Infus glukosa 5 %
c) Dilakukan pemeriksaan
d) Pengobatan
 Sedative : phenobarbital 3V100 mgr, valium 3×20 mgr
 Menghindari kejang : MgSO4 insial dosis 8 gr IM, dosis selanjutnya 4
gr/6 jam dan observasi pernapasan tidak kurang dari 16 per menit,
refleks patella positif, urin tidak kurang dari 600 cc/24 jam
 Valium dosis inisial 20 mgr IV, dosis selanjutnya 20 mgr/drip/20
tetes/menit. Dosis maksimal 120 mgr/24 jam.
 Kombinasi pengobatan: Pethidine 50 mgr IM, klorpromazin 50 mgr
IM
 Bila terjadi oliguria berikan glukosa 40 % IV untuk menarik cairan
dari jaringan sehingga dapat merangsang diuresis.
e) Setelah preeklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri
kehamilan berdasarkan:
 Kehamilan cukup bulan
 Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
 Apabila pengobatan pre eklampsia berat gagal, kehamilan diakhiri
tanpa memandang usia kehamilan.
Merujuk ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat. Mengakihiri
kehamilan merupakan kelanjutan pre eklampsia menjadi eklampsia (Yulia
Fauziyah, 2012).
Perawatan pre eklampsia berat sama halnya dengan perawatan pre
eklampsia ringan dilakukan pengelolaan dasar yaitu rencana terapi pada
penyulitnya yaitu terapi medikamentosa dengan pemberian obat-obatan
untuk penyulitnya dan menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya
yang tergantung pada umur kehamilan. Sikap terhadap kehamilan dibagi 2
yaitu, ekspektatif atau konservatif bila umur kehamilan < 37 minggu,
artinya kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan
terapi medikamentosa dan yang kedua yaitu aktif atau agresif bila umur
kehamilan ≥ 37 minggu artinya kehamilan diakhiri setelah mendapat
terapi medikamentosa untyk stabilisasi ibu (Dewi Setiawati, 2013).
F. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pergertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Bentuk pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan dengan menggunakan metode pemecahan masalah.
Proses manajemen adalah proses pemecahan masalah dengan
menggunakan metode yang terorganisasi, meliputi pikiran dan tindakan
dalam urutan yang logis untuk keuntungan pasien dan pemberian asuhan
(Nurhayati, 2012).
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk mengambil sebuah keputusan yang terfokus pada
klien (Ellisabeth M.F.Lalita, 2013).
b. Tahapan Dalam manajemen Asuhan Kebidanan
Varney mengatakan bahwa seorang Bidan perlu lebih kritis melakukan
analisis dalam menerapkan manajemen untuk mengantisipasi diagnosis
dan masalah potensial.
Tahapan Manajemen Dalam Asuhan Kebidanan :
Langkah I (Tahap Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yng berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara:
1. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-
sosio-spritual, serta pengetahuan klien.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital meliputi pemriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi) dan pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan
terbaru serta catatan sebelumnya).
Dalam manajemen kolaborasi, bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan pada dokter, bidan akan
melakukan upaya konsultasi. Tahap ini merupakan langkah awal yang
akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan benar tidaknya
proses interpretasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu, pendekatan
ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang
sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah
sudah tepat, lengkap dan akurat.
Pengkajian ibu hamil dengan pre eklampsia berat, meliputi
pertanyaan seputar sejarah pribadi sebelum hamil, riwayat kesehatan
keluarga, pekerjaan serta kebiasaan social lainnya. Pemeriksaan fisik
lengkap di lakukan khususnya terfokus pada penampilan umum
(tanda- tanda pusing dan bengkak pada wajah maupun bagian tungkai
bawah) dan pemeriksaan tanda- tanda vital. Dalam tes laboratorium
adanya pre eklampsia berat umumnya ditentukan melalui pengukuran
kadar proteinuria.
Langkah II ( Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah kedua ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpensi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang dialami wanita
diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga
sering menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis
kebidanan. Pada kasus pre eklampsia berat di dapatkan data subjektif nyeri
epigastrum, gangguan penglihatan dan nyeri kepala.
Langkah III ( Diagnosis / Masalah Potensial)
Langkah ketiga merupakan langkah ketika bidan melakukan
identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya. Pada langkah ini kita mengindentifikasi masalah
potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis / masalah yang
sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosis/ masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting
sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terajdi,
tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis
tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional atau
logis. Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada pre eklampsi berat
adalah eklampsia.
Langkah IV ( Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera)
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini, mengindentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yag lain sesuai dengan
kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen
kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic
atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama-
sama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
Antisipasi masalah pertama yang dilakukan pada ibu hamil dengan pre
eklampsia berat adalah memantau tekanan darah dan protein urine,
kolaborasi dengan dokter SpOG dan melakukan rujukan ke rumah sakit
yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap untuk mendapatkan
perawatan.
Langkah V ( Penyusunan Rencana Asuhan Menyeluruh)
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah psikologis.
Rencana asuhan pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat yaitu:
1) Penderita pre eklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk
rawat inap dan dianjurkan tirah miring ke satu sisi (kiri).
2) Beri obat hipertensi metildopa dan nifedipin
3) Pemeriksaan proteinuria
4) Pengukuran tekanan darah
Langkah VI (Implementasi)
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Langkah ini
dilaksanakan secara efisien dan aman, manajemen yang efisien akan
menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Pelaksanaan renacana asuhan pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat
yaitu:
1) Penderita pre eklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk
rawat inap dan dianjurkan tirah miring ke satu sisi (kiri).
2) Beri obat hipertensi nifedipin dan metildopa
3) Pemeriksaan proteinuria
4) Pengukuran tekanan darah
Langkah VII (Evaluasi)
Evaluasi ini dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan.
Pada langkah ini meliputi evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan.
Rencana tersebut dapat diaggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya. Pada kasus pre eklampsia berat pada ibu hamil
evaluasi yang diharapkan yaitu, proteinuria <4+, tekanan darah
ibu<140/90 mmHg dan ibu sudah boleh pulang karena sudah mencapai
tanda-tanda pre eklampsia ringan (Ellisabeth M.F. Lalita, 2013).
c. Pendokumentasian Asuhann Kebidanan (SOAP)
Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui
proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis (langkah I Varney).
O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan (langkah I Varney).
A (Pengkajian/Asessment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam indetifikasi diagnosis/masalah, antisipasi
diagnosis/masalah potensial dan perlunya tindakan segera oleh bidan dan
atau rujukan (langkah II,III,IV Varney).
P (Planing)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan
berdasarkan asessment (langkah V, VI, dan VII Varney) (Rita Yulifah dan
Surachmindari, 2013).
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.S UMUR 23 TAHUN G2 P1 A0 USIA

KEHAMILAN 37+5 MINGGU DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT

DI RSUD BANYUMAS

Pengkajian Hari/Tanggal : Sabtu/ 04 Juni 2022

Jam : 10.45 WIB

Tempat : Poli Kebidanan RSUD Banyumas

I. PENGKAJIAN DATA
A. Identitas Pasien

Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.K

Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Rawalo 2/4 Alamat : Rawalo 2/4

B. Anamnesa

1. Keluhan utama

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

Ibu mengatakan ini kehamilan keduanya dan belum pernah keguguran

Ibu mengatkan HPHT tanggal 13 September 2021

Ibu mengatakan dirinya merasa pusing dan pandangan mata kabur

2. Riwayat menstruasi

a. Menarche : 13 tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Lamanya : 5 hari

d. Bau : Khas haid

e. Sifat darah : Encer


f. Banyaknya : 2x ganti pembalut

g. Disminore : Tidak ada

h. Flour albus : Tidak

3. Riwayat Perkawinan

b. Status perkawinan : Sah

c. Berapa kali menikah : 1 Kali

d. Lama menikah : 3 Tahun

e. Umur menikah : 20 Tahun

4. Riwayat kehamilan ini

a. HPHT : 13 September 2021 HPL : 20 Juni 2022

b. ANC

Trimester Frekuensi Keluhan Penanganan


Makan sedikit tapi
Trimester I 1x Mual
sering
Anjurkan istirahat
Trimester II 2x Pusing
yang cukup
Lakukan
Trimester III Pandangan
3x pemeriksaan
mata kabur
Laboratorium
c. Obat yang diminum : tablet FE dan vitamin dari bidan

d. Jamu/ramuan yang diminum : tidak ada

e. Pergerakan janin pertama kali dirasakan pada usia kehamilan 4

bulan (16 minggu)

5. Riwayat Kehamilan Yang Lalu


NO Hamil UK Jenis Penolong penyulit Bayi Keadaan
ke Persalinan Anak
JK BB Sekaran
g

1 I Aterm Spontan Bidan Tidak ada P 2900 Sehat


2 Hamil
ini
6. Riwayat KB : ibu mengatakan hanya menggunakan KB suntik 3

bulan

7. Riwayat Kesehatan Pribadi/Keluarga

a. Ibu mengatkan tidak memiliki riwayat penyakit menurun dan

menular seperti (hipetensi, jantung, hepatitis dan HIV/AIDS)

b. Ibu mengatkan dalam keluarga ibu atau dari suami tidak memiliki

riwayat penyakit menurun dan menular seperti (hipetensi, jantung,

hepatitis dan HIV/AIDS)

c. Ibu mengatkan dalam keluarga ibu atau dari suami tidak memiliki

riwayat keturunan kembar atau cacat

d. Ibu mengatakan tidak pernah dioperasi atau diopname

e. Ibu mengatakan tidak mempunyai hewan peliharaan

8. Pola Kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi

Sebelum hamil Selama hamil


Pola makan 3 x sehari 3 x sehari
Pola minum Air putih 7-8 gelasAir putih 8-9 gelas
dan susu
Jenis makanan Nasi, Sayur, ikan, Nasi, sayur, ikan,
tempe, daging ayam telur, ayam, bah-
buahan
Pantangan makanan Tidak ada tidak ada
b. Eliminasi

BAK

Sebelum hamil Selama hamil


Frekuensi 4-5 x sehari 5-6 xsehari
Konsistensi Encer Encer
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Kelainan Tidak ada Tidak ada
BAB

Sebelum hamil Selama hamil


Frekuensi 1-2 x sehari 1 x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Kelainan Tidak ada Tidak ada
c. Pola Istirahat

Sebelum hami Selama hamil


Tidur siang 2 jam 1-2 jam
Tidur malam 8 jam 7-8 jam
d. Pola Aktivitas

Sebelum hamil Selama hamil


Dirumah Mengerjakan Mengerjakan
pekerjaan rumah pekerjaan rumah
seperti biasa seperti biasa
Diluar rumah Arisan, belanja, Pengajian, arisan
olahraga
e. Personal Hygine

Sebelum hamil Selama hamil


Mandi 2x/hari 2x/hari
Keramas 3x/minggu 3x/minggu
Gosok gigi 2x/hari 2x/hari
Membersihkan Setelah Setelah
kelamin mandi,BAK, BAB mandi,BAK, BAB
Mengganti pakaian Setelah Setelah
dalam mandi,BAK, BAB mandi,BAK, BAB
atau jika basah atau jika basah
f. Seksualitas

Sebelum hamil Selama hamil


Frekuensi 2-3x seminggu 1-2x seminggu
9. Riwayat Psikologi dan Spiritual

a. Tanggapan ibu terhadap keadaanya : Ibu mengatakan sangat senang

dengan kehamilannya

b. Tanggapan keluarga terhadap kehamilannya : Ibu mengatakan

keluarga sangat mendukung dengan kehamilannya

c. Coping/pemecahan masalah : Ibu mengatakan jika ada masalah di

diskusikan dengan suaminya

d. Ketaatan ibu beribadah : Ibu mengatkan ibadah 5 waktunya lancer

10. Riwayat sosial ekonomi

a. Hubungan sosial ibu dengan mertua, orang tua, dan anggota

keluarga yang lain : baik

b. Penentu pengambil keputusan berkaitan dengan persalinan ibu :

Suami

c. Yang menanggung biaya persalinan : BPJS

11. Pengetahuan ibu tentang kehamilannya


a. Perubahan psikologis dan fisiologis ibu TM III : Ibu mengatakan

sudah mengetahui perubahan psikologis dan fisiologis TM III, ibu

mengatakan perubahan psikologis pada TM III yaitu merasa

khawatir akan proses kelahiran dan ketakutan akan bayi yang

dilahirkan ada kekurangan fisik, sedangkan pada perubahan

fisiologis yaitu sering buang air kecil karena penurunan bayi yang

sudah masuk panggul.

b. Tanda bahaya kehamilan TM III : Ibu mengatakan sudah

mengetahui tanda bahaya pada kehamilan TM III yaitu merasa

pusing yang terasa hebat, demam lebih dari 2 hari, bengkak pada

wajah,tangan,dan kaki, perdararahan, nyeri perut, ketuban pecah

sebelum waktunya.

c. Perencanaan persalinan : Ibu mengatakan sudah merencanakan

persalinannya di puskesmas dan ditolong oleh bidan

d. Gizi ibu hamil TM III : Ibu mengatakan sudah mengetahui gizi ibu

hamil yaitu makan 3x sehari dengan makanan yang bergizi

mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin

e. Ketidaknyamanan kehamilan TM III : Ibu mengatakan sudah tahu

ketidaknyamanan kehamilan TM III yaitu sering buang air kecil,

susah buang air besar, nyeri punggung, kontraksi palsu (Braxton

hicks)
f. Body mekanik ibu hamil : ibu mengatakan sudah mengetahui

tentang body mekanik ibu hamil, yaitu posisi duduk menyesuaikan

perubahan tubuh pada ibu hamil terutama punggung yang lordosis,

untuk mengatasi keluhan sakit punggung gerakan body mekanik

ibu yaitu berdiri dengan menegakkan bahu dan mengangkat pantat

tegak lurus dan posisi tidur dengan cara miring kiri.

g. Kebutuhan tablet Fe : Ibu menngatakan sudah mengetahui tentang

tablet Fe yaitu tablet tambah darah yang diminum minimal 90

tablet selama kehamilan.

12. Data lingkungan tempat tinggal

a. Keluarga yang tinggal serumah : Suami dan anak

b. Hewan peliharaan : tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TD : 159/90 mmHg

d. N : 92 x/menit

e. S : 36,5 ºC

f. R : 24 x/menit

g. BB Sekarang : 61 kg

h. TB : 155 cm
i. Lila : 24 cm

2. Pemeriksaan Khusus

a. Kepala : Mesochepal, tidak ada pembengkakan

Rambut : Bersih, rambut hitam, tidak berketombe

b. Muka : Simetris, tidak oedema, tidak pucat, tidak ada

chloasma gravidarum

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak ada

secret

Hidung : Tidak ada polip, tidak ada secret

Mulut/gigi : Bersih, bibir pecah-pecah, gigi tidak

berlubang, tidak ada karang gigi

Telinga : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik

c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe,

dan pembesaran vena jugularis

Dada/payudara : Simetris, tidak ada retraksi dinding

dada payudara simetris, terdapat hiperpigmentasi areola, putting

susu bersih dan menonjol, sudah ada pengeluaran dari putting susu

d. Abdomen : Tidak ada bekas operasi, terdapat striae

gravidarum

Palpasi Abdomen

Leopold I : TFU 31 cm

Teraba bulat, lunak, tidak melenting


Leopold II : Kanan teraba keras, panjang seperti papan

Kiri teraba bagian kecil-kecil janin

Leopold III : Teraba bulat, keras, dan melenting

Leopold IV : Divergen

Auskultasi

DJJ : 145 x/menit Puka

Frekuensi : Teratur

Punctum maksimum : Kanan bawah pusat

e. Genetalia

Vulva : tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada condiloma

Anus : tidak hemoroid

f. Ekstermitas atas dan bawah : tidak oedema, tidak ada kekakuan

sendi, tidak ada varises, reflek patella (+)

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

a. Protein urin : ++

b. HbsAg : NR

c. Hb : 11 g/dl

d. Gol. Darah :B

e. HIV,Sifilis : NR

II. INTERPRETASI DATA


1. Diagnosa Kebidanan

Ny.S umur 23 tahun G2 P1 A0 usia kehamilan 37+⁵ minggu janin tunggal,

hidup , intra uteri, preskep, puka sudah masuk panggul dengan keadaan

ibu dan janin baik.

DS :

Ibu mengatakan bernama Ny.S umur 23 tahun

Ibu mengatakan ini kehamilan keduanya dan belum pernah keguguran

Ibu mengatakan dirinya merasa pusing dan pandangan mata kabur

Ibu mengatakan HPHT 13 September 2021

DO :

Ku : Baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 159/90 mmHg

N : 92 x/menit

S : 36,5 ºC

R : 24 x/menit

Palpasi Abdomen

Leopold I : TFU 31 cm

Bokong

Leopold II : Kanan punggung

Kiri ekstremitas janin

Leopold III : Kepala


Leopold IV : Sudah masuk panggul

Auskultasi

DJJ : 145 x/menit Puka

Frekuensi : Teratur

Punctum maksimum : Kanan bawah pusat

2. Masalah : Tidak ada

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Eklampsia

IV. PENANGAN SEGERA

a. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk dilakukan rawat inap diruang

bersalin

b. Dilakukan manajemen PEB dan rencana induksi

V. PERENCANAAN

Tanggal : 04 Juni 2022 Jam : 10.50 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

2. Beritahu rencana tindakan

3. Kolaborasi medis

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 04 Juni 2022 Jam : 10.50 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaaan


TD : 159/90 mmHg S : 36,6ºc

N : 92x/menit R : 24x/menit

2. Memberitahu ibu akan dilakukan rencana tindakan manajemen PEB

3. Kolaborasi medis rujuk pasien ke ruang bersalin untuk dilakukan tindakan

manajemen PEB

VII. EVALUASI

Tanggal : 04 Juni 2022 Jam : 10.55 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu bersedia untuk dilakukan tindakan manajamen PEB

3. Ibu sudah dirujuk ke ruang bersalin untuk dilakukan manajemen PEB

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA Ny.S UMUR 23 TAHUN

G2 P1 A0 USIA KEHAMILAN 37+6 MINGGU DENGAN PRE EKLAMPSIA

BERAT DI RSUD BANYUMAS

Pengkajian, Hari/Tanggal : Sabtu/04 Juni 2022

Pukul : 14.00 WIB

Tempat : RSUD Banyumas


A. Subyektif

1. Biodata

Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.K

Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Rawalo 2/4 Alamat : Rawalo 2/4

2. Alasan Utama Ibu Masuk

Pasien baru datang rujukan dari poli untuk dilakukan rencana induksi

dan manajemen PEB. TD 160/100, VT pembukaan (-)

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

HPHT : 13 September 2021 HPL : 20 Juni 2022

NO Hamil UK Jenis Penolo penyulit Bayi Keadaan


ke Persalin ng Anak
an JK BB Sekarang

1 I Ater Sponta Bidan Tidak P 2900 Sehat


m n ada
2 Hamil
Ini
B. Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV

TD : 160/100 mmHg

N : 93x/menit

S : 36,5 ºC

R : 20x/menit

BB Sekarang : 61 kg

TB : 155 cm

2. Pemeriksaan khusus

a. Kepala : Mesochepal

Rambut : Bersih, rambut hitam, tidak berketombe

b. Muka : Simetris, tidak oedema, tidak pucat

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak

ada sekret

Hidung : Tidak ada polip, tidak ada sekret

Mutut/gigi : Bersih, bibir pecah-pecah,

Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada sekret

c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe


Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

payudara simetris, terdapat hiperpigmentasi

areola, putting susu bersih dan menonjol, sudah

ada pengeluaran dari putting susu

d. Abdomen :

Palpasi Abdomen

Leopold I : TFU 31 cm

Teraba bulat, lunak, tidak melenting

Leopold II : Kanan teraba keras, panjang seperti papan

Kiri teraba bagian kecil-kecil janin

Leopold III : Teraba bulat, keras, dan melenting

Leopold IV : Divergen

Auskultasi

DJJ : 145x/menit Puka

Frekuensi : Teratur

Punctum maksimum : Kanan bawah pusat

His : Jarang

VT tanggal : 04-06-2022 jam 14.00 WIB belum ada

pembukaan

Tujuan : Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan

persalinan
Vagina : Tidak oedema, tidak ada varises dan tidak ada

condiloma

C. Assessment

Tanggal : Sabtu, 4 Juni 2022 Pukul : 14.00 WIB

Ny.S usia 23 tahun G2P1A0 usia kehamilan 37⁺6 minggu janin tunggal,

hidup, intra uteri, puka, preskep, dengan PEB.

D. Planning

Tanggal : Sabtu, 4 Juni 2022 Pukul : 14.00 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa TD : 160/100 mmHg, N :

93x/menit, S : 36,5 ºC, R : 20x/menit, DJJ : 145x/menit

Ibu sudah mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan

2. Lakukan tindakan manajemen PEB

Melakukan tindakan manajemen PEB diberikan obat nifedipine 10mg

pada pukul 15.00. Diberikan dosis awal 4 gr MgSO4 (10 ml larutan

MgSO4 40%) dengan 10 ml aquades diberikan secara IV selama 20

menit pada pukul 17.40 WIB. Dosis lanjutan diberikan 1gr MgSO4

pada pukul 18.00 WIB dengan menggunakan shiring pump.

Telah dilakukan manajemen PEB dengan hasil pada pukul 18.00 TD :

140/90 mmHg,VT pembukaan - cm, his (-), DJJ 140 x/menit.

3. Lakukan tindakan induksi persalinan


Melakukan tindakan induksi persalinan dengan menggunakan

misoprostol 25 mg per 6 jam dimulai pada pukul 18.00 WIB

Telah dilakukan tindakan induksi persalinan dengan hasil evaluasi

setelah 6 jam pada pukul 00.00 WIB VT belum ada pembukaan, HIS -,

DJJ 150 x/menit.

DATA PERKEMBANGAN 1

Tanggal : Minggu, 5 Juni 2022

Pukul : 00.00 WIB

Tempat : Ruang bersalin

A. Subyektif

a. Ibu mengatakan belum ada kontraksi

b. Ibu mengatakan belum mengeluarkan lendir bercampur darah

B. Objektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kesadaran umum baik,

kesadaran composmentis, TD 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu

36.5ºC . VT pembukaan –cm, HIS -, DJJ: 145 x/menit.

C. Assesment
Ny.S usia 23 tahun G2P1A0 usia kehamilan 37⁺6 minggu janin

tunggal, hidup, intra uteri, puka, preskep,dengan PEB.

D. Planning

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu kesadaran umum baik,

kesadaran composmentis, TD 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu

36.5ºC . VT pembukaan –cm, HIS -, DJJ: 145 x/menit.

Ibu sudah tau hasil pemeriksaan

2. Lanjutkan tindakan induksi persalinan

Melanjutkan tindakan induksi persalinan yaitu dengan

menggunakan misoprostol 25 mg per oral tablet ke dua dan lakukan

evaluasi selama 6 jam.

Telah dilakukan tindakan induksi persalinan dengan menggunakan

misoprostol 25 mg per oral tablet kedua dengan evaluasi hasil

setelah 6 jam yaitu VT pembukaan 2 cm, HIS 3x/10’/30”, DJJ 147

x/menit, portio teraba tipis lunak, advice dokter induksi misoprostol

di stop.

DATA PERKEMBANGAN KALA II

A. Subjektif

Tanggal : 05 - 06 -2022 Jam : 07.30 WIB


Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering dan ia tidak mampu

untuk lagi menahan keinginan untuk meneran

B. Objektif

Tanggal : 05 -06-2022 Jam : 07.30 WIB

Vulva membuka, anus menonjol

Djj : 145x/menit, His : 5x10’45”

Vt Ø lengkap, porsio tidak teraba, kepala penurunan Hodge IV,

moulage (-), PPV : blood show

C. Assessment

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 07.30 WIB

Diagnosa kebidanan

Ny. S umur 23 tahun G2 P1 A0 hamil 37+6 minggu inpartu kala II

fase aktif dengan PEB.

D. Planning

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 07.30 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

Ku : Baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 120/70 mmHg

N : 93 x/menit

S : 36,5 ºC
R : 20 x/menit

Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan

2. Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses

persalinan

Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses

persalinan

Keluarga bersedia untuk mendampingi ibu selama proses

persalinan

3. Atur ibu untuk posisi litotomi

Mengatur ibu posisi litotomi

Posisi ibu sudah lititomi

4. Lakukan persalinan 60 langkah APN

Melakukan persalinan 60 langkah APN yaitu :

a. Tanda-tanda kala II (perjol, vulka, teknus)

Ibu mempunyai keinginan untuk menran

Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum

dan atau vaginanya, Perineum menonjol,Vulva vagina dan

spingter anal membuka

b. Meminta keluarga untuk mendampingi proses meneran


Meminta keluarga untuk mendampingi ibu selama proses

meneran

Keluarga bersedia untuk mendampingi ibu selama proses

meneran

c. Bimbing ibu untuk meneran bila ada his dan anjurkan ibu

untuk makan dan minum bila tidak ada his

Membimbing ibu untuk meneran bila ada his dan

menganjurkan ibu untuk makan dan minum bila tidak ada his

Ibu bersedia untuk meneran bila ada his dan ibu bersedia untuk

makan dan minum bila tidak ada his

d. Persiapan penolongan kelahiran bayiLetakkan handuk bersih

(untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

Letakan kain bersih diatas perut ibu dan kain yang dilipat 1/3

bagian sebagai alas bokong ibu

Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan. Pakai sarung tangan DTT/steril pada

kedua tangan

e. Lindungi perineum
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm maka

lindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi dengan

kain bersih dan kering

Menahan perineum dengan tepat dilapisi kain bersih dan kering

f. Melahirkan kepala bayi

Tangan kiri berada di vertek untuk mencegah defleksi

maksimal dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk

meneran secara perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

g. Mengecek lilitan tali pusat

Mengecek tali pusat untuk memeriksa kemungkinan adanya

lilitan tali pusat

h. Menunggu bayi melakukan putaran paksi luar

Setelah kepala melakukan putaran Paksi luar, memegang

bipariental dan menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi

i. Melahirkan bahu depan

Melahirkan bahu depan dengan lembut gerakan kepala kearah

bawah dan distal hingga bahu depan lahir

j. Melahirkan bahu belakang

Menggerakkan kearah atas dan distal sampai bahu belakang

lahir

k. Sanggah bahu
Memindahkan tangan kanan untuk menyangga samping lateral

tubuh bayi

l. Susuri badan bayi sampai ketungkai

Memindahkan tangan kiri untuk menyusur pada lengan bayi,

dada, dan punggung serta bokong, sampai kedua kaki,

dilanjutkan dengan memegang kedua mata kaki ( masukan

telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki

dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

m. Menilai bayi

Memposikan kepala bayi 15° lebih rendah dari badan bayi

untuk menilai bayi (apakah bayi menangis, warna kulit, bayi

bergerak aktif) dengan cara memegang bayi, tangan kiri

diantara kedua kaki bayi dan tangan kanan memegang kepala

bayi

n. Keringkan bayi dengan seksama

Meletakan bayi diatas perut ibu, mengeringkan mulai muka,

kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa

membersihkan vernik dan lakukan skin to skin contact antara

ibu dan bayi untuk melakukan IMD

Hasil :

Tanggal 05-06-2022 jam 07.50 WIB


Bayi lahir spontan, menangis, presentasi belakang kepala,

kelainan (-), anus (+).

Jenis kelamin : laki-laki

BB : 3000 gram

PB : 48 cm

LK / LD : 32 cm / 31cm

APGAR SCORE

No Aspek Yang Dinilai 1’ 5’ 10’


1 Denyut jantung 2 2 2
2 Usaha nafas 2 2 2
3 Tonus otot 1 1 2
4 Reflek 1 2 2
5 Warna 1 2 2
Jumlah 7 9 10

DATA PERKEMBANGAN KALA III

A. Subjektif

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 07.50 WIB

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules

Ibu mengatakan senang bayinya sudah lahir.

B. Objektif

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 07.50 WIB

KU : Baik

Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,5 ºC

R : 20 x/menit

TFU : setinggi pusat, uterus globuler

kontraksi : keras, tali pusat bertambah panjang, semburan darah

(+)

kandung kemih : kosong

C. Assesment

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 07.50 WIB

Ny. S umur 23 tahun P2A0 dalam inpartu kala III.

D. Planning : lakukan MAK III dan lahirkan plasenta

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 07.50 WIB

1. Memeriksa fundus uteri untuk mengetahui ada atau tidaknya janin

ganda, beritahu Ibu akan di suntik oksitosin10 IU pada 1/3 atas

bagian luar pada paha ibu secara IM.

Tidak ada janin ganda dan Ibu sudah di suntik oksitosin10 IU.

2. Memeriksa tanda – tanda pelepasan plasenta seperti tali pusat

bertambah panjang , bentuk uterus membulat, dan ada semburan

darah tiba–tiba, minta Ibu sedikit mengejan.


Terdapat tanda – tanda pelepasan pasenta antara lain tali pusat

bertambah panjang dan ada semburan darah tiba – tiba, Ibu

mengejan.

3. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, memindahkan klem

5–10 cm di depan vulva, tangan kiri menekan uterus secara hati–

hati kearah dorsocranial, tangan kanan memegang tali pusat.

Penegangan tali pusat terkendali sudah dilakukan.

4. Melahirkan plasenta dengan tangan kiri tetap menekan uterus

sementara tangan kanan menegangkan tali pusat kearah bawah

kemudian ke atas sesuai dengan sumbu jalan lahir hingga plasenta

tampak di vulva, pegang plasenta dengan kedua tangan dan

lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran

plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban

Plasenta lahir spontan jam 21.50 WIB

5. Melakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri, sedangkan

tangan kanan memeriksa kelengkapan plasenta.

Kontraksi keras, plasenta lahir lengkap dengan jumlah kotiledon

20, berat ± 500 gram, panjang tali pusat ± 40 cm, selaput ketuban

utuh.

6. Mengecek perdarahan dan laserasi pada perineum Ibu.

Perdarahan kala III ± 300 cc, ruptur perineum derajat I

Hasil :
Plasenta lahir spontan jam 07.55 WIB, kontraksi uterus lembek,

perdarahan +- 300 cc, ruptur perineum derajat I, hecting (+)

DATA PERKEMBANGAN KALA IV

A. Subjektif

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 08.00 WIB

Ibu mengatakan sudah merasa lega dan keadaannya sudah lebih baik.

B. Objektif

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 08.00 WIB

KU : Baik,

Kesadaran : Composmentis

TD : 120/80 mmHg

N : 88 x/menit

R : 22 x/menit

S : 36,7°C

TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, Perdarahan ± 50 cc.

C. Assesment

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 08.00 WIB

Ny. N umur 29 tahun P2A0 inpartu kala IV dengan keadaan ibu baik.

D. Planning

Tanggal : 05-06-2022 Jam : 08.00 WIB


1. Memberitahu kepada Ibu hasil pemeriksaan meliputi tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, respirasi 22 x/menit, S 36,7°C.

Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan.

2. Membersihkan badan ibu dengan air bersih.

Ibu sudah merasa nyaman.

3. Membersihkan tempat persalinan dan partus set.

Tempat bersalin dan partus set sudah bersih.

4. Mengajarkan ibu untuk tetap memasase uterus, agar tidak terjadi

perdarahan.

Ibu bersedia untuk memasase uterusnya.

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat.

Ibu bersedia untuk istirahat.

6. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih dan jumlah

perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1

jam kedua.

7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti uterus

teraba lembek/tidak berkontrksi, pedarahanpervaginan >500 cc,

sakit kepala berat, rasa sakit/panas waku BAK, penglihatan kabur,

pengeluaran cairan berbau busuk, demam tinggi dimana suhu

tubuh ibu >38ºC dan ibu mengerti apabila ada salah satu tanda

bahaya tersebut ibu akan segera datang ke tempat pelayanan

kesehatan tersebut.
Observasi sudah dilakukan dengan hasil :

Hasil Observasi Kala IV

Jam Waktu TD Nadi Suhu TFU Kontraksi Kandung Darah


ke mmHg x/menit ºC uterus kemih yang
keluar
1 08.15 120/80 88 36,7 2 jari keras Kosong 50 cc
dibawah
pusat
08.30 120/80 86 36,5 2 jari keras Kosong 40 cc
dibawah
pusat
08.45 110/80 90 36,5 2 jari keras Kosong 30 cc
dibawah
pusat
09.00 100/70 87 36,5 2 jari keras Kosong 25 cc
dibawah
pusat
2 09.30 125/69 80 36,3 2 jari keras Kosong 20 cc
dibawah
pusat
10.00 120/70 83 36,6 2 jari keras Kosong 15 cc
dibawah
pusat
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Ny. S UMUR 23 TAHUN P2 A0 DENGAN POST PARTUM HARI KE 1

DI RSUD BANYUMAS

Pengkajian, Hari/Tanggal : Senin /06 Juni 2022

Pukul : 08.00

Tempat : Ruang Permata Hati RSUD BANYUMAS

A. Subyektif

1. Biodata

Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.K

Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA


Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Rawalo 02/04 Alamat : Rawalo 02/04

2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan, BAK spontan,

belum BAB , ASI sudah keluar

3. Riwayat obstretrik yang lalu

Ibu mengatakan ini persalinan keduanya dan belum pernah keguguran.

4. Riwayat persalinan sekarang

Ibu bersalin di RSUD BANYUMAS, persalinan normal, ASI sudah

keluar, bayi lahir langsung menangis, BB 3000 gram, PB 48 cm, jenis

kelamin laki-laki.

5. Robekan perineum

Ibu mengatkan dilakukan penjahitan dibagian jalan lahirnya.

6. Proses IMD

Ibu mengatakan setelah bayi lahir, bayi diletakan di atas perut ibu

selama 1 jam.

7. Pengeluaran lochea

Ibu mengatkan darah yang keluar berwarna merah segar (lochea

rubra), jumlahnya sedikit dan tidak berbau busuk.

8. Riwayat pemenuhan nutrisi


Ibu mengatakan sudah makan dan minum sehabis dirinya dibersihkan

dan istirahat sebentar.

9. Pola eliminasi

Ibu mengatakan sudah BAK dan belum BAB

10. Riwayat mobilisasi

Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan-kiri, sudah duduk, dan sudah

bisa berjalan ke kamar mandi.

11. Riwayat KB yang lalu

Ibu mengatakan hanya menggunakan KB suntik

B. Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV

TD : 135/86 mmHg

N : 83 x/menit

S : 36,5 ºC

R : 20 x/menit

2. Pemeriksaan khusus

a. Kepala : Mesochepal

Rambut : Bersih, rambut hitam, tidak berketombe

b. Muka : Simetris, tidak oedema, tidak pucat


Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih, tidak

ada sekret

Hidung : Tidak ada polip, tidak ada sekret

Mutut/gigi : Bersih, bibir pecah-pecah, gigi tidak berlubang

Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada sekret

c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

payudara simetris, terdapat hiperpigmentasi

areola, putting susu bersih dan menonjol, sudah

ada pengeluaran dari putting susu

d. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, ada striae gravidarum,

kontraksi uterus keras, TFU 2 jari dibawah pusat

e. Ekstermitas : tidak ada oedema, tidak pucat

f. Genetalia : Tidak ada hemoroid, tidak ada varises,

pengeluaran lochea Rubra, ada jahitan perineum

C. Assesment

Ny.S usia 23 tahun P2A0 post partum hari ke 1 dengan keadaan ibu baik.

D. Planning

Tanggal : 06-06-2022

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan , yaitu TD : 135/86 mmHg, N :

83x/menit,
S: 36,5 ºC, R : 20x/menit, kontraksi uterus keras, TFU 2 jari dibawah

pusat.

Ibu sudah mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya dengan cara

mengganti pembalut setiap 4 jam sekali atau jika sudah penuh untuk

segera mengganti pembalut dan membersihkan daerah genetalia

sesudah BAK atau BAB untuk menjaga genetalia tetap kering, tidak

lembab sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi.

Ibu sudah paham dan mengerti bagaimana cara mencaga kebersihan

genetaliannya dan ibu bersedia untuk melakukannya.

3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak

mengandung protein (telur,ikan,tempe/tahu) untuk mempercepat

proses kembalinya uterus dan untuk perbaikan hemoglobin dalam

darah.

Ibu paham makanan yang bergizi yang banyak mengandung protein

dan bersedia untuk mengkonsumsi makanan tersebut.

4. Menganjurkan ibu untuk memberikakn ASI Eksklusif pada bayinya

tanpa tambahan makanan lainnya selama 6 bulan

Ibu bersedia untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya selama 6

bulan.

5. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak minum air putih sebelum dan

sesudah menyusui untuk mencegah terjadinya dehidrasi.


Ibu bersedia untuk memperbanyak minum air putih

6. Mengajari ibu cara merawat payudara yaitu menjaga payudara tetap

bersih dan kering, sebelum menyusui oleskan sedikit ASI pada bagian

putting dan areola mamae, gunakan BH yang menyongkong payudara,

dan anjurkan ibu untuk membersihkan payudara setiap pagi dan sore

hari menggunakan baby oil atau air hangat dengan kapas ditempelkan

pada putting selama ±5 menit kemudian memutar kearah luar dan

mengangkat kapas. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran

yang ada di payudara yang dapat menghambat pengeluaran ASI.

Ibu sudah paham dan bersedia untuk melakukan perawatan payudara

7. Menganjurkan ibu untuk rutin meminum terapi obat yang diberikan

bidan yaitu amoxcilin, vitamin A, asam mefenamet dan tablet Fe agar

mempercepat pemulihan ibu.

Ibu bersedia untuk rutin mengkonsumsi terapi obat yang sudah

diberikan oleh bidan.

8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan

pervagina, infeksi, kelainan payudara (bendungan ASI, mastitis), jika

ibu mengalami salah satu tanda bahaya masa nifas tersebut untuk

segera mendatangi tempat pelayanan kesehatan terdekat.

Ibu sudah tahu dan paham tentang tanda bahaya masa nifas.

9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 hari lagi atau

jika ada keluhan


Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 2 hari lagi atau jika

mengalami keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

BY Ny. S USIA 1 HARI POST PARTUM DENGAN KEADAAN NORMAL

DI RSUD BANYUMAS

Pengkajian, Hari/Tanggal : Senin / 06 Juni 2022

Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Ruang Permata Hati RSUD Banyumas

A. Subjektif

1. Identitas bayi

Nama : By Ny.S

Jenis kelamin : Laki-Laki

Anak ke :2

Identitas orang tua


Nama : Ny.S Nama Suami : Tn.K

Umur : 23 Tahun Umur : 30 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Rawalo 2/4 Alamat : Rawalo 2/4

Data kesehatan

a. Riwayat obstetric : P2A0

NO Hamil UK Jenis Penolong penyulit Bayi Keadaan


ke Persalinan Anak
Sekarang

JK BB
1 I Aterm Spontan Bidan Tidak P 2900 Sehat
ada
2 II Aterm Spontan Bidan Tidak L 3000 Baik
ada

b. Riwayat persalinan

1) Tanggal/jam persalinan : 05 Juni 2022

2) Jenis persalinan : Spontan

3) Lama persalinan

Kala I : 1 jam 30 menit

Kala II : 25 menit

Kala III : 5 menit


Kala IV : 2 jam

4) Anak lahir seluruhnya jam : 07.50 WIB

5) Warna air ketuban : Jernih

6) Trauma persalinan : Tidak ada

7) Penolong persalinan : Bidan

8) Penyulit dalam persalinan : Tidak ada

9) Bounding attachment : IMD

B. Obyektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

TTV

N : 120 x/menit

S : 36,5 ºC

R : 31x/menit

Antopometri

BB : 3000 gram

PB : 48 cm

LK : 32 cm

LD : 31 cm

LP : 28 cm

LL : 10 cm

APGAR SCORE
Aspek Yang Dinilai 1’ 5’ 10’
Warna (Appearance Color) 1 2 2

Denyut jantung (Pulse) 2 2 2


Reflek (Grimace) 1 2 2
Tonus otot (Activity) 1 1 2
Usaha nafas (Respiration) 2 2 2
Jumlah 7 9 10

2. Pemeriksaan fisik

Kepala : Meshocepal,tidak ada caput succedenum, lingkar

kepala

Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, reflek

kedip (+)

Hidung : Pernafasan cuping hidung

Mulut : Bersih, reflek rooting (+)

Telinga : Simetris

Leher : Tidak kaku

Dada : Simetris, lingkar dada

Abdomen : Normal, bentuk agak membulat, tidak ada pembesaran

hepar

Tali pusat : Dalam keadaan dibungkus kasa steril, tidak ada

perdarahan

Punggung : Tidak ada spinabifida


Ekstermitas : Normal, reflek ka/ki (+), warna kulit kemerahan, tugor

baik

Genetalia : laki-laki

Anus : Ada lubang anus

C. Assesment

By Ny.S usia 1 hari post partum dengan keadaan ibu baik.

D. Planning

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu Keadaan

umum : baik, Nadi : 120 x/menit, Respirasi : 31x /m, Suhu : 36,5 0C

warna kulit kemerahan, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi, bayi

sudah BAB dan BAK.

Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan bayi

dipakaikan topi, sarung kaki dan sarung tangan, menjaga bayi agar

selalu dalam keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti

pakaian yang basah dan selimut bayi sesuai dengan keperluan.

Bayi sudah di pakaikan baju, bedong dan sudah di selimuti serta dalam

keadaan hangat.

3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu

a. Bayi tidak dapat menyusu, sulit minum, malas minum.

b. Bayi kejang
c. Bayi mengantuk atau tidak sadar

d. Pernafasan sulit kurang dari 30x/menit atau lebih dari 60x/menit,

disertai ada retraksi dada

e. Bayi merintih, lemah, kurang aktif

f. Warna kulit bayi seluruh tubuh kebiruan kemungkinan bayi

kedinginan, atau warna kulit bayi seluruh tubuh kuning

kemungkinan bayi terkena ikterik atau penyakit hepatitis.

g. Perut bayi kembung atau sulit buang air besar kemungkinan ada

gangguan pada sistem pencernaan.

h. Tali pusat berwarna merah, berbau busuk, ada nanah, keluar darah

i. Apabila ibu menjumpai salah satu tanda bahaya diatas ibu harus

segera ke tenaga kesehatan.

Ibu sudah tahu dan mengerti tentang tanda bahaya bayi baru lahir

dengan ibu dapat menyebutkan tanda bahaya pada bayi seperti bayi

tidak dapat menyusu, sulit minum, malas minum.

4. Memantau keadaan umum dan TTV bayi.

Bayi sudah dilakukan pemantauan yaitu KU baik, TTV: nadi :

120x/menit, respirasi : 31x/menit, suhu : 36,7 0C. dan ibu dapat

menyebutkan suhu bayi : 36,7 0C.

5. Memberitahu ibu bayinya akan di imunisasi Hb0 dan melakukan

imunisasi Hb0 0,5 cc secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar untuk

mencegah penyakit hepatitis B.


Bayi Ny.T sudah di suntik vit K dan diimunisasi Hb0.

6. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat dengan cara menjaga tali

pusat agar selalu bersih dan kering dibungkus dengan kassa kering steril

yang tanpa dibubuhi apapun dan mempertahankan tali pusat dalam

keadaan sedikit terbuka agar terkena udara.

Ibu sudah paham dan bayi sudah dilakukan perawatan tali pusat dengan

kassa kering steril.

7. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa terjadwal sesuai

dengan kebutuhan bayi atau minimal 2 jam sekali dan tanpa kenal

waktu.

Ibu bersedia untuk menyusui bayinya tanpa terjadwal.

8. Menganjurkan ibu untuk memandikan bayinya dengan air hangat.

Ibu bersedia untuk memandikan bayinya di pagi hari dengan air hangat.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini, penulis akan mencoba menyajikan pembahasan


yang membandingkan teori dengan Asuhan Kebidanan Komprehensif yang
diterapkan pada klien Ny. S 23 tahun sejak kontak pertama pada tanggal 04 Juni 22
yaitu dimulai dari masa kehamilan 37 minggu 5 hari, persalinan, bayi baru lahir, dan
post partum, dapat dibahas sebagai berikut :

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan


1. Asuhan Kehamilan
Berdasarkan hasil pengkajian awal pada tanggal 04 Juni 2022
ditemukan Ny. S usia 23 tahun G2P1A0 usia kehamilan 37 minggu 5 hari
(TM III) kehamilan patologis. HPHT Ny. S adalah tanggal 13 September
2022 dengan tafsiran persalinan pada tanggal 20 Juni 2022. Hasil pemeriksaan
: TD 159/90 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 36,5 °C.
Berat badan sekarang 61 kg. Pemeriksaan palpasi leopold TFU 31 cm, Kepala
janin sudah memasuki pintu atas panggul. Denyut jantung janin 145 x/menit,
Hb 11 gr %. Hasil pemeriksaan dan keadaan janin dalam batas normal.
Memasuki kehamilan trimester III Ny. S mengeluh pusing dan
pandangan mata kabur di sertai kenaikan tekanan darah dan dalam
pemeriksaan protein urin di temukan bahwa protein urin +1. Hal ini sesuai
dengan teori (Cunningham,2005).
Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan riwayat persalinan Ny. S
yang lalu yaitu anak pertama lahir 2 tahun yang lalu, kehamilan aterm, lahir di
puskesmas, ditolong oleh bidan, usia anak sekarang 2 tahun. Sehingga jarak
antara anak terakhir dengan kehamilan ini cukup dekat yaitu 2 tahun.
Menurut Agudelo tahun 2007, secara medis rahim sebenarnya sudah
siap untuk hamil kembali tiga bulan setelah melahirkan, tetapi berdasarkan
catatan statistik penelitian bahwa jarak kehamilan yang aman anak satu
dengan yang lainnya adalah 27 sampai 32 bulan atau sekitar 2,6 tahun. Pada
jarak ini ibu akan memiliki bayi yang sehat serta selamat saat melewati proses
kehamilan.
Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian The Demographic and
Health Survey, menyebutkan bahwa anak-anak dilahirkan 3-5 tahun setelah
kelahiran kakaknya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi
dari pada yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun. Kehamilan dengan
jarak yang terlalu dekat dan jauh juga dapat menimbulkan resiko antara lain
perdarahan.
Menurut penulis kehamilan Ny. S sudah termasuk resiko tinggi dan
seharusnya mendapatkan pengawasan lebih agar tidak terjadi komplikasi
antara ibu dan janin. Menurut Cuningham (2005), Tujuan dasar
penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit preeklamsia adalah :
a. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan
janinya.
b. Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang.
c. Pemulihan sempurna kesehatan ibu.
Pada kasus preeklasmia tertentu, terutama pada wanita menjelang atau
sudah aterm, tiga tujuan tersebut dapat terpenuhi oleh induksi persalinan.
Dengan demikian, informasi terpenting yang perlu dimiliki oleh ahli obstetri
agar penanganan kehamilan berhasil dan terutama kehamilan dengan penyulit
hipertensi, adalah kepastian usia janin .
2. Asuhan Persalinan
Pada tanggal 04 Juni pukul 14.00 WIB, Ny.S masuk ruang bersalin
RSUD Banyumas untuk menjalani manajemen PEB dan dilakukan rencama
induksi. Penulis melakukan pemeriksaan pada klien dan di dapatkan keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis , T/D 160/110 mmHg, nadi 93 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, suhu 36,5°C. Pemeriksaan palpasi leopold TFU 31
cm, 3 jari di bawah px. Kepala janin sudah memasuki pintu atas panggul.
Denyut jantung bayi 140 x/menit.
Setelah di lakukan pemeriksaan penulis melakukan tindakan
manajemen PEB yaitu memberikan obat nifedipine 10 mg pada pukul 15.00
WIB. Diberikan dosis awal 4gr MgSO4 (10 mls larutan MgSO4 40%) dengan
10 mls aquades diberikan secara IV menggunakan Syringe Pump selama 20
menit pada pukul 17.40 WIB. Dosis lanjut diberikan 1gr MgSO4 pada pukul
18.00 WIB. Setelah dilakukan manajemen PEB dilanjutkan dengan
melakukan tindakan induksi persalinan dengan menggunakan misoprostol
25mg/oral/6 jam dimulai pada pukul 18.00 WIB. Dosis tablet kedua
pemberian misoprostol diberikan 25mg/oral pada pukul 00.00 WIB.
Hasil evaluasi akhir tatalaksana PEB adalah persalinan berjalan
normal atau bayi lahir secara spontan, tidak terjadi eklamsia pada ibu dan
gawat janin pada bayi, keadaan umum bayi dan ibu normal. Selain itu, gejala
dan tanda patologis dapat dikenali serta tatalaksana sesuai kebutuhan,
penggunaan partograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses
persalinan, agar tercapai penurunan kematian atau kesakitan ibu atau bayi dan
penanganan kegawatdaruratan obstetric secara tepat (Varney, 2013). Bayi
lahir dengan keadaan baik, bayi lahir hidup langsung menangis, gerakan aktif,
jenis kelamin laki-laki, Keadaan umum ibu baik, kontraksi uterus baik,
perdarahan pervaginam ± 50 cc, tanda-tanda vital normal. Dalam evaluasi
asuhan kebidanan ini, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Bayi Baru Lahir
Kehamilan Ny. S berusia 37 minggu 6 hari, hal ini sesuai dengan teori
bayi baru lahir adalah bayi yang lahir, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram. Neonatus ialah bayi
yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Muslihatun, 2011).
Menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik karena saat
bersalin usia kehamilan Ny. S aterm dan berat badan bayi Ny. S 3000 gram.
Sesuai dengan teori ( Wiknjosastro,2007). Komplikasi pada janin yang
dapat terjadi pada ibu hamil dengan preeclampsia berat , yaitu : Pertumbuhan
janin terhambat,BBLR, Prematuritas, Dismaturitas, dan Kematian janin intra
uterin. Menurut penulis terdapat kesenjangan antara teori dan praktek karena
bayi lahir dengan Aterm, tidak ada pertumbuhan janin yang terhambat dan
berat badan normal atau sesuai dengan usia kehamilan.
Setelah bayi lahir dilakukan penilaian Apgar Score (AS), didapatkan
hasil AS bayi Ny. S yaitu 7/9. Penilaian ini termasuk dalam keadaan normal
karena menurut Saifuddin, 2006, bahwa bayi normal/asfeksia ringan apabila
memiliki nilai AS 7-10, asfeksia sedang apabila nilai AS 4-6, dan bayi
asfeksia berat apabila nilai AS 0-3. Sehingga penulis berpendapat bahwa tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan praktek karena nilai AS bayi Ny. S
dalam batas normal yaitu 7/9.
Kemudian dilakukannya pemotongan tali pusat dengan cara Ikat tali
pusat 1cm dari perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastik DTT/
steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit
plastik tali pusat. Kemudian selimuti bayi dengan menggunakan kain yang
bersih dan kering (Sumarah, dkk, 2009).
Penulis sependapat dengan teori diatas perawatan tali pusat sangat
penting dilakukan agar mencegah terjadinya infeksi pada potongan tali pusat
yang tersisa pada bayi. Apabila perawatan tali pusat dapat dilakukan dengan
prinsip bersih dan kering, maka tali pusat akan cepat mengering dan terlepas
dengan sendirinya.Setelah dilakukan perawatan tali pusat kemudian bayi
diberikan kepada ibu untuk dilakukan IMD.
Setelah 1 jam dilakukan IMD, dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi
Ny. S dengan hasil yaitu BB : 3000 gram, PB : 48 cm, LK : 32 cm, LD : 31
cm caput (-), cephal (-), miksi (-), defekasi (-), cacat (-), reflek normal.
Menurut Depkes tahun 2005, bayi baru lahir normal memiliki ciri berat badan
2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm dan lingkar
kepala 33-35 cm. . Penulis berpendapat, hasil dari pemeriksaan fisik bayi Ny.
S dalam batas normal dan sesuai dengan teori. Pemeriksaan fisik awal pada
bayi baru lahir dilakukan sesegera mungkin dengan tujuan untuk menentukan
apakah terdapat kelainan atau tidak pada bayi serta memudahkan untuk
menentukan tindakan lebih lajut.
Setelah pemeriksaan fisik, bayi Ny. S diberikan injeksi vitamin K 0,5
cc secara Intra Muscular (IM) pada paha kiri anterolateral. Setelah satu jam
kemudian bayi Ny. S diberikan imunisasi hepatitis B secara IM pada paha
kanan anterolateral dan antibiotik berupa salep mata. Asuhan ini di berikan
sesuai dengan teori JNPK (2008), bahwa 1 jam setelah bayi lahir dilakukan
penimbangan dan pemantauan antropometri serta pemberian tetes mata
tetrasiklin dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral. Setelah 1 jam
pemberian vitamin K1, diberikan imunisasi hepatitis B pada paha kanan
anterolateral.
Penulis berpendapat, karena kondisi bayi yang telah stabil penulis dan
bidan segera memberikan asuhan BBL sebagai upaya untuk mencegah
defisiensi vitamin K, memberikan kekebalan tubuh pada bayi terhadap
penyakit hepatitis dan mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.
4. Nifas
Tanggal 06 Juni 2022, pukul 08.00 WIB dilakukan kunjungan pada
Ny. S yaitu 1 hari post partum. Berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh
hasil : ibu tidak memiliki keluhan, ibu dapat beristirahat, BAK spontan, puting
susu ibu menonjol, TD 135/86 mmHg suhu tubuh 36,5°C, nadi 83 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih teraba kosong, perdarahan pervaginam tampak sedikit, lochea
rubra. Hal ini sesuai dengan teori menurut Suherni dkkn(2009), tujuan pada
asuhan kunjungan 1 hari post partum diantaranya yaitu mencegah perdarahan
masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, memberi
konseling pada ibu atau keluarga cara mencegah terjadinya perdarahan,
mobilisasi dini, pemberian ASI awal, memberi supervise pada ibu untuk
melakukan hubungan awal antara ibu dengan bayi, menjaga bayi agar tetap
sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Menurut penulis pada saat kunjungan dilakukan observasi KU,
kesadaran, status emosi, TTV, ASI, kontraksi uterus, dan perdarahan post
partum semua dalam batas yang normal.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S
Di RSUD Banyumas, dapat diambil kesimpulan bahwa penulis :
1. Melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif. Kehamilan termasuk
berisiko karena riwayat persalinan dua tahun yang lalu, dan pada akhir
kehamilan ibu mengalami pusing dan pandangan mata kabur sehingga
mengalami pre eklamsia berat.
2. Ny. S di haruskan rawat inap untuk menjalani manajemen PEB dan rencana
induksi persalinan untuk mengakhiri kehamilannya di karenakan Pre eklamsia
Berat. Dan melakukan asuhan persalinan normal secara komprehensif,
persalinan berlangsung normal tanpa ada penyulit.
3. Melakukan asuhan bayi baru lahir secara komprehensif. Bayi lahir sehat
secara sontan , segera menangis dan tidak tampak kelainan konginental.
d. Melakukan asuhan masa nifas secara komprehensif. Pada saat kunjungan 1
hari post partum didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal. Penulis
dan bidan memberikan KIE tentang kebutuhan Nifas, mobilisasi dini dan KB.
B. Saran
Dari laporan studi kasus tersebut diharapkan :
1. Bagi klien
a. Dapat mengetahui secara dini proses persalinan dengan PEB sehingga
klien mendapatkan asuhan kebidanan persalinan sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
b. Dapat lebih memperhatikan kesehatan diri sendiri seperti menjaga pola
nutrisi, memperhatikan personal hygine dan kebutuhan istirahat. Serta
dapat memperhatikan bayi yang baru dilahirkan dengan memberikan ASI
Eksklusif selama 6 bulan, memantau pertumbuhan dan perkembangan
bayi serta pemberian imunisasi.
2. Bagi lahan praktik
Diharapkan tenaga kesehatan bisa mempertahankan pelayanana yang sudah
baik dalam penanganan setiap tindakan kepada klien sesuai SOP sehingga
setiap klien merasakan puas atas pelayanan yang diberikan.
3. Bagi bidan
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam berbagai
kasus kegawatdaruratan dan komplikasi pada ibu hamil khususnya pada kasus
PEB dan memberikan pelayanan yang sesuai tugas dan wewenang.
4. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mengembangkan teori kebidanan serta mengaplikasikan
teori tersebut kedalam asuhan kebidanan persalinan dalam penanganan kasus
patologis.
Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan praktek sesuai dengan kasus yang
nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, AM, dkk, 2016. Maternal Mortality a tertiary care hospital


experience in Upper Egypt. Egypt: Journal International
Baston, Helen dan Jennifer Hall, Midwifery Esesential ANTENATAL,
Jakarta: EGC, 2013
Fauziyah, Yulia. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
Heryani, Reni. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info
Medika, 2011
Jannah, Nurul, Buku Ajar Asuhan Kebidanan-Kehamilan, Yogyakarta:
C.V ANDI OFFSET, 2012
Lalita, Elisabeth, M. F. Asuhan Kebidanan Kehamilan , Jakarta: In Media
2013
Mandriwati, G.A. Asuhan Kebidanan Antenatal, Jakarta: EGC, 2012
Mondal, Suresh Candra, dkk, 2014. Earliest Use of Medical Prophylactic
Dose of Magnesium Sulphate (MgSO4) in Severe Pre-eclampsia ti
Improve Maternal and Perinata Outcome in a Rural Medical Collage,
WB India: Journal International
Nurhayati, dkk. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika, 2013
Nadyah, Kegawatdaruratan Neonatal Anak dan Maternal. Makassar-
Samata Gowa: UIN Press, 2013.
Roboson, Elizabeth. S dan Jason Waugh, Patologi pada Kehamilan
Manjemen dan Asuhan Kebidanan, Jakarta: EGC, 2013
Prawihardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo, 2014
Purwoatui, Endang. TH dan Elisabeth. Konsep Kebidanan, Yogyakarta:
PUSTAKA BARU PRESS, 2014
Susanti, Eri, 2012. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pre Eklampsia dan
Eklampsia di BPS Suminten Mantingan Ngawi.
Setiawati, Dewi. Kehamilan dan pemeriksaan Kehamilan. Makassar-
Samata Gowa: UIN Press, 2013
Yulifah, Rita dan Surachmindari. Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta Selatan: Salemba Medika, 2013

Anda mungkin juga menyukai