M
DENGAN DIAGNOSIS MEDIS STUNTING DAN
MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI
DI POLI TUMBUH KEMBANG, RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Disusun Oleh
ANNIS ZULFA TSANIA FARIKHA
220221220051
A. Latar Belakang
Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan
terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup
dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak, karena pada umumnya aktivitas fisik
yang cukup tinggi dan masih dalam perubahan belajar. Anak balita dengan
kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
fisik, mental dan spiritual serta mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting bagi balita karena
anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan
dan gizi yang dampak fisiknya diukur secara antropometri dan dikategorikan
berdasarkan standar baku WHO dengan indeks BB/U (Berat Badan/Umur) , TB/U
(Tinggi Badan/Umur) dan BB/TB (Berat Badan/Tinggi Badan). Salah satu indikator
status gizi adalah balita dengan keadaan tinggi badan menurut umur (TB/U) sangat
pendek hingga melampaui defisit dua standar deviasi (SD) berdasarkan pengukuran
antropometri yang dikenal dengan istilah stunting (Khoeroh, 2017).
Balita Pendek (Stunting) meruapakan status gizi yang didasarkan pada indeks
PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak,
hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai
dengan-3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted).
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting yang telah
tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar)
mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan,
kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Penelitian
dilakukan Teferi et al (2016) yaitu balita yang berusia 6-59 bulan memiliki risiko tinggi terjadi stunting.
(Rahmadita,2020).
Menurut WHO tahun 2016, prevalensi balita stuntingdi dunia sebesar
22,9% dan keadaan gizi balita pendek menjadi penyebab 2,2 juta dari seluruh
penyebab kematian balita di seluruh dunia Prevalensi stunting bayi berusia di bawah
lima tahun (balita) Indonesia pada 2016 sebesar 36,4%. Artinya lebih dari
sepertiga atau sekitar 8,8 juta balita mengalami masalah gizi di mana tinggi
badannya di bawah standar sesuai usianya. Stunting tersebut berada di atas ambang
yang ditetapkan WHO sebesar 20%. Karenanya persentase balita pendek di
Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus
ditanggulangi. Dibandingkan beberapa negara tetangga, prevalensi balita
pendek di Indonesia juga tertinggi dibandingkan Myanmar (35%), Vietnam
(23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan Singapura (4%). (apriluana, 2018).
Sulastri (2012) menunjukan bahwa penyebab stunting pada anak sekolah
adalah tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh
terhadap pengetahuan orang tua terkait gizi dan pola pengasuh anak, dimana pola
asuh yang tidak tepat akan meningkatkan risiko terjadinya stunting. Peranan orang tua
terutama ibu sangat penting dalam pemenuhan gizi anak karena anak membutuhkan
perhatian dan dukungan orang tua dalam menghadapi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat mulai dari penyiapan makanan, pemilihan bahan
makanan, sampai menu makanan. Untuk mendapatkan gizi yang baik diperlukan
pengetahuan gizi yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang
seimbang. Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang kurang akan
sangat berpengaruh terhadap status gizi anakya dan akan sukar untuk memilih
makanan yang bergizi untukanak dan keluarganya (Olsa, dkk, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Merumuskan dan melaksanakan proses asuhan keperawatan pada anak dengan
diagnosis medis Stunting dan masalah keperawatan deficit nutrisi di Poli Tumbuh
Kembang, RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui definisi stunting dan gangguan mobilitas fisik
b) Mengetahui klasifikasi dan karakteristik penyakit Stunting
c) Mengetahui etiologi penyakit Stunting
d) Mengetahui manifestasi klinis penyakit Stunting
e) Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk penyakit Stunting
f) Mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit Stunting
g) Mengetahui permasalahan-permasalahan kesehatan yang muncul pada anak
dengan penyakit Stunting
h) Mengetahui diagnosis keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit
Stunting
i) Mengetahui luaran yang dicapai dalam melakukan intervensi pada anak
dengan penyakit Stunting
j) Mengetahui intervensi yang dilakukan pada anak dengan penyakit Stunting
k) Mengetahui hasil evaluasi pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
penyakit Stunting
BAB II
TINJAUAN TEORI
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian: Selasa, 18 Oktober 2022
A. Data Demografi
1. Klien/ pasien
a. Nama : An. M
b. Tanggal lahir/ umur : 06 Januari 2018/4 tahun 9 bulan 12 hari
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
2. Orang tua/ penanggung jawab
a. Nama : Ny. W
b. Hubungan dengan klien : Ibu kandung
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Alamat (inisial kota) : Kota P
f. No. Telp : 081228XXXXXX
B. Riwayat Klien
1. Riwayat penyakit sekarang
Anak batuk dan pilek selama 3 hari ini, demam sejak kemarin dengan suhu 38 C.
Anak sulit makan dan jika makan masuknya hanya 4-5 suap. Anak terlihat takut
dan malu jika ada orang banyak. Anak dengan tetralogy of fallot sejak lahir.
Sudah mendapatkan bimbingan tambahan dari desa masalah stunting tapi belum
ada perkembangan untuk berat badannya.
2. Riwayat penyakit klien sebelumnya
Riwayat lahir anak premature dalam usia kandungan 8 bulan.
3. Riwayat kehamilan
G3P3A1. Ibu hamil pada usia 35 tahun dan hamil selama 32 minggu. Selama
hamil, kondisi ibu sehat. Ibu juga mendapatkan edukasi kesehatan dari tenaga
kesehatan. Ibu tidak pernah demam dengan ruam. Ibu juga tidak memiliki
penyakit kronis. Ibu tinggal bersama orang tua.
4. Riwayat persalinan
Jenis persalinan : Normal
Penolong persalinan : Dokter Kandungan Rumah Sakit Purwokerto
Penyulit persalinan :-
APGAR Score : Terdapat sianosis
5. Riwayat Imunisasi : Belum pernah imunisasi . Ibu anak
mengatakan takut jika disuntik, anak akan menangis dan muka membiru
Tn. W Ny. W
(41 th) (39 th)
An. M
(5 th)
D. Pengkajian Tumbuh Kembang (KPSP)
1. Motorik halus
Anak belum dapat menggambar, menulis, serta menyusun benda tanpa
menjatuhkan tersebut.
2. Motorik kasar
Anak sudah dapat memepertahankan keseimbangan dengan berdiri dengan atu kaki
selama 2 detik, anak sudah dapat melompat dengan dua kaki
3. Bicara dan bahasa
Anak sudah aktif berbicara, anak dapat mendengarkan orang lain berbicara/
bercerita, anak belum dapat bercerita banyak mengenai dirinya; anak belum bisa
membaca, anak biasa diajak bicara oleh anggota keluarganya di rumah
4. Sosialisasi dan kemandirian
Anak sudah dapat melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri seperti mengenakan
sepatu, baju celana dan kaos kaki sendiri, bermain petak umpet dengan temannya,
mengayuh sepeda roda tiga
Lampiran
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) pada Anak Umur 60 Bulan
No Jawaban
Pertanyaan Kategori
Ya Tidak
1 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban Bicara & ✓
anak. Jangan membantu kecuali bahasa
mengulangi pertanyaan
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
2 Apakah anak dapat mengancingkan Sosialisasi & ✓
bajunya atau pakaian boneka? kemandirian
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa Gerak kasar ✓
berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya
dan beri anak beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 6 detik atau lebih?
4 Jangan mengoreksi/ membantu anak. Gerak halus ✓
Jangan menyebut kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada
anak. Tanyakan: “Mana garis yang lebih
panjang?” Minta anak menunjuk garis yang
lebih panjang. Setelah anak menunjuk,
putar lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini
lagi dan ulangi pertanyaan tadi. Apakah
anak dapat menunjuk garis yang lebih
panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
5 Jangan membantu anak dan jangan Gerak halus ✓
memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat
menggambar seperti contoh ini?
DS:
Ibu anak mengatakan bahwa
anaknya belum bisa
menggambar dan menulis, serta
membedakan garis yang lebih
panjang
Ibu anak mengatakan bahwa
anakya belum bisa
membedakan warna
4. DO : Defisit Kurang terpapar
Ibu terlihat kebingungan Pengetahuan informasi
DS : (D.0111)
Ibu anak mengatakan tidak tahu cara
mengatasi anak yang tidak mau makan
Ibu mengatakan sebelumnya kurang
mengetahui masalah stunting
Ibu anak mengatakan tidak imunisasi
karena takut anaknya jika disuntik
nangis lalu muka membiru
A. Kesimpulan
B. Saran