Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M
DENGAN DIAGNOSIS MEDIS STUNTING DAN
MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI
DI POLI TUMBUH KEMBANG, RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun untuk memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing : Ns. Zubaidah, S.Kep.,M.Si.
Pembimbing Klinik : Wustiti Rahayu, AMK

Disusun Oleh
ANNIS ZULFA TSANIA FARIKHA
220221220051

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XL


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan
terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup
dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak, karena pada umumnya aktivitas fisik
yang cukup tinggi dan masih dalam perubahan belajar. Anak balita dengan
kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
fisik, mental dan spiritual serta mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting bagi balita karena
anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan
dan gizi yang dampak fisiknya diukur secara antropometri dan dikategorikan
berdasarkan standar baku WHO dengan indeks BB/U (Berat Badan/Umur) , TB/U
(Tinggi Badan/Umur) dan BB/TB (Berat Badan/Tinggi Badan). Salah satu indikator
status gizi adalah balita dengan keadaan tinggi badan menurut umur (TB/U) sangat
pendek hingga melampaui defisit dua standar deviasi (SD) berdasarkan pengukuran
antropometri yang dikenal dengan istilah stunting (Khoeroh, 2017).
Balita Pendek (Stunting) meruapakan status gizi yang didasarkan pada indeks
PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak,
hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai
dengan-3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted).
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting yang telah
tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar)
mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan,
kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Penelitian
dilakukan Teferi et al (2016) yaitu balita yang berusia 6-59 bulan memiliki risiko tinggi terjadi stunting.

(Rahmadita,2020).
Menurut WHO tahun 2016, prevalensi balita stuntingdi dunia sebesar
22,9% dan keadaan gizi balita pendek menjadi penyebab 2,2 juta dari seluruh
penyebab kematian balita di seluruh dunia Prevalensi stunting bayi berusia di bawah
lima tahun (balita) Indonesia pada 2016 sebesar 36,4%. Artinya lebih dari
sepertiga atau sekitar 8,8 juta balita mengalami masalah gizi di mana tinggi
badannya di bawah standar sesuai usianya. Stunting tersebut berada di atas ambang
yang ditetapkan WHO sebesar 20%. Karenanya persentase balita pendek di
Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus
ditanggulangi. Dibandingkan beberapa negara tetangga, prevalensi balita
pendek di Indonesia juga tertinggi dibandingkan Myanmar (35%), Vietnam
(23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan Singapura (4%). (apriluana, 2018).
Sulastri (2012) menunjukan bahwa penyebab stunting pada anak sekolah
adalah tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh
terhadap pengetahuan orang tua terkait gizi dan pola pengasuh anak, dimana pola
asuh yang tidak tepat akan meningkatkan risiko terjadinya stunting. Peranan orang tua
terutama ibu sangat penting dalam pemenuhan gizi anak karena anak membutuhkan
perhatian dan dukungan orang tua dalam menghadapi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat mulai dari penyiapan makanan, pemilihan bahan
makanan, sampai menu makanan. Untuk mendapatkan gizi yang baik diperlukan
pengetahuan gizi yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang
seimbang. Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang kurang akan
sangat berpengaruh terhadap status gizi anakya dan akan sukar untuk memilih
makanan yang bergizi untukanak dan keluarganya (Olsa, dkk, 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Merumuskan dan melaksanakan proses asuhan keperawatan pada anak dengan
diagnosis medis Stunting dan masalah keperawatan deficit nutrisi di Poli Tumbuh
Kembang, RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui definisi stunting dan gangguan mobilitas fisik
b) Mengetahui klasifikasi dan karakteristik penyakit Stunting
c) Mengetahui etiologi penyakit Stunting
d) Mengetahui manifestasi klinis penyakit Stunting
e) Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk penyakit Stunting
f) Mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit Stunting
g) Mengetahui permasalahan-permasalahan kesehatan yang muncul pada anak
dengan penyakit Stunting
h) Mengetahui diagnosis keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit
Stunting
i) Mengetahui luaran yang dicapai dalam melakukan intervensi pada anak
dengan penyakit Stunting
j) Mengetahui intervensi yang dilakukan pada anak dengan penyakit Stunting
k) Mengetahui hasil evaluasi pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
penyakit Stunting
BAB II
TINJAUAN TEORI
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian: Selasa, 18 Oktober 2022

A. Data Demografi
1. Klien/ pasien
a. Nama : An. M
b. Tanggal lahir/ umur : 06 Januari 2018/4 tahun 9 bulan 12 hari
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
2. Orang tua/ penanggung jawab
a. Nama : Ny. W
b. Hubungan dengan klien : Ibu kandung
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Alamat (inisial kota) : Kota P
f. No. Telp : 081228XXXXXX

B. Riwayat Klien
1. Riwayat penyakit sekarang
Anak batuk dan pilek selama 3 hari ini, demam sejak kemarin dengan suhu 38 C.
Anak sulit makan dan jika makan masuknya hanya 4-5 suap. Anak terlihat takut
dan malu jika ada orang banyak. Anak dengan tetralogy of fallot sejak lahir.
Sudah mendapatkan bimbingan tambahan dari desa masalah stunting tapi belum
ada perkembangan untuk berat badannya.
2. Riwayat penyakit klien sebelumnya
Riwayat lahir anak premature dalam usia kandungan 8 bulan.
3. Riwayat kehamilan
G3P3A1. Ibu hamil pada usia 35 tahun dan hamil selama 32 minggu. Selama
hamil, kondisi ibu sehat. Ibu juga mendapatkan edukasi kesehatan dari tenaga
kesehatan. Ibu tidak pernah demam dengan ruam. Ibu juga tidak memiliki
penyakit kronis. Ibu tinggal bersama orang tua.
4. Riwayat persalinan
 Jenis persalinan : Normal
 Penolong persalinan : Dokter Kandungan Rumah Sakit Purwokerto
 Penyulit persalinan :-
 APGAR Score : Terdapat sianosis
5. Riwayat Imunisasi : Belum pernah imunisasi . Ibu anak
mengatakan takut jika disuntik, anak akan menangis dan muka membiru

6. Riwayat alergi: Tidak ada


7. Riwayat pemakaian obat-obatan: Tidak ada

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Riwayat penyakit dalam keluarga:
Anak dari saudara bapak memiliki riwayat jantung bocor.
2. Genogram

Tn. W Ny. W
(41 th) (39 th)

An. M
(5 th)
D. Pengkajian Tumbuh Kembang (KPSP)
1. Motorik halus
Anak belum dapat menggambar, menulis, serta menyusun benda tanpa
menjatuhkan tersebut.
2. Motorik kasar
Anak sudah dapat memepertahankan keseimbangan dengan berdiri dengan atu kaki
selama 2 detik, anak sudah dapat melompat dengan dua kaki
3. Bicara dan bahasa
Anak sudah aktif berbicara, anak dapat mendengarkan orang lain berbicara/
bercerita, anak belum dapat bercerita banyak mengenai dirinya; anak belum bisa
membaca, anak biasa diajak bicara oleh anggota keluarganya di rumah
4. Sosialisasi dan kemandirian
Anak sudah dapat melakukan aktivitas untuk dirinya sendiri seperti mengenakan
sepatu, baju celana dan kaos kaki sendiri, bermain petak umpet dengan temannya,
mengayuh sepeda roda tiga

Lampiran
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) pada Anak Umur 60 Bulan
No Jawaban
Pertanyaan Kategori
Ya Tidak
1 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban Bicara & ✓
anak. Jangan membantu kecuali bahasa
mengulangi pertanyaan
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
2 Apakah anak dapat mengancingkan Sosialisasi & ✓
bajunya atau pakaian boneka? kemandirian
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa Gerak kasar ✓
berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya
dan beri anak beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah ia
mempertahankan keseimbangan dalam
waktu 6 detik atau lebih?
4 Jangan mengoreksi/ membantu anak. Gerak halus ✓
Jangan menyebut kata “lebih panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada
anak. Tanyakan: “Mana garis yang lebih
panjang?” Minta anak menunjuk garis yang
lebih panjang. Setelah anak menunjuk,
putar lembar ini dan ulangi pertanyaan
tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini
lagi dan ulangi pertanyaan tadi. Apakah
anak dapat menunjuk garis yang lebih
panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
5 Jangan membantu anak dan jangan Gerak halus ✓
memberitahu nama gambar ini, suruh anak
menggambar seperti contoh ini di kertas
kosong yang tersedia. Berikan 3 kali
kesempatan. Apakah anak dapat
menggambar seperti contoh ini?

6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Bicara & ✓


memberi isyarat dengan telunjuk atau mats bahasa
pads saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti
“di atas”, “di bawah”, “di depan” dan “di
belakang”
7 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan Sosialisasi & ✓
tidak rewel (tanpa menangis atau kemandirian
menggelayut pada anda) pada saat anda
meninggalkannya?
8 Jangan menunjuk, membantu atau Bicara & ✓
membetulkan, katakan pada anak: bahasa
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
‘Tunjukkan segi empat biru” “Tunjukkan
segi empat hijau” Dapatkah anak menunjuk
keempat warna itu dengan benar?

9 Suruh anak melompat dengan satu kaki Gerak kasar ✓


beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah
ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu
kaki?
10 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian Sosialisasi & ✓
sendiri tanpa bantuan? kemandirian
Total skor pengkajian menggunakan KPSP :7
Interpretasi : Meragukan

II. ANALISIS DATA


No
Data Problem Etiologi
.
1. Pengkajian status nutrisi Defisit nutrisi Kurangnya
Antropometri (A) (D.0019) asupan makanan
 Umur: 5 tahun
 Berat badan: 6,410 kg
 Tinggi badan: 77,4 cm
 LILA: 10,5 cm
 Lingkar kepala: 42 cm
Biochemical (B)
Kalori 980 kkal
Lemak 12,05 gr
Protein 12,05 gr
Clinical Sign (C)
Tanda umum: Tamapk lemah, anak
perawakan pendek, terlihat kurus;
pertumbuhan sedikit terhambat
ditandai dengan skor KPSP 7 yaitu
meragukan
Rambut: hitam lurus
Kulit: terlihat kering dan kusam
Mata: penglihatan baik
Mulut: normal
Gigi: putih, tidak ada karies
Ekstremitas : clubbing finger
Sistem gastrointestinal: anak tidak
nafsu makan, hanya 4-5 suap sehari
Sistem endokrin: tidak ada gondok
Sistem kardiovaskuler: anak memiliki
tetralogy of fallot sejak lahir
Sistem saraf: -
Dietary (D)
Anak tidak mau makan, hanya 4-5
suap/hari
Penghitungan jumlah kalori
(16,969 x BB) + (1,618 x TB) + 371,2
= (16,969 x 6,4) + (1,618 x 77,4) +
371,2
= 108,6016 + 125,2332 + 371,2
=605,0348 kkal
DS:
Ibu anak mengatakan anak tidak mau
makan, makan hanya mau 4-5 suap
saja, minum susu neocate 12x120 ml
tetapi berat badannya justru turun
1 DO: Gangguan Keterlambatan
 Anak didiagnosa spastic cerebral mobilitas fisik perkembangan
plasty (D.0054)
 Anak didiagnosa kuadriplegia
 Anak menjalani program
fisioterapi latihan duduk pada
tahun 2020
 Skor pengkajian KPSP: 1 (ada
penyimpangan (P))
DS:
 Keempat ekstremitas anak terlihat
lemah dan tidak berkembang
sesuai ukuran seharusnya
 Mobilisasi anak dibantu oleh
ibunya dengan cara berbaring di
atas stroller
 Ibu anak mengatakan bahwa
anaknya belum bisa merangkak,
duduk, dan berdiri
DO : Risiko Infeksi Malnutrisi
 BB : 6,410 kg (D. 0142)
 Tinggi badan: 77,4 cm
 LILA: 10,5 cm
 Lingkar kepala: 42 cm
 Kalori 980 kkal
 Lemak 12,05 gr
 Protein 12,05 gr
 Suhu : 38 C
DS :
Ibu mengatakan anak nya batuk sudah
2 hari dan demam tapi sudah turun
Ibu mengatakan tidak pernah imunisasi

3 DO: Gangguan Defisiensi


 Anak didiagnosa stunting tumbuh stimulus
(perawakan pendek) kembang
 Anak dengan penyakit (D.0106)
tetralogy of fallot sejak lahir
 Skor pengkajian KPSP: 7
(Meragukan)
 BB : 6,410 kg
 Tinggi badan: 77,4 cm
 LILA: 10,5 cm
 Lingkar kepala: 42 cm

DS:
 Ibu anak mengatakan bahwa
anaknya belum bisa
menggambar dan menulis, serta
membedakan garis yang lebih
panjang
 Ibu anak mengatakan bahwa
anakya belum bisa
membedakan warna
4. DO : Defisit Kurang terpapar
Ibu terlihat kebingungan Pengetahuan informasi
DS : (D.0111)
Ibu anak mengatakan tidak tahu cara
mengatasi anak yang tidak mau makan
Ibu mengatakan sebelumnya kurang
mengetahui masalah stunting
Ibu anak mengatakan tidak imunisasi
karena takut anaknya jika disuntik
nangis lalu muka membiru

III. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


No Diagnosis Keperawatan Prioritas
.
1. Defisit nutrisi b.d Kurangnya asupan makanan Tinggi
2. Risiko Infeksi b.d Malnutrisi Sedang
3. Gangguan tumbuh kembang b.d Defisiensi stimulus Sedang
4. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi Sedang
IV.
V. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. M
Ruang : Poli Tumbuh Kembang, RSUP Dr. Kariadi Semarang
Tanggal Diagnosis Para
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
& Jam Keperawatan f
1 20 Defisit nutrisi b.d Tujuan: Manajemen nutrisi (I.03119)
Oktober Kurangnya Setelah dilakukan intervensi Observasi
2022, asupan makanan selama 1x24 jam, defisit nutrisi  Identifikasi status nutrisi, alergi dan
10:00 dapat berkurang, dengan intoleransi makanan, makanan yang
WIB kriteria hasil: disukai, serta kebutuhan kalori dan
Status nutrisi (L.03030) jenis nutrien.
 Porsi makanan yang  Monitor asupan makanan dan berat
dihabiskan meningkat badan
 Frekuensi makan membaik Terapeutik
 Nafsu makan membaik  Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
2 20 Risiko Infeksi b.d Tujuan : Pencegahan Infeksi (I.14539)
Oktober Malnutrisi Setelah dilakukan intervensi Observasi
2022, selama 1x24 jam, status imun  Monitor tanda dan gejala infeksi
10:00 membaik, dengan kriteria lokal dan sistemik
WIB hasil : Edukasi
 Imunisasi meningkat  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Penurunan berat badan  Ajarkan meningkatkan asupan
menurun nutrisi
 Suhu tubuh membaik Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi
3 20 Gangguan Tujuan: Promosi perkembangan anak (I.10340)
Oktober tumbuh kembang Setelah dilakukan intervensi Observasi
2022, b.d Defisiensi selama 1x24 jam, gangguan  Identifikasi kebutuhan khusus anak dan
10:00 stimulus tumbuh kembang dapat kemampuan adaptasi anak
WIB berkurang, dengan kriteria Terapeutik
hasil:  Fasilitasi hubungan anak dengan teman
Status perkembangan sebayanya
(L.10101)  Dukung anak berinteraksi dengan anak
 Keterampilan/ perilaku lain dan mengekspresikan perasaannya
sesuai usia meningkat secara positif
 Respon sosial meningkat Edukasi
 Jelaskan nama-nama benda obyek yang
ada di lingkungan sekitar
 Ajarkan pengasuh milestones
perkembangan dan perilaku yang
dibentuk
 Demonstrasikan kegiatan yang
meningkatkan perkembangan pada
pengasuh
4 20 Defisit Tujuan: Edukasi Kesehatan (I.12383)
Oktober pengetahuan b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi
2022, Kurang terpapar selama 1x24 jam, tingkat  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
10:00 informasi pengetahuan ibu meningkat, menerima informasi
WIB dengan kriteria hasil: Terapeutik
 Kemampuan menjelaskan  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
pengetahuan tentang suatu kesepakatan
topik meningkat  Berikan kesempatan bertanya
 Persepsi yang keliru Edukasi
terhadap masalah menurun  Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. F
Ruang Rawat : Poli Tumbuh Kembang, RSUP Dr. Kariadi Semarang
Tanggal Implementasi Tindakan
Diagnosis Waktu Hasil (Evaluasi Formatif) Paraf
& Jam Keperawatan
20 Defisit nutrisi b.d Manajemen nutrisi
Oktober Kurangnya 10.00  Identifikasi status nutrisi, alergi S: Ibu anak mengatakan anak tidak mau
2022, asupan makanan WIB dan intoleransi makanan, makan, makan hanya mau 4-5 suap nasi
10:00 makanan yang disukai, serta saja, anak hanya minum susu neocate
WIB kebutuhan kalori dan jenis 12x120 ml tetapi berat badannya justru
nutrien. turun
 Monitor asupan makanan dan O:
berat badan Pengkajian status nutrisi
Antropometri (A)
 Umur: 5 tahun
 Berat badan: 6,410 kg
 Tinggi badan: 77,4 cm
 LILA: 10,5 cm
 Lingkar kepala: 42 cm
Biochemical (B)
Kalori 980 kkal
Lemak 12,05 gr
Protein 12,05 gr
Clinical Sign (C)
Tanda umum: Tamapk lemah, anak
perawakan pendek, terlihat kurus;
pertumbuhan sedikit terhambat ditandai
dengan skor KPSP 7 yaitu meragukan
Rambut: hitam lurus
Kulit: terlihat kering dan kusam
Mata: penglihatan baik
Mulut: normal
Gigi: putih, tidak ada karies
Ekstremitas : clubbing finger
Sistem gastrointestinal: anak tidak nafsu
makan, hanya 4-5 suap sehari
Sistem endokrin: tidak ada gondok
Sistem kardiovaskuler: anak memiliki
tetralogy of fallot sejak lahir
Sistem saraf: -
Dietary (D)
Anak tidak mau makan, hanya 4-5
suap/hari
Penghitungan jumlah kalori
(16,969 x BB) + (1,618 x TB) + 371,2
= (16,969 x 6,4) + (1,618 x 77,4) + 371,2
= 108,6016 + 125,2332 + 371,2
=605,0348 kkal

10.10  Berikan makanan tinggi kalori S:


WIB dan tinggi protein  Ibu An. M mengiyakan ketika
 Berikan suplemen makanan perawat menyarankan untuk
memberikan anak asupan makanan
yang tinggi kalori dan protein serta
suplemen makanan
O: Ibu An. M kooperatif
10.25  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk S: -
WIB menentukan jumlah kalori dan O:
jenis nutrien yang dibutuhkan  Jumlah kalori yang dibutuhkan anak:
605,0348 kkal
20 Risiko Infeksi b.d Pencegahan Infeksi
Oktober Malnutrisi 10:30  Monitor tanda dan gejala infeksi S: -
2022, WIB lokal dan sistemik O:
10:30  Suhu tubuh : 38 C
WIB  An. M batuk sudah 2 hari
10.35  Jelaskan tanda dan gejala infeksi S:
WIB  Ibu an. M dapat menjelaskan
kembali terkait tanda dan gejala
infeksi
O: -
10.40  Ajarkan meningkatkan asupan S:
nutrisi  Ibu an. M berterimakasih ketika
perawat memberikan edukasi
terkait peningkatan nutrisi
O: -
10.55  Kolaborasi pemberian imunisasi S:
 Ibu an. M mengatakan masih
takut jika imunisasi, karena tidak
tega melihat anaknya menangis
O:-
20 Gangguan Promosi perkembangan anak
Oktober tumbuh kembang 11:00  Identifikasi kebutuhan khusus S:
2022, b.d Defisiensi WIB anak dan kemampuan adaptasi  Anak belum dapat menggambar
11:00 stimulus anak lingkaran dan membedakan warna
WIB sesuai dengan kemampuan anak
seumurannya
O: -
11:03  Fasilitasi hubungan anak dengan  Ibu an. M memahami dan
WIB teman sebayanya mengiyakan ketika perawat
 Dukung anak berinteraksi dengan menganjurkan untuk memfasilitasi
anak lain dan mengekspresikan hubungan anak dan mendukung anak
perasaannya secara positif untuk sring berinteraksi dengan
teman sebayanya dan orang sekitar,
serta mengekspresikan perasaannya
secara positif
O: -

Defisit Edukasi Kesehatan


20
pengetahuan b.d 11.05  Identifikasi kesiapan dan S:
Oktober
Kurang terpapar kemampuan menerima informasi  Ibu an. M siap dan mempu untuk
2022,
informasi mendapatkan edukasi kesehatan
11:05
dari perawat
WIB
O:-
11.07  Jadwalkan pendidikan kesehatan S:
sesuai kesepakatan  Ibu an. M menyetujui bahwa
pendidikan kesehatan dilakukan
pada hari yang telah di tentukan
oleh perawat
O: -
11.08  Berikan kesempatan bertanya S:
 Ibu an. M memberikan beberapa
pertanyaan mengenai edukasi
yang telah ddiberikan oleh
perawat
O:
 Ibu an. M kooperatif

11.20  Ajarkan strategi yang dapat S:


digunakan untuk meningkatkan  Ibu an. M berterimakasih kepada
perilaku hidup bersih dan sehat perawat terkait strattegi PHBS
yang diajarkan
O: -
VII. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. M
Ruang Rawat : Poli Tumbuh Kembang, RSUP Dr. Kariadi Semarang
Diagnosis Hasil (Evaluasi Sumatif) Paraf
Defisit nutrisi S:
b.d Kurangnya  Anak belum nafsu makan, sehari masih 5 suap sendok
asupan  Anak terlihat lemas
makanan O: Z Score:
A: Masalah keperawatan defisit nutrisi teratasi sebagian karena anak masih belum nafsu makan dan lemas
P:
 Melanjutkan pemantauan tumbuh kembang anak
 Meningkatkan asupan kalori dan protein anak
Risiko Infeksi S:
b.d Malnutrisi  Anak belum nafsu makan, sehari masih 5 suap sendok
 Anak masih batuk-batuk
O:
 Z Score:
 Suhu : 36.9 C
A: Masalah keperawatan risiko infeksi teratasi sebagian
P:
 Melanjutkan pemantauan tumbuh kembang anak
 Meningkatkan asupan nutrisi anak
Gangguan S:
tumbuh  Perawakan anak pendek tidak sesuai dengan umurnya
kembang b.d  Ibu anak mengatakan bahwa anaknya belum bisa menulis dan menggambar
Defisiensi  Ibu mengatakan anaknya belum bisa membedakan warna
stimulus  Anak masih diam ketika ada banyak orang
O: Skor pengkajian KPSP: 7 (Meragukan)
A: Masalah keperawatan gangguan tumbuh kembang teratasi sebagian karena anak masih belum bisa
melakukan perkembangan gerak halus
P: Melanjutkan pemantauan tumbuh kembang anak
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Defisit nutrisi b.d Kurangnya asupan makanan


Banyak faktor yang menyebabkan stuting pada balta, namun karena mereka
sangat tergantung pada ibu/keluarga, maka kondisi keluarga dan lingkungan yang
mempengaruhi keluarga akan berdampak pada status gizinya. Pengurangan status gizi
terjadi karena asupan gizi yang kurang dan sering terjadinya infeksi. Jadi faktor ling-
kungan, keadaan dan perilaku keluarga yang mempermudah infeksi berpengaruh pada
status gizi balita. Kecukupan energi dan protein per hari per kapita anak Indonesia
terlihat sangat kurang jika dibanding Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
baik pada anak normal atau pendek. Hal ini sangat menarik, ternyata asupan energi
maupun protein tidak berbeda bermakna antara anak-anak yang tergolong pendek atau
normal. Diasumsikan secara umum, konsumsi yang diperoleh untuk seluruh anak
(pendek atau normal), kondisinya sama, kurang dari AKG. Jika hal ini berlangsung
bertahun-tahun maka terjadi masalah kronis (sutarto, 2018)
Penanganan stunting dibutuhkan adanya monitoring danevaluasi terpadu Untuk
intervensi gizi spesifik dilakukan melalui pemberian Tablet Tambah Darah dan
promosi serta suplemen gizi makro dan mikro. intervensi gizi sensitif dilakukan
melalui pemantauan tumbuh kembang, penyediaan air bersih, pendidikan
gizi, imunisasi, pengendalian penyakit, penyediaan jaminan kesehatan,
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, Nusantara Sehat,
serta akreditasi Puskesmas dan rumah sakit. (Depkes RI, 2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Erni dan Mariyam, didapatkan hasil


bahwa pemberian pola makan yang baik dapat meningkatkan status gizi pada
anak balita. Status gizi yang baik membantu anak mendapatkan tumbuh kembang
yang optimal. Pola asuh yang diberikan orangtua dalam pemenuhan nutrisi
pada anak salah satunya adalah mengatasi kesulitan makan yang dialami
oleh anak (Putri 2020).

2. Risiko infeksi b.d malnutrisi


Imunisasi adalah upaya untuk menimbulkan dan meningkatkan kekebalan
terhadap penyakit pada bayi, dilakukan dengan suntikan. Imunisasi harus diberikan
kepada bayi dan anak usia sekolah dasar/sederajat. Akan beresiko terjadi wabah
seperti penyakit campak jika bayi tidak diimunisasi (Kementerian Kesehatan RI,
2015a). Tidak lengkapnya imunisasi menyebabkan imunitas balita menjadi lemah,
sehingga muda untuk terserang infeksi. Anak yang mengalami infeksi jika
dibiarkan maka dapat berisiko menjadi stunting (Damanik, 2014).Hasil dalam
penelitian Agustia 2018 menunjukkan bahwa imunisasi merupakan faktor risiko
terhadap kejadian stunting. Hal ini menunjukkan bahwa balita yang tidak
mendapatkan imunisasi dasar lengkap berisiko 3,850 kali lebih besar untuk
menderita stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap.Hal ini sejalan dengan penelitian Swathma dkk (2016) yang menyatakan
bahwa anak yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap berisiko 2,979 kali
(95% CI 1,372-11,839) lebih besar untuk men-derita stunting. Selain itu,
penelitian Susanti dkk (2015) yang menyatakan bahwa status imunisasi meru-pakan
faktor risiko kejadian stunting.Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap
berisiko 3,462 kali (95% CI 1,427-8,397) lebih besar untuk menderita stunting.
3. Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulus
Kemampuan motorik anak ditentukan oleh kematangan motoriknya.
Psikomotorik anak dikatakan matang apabila kemampuan motoriknya sejalan dengan
tingkat kematangan sususan saraf pusat, saraf, dan otot pada tubuh anak. Stimulasi
berupa latihan-latihan psikomotorik sangat dibutuhkan, meliputi latihan motorik halus
dan motorik kasar. Motorik halus dapat dikembangkan dengan cara melatih
koordinasi mata dan tangan. Terapi okupasi ditujukan untuk mengembangkan terapi
dan melengkapi kebutuhan khusus (Muttaqin, 2008, hlm.146). Terapi okupasi
bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Intervensi yang
dapat diberikan dalam terapi okupasi adalah menggunakan kreativitas untuk
meningkatkan kepercayaan diri melalui aktivitas kreatif, strategi pendidikan dan
pelatihan, memodifikasi lingkungan fisik dan lingkungan social (Muttaqin, A. (2008).
Defisit pengetahuan b. d Kurang terpapar informasi. Pendidikan kesehatan merupakan
salah satu bentuk kegiatan yang merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk
merubah beberapa aspek perilaku salah satunya adalah pengetahuan dalam mencegah
masalah kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan (Wicaksono, 2020). Tingkat
pengetahuan yang baik, dapat merubah perilaku seseorang dalam melakukan suatu
tindakan perawatan yang sebelumnya dipengaruhi suatu stimulus pemberian informasi
yang berkesinambungan (Indraswari, 2019). Pemberian pendidikan kesehatan tentang
manajemen nutrisi balita stunting pada keluarga bertujuan untuk memperkuat sistem
keluarga. Sehingga keluarga mampu melakukan pemenuhan nutrisi balita stunting
dengan adekuat dan pertumbuhan balita stunting menjadi lebih optimal. Perilaku
keluarga dapat diubah dengan meningkatkan pemahaman terhadap suatu masalah
kesehatan. Peningkatan pemahaman dapat tercapai melalui pemberian infromasi
kesehatan dengan model pendekatan yang tepat salah satunya pendidikan kesehatan.
Tingkat pemahaman keluarga yang baik, akan mempengaruhi sikap dan tindakan
keluarga dalam upaya pencegahan masalah kesehatan, sehingga masalah kesehatan
dapat teratasi dan terjadi peningkatan derajat kesehatan pada keluarga

Penelitian wicaksono, 2020 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan


pengetahuan pada responden tentang manajemen nutrisi balita stunting setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi. Pengetahuan keluarga tentang nutrisi
memiliki peranan penting dalam keluarga melakukan manajemen nutrisi pada balita
dengan stunting. Hal tersebut akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam memilih
jenis makanan dan kuantitas makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
asupan nutrisi balita stunting. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Friedman
(2010), yang menyatakan bahwa jika keluarga memiliki tingkat pengetahuan yang
baik, maka akan mensukseskan keluarga dalam melaksanakan kelima tugas
kesehatannya meliputi keluarga mampu mengenal masalah kesehatan tentang
stunting, keluarga mampu memutuskan tindakan perawatan yaitu pemberian nutrisi
yang tepat pada balita stunting, keluarga mampu melakukan tindakan perawatan yang
tepat pada balita stunting dengan pemberian asupan nutrisi yang tepat, keluarga
mampu melakukan modifikasi jenis nutrisi yang diberikan pada balita stunting, dan
keluarga mampu memanfaatkan sumber daya di lingkungan guna menunjang
pelaksanaan tindakan perawatan pada balita stunting (Wicaksono and Yani, 2017.)
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai