A. Konsep Balita
1. Definisi Balita
Balita merupakan istilah umum bagi anak umur 1-3 tahun (batita) dan
anak pra sekolah (3-5 tahun). Masa balita merupakan periode penting
dalam proses perkembangan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan
dimasa ini menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan pekembangan
anak di periode selanjutnya (Sutomo & Anggraini, 2010). Anak dibawah
lima tahun atau sering disingkat sebagai anak balita adalah anak yang telah
menginjak umur diatas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian
anak dibawah umur lima tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
2. Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumah sel serta
jaringan interseluler. Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel dan
ukuran yang mengakibatkan balita bertambah besar tubuhnya secara
keseluruhan. Pertumbuhan erat kaitannya dengan bertambahnya ukuran
fisik seperti tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Gangguan
pertumbuhan dapat ditandai oleh tinggi badan dan berat badan yang tidak
normal. Gangguan perkembangan kognitif dapat diindikasikan dengan
bentuk dan ukuran lingkar kepala (Sutomo & Anggraini, 2010).
3. Perkembangan Balita
Perkembangan adalah suatu proses dalam kehidupan manusia yang
berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai akhir hayat
(Rivanica & Oxyandi, 2016). Perkembangan adalah proses yang tidak
pernah berhenti, artinya manusia secara terus menurus berkembang serta
dipengaruhi oleh pengalaman. Perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi alat ubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh dan
7
kematangan (Sembiring, 2019). Menurut Rivanica dan Oxyandi (2016)
deteksi dini pertumbuhan bayi dan balita dapat dilakukan dengan
berdasarkan:
a. Panjang Badan atau Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi.
Tinggi badan atau panjang badan dapat diperkirakan degan
menggunakan rumus Behrman, yaitu:
1) Perkiraan panjang lahir: 50 cm
2) Perkiraan panjang badan umur 1 tahun= 1,5 x panjang badan lahir
3) Perkiraan tinggi badan umur 2-12 tahun= umur (tahun) x 6 + 77
a) Panjang badan BBL normal 48-50 cm
b) Kenaikan tinggi badan pada tahun pertama
(1) Triwulan pertama : 10 cm
(2) Triwulan kedua : 6 cm
(3) Triwulan ketiga : 5 cm
(4) Triwulan keempat : 4 cm
c) Perkiraan panjang badan
(1) 1tahun = 1,5 x PB lahir
(2) 4 tahun = 2 x PB lahir
(3) 6 tahun = 1,5 x TB lahir
(4) 13 tahun = 3 x PB lahir
(5) Dewasa = 3,5 x PB lahir atau 2 x TB 2 tahun
b. Berat Badan
Pertumbuhan bayi dan balita bedasarkan berat badan, sebagai berikut:
Berat badan BBL normal adalah 2.500-4.000 gram. Penurunan
fisiologis 5-10% selama 10 hari pertama
1) Perkiraan berat badan
a) 5 bulan : 2 x BB lahir
b) 1 tahun : 3 x BB lahir
c) 2 tahun : 4 x BB lahir
d) Prasekolah : 2 kg/tahun
2) Pacu tumbuh (growth spurt)
a) Anak perempuan : 8-18 tahun
b) Anak laki-laki : 10-20 tahun
3) Kenaikan berat anak pada tahun pertama kehidupan dengan gizi
yang baik
a) Triwulan pertama : 700-1.000 gram
b) Triwulan kedua : 500-600 gram
c) Triwulan ketiga : 350-450 gram
d) Triwulan keempat : 250-350 gram
Tinggi badan, berat badan dan lingka kepala menurut Sutomo dan
Anggraini (2010) yaitu
a. Umur 1 bulan : Tinggi badan 53 cm, berat badan 4 kg, dan lingkar
kepala 35 cm
b. Umur 4 bulan : Tinggi badan 62 cm, berat badan 6,5 kg, dan
lingkar kepala 40 cm
c. Umur 7 bulan : Tinggi badan 68 cm, berat badan 8 kg, dan lingkar
kepala 43 cm
d. Umur 8 bulan : Tinggi badan 70 cm, berat badan 8,3 kg, dan
lingkar kepala 44 cm
e. Umur 12 bulan : Tinggi badan 75 cm, berat badan 9,6 kg, dan
lingkar kepala 46 cm
f. Umur 18 bulan : Tinggi badan 82 cm, berat badan 11,5 kg, dan
lingkar kepala 48 cm
g. Umur 24 bulan : Tinggi badan 87 cm, berat badan 12 kg, dan
lingkar kepala 48 cm
h. Umur 30 bulan : Tinggi badan 92 cm, berat badan 13 kg, dan
lingkar kepala 48 cm
B. Konsep Stunting
1. Definisi Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang > -2 SD standar
pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi dan kurangnya asupan gizi pada
bayi. Balita stunting dimasa yang akan datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Kemenkes
RI, 2018c).
5. Dampak Stunting
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting (Yosephin dkk.,
(2019), yaitu:
a. Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gagguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme
dalam tubuh
b. Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk
munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit janntung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada umur tua.
6. Pencegahan Stunting
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals
(SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke- 2
yaitu menghilangkan kelaparan dari segala bentuk malnutrisi pada tahun
2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah
menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025. Berdasarkan
peraturan menteri kesehatan nomor 39 tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting diantaranya
adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2018c):
a. Ibu Hamil dan Bersalin
1) Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;
2) Mengupayakan jainan mutu Ante Natal Care (ANC) terpadu;
3) Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;
4) Menyelenggarakan program pemberian makanan Tinggi Kalori,
Protein, Dan Mikronutrien (TKPM);
5) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular)
6) Pemberantasan kecacingan;
7) Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke
dalam buku KIA;
8) Menyelenggarakan konseling Inisiasi menyusui Dini (IMD) dan
ASI eksklusif; dan
9) Penyuluhan dan pelayanan KB
b. Balita
1) Pemantauan petumbuhan balita;
2) Menyelenggaakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) untuk balita;
3) Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan
4) Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
c. Anak Umur Sekolah
1) Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
2) Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;
3) Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); dan
4) Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan
narkoba
d. Remaja
1) Meningkatkan penyuluhan untuk Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan
mengkonsumsi narkoba; dan
2) Pendidikan ksehatan reproduksi
e. Dewasa Muda
1) Penyuluhan dan pelayanan Keluarga Berencana (KB);
2) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
3) Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang,
tidak merokok/mengonsumsi narkoba
7. Penanganan Stunting
Gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutrition (SUN) pada
tahun 2010 diluncurkan dengan prinsip dasar bahwa semua penduduk
berhak untuk memperoleh akses ke makanan yang cukup dan bergizi.
Pada 2012, Pemerintah Indonesia bergabung dalam gerakan tersebut
melalui perancangan dua kerangka besar Intervensi Stunting. Kerangka
Intervensi Stunting tersebut kemudian diterjemahkan menjadi berbagai
macam program yang dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga (K/L)
terkait (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017).