Anda di halaman 1dari 12

Rosichan anwar al muluk

01141006

Laporan pendahuluan (LP) Diabetes melitus

a. Definisi diabetes mellitus


Menurut Black dan Hawks (2014) diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis
progresif yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk melakukan metabolisme
karbohidrat, lemak, protein, mengarah ke arah hiperglikemia (kadar glukosa tinggi).
Kemenkes (2018) Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik,
ditandai oleh adanya peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh defek sekresi
insulin, defek kerja insulin atau keduanya. Insulin adalah hormon penting yang
diproduksi di pankreas dan mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh
tempat glukosa diubah menjadi energi (PB PERKENI,2019). Sedangkan Kurniadi dan
Nurrahmani (2014) ketika seseorang yang sudah terkena penyakit DM, maka penyakit
tersebut bisa mengakibatkan komplikasi yang serius karena DM merupakan salah satu
penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Meski penyakit DM tidak bisa disembuhkan,
DM bisa di kontrol dan sudah banyak bukti bahwa hidup berdampingan dengan diabetes
bisa sampai puluhan tahun, dan itu bukan lah hal yang mustahil.

b. Etiologi dan Faktor Resiko


a. Diabetes militus tipe 1
DM tipe satu sebelumnya disebut diabetes milletus onset anak-anak, ditandai dengan
desktruksi sel beta pankreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolut. DM tipe 1
adalah salah satu dari penyakit yang paling umum pada anak-anak, 3-4 kali lebih sering
di banding penyakit kronis pada anak-anak seperti kistik fibrosis , artritis, dan leukemia.
Insiden DM tipe 1 pada laki-laki sama dengan pada perempuan dengan kondisi lebih
umum terlihat pada amerika-afrika amerika Hispanik, Amerika Asia dan penduduk
pribumi daripada penduduk kulit putih. Faktor-faktor kurang didefinisikan dengan baik
untuk DM tipe 1 dibanding Diabetes Mellitus tipe 2. Dm tipe 1 diturunkan sebagai
heterogen, sifat multigenik. Kembar identik memiliki resiko 2 - 50 % mewarisi
penyakit, sementara saudara kandung memiliki 6% risiko dan cucu memeiliki resiko
5% resiko. Meskipun pengaruh keturunan kuat, 90% orang dengan DM tipe 1 tidak
memiliki relatif tingkat pertama dengan DM menurut Black dan hawks (2014)
b. Diabetes melitus tipe 2
Sebelumnya disebut dengan diabetes mellitus onset dewasa adalah gangguan yang
melibatkan, baik genetik dan faktor lingkungan. DM tipe 2 merupakan DM tipe umum,
mengengenai 90% orang yang memiliki penyakit. DM tipe 2 biasanya teriagnosis
setelah usia 40 tahun atau lebih umum diantara dewasa tua, dewasa obesitas, dan etnik
serta ras tertentu. Namun DM tipe 2 pada anak-anak remaja meningkat. DM merupakan
penyebab utama kebutaan pada orang dewasa usia 20-74 tahun dan penyebab gagal
ginjal kronis. DM tipe 2 lebih umum pada kembar indentik dan obesitas adalah faktor
resio mayor dengan 8% dari seluruh orang dengan DM tipe 2. Halini tidak jelas apakah
kegagalan sensitivitas jaringan (otot dan hati) terhadap insulin atau kegagalan sekresi
insulin merupakan defek primer DM Tipe 2 (Black dan hawks 2014).
c. Patofisiologi
Patofisiologi diabetes melitus dibagi menjadi dua (Black & Hawks, 2014) sebagai
berikut :
1. Diabetes Tipe 1
DM tipe 1 tidak berkembang pada semua orang yang memunyai predisposisi
genetk. Pada mereka yang memilki indikasi risiko penanda gen. Lingkungan telah
lama dicurigai sebagai pemicu DM tipe 1. Insiden meningkat, baik pada musi semi
maupun gugur, dan onset sering bersamaan dengan epidemik berbagai penyakit
virus. Autoimun aktif langsung menyerang sel beta pankreas dan produknya. ICA
dan antibodii insulin secara progresif menurunkan ketidakefektifan kadan sirkulasi
insulin .

Hiperglikemia dapat timbul akibat dari penyakit akut dan stres, dimana
peningkatan kebutuhan insulin melebihi cadangan dari kerusakan masa sel beta.
Ketika penyakit akut dan tress terobati, klien dapat embali pada status terkompesasi
dengan durasi yang berbeda-beda dimana pankreas kembali mengatur produksi
sejumlah insulin secara adekuat. . status kompesasi ini disebut dengan priode
honeymoon, secara khas bertahan 3-12 bulan. Proses berakhir ketika masa sel beta
yang berkurang tidak dapat memproduksi cukup inslin untuk meneruskan
kehidupan. pasien menjadi tergantung kepada oemberianinsulin eksogen
(diproduksi di luar tubuh) untuk bertahan hidup.
2. Diabetes tie 2
Patogenesis DM tipe 2 berbeda siggnifikan dari DM tipe 2 yaitu resistensi terhadap
aktivitasinsulin biologis, baik di hati maupun di jaringan perifer. Keadaan ini
disebut dengan resistensi insulin. Orang dengan DM tipe 2 mengalami penurunan
sensitivitas insulin terhadap terhdap kadar glukosa, yang mengakibatkan glukosa
hepatik berlanjut, bahkan sampai dengan kadar glukosa darah tinggi. Hal ini
bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan
ambilan glukosa. Mekanisme penyebab resistensi insulin perifer tidak jelas, namun
ini nampak terjadi setelah insulin berikatan terhadap reseptor permukaan sel.

d. Manifestasi
Black dan hawks (2014), peningkatan kadar glukosa darah disebut hiperglikemia,
mengarah pada manifestasi klinis umum yang berhubungan dengan DM. Pada DM tipe
1, onset manifestasi klinis mungkin tidak ketara dengan dengan kemungkinan situasi
yang mengancam hidup yang biasanya terjadi. Pada DM tipe 2, onset manifestasi klinis
mungkin berkembang secara bertahap yang klien mungkin mencatat sedikit atau tanpa
manifestasi kinis selama beberapa tahun. Manifestasi klinis DM adalah peningkatan
frekuensi buang air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus dan minum (polidipsi) dan
karena penyakit berkembang, penurunan berat badan meskipun lapar dan peningkatan
makan (polifagi).

e. Klasifikasi
Diabetes mellitus dikslasifikasikan sebagai salah satu dari 2 status klinik berbeda yaitu
meliputi : (Black dan hawks, 2014).
1. DM Tipe 1
DM tipe satu sebelumnya disebut diabetes mellitus onset anak-anak, ditandai
dengan desktruksi sel beta pankreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolut.
DM tipe 1 adalah salah satu dari penyakit yang paling umum pada anak-anak, 3-4
kali lebih sering di banding penyakit kronis pada anak-anak seperti kistik fibrosis
, artritis, dan leukemia.. Faktor-faktor kurang didefinisikan dengan baik untuk DM
tipe 1 dibanding DM tipe 2. Untuk bertahan hidup, penderita DM tipe 1
bergantung pada pemberian insulin dari luar. Untuk faktor penyebab diabetes tipe
1 adalah infeksi atau reaksi auto-imun yang merusak sel-sel penghasil insulin.
Oleh karena itu pada tipe ini pangkreas sama sekali tidak dapat menghasilkan
insulin.
2. DM Tipe 2.
Sebelumnya disebut dengan diabetes milletus onset dewasa adalah gangguan yang
melibatkan, baik genetik dan faktor lingkungan. Dm tipe 2 merupakan DM tipe
umum, mengengenai 90% orang yang memiliki penyakit. DM tipe 2 biasanya
teriagnosis setelah usia 40 tahun atau lebih umum diantara dewasa tua, dewasa
obesitas, dan etnik serta ras tertentu. Namun DM tipe 2 pada anak-anak remaja
meningkat. DM merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa usia 20-
74 tahun dan penyebab gagal ginjal kronis. Untuk diabetes tipe 2 sendiri pun
berkembang sangat lambat, bisa sampai bertahu-tahun. Oleh karena itu tanda dan
gejlanya sangat tidak jelas. Apabila tidakada gejala klasik, maka gejala yang
sering ditimbulkan adalah cepat lelah, berat badan menurun walau banyak makan
atau rasa kesemutan ditungkai, bahkan pederita sama sekali tidak merasakan
perubahan.

f. Komplikasi
Menurut Kurniadi dan Nurrahmani (2014), hubungan antara diabetes milletus dan
komplikasi yang ditimbulkan merupakan sebab akibat. Artinya untuk mengatasi
komplikasi maka harus dibereskan terlebih dahulu penyebabnya, yaitu penyakit
diabetes. Meskipun penyebabnya sudah bisa diatasi, tidak serta merta komplikasi yang
ditimbulkan akan hilang sendirinya. Karena hal ini sangat tergantung dari tingkat
keseriusan kompliksai tersebut

Seperti contohnya gangguan yang terjadi pada komplikasi tahap awal yang bisanya
akan sembuh dengan sendirinya. Seperti sakit mata ketika sedang sakit diabetes
milletus, dia akan sembuh dengan sendirinya jika penderita berhasil mengontrol kadar
glukosa darah kebatas normal. Tetapi jika sudah pada tahap kebutaan, maka mata akan
tetap menjadi buta walaupun kadar glukosa sudah bisa dinormalkan. Dengan kata lain,
komplikasi ini telah menjadi penyakit yang berdiri sendiri.
Jika didasarkan pada awal kemunculan dan lama perjalananya, komplikasi diabetes
dapat di golongkan menjadi komplikasi mendadak (akut) dan komplikasi menahun
(kronis). Terdapat beberapa kelaianan yang mendasari komplikasi kronis, yaitu
makroangiopati diabetil (kelainan dipembuluh besar), mikroangiopati diabetik
(kelaianan pada pembuluh arah kecil-halus), dan neuropati diabetik (kelainan terdapat
pada syaraf)
1. Komplikasi mendadak (akut)
a) komplikasi akut adalah komplikasi yang datang secara mendadak tanp ada aba-aba.
Meski demikian, komplikasi akut ini masih bisa sembuh jika diatasi. Yang
termasuk kedalam jenis komplikasi akut adalah infeksi yang sulit sembuh, koma
hiperglikemik (koma diabetik), hipoglikemi dan koma hipogklikemik.
1) Infeksi yang suilt sembuh dan lebih sering terjadi
Terkadang penderita diabetes juga mengalami infeksi, yaitu masuknya kuman
kedalam tubuh, seperti flu, borok (biasanya dikaki) atau radang paru-paru.
Penderita diabetes mudah terkena infeksi bukan tanpa alasan apapun.

Alasanya adalah penderita DM ditemukan lebih banyak kuman dan jamur fdi
tubuhnya. Pada keadaan normal, kuman-kuman yang masuk kedalam tubuh
akan dilawan dan dibunuh oleh pasukan pertahanan tubuh, yaitu leukosit. Pada
diabetes, pada waktu kadar gula darah tinggi lebih 200 gr/dl, kekuatan sel-sel
darah putih untuk pergerakan, penempelan, fagositosis sel dan kemampuan
mebunuh berkurang. Oleh karena itu kuman yang masuk kedalam tubuh lebih
suka dikendalikan dan sulit dibunuh dan justri terus berkembang biak sehingga
infeksi menjadi sukar unuk sembuh, apalagi infeksi dikaki.

2) Koma hiperglikemik (koma diabetik)


Kadar gula darah yangsangat tinggi disebut hiperglikemi. Hal tersebut bisa
dilihat dari hasil cek gula darah yaitu diatas 200gr/dl. Keadaan hiperglikemik
bisa menyebabkan koma pada penderitanya. Koma adalah istilah medis yang
menerangkan bahwa kondisi seseorang sedang kritis dan tidak sadarkan diri.
Keadaan ini bisa sehari atau berhari-hari. Penyebabnya adala karena kurangnya
dosis insulin atau obat. Asupan makanan yang terlalu banyak dilanjukan degan
lupa mengkonsumsi obat atau insulin juga dapat mengakibatkan kondisi
hiperglikemi.
Biasanya gejala sebelum koma adalah keluhan khas diabetes yang bertambah
hebat, seperti cepat haus, makin banyak minum dan badan semakin lemah serta
bau nafas seperti bau bau khas aseton sebagai ganda keracunan aseon. Aseton
sendiri adalah sisa metabolisme protein dan lemak didalam tubuh yang terpaksia
digunakan karbohidrat dalam sudah habis. Selain itu biasanya mengalami mual,
gelisah dan kram otot. Jika tidak cepat di obati maka akan mengakibatkan koma.
Koma semacam ini bisa terjadi di diabetes tipe 2 maupun tipe 1. Tetapi pada
diabetes tipe satu, koma bisa terjadi begitu saja tanpa tanpa harus didahului oleh
infeksi. Karena sipdenderita tidak mendapatkan insulin atau si penderita sudah
diberikan insulin tetapi terlambat.

3) Hipoglikemi dan koma hipoglikemi


Kadar gula yang terlalu rendah (hipoglikemi) juga tidak baik dan bahkan
dianggap lebih berbahaya dibandingkan dengan hperglikemi. Seseorang dikatan
hipoglikemi jika kadar gula darah <60% mg/dl. Beberapa gejala bisa muncul
adalah berkeringat, pucat, sakit kepala, padangan kabur, bicara tidak jelas,
kejang, cemas, gemetar, lapar, dan bingung.
Hipoglikemi bukanlah murni diabetes, melainkan komplikasi dari pengobatan
karena hanya dapat dialami oleh penderita diabetes yang mendapat obat
penurunan gula. Jika gejala hipoglikemi seperti tiba-tiba merasa lapar,
berkeringat, dingin, jantung berdebar-debar, lemas, pusing dan gemetartidak
segera diatassi, maka kesadaran akan menurun dan bahkan sampai akhirnya
tidak sadarkan diri (koma). Kondisi seperti inilah disebut hipoglikemi

b) Komplikasi kronis (menahun)


Menurut helmanu kurniadi dan ulfa nurrahmani (2014) komplikasi kronis biasanya
muncul setelah 10-15 tahunsejak diagnosis diabetes dilakukan. Tetapi pada
diabetes tipe 2, sering sekali beberapa komplikasi kronis sudah terjadi sewaktu
pasien pertamakali didiagnosis menderita diabetes. Hal ini terjadi karena pasien
sudah lama menderita diabetes tetapi tanpa gejala yang jelas sehingga komplikasi
tidak terpantau.
Komplikasi kronis khas diabetes sendiri disebabkan karena kelainan pada
pembuluh darah besar, pembuluh daah kecil dan halus, serta susunan saraf
1) Komplikasi kronis yang disebabkan kelainan pembuluh darah halus
(mikroangiopasti) dapat berwujud pada organ-organ seperti
(a) Mata,
(1) Retinopati (mata)
Retinopati adalah kelainan yang mengenai pembuluh darah halus pada
retina. Retina terdapat didalam bola mata sebelah belakang dan kerjanya
adalah menangkap cahaya yang datang dari luar setelah menembus lensa
mata. Biasanya gejala retinopati berjalan lambat sehingga tidak
terdeteksi. Jika masih dini, kelainan ini masih dapat diobati melalui
teknik fotokoagulasi dengan memakai laser. Namun jika
sudahterlambat, kemungkinan paling buruk yang bisa terjadi adalah
kebutaan.

(2) Katarak
Istilah katarak merujuk pada kondisi menjadi buramnya lensa mata.
katarak menyebabkan cahaya tidaks ampai pada retina sehingga orang
tidak bisa melihat alias buta. Katarak sendiri adalah hal yang biasa
terjadi pada oranglanjut. Biasanya pengliatan akan kembali seperti
semula jika penggantian lensa itu berhasil. Kecuali jika selain
katarakjuga terdapat retinopati. Pada keadaaan demikian, maka operasi
katarak tidak akan memulhkan penglihatan secara sempurna

(3) Glaukoma
Glaukoma terjadi karena menungkatnya tekanan darah dalam bola mata.
keluhanya adalah nyeri pada mata dan penglihatan berkurang.
(b) Ginjal
Pertanda adanya kelaianan nefropati adalah terdapatnya albumin di dalam
urine.awalnya hanya albumin yang halus (mikro-albumin) namun sejalan
dengan memberatnya komplikasi akan dijumpai makro albumin di dalam
urine. Jika tidak diatasi, nefropati diabetikbisa menyebabkan gagal ginjal.
Mulanya ringan-ringan saja, tetapi pada akhirnya bisa jadi sangat berat.
Satu-satunya jalan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah dengan
cangkok ginjal. Sebelum transplantasi ginjal dapat dilakukan, upaya
sementara adalah dengan melakukan cuci darah atau hemodialisis.
(c) Komplikasi yang disebabkan kelainan/penyempitan pembuluh darah besar
(aterosklerosis) dapat terwujud sebagai penyakit kardiovaskular pada organ
jantung, otak. Komplikasi jantung dapat disebabkan karena penyempitan
pada pembuluh darah besar yang menyuplai darah ke jantung yang sering
sebut dengan penyakit jantung koroner. Jika penyempitan pembuluh darah
terjadi pada pembuluh darah otak, maka yang akan muncul dalah stoke.
Pada stroke, kelumpuhan datang dengan tiba-tiba dan biasanya akan terjadi
kelumpuhan sebelah atau kadang kadang disertai penurunan kesdaraan
(d) Komplikasi yang disebabkan kelaianan saraf tersebut neuropati. Neuropat
dapat terjadi pada saraf dar beberapa organ berikut:
(1) Neoropati pada tungkai dan kaki
Gejala neuropati ini paling terasa pada tungkai bawah dan kaki sebelah
kiri dan kanan. Yang paling sering dirasakan adalah kesemutan. Pada
stadium lebih lanjut dapat terjado baal (kebas/matirasa). Pada sebagian
orang, neuropati akan menyebabkan nyeri, berdenyut terus menerus. Jika
demikian, tidur pun akanterganggu.
(2) Neuropati pada saluran pencernaan
Neuropati pada saluran cerna dapat menyebabkan diare.diare ini
biasanya dapat terjadi pada malam hai sehingga disebut juga noctural
diare, dan ini dapat menyebabkan kontipasi.
(3) Neuropati kandung kencing
Neuropai paa kandung kencing dapat menyebabkan kencing tidak
lancar. Keluhan ini makin berat jika disertai infeksi di saluran tersebut.

g. Pengobatan
Orang yang terkena diabetes harus minum obat yang diberikan oleh dokter secara
teratur, dan jangan sampai terlewatkan. Selain itu, tidak diperkenankan untuk
menambah atau mengurangi dosis obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan
dokter. Untuk para diabetisi yang mendapatkan terapi insulin secara berlanjut, mereka
diharapkan dapat melakukan penyuntikan secara mandiri. Bila tidak dapat
melakukannya, dapat minta pertolongan kepada tenaga kesehatan atau kader kesehatan
yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Pastikan sebelum memberikan obat terutama jika
mendapatkan suntikan insulin, makanan yang akan dimakan oleh diabetisi sudah siap
saji maksimal 30 menit sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah resiko
terjadinya hipoglikemia atau kadar glukosa darah yang tiba-tiba turun. Selain itu,
monitoring dari efek samping obat yang diminum oleh penderita juga harus dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan oleh penderita sendiri dan dibantu oleh anggota keluarga yang
tinggal bersamanya. Jika terdapat tanda dan gejala yang tidak diharapkan, segara
menghubungi tenaga medis (Sutandi, 2012)

h. Pencegahan
Menurut Aedu (2019) manajemen pola hidup secara umum dianjurkan sebagai
pencegahan DM tipe 2, dalam hal ini adalah pencegahan sekunder dan tersier.
Manajemen pola hidup meliputi penurunan berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan
berhenti merokok.
1. Penurunan Berat Badan.
Penurunan berat badan disarankan pada seluruh DM tipe 2 overweight atau
obesitas. Karna obesitas akan meningkatkan resiko terjadinya DM tipe 2.
Adanya inflamasi akan memicu resistensi insulin yang diketahui menjadi
penghubung antara obesitas dan diabetes. Manfaat lain yang dapat diperoleh
dari penurunan berat badan antara lain memperbaiki kualitas hidup, resistensi
insulin, dan oleh karena itu berbagai guideline klinis merekomendasikan
penurunan berat badan bagi penderita DM tipe 2 overweight/obese.
2. Peningkatan Aktivitas Fisik.
Aktivitas fisik direkomendasikan sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi
berat badan. Mekanisme potensial ini antara lain mengurangi inflamasi
sistemik, memperbaiki pengisian diastol, memperbaiki fungsi vasodilator
endotel, dan mengurangi akumulasi lemak viseral di abdomen.. Rekomendasi
aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu dengan aktivitas sedang sampai
berat, dua kali per minggu masih menjadi panduan utama dari manajemen DM
dan pencegahan pada DM tipe 2.
3. Berhenti Merokok.
Pada pasien dengan DM tipe 2, studi-studi secara konsisten menunjukkan
bahwa merokok merupakan faktor resiko mortalitas dan terjadinya penyakit
jantung koroner Intervensi ini harus diupayakan seoptimal mungkin walaupun
sangat sulit dilakukan.
i. Faktor-Faktor Yang Mempengruhi Pola Hidup
1. Pengetahuan Pola Hidup Sehat.
Menurut PB PERKENI (2019) diabetes mellitus (DM) adalah suatu
sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai oleh adanya peningkatan
kadar gula darah yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja
insulin atau keduanya. Insulin adalah hormon penting yang diproduksi
di pankreas dan mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh
tempat glukosa diubah menjadi energi. Menurut Silalahi, (2019)
diabetes dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko. Penyebab paling
banyak ditemui adalah pola hidup yang tidak sehat. Contoh pola hidup
yang tidak sehat yaitu makan makanan yang banyak mengandung
gula/lemak, sedikit mengandung karbohidrat dan/serat serta jarang
melakukan aktivitas fisik serta tingkat pengetahuan dan tingkat
pendidikan yang rendah merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kasus penyakit termasuk DM tipe 2 (Silalahi, 2019)
Pola hidup sendiripun merupakan kebiasaan yang dilakukan dan dapat
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. contohnya Seseorang yang
jarang melakukan aktifitas fisik mengalami kelebihan energi yang
dikonsumsi, karena sedikitnya energi yang dikeluarkan tubuh, sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan energi yang disimpan pada jaringan
adipose. Kondisi ini dapat memicu risiko diabetes mellitus tipe 2 akibat
terjadinya resistensi insulin (PB PERKENI, 2019)
2. Asupan Makanan dan Minuman
Menurut Marine dan Adiningsih (2015) gaya hidup yang berpengaruh
pada perubahan pola perilaku makan dan minum dapat menyebabkan
timbulnya penyakit degeneratif, salah satunya adalah Diabetes Melitus
(DM) yang merupakan salah satu penyakit metabolik yang ditandai
dengan meningkatnya kadar gula darah, peningkatan tersebut bisa terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.. Konsumsi
makanan atau minuman tinggi glukosa dan lemak dengan frekuensi yang
sering bisa berakibat pada kondisi berat badan berlebih dan bisa menjadi
pemicu timbulnya penyakit DM. Pola konsumsi remaja harus
diperhatikan dengan baik khususnya remaja dengan orang tua DM.

Orang dengan keturunan DM dianjurkan untuk mengurangi konsumsi


makanan dan minuman tertentu yang memiliki nilai indeks glikemi (IG)
tinggi. Pola konsumsi yang tidak terkontrol dan sering mengonsumsi
makanan dan minuman dengan nilai IG tinggi dapat menyebabkan status
gizi yang berlebih. Karena Makanan atau minuman dengan IG tinggi
dapat menaikkan kadar gula darah cukup cepat, sedangkan makanan atau
minuman dengan IG rendah akan lebih lambat menaikkan kadar gula
dalam darah, sehingga konsumsi makanan dan minuman yang memiliki
nilai IG tinggi dalam frekuensi yang sering dapat memicu terjadinya
penyakit DM. Remaja dengan status gizi yang berlebih cenderung sering
mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan glukosa. Status gizi
remaja yang sangat gemuk berisiko terkena DM, terutama remaja
dengan orang tua DM mempunyai faktor risiko lebih besar terkena DM
karena adanya faktor genetik.
3. Pola Aktivitas
Menurut Silalahi (2019) Aktivitas fisik yang rendah menjadi faktor yang
meningkatkan kegemukan. Aktivitas fisik berperan penting dalam
pengeluaran energi sehingga dapat mencegah timbulnya obesitas.
Menurut Prima, Andayani dan Abdullah (2018) obesitas merupakan
suatu keadaan kelebihan lemak tubuh yang ditandai dengan adanya 25%
lemak tubuh total atau lebih pada pria dan sebanyak 35 % atau lebih pada
wanita. Kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup tidak aktif dan
perilaku makan yang tidak baik seperti konsumsi junk food merupakan
penyebab penting dan utama dari obesitas. Obesitas sendiri adalah
merupakan salah satu dari faktor resiko penyakit diabetes.
Adiningsih, D. M. (2015). Perbedaan Pola Konsumsi Dan Status Gizi Antara
Remaja Dengan Orang Tua Diabetes Melitus (DM) Dan non DM. Media
Gizi Indonesia, 179–183.
Hawks, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapura: Elsevier Ptd Ltd.
Helmanu Kurniadi, U. N. (2014). Stop Diabetes Hipertensi Kolestrol Tinggi Jantung Koroner.
Yogyakarta: Istana Media.
KEMENKES. (2018, Mei 15). Ministry Of Health Republic Of Indonesia. Remaja Harus
Sehat.
RI, K. (2019, 11 25). Kenali Kebiasaan Penyebab Diabetes .
RISKESDAS. (2018). Hari Diabetes Sedunia. INFODATIN Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan.
Silalahi. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion ad \

Anda mungkin juga menyukai