Anda di halaman 1dari 5

Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.

123

DETERMINAN PANJANG BADAN LAHIR PADA BAYI BARU LAHIR


Determinant of Length Birth of New Born

Tri Budiarti*

*Program Studi DIII Kebidanan, STIKes Al-Irsyad Al-Islamiyah Cilacap


e-mail: tribudiarti01@gmail.com

ABSTRAK

Keadaan seorang ibu pada saat hamil sangat menentukan kondisi pertumbuhan dan perkembangan janin baik
selama di kandungan maupun pada saat lahir. Pertumbuhan bayi saat dalam kandungan secara linier
menunjukkan panjang badan bayi saat lahir, yang mana jika panjang badan bayi saat lahir pendek (stunting)
menunjukkan keadaan bayi tersebut mengalami gizi yang kurang. Dampak stunting selain fisik yang pendek
akan berpengaruh terhadap fungsi kognitif sehingga kualitas hidup menurun. Penelitian ini bertujuan mengetahui
determinan atau faktor yang mempengaruhi panjang badan bayi saat lahir yang meliputi berat lahir, masa gestasi,
dan status anemia ibu pada saat hamil. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional dengan
rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober pada tahun 2018 dengan
penentuan besar sampel menggunakan purposive sampling sehingga didapatkan besar sampel sejumlah 331.
Sampel diambil dari rekam medis di RSUD Cilacap dengan kriteria bayi yang lahir hidup di RSUD pada tahun
2017 dan tercatat lengkap pada catatan rekam medik RSUD Cilacap. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan rumus chi square. Hasil analisis masing-masing faktor menunjukan hasil p-value berat lahir
sebesar 0.737, p-value masa gestasi sebesar 0.979, dan p-value status anemia ibu pada saat hamil sebesar 0.561.
Dari hasil analisis tersebut berarti p value antara berat lahir, masa gestasi, dan status anemia ibu pada saat hamil
terhadap panjang lahir < taraf signifikan pada alpha 0.05. Sehingga, dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa
tidak ada hubungan antara berat lahir, masa gestasi, dan status anemia ibu pada saat hamil dengan panjang badan
bayi saat lahir sehingga ketiganya bukan merupakan faktor yang mempengaruhi panjang badan bayi saat lahir.

Kata Kunci: : Determinan, Panjang, Bayi, Lahir

ABSTRACT

The condition of pregnant women greatly determines the condition of fetal growth and development both during
the womb and at birth. Baby growth when in the womb is linearly indicating the length of the baby at birth,
which if the length of birth is short (stunting) indicates a state of malnutrition. The impact of stunting in addition
to a short physical will affect cognitive function so that the quality of life decreases. This study aims to know the
determinants or factors that affect the birth length of the baby including birth weight, gestation, and anemia
status of the mother during pregnancy. The research method used was observational with a cross sectional
design. This Study in July until Oktober 2018. To Know sample with purposive sampling technique so this study
with sample of 331. The Sample taken from medical records in Cilacap Hospital with criteria of sample is
newborn in Cilacap Hospital 2017 and they have complete medical records.The analysis this study with chi
square. The result of analysis factor are p-value weight newborn is 0.737, p-value gestation is 0.979, and p-
value maternal anemia status during pregnancy is 0.561. The results of p-values between birth weight, gestation,
and maternal anemia status during pregnancy on birth length <significant level at alpha 0.05. The conclusion is
that there is no relationship between birth weight, gestation, and anemia status of the mother during pregnancy
with birth length so that all three are not factors that affect the length of birth of the baby.

Keywords: Determinant, Length, Birth, Newborn

A. Pendahuluan yang baik terutama status gizi saat


Kesehatan ibu hamil dan bayi yang hamil. Kekurangan gizi saat hamil
dilahirkan yang mana merupakan atau malnutrisi dapat menyebabkan
periode 1000 hari pertama kehidupan gangguan pertumbuhan dan
atau disebut periode emas atau kritis perkembangan yang mana lebih besar
sangat berpengaruh terhadap kualitas untuk menyebabkan bayi lahir dalam
kehidupan di masa berikutnya keadaan stunting (Barker, 2007, dan
sehingga perlu mendapat perhatian

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 175
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.123

Neufeld LM et al 2004 dalam (UNICEF, 2008). Sasaran


Yustiana 2013). pembangunan pangan dan gizi pada
Stunting merupakan keadaan tubuh tahun 2015 adalah dengan
yang pendek akibat kekurangan gizi menurunkan prevalensi balita gizi
kronik yang mana dapat dinilai dengan kurang menjadi 15,5% dan prevalensi
indikator panjang badan menurut umur balita gizi pendek menjadi 32%
(PB/U). Bayi baru lahir dikatakan (Armida, 2011). Secara nasional,
stunting jika panjang badan lahir prevalensi pendek tahun 2013 sebesar
<46,1 cm untuk laki-laki dan <45, 4 37,2%. Stunting paling banyak terjadi
cm untuk perempuan (WHO, 2006 pada balita umur 24-35 bulan yaitu
dalam Yustiana 2013; Kemenkes RI, sebesar 41,3% dan pada usia <5 bulan
2010). sebesar 28,1% (Kemenkes RI, 2010).
Pertumbuhan bayi saat dalam Cilacap merupakan kabupaten di
kandungan secara linier ditunjukkan Jawa Tengah yang termasuk kategori
dengan panjang badan saat lahir yang daerah rawan kejadian stunting (Agus,
mana panjang badan yang pendek 2018). Oleh karena itu, stunting
akan menunjukkan keadaan gizi yang merupakan salah satu keadaan yang
kurang akibat kekurangan energi dan memperoleh perhatian khusus oleh
protein waktu lampau. Pertumbuhan pemerintah Kabupaten Cilacap, selain
selanjutnya pada seorang bayi itu stunting juga menjadi program
ditentukan oleh panjang bayi saat unggulan dinas kesehatan (Arin,
lahir, sesuai hasil penelitian 2018). Salah satu rumah sakit rujukan
Anugraheni (2012) bahwa salah satu di Kabupaten Cilacap adalah RSUD
faktor risiko kejadian stunting pada Cilacap dengan jumlah kelahiran bayi
anak usia 12-36 bulan adalah panjang yang meningkat tiap tahunnya.
badan lahir rendah atau pendek. Selain Stunting berdampak pada tahap
itu, Swathma (2016) juga kehidupan selanjutnya yang mana
menyampaikan bahwa proporsi balita tidak hanya pada fisik yang lebih
stunting lebih banyak ditemukan pada pendek saja tetapi juga pada fungsi
balita dengan panjang badan bayi yang kognitifnya (Hadi, 2010). Dampak
pendek saat lahir. jangka panjang stunting dapat
Stunting juga dapat diakibatkan dihindari dengan deteksi dini sehingga
karena berat bayi lahir rendah (BBLR) tumbuh kembang berikutnya dapat
yang mana terjadi pada bayi prematur. terkejar. Oleh karena itu deteksi dini
Swathma, (2016) juga menyampaikan stunting sangat diperlukan sejak bayi
bahwa faktor risiko stunting salah lahir. Berdasarkan latar belakang
satunya adalah BBLR. Di negara diatas, maka penelitian ini ingin
berkembang, bayi dengan BBLR mengetahui faktor-faktor yang
cenderung mengalami retardasi mempengaruhi panjang badan saat
pertumbuhan intrauteri dan bayi lahir di RSUD Cilacap.
kedepannya akan memiliki ukuran
antropometri yang kurang bahkan B. Metode
selama masa pertumbuhan sering Jenis penelitian yang digunakan
terjadi infeksi sehingga menyebabkan dalam penelitian ini adalah analitik
pertumbuhan terhambat dan menjadi observasional. Penelitian analitik
stunting (Gibney, 2008 dan ACC/SN, observasional adalah penelitian
2012 dalam Swathma, 2016). dengan melakukan observasi atau
Menurut data dunia, diperkirakan melakukan pengukuran variabel dan
terdapat 165 juta anak dibawah usia mencoba mencari hubungan antar
lima tahun yang mengalami stunting variabel (Sastroasmoro, 2002).

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 176
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.123

Pendekatan dalam penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah


menggunakan cross sectional. Cross analisis univariat dan bivariate.
sectional adalah suatu penelitian untuk Univariat artinya dalam analisis ini
mempelajari dinamika korelasi antara hanya menghasilkan disrtribusi dan
faktor-faktor risiko dengan efek persentase dari tiap variabel. Analisis
dengan cara pendekatan, observasi bivariate yang digunakan dalam
atau pengumpulan data sekaligus pada penelitian ini adalah uji Chi Square
saat tertentu. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antar
pada bulan Juli sampai Oktober di variabel.
RSUD Cilacap.
Populasi dalam penelitian ini C. Hasil dan Pembahasan
adalah seluruh bayi yang lahir di Dari Tabel 1 dapat terlihat bahwa
RSUD Cilacap pada tahun 2017. frekuensi kejadian panjang bayi saat
Sampel ditentukan dengan teknik lahir yang masuk kategori penedek
purposive sampel dengan kriteria bayi sebanyak 7 responden (2,1%)
yang lahir hidup di RSUD Cilacap sedangkan panjang bayi normal
tahun 2017 dan tercatat lengkap pada sebanyak 324 responden (97,9%).
rekam medis RSUD Cilacap. Berat lahir normal pada bayi pendek
Data yang digunakan dalam sebesar 7 responden (2,1%), lain
penelitian ini adalah data sekunder, halnya tidak ditemukan 0 reponden
yaitu data yang diperoleh tidak (0%) kejadian berat lahir rendah pada
langsung dari responden, melainkan bayi pendek. Frekuensi kejadian bayi
dokumentasi. Data sekunder yang dengan gestasi premature yang terlahir
akan dikumpulkan berupa data rekam pendek sebanyak 7 responden (2,1%)
medis tentang bayi yang lahir di dan bayi aterm dengan terlahir pendek
RSUD Cilacap tahun 2017. Dalam sebanyak 0 responden (0%). Distribusi
pengumpulan data, peneliti frekuensi pada ibu yang anemia
menggunakan formulir pengambilan mempunyai bayi terlahir pendek
data yang berbentuk tabel dan berisi sebanyak 1 responden (0,3%) dan ibu
tentang nomer, panjang badan bayi yang tidak anemia/normal mempunyai
saat lahir, berat badan bayi saat lahir, bayi terlahir pendek sebanyak 6
masa gestasi, dan status anemia ibu responden (1,8%).
pada saat hamil. Analisis yang

Tabel 1. Karakteristik Responden


Panjang Lahir Bayi
Karakteristik Pendek Normal
n % n %
Berat Lahir Bayi
BBLR 0 0 14 4,2
Normal 7 2,1 310 93,7
Gestasi
Prematur 7 2,1 323 97,6
Aterm 0 0 1 0,3
Status Anemia Ibu
Anemia 1 0,3 67 20,2
Normal 6 1,8 257 77,6
Sumber: Data Primer, 2017

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 177
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.123

Hasil uji statistik pada Tabel 2 disimpulkan variable berat lahir, gestasi,
menunjukkan variabel berat lahir dan status anemia tidak berhubungan
(p=0,737), gestasi (p=0,979), dan status dengan kejadian panjang bayi lahir.
anemia (p=0,561), sehingga dapat

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat


Variabel PR 95% CI p-value
Berat Lahir 1,023 1,006-1,040 0,737
Gestasi 0,979 0,963-0,994 0,979
Status Anemia 0,639 0,076-5,401 0,561
Sumber: Data Primer, 2017

Panjang lahir bayi merupakan Hal yang berbeda juga disampaikan


panjang bayi saat lahir yang dikur dengan oleh Ruchayati (2012) bahwa panjang bayi
satuan sentimeter mulai dari telapak kaki saat lahir juga dipengaruhi oleh kadar
sampai ujung kepala dengan posisi bayi haemoglobin, LILA pada trimester III dan
terlentang. Panjang bayi dikelompokan pertambahan berat badan selama hamil.
menjadi panjang bayi pendek dan panjang Semakin tinggi kadar hemoglobin ibu,
bayi normal. Dalam penelitian ini, semakin panjang ukuran bayi yang
didapatkan 331 responden yang mana 7 dilahirkan. Defisiensi gizi yang terjadi
responden (2,1%) termasuk kategori pada ibu hamil akan mengakibatkan
pendek dan 324 responden (97,9%) ketersediaan terutama zat besi tidak dapat
termasuk kategori normal. Hasil analisis memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
menunjukkan bahwa berat lahir bayi, perkembangan janin, sementara selama
massa gestasi bayi, dan status anemia ibu dalam masa pertumbuhan dan
tidak ada hubungannya dengan panjang perkembangan janin kebutuhan Fe
lahir bayi sehingga bukan merupakan meningkat drastic.
faktor yang mempengaruhi panjang lahir Berbeda juga pernyataan yang
bayi. disampaikan Dariyo bahwa janin yang
Hal ini berbeda dengan Swathma matang selama masa prenatal akan tumbuh
(2016) yang menyampaikan bahwa faktor berkembang menjadi bayi yang memiliki
risiko stunting salah satunya adalah BBLR. berat badan, tinggi badan, maupun warna
Di negara berkembang, bayi dengan BBLR kulit yang normal, sebaliknya bayi-bayi
cenderung mengalami retardasi yang lahir premature akan berbeda
pertumbuhan intrauteri dan kedepannya keadaan saat lahirnya.
akan memiliki ukuran antropometri yang
kurang bahkan selama masa pertumbuhan D. Kesimpulan dan Saran
sering terjadi infeksi sehingga Berdasarkan hasil penelitian dapat
menyebabkan pertumbuhan terhambat dan disimpulkan bahwa Berat lahir bayi,
menjadi stunting (Gibney, 2008 dan massa gestasi bayi, dan status anemia
ACC/SN, 2012 dalam Swathma, 2016). ibu tidak berhubungan dengan panjang
lahir bayi.

Daftar Pustaka

Agus, R. 2018. Jateng Fokus Berantas Stunting di Pati Kabupaten Pati. Thesis
akses http://kabar24.bisnis.com/read/201802 (Undergraduate) Faculty of Medicine,
13/78/738403/jateng-fokus-berantas- Departemen of Nutrition Science diakses
stunting pada http://eprints.undip.ac.id/38393/
Anugraheni, Hana Sofia dan Kartasurya, Martha Arin, bercahaya. 2018. Pertumbuhan Kerdil
Irene. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting Perhatian Serius Pemkab Cilacap. Dinas
Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 178
Volume 5, Nomor 2 Januari 2019 DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.123

Cilacap. http://cilacapkab.go.id/v2/?pilih= Puskesmas Halmahera Kota Semarang.


news&mod=yes&aksi=lihat&id=6351 Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2012; 1 (2):
Armida, S. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan 578-586.
dan Gizi 2011-2015. Kementrian Swathma, D; Lestari, H; Teguh, AR. 2016. Analisis
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Faktor Risiko BBLR, Panjang Badan Saat
Perencanaan Pembangunan Nasional Lahir Dan Riwayat Imunisasi Dasar
(BAPPENAS) Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita
Hadi, H. 2010. Sepertiga Anak Usia Sekolah Di Usia 22-36 Bulan Di Wilayah Kerja
Indonesia Alami Stunted. Available from: Puskesmas Kandai Kota Kendari Tahun
URL: http://www.ugm.ac.id/index.php?page 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
=rilis&artikel=3070 Masyarakat. Vol. 1, No: 3 (2016): 1-10.
Kementrian Kesehatan RI, 2011 Direktorat Jenderal http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. article/view/1088/746
Keputusan Menteri Kesehatan Republik UNICEF. 2008. Complementary Feeding.
Indonesia No : 1995/MENKES/SK/XII/2010 http://www.unicef.org/nutrition/
Tentang Standar Antopometri Penilaian index_24826.html
Status Gizi Anak . Jakarta: 2011 Yustiana, Kurnia. 2013. Perbedaan Panjang Badan
Kemenkes RI, 2010. Laporan Nasional Riset Bayi Baru Lahir Antara Ibu Hamil KEK dan
KESEHATAN Dasar (Riskesdas). Jakarta: Tidak KEK. Artikel Penelitian Program
Badan Penelitian dan Pengembangan Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Kesehatan Dasar. Universitas Diponegoro Semarang.
Ruchayati F. 2012. Hubungan Kadar Haemoglobin http://eprints.undip.ac.id/42906/1/603_Kurni
dan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil a_Yustiana_G2C009028.pdf.
Trimester III dengan Panjang Bayi Lahir di

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, p-ISSN 2087-4995, e-ISSN 2598-4004 179

Anda mungkin juga menyukai