Anda di halaman 1dari 25

PORTOFOLIO

PRAKTIK KLINIK PROFESI


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA : Annis Zulfa Tsania Farikha


KELOMPOK :3
PEMBIMBING : 1. Arina Sofia Yarlis, S.Kep., Ners
Ns. Niken Dian Dyan Kusumaningrum, M.Si.Med

ANGKATAN 40

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
OVERVIEW PORTOFOLIO

Portfolio untuk mahasiswa keperawatan merupakan kumpulan bukti-bukti yang


digunakan sebagai dasar penilaian target capaian yang diperoleh mahasiswa baik dari
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Portfolio yang disusun mahasiswa dapat
menggambarkan partisipasi aktif mahasiswa pada praktik klinik profesi sehingga
merefleksikan apa yang telah dilakukan dan apa yang telah diperoleh selama masa
praktik. Penyusunan portfolio berfokus pada (1) deskripsi pencapaian kompetensi dan (2)
refleksi mahasiswa dalam aspek :
1. Proses Keperawatan (pengkajian-evaluasi)
2. Komunikasi
3. Berpikir Kritis
4. Profesionalisme dan Kolaborasi
REFLEKSI

Proses refleksi mengadaptasi dari Model Refleksi oleh Asadoorian-Schowetter-Lavigne.

Tahap I adalah trigger atau pemicu.


Mahasiswa diminta untuk merefleksikan perasaan terhadap proses pembelajaran
tertentu, seperti bahagia, sedih, marah, atau bangga.

Tahap 2 adalah description atau penggambaran.


Pada tahap ini mahasiswa diminta untuk mendeskripsikan pengalaman secara detail,
seperti: apa yang terjadi, apakah peran mahasiswa dalam proses pembelajaran tersebut,
apakah yang telah saya lakukan, bagaimana setting pembelajaran, apakah yang terjadi
sebelum dan setelah proses pembelajaran, dan apakah hal yang penting yang terjadi
selama proses pembelajaran.

Tahap 3 adalah awareness atau kesadaran.


Kesadaran diri mahasiswa perlu dibangun pada tahap ini. Kesadaran berupa perasaan
yang berhubungan dengan pengalaman, perasaan yang dapat mempermudah atau
mempersulit proses pembelajaran, serta mencoba untuk menyimpan perasaan positif dan
membuang yang negatif. Mahasiswa dapat menjawab pertanyaan berikut ini: “mengapa
saya berespon terhadap apa yang telah saya lakukan, bagaimanakah perasaan saya
terhadap situasi ini, faktor internal apakah yang mempengaruhi saya?”.

Tahap 4 Analysis.
Mahasiswa diminta untuk menganalisa situasi, menggunakan cara untuk memahami
sesuatu, mempertimbangkan empiris/ teoritis, etik/ moral, personal/ nilai dan
pemahaman. Pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam tahap ini adalah:
“apakah yang ingin saya capai, bagaimana tindakan saya sesuai dengan yang saya yakini,
pengetahuan apakah yang harus saya miliki, etik atau kepentingan pribadi apa yang
terlibat?”.
Tahap 5 Relating atau menghubungkan.
Pada tahap ini mahasiswa mencoba menghubungkan pengalaman apa yang telah dialami
dan pengalaman apa yang belum dialami dan dibutuhkan. Mahasiswa dapat menjawab
pertanyaan seperti: “bagaimanakah pengalaman ini menghubungkan dengan pengalaman
sebelumnya, teori apa yang saya ketahui yang berkaitan dengan pengalamanini, apa yang
harus saya ketahui untuk pengalaman yang lebih baik?”

Tahap 6 New Perspective.


Mahasiswa membangun perspektif baru untuk menyusun pengetahuan baru. Pertanyaan
panduan pada tahap ini adalah: “apakah pengalaman ini mengubah cara saya memahami
sesuatu, bagaimanakah pengalaman ini memotivasi saya untuk merubah cara saya
melakukan sesuatu, bagaimanakah saya mengatasi situasi yang sama di waktu yang akan
datang?”

Tahap 7 Validate atau validasi.


Pada tahap ini, mahasiswa mencoba perspektif baru pada proses pembelajaran yang lain
untuk mendapatkan pengalaman baru.
FORMAT PORTOFOLIO

Cover (sesuai cover dokumen


ini) Halaman identitas (lihat
contoh) Daftar Isi
Kontrak Pembelajaran (lihat contoh)
OUTCOME PRAKTIK KLINIK PROFESI
A. PROSES KEPERAWATAN
I. Deskripsi pencapaian kompetensi
Uraikan definisi setiap aspek dan segala aktivitas serta capaian yang telah diperoleh
selama masa praktik terkait proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai
evaluasi termasuk aspek edukasi. Ceritakan bagaimana cara mencapainya.
II. Refleksi Diri.
Uraikan perkembangan diri yang dirasakan terkait kemampuan dalam melakukan
proses keperawatan mulai dari awal hingga akhir praktik.

B. KOMUNIKASI
I. Deskripsi pencapaian kompetensi
Uraikan definisi setiap aspek dan segala aktivitas serta capaian yang telah diperoleh
selama masa praktik terkait komunikasi.Ceritakan bagaimana cara mencapainya.
II. Refleksi Diri.
Uraikan perkembangan diri yang dirasakan terkait kemampuan komunikasi mulai
dari awal hingga akhir praktik. Komunikasi baik dengan pasien, keluarga, sejawat
maupun profesi lain.

C. BERPIKIR KRITIS
I. Deskripsi pencapaian kompetensi
Uraikan definisi setiap aspek dan segala aktivitas serta capaian yang telah diperoleh
selama masa praktik terkait berpikirkritis. Ceritakan bagaimana cara mencapainya.
II. Refleksi Diri.
Uraikan perkembangan diri yang dirasakan terkait kemampuan berpikir kritis mulai
dari awal hingga akhir praktik.
D. PROFESIONALISME DAN KOLABORASI
I. Deskripsi pencapaian kompetensi
Uraikan definisi setiap aspek dan segala aktivitas serta capaian yang telah diperoleh
selama masa praktik terkait profesionalisme dan kolaborasi. Ceritakan bagaimana
cara mencapainya.
II. Refleksi Diri.
Uraikan perkembangan diri yang dirasakan terkait profesionalisme mulai dari awal
hingga akhir praktik
III. EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT
(lihat contoh)

IV. LAMPIRAN
1. Mind mapping laporan pendahuluan
2. Dokumentasi asuhan keperawatan
3. Analisis artikel pendukung asuhan keperawatan
4. Laporan telaah fenomena klinis
5. Analisis artikel telaah fenomena klinis
6. Laporan Clinical Assesement
7. Artikel pendukung lain
8. Lampiran lainnya

V. REFERENSI
Penulisan pustaka atau referensi yang digunakan ditulis dengan format sesuai
American Psychological Association (APA) style.
IDENTITAS PEMILIK

Nama : Annis Zulfa Tsania Farikha


NIM : 22020122210019
Alamat : Wayuhrejo, Pasuruhan, Mertoyudan, Magelang
Nomor Telp. : 0895363212545
Email : anniszulfa5@gmail.com
Kelompok :3
Periode Praktik : 19 September 2022 s.d 15 Oktober 2022
Pembimbing : Ns. Niken Dian Dyan Kusumaningrum, M.Si.Med

Pemilik,

Annis Zulfa Tsania Farikha


DAFTAR ISI

IDENTITAS PEMILIK......................................................................................................2
PRAKATA.........................................................................................................................3
KONTRAK PEMBELAJARAN........................................................................................5
BERPIKIR KRITIS............................................................................................................7
A. Deskripsi................................................................................................................7
B. Refleksi Diri...........................................................................................................8
PROSES KEPERAWATAN............................................................................................11
A. Deskripsi..............................................................................................................11
B. Refleksi Diri.........................................................................................................12
KOMUNIKASI................................................................................................................15
A. Deskripsi..............................................................................................................15
B. Refleksi Diri.........................................................................................................15
PROFESIONALISME.....................................................................................................18
A. Deskripsi..............................................................................................................18
B. Refleksi Diri.........................................................................................................19
EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT........................................................21
DOKUMENTASI KEPERAWATAN.............................................................................22
AKTIVITAS PEMBELAJARAN....................................................................................25
KONTRAK PEMBELAJARAN
MINGGU 1-2

No Kemampuan Akhir Kriteria Pencapaian Metode Pencapaian Waktu Evaluasi Pencapaian


1. Melakukan telaah - Mengobservasi fenomena klinis 1. Experiental 19 - Melakukan observasi
fenomena klinis yang ada di ruang rajawali 6A Learning September fenomena pemberian
bersama kelompok - Berdiskusi dengan CI terkait 2. Observasi 2022 – 25 tranfusi darah pada
fenomena yang ada di ruang 3. Discovery Oktober pasien anemia
rajawali 6A Learning 2022 di - Mengidentifikasi
- Menyusun latar belakang, analis 4. Self-Directed Ruang 6A bagaimana perawat di
dan opini terkait fenomena yang Learning Gedung ruang rajawali 6A
mencakup asuhan keperawatan, 5. Small group Rajawali melakukan asuhan
kolaborasi, komunikasi, etik discussion RSUP dr. keperawatan,
legal dan dukungan manajemen, 6. Demonstrasi Kariadi berkolaborasi,
serta kesimpulan, dan berkomunikasi, dan etik
rekomendasi legal serta dukungan
manajemen pemberian
transfuse darah
- Memberikan
rekomendasi kepada
ruang rajawali 6A dalam
pemberian transfusi
darah yang sudah
dilakukan
2. Melakukan asuhan 1. Melakukan pengkajian 1. Experiental 26 1 Melakukan pengkajian
keperawatan dan 2. Menentukan dan Learning September – mulai dari keluhan
clinical assessment memprioritaskan diagnosa 2. Observasi 1 Oktober utama, pengkajian
pada pasien dengan keperawatan. 3. Discovery 2022 kebutuhan fungsional,
efusi pleura 3. Merencanakan intervensi Learning pengkajian psikologis,
keperawatan, meliputi kriteria 4. Self-Directed dan pemeriksaan fisik
hasil, intervensi dan rasional. Learning dada
4. Melibatkan keluarga dalam 5. Demonstrasi 2 Menegakkan 4
asuhan keperawatan diagnosa
5. Mengimplementasikan rencana keperawatan
intervensi termasuk melakukan berdasarkan: keluhan
pemberian obat inhalasi utama,dan
6. Mendokumentasikan asuhan pengkajian lain

keperawatan yang 3 Menyusun rencana,


telah dilakukan mengimplementasikan,
7. Menyusun laporan clinical mengevaluasi, dan

assesment mendokumentasikan
asuhan keperawatan
4 Melakukan clinical
assessment dengan
memberikan obat
melalui terapi nebulizer
dan menyusun
laporannya

3. Melakukan 1. Mengetahui seluruh 1. Experiental 24 1. Melakukan


pemasangan EKG komponen electroda atau Learning September pemasangan elctroda
sederhana kabel kabel dalam 2. Observasi 2022 sesuai bagiannya
pemasangan EKG 3. Discovery
2. Merekam lead II
Learning
2. Mengetahui bagian yang akan panjang
4. Self-
dipasang electrode
Directed
3. Melakukan perekaman ekg
Learning
setiap lead
5. Demonstrasi
4. Melakukan perawatan 1. Melakukan perawatan luka 1. Experiental 30 1. Mampu melakukan
luka Post Operasi post operasi sesuai SPO Learning September perawatan luka pada
2. Observasi pasien post operasi
2. Mengidentifikasi karakteristik
3. Discovery sesuai SPO selama 10
luka
Learning menit
4. Self-
2. Mampu
Directed
mengidentifikasi
Learning
karakeristik luka dari
5. Demonstrasi
ukuran, warna, bau,
hectingan, stadium
6. Mampu melakukan 1. Melakukan perawatan luka 1. Experiental 28 1. Melakukan ganti balut
perawatan WSD WSD sesuai SPO Learning September luka WSD pada klien
2. Observasi 2022 kelolaan
2. Memonitor cairan WSD
3. Discovery
2. Memonitor cairan
Learning
WSD yang keluar
4. Self-
Directed
Learning
5. Demonstrasi
7. Melakukan terapi 1. Melakukan terapi nebulizer 6. Experiental 1 Oktober 1. Mampu melakukan
nebulizer sesuai SPO Learning 2022 terapi nebulizer sesuai
7. Observasi SPO
2. Pemberian terapi nebulizer
6. Discovery
sesuai dosis 2. Memberikan obat
Learning
3. Memonitor selama sesuai 7 benar obat
7. Self-
penggunaan nebulizer 3. Memonitor adanya
Directed
4. Melibatkan keluarga dalam sesak napas, takipnea
Learning
pemberian obat inhalasi selama terapi nebulizer
8. Demonstrasi
9. Melakukan 1. Melakukan pengambilan 8. Experiental 19 1. Mampu melakukan
pengambilan darah darah vena sesuai SPO Learning September – pengambilan darah
vena 9. Observasi 1 Oktober vena sesuai SPO dan
2. Mengetahui fungsi dari
9. Discovery 2022 pada vena cubiti
tabung kultur darah
Learning
2. Mampu memberikan
10. Self-
sampel darah dalam
Directed
tabung immunologis,
Learning
hematologic, dan
11. Demonstrasi
koagulasi
10. Melakukan irigasi 1. Melakukan irigasi sesuai SPO 10. Experiental 30 1. Mampu melakukan
bladder training Learning September irigasi bladder training
2. Membangun komunikasi dan
11. Observasi 2022 pada pasien wanita
kepercayaan kepada pasien
12. Discovery yang terdapat
dan keluarga ketika
Learning perdarahan pada
pemasangan irigasi 13. Self- vagina
Directed
2. Mampu meyakinkan
Learning
pasien dan keluarga
14. Demonstrasi
3. Mengetahui fungsi
irigasi bladder training

KONTRAK PEMBELAJARAN
MINGGU 2-4
No Kemampuan Akhir Kriteria Pencapaian Metode Pencapaian Waktu Evaluasi Pencapaian
1. Melakukan perawatan 1. Experiental 5 Oktober 1. Melakukan
1. Melakukan perawatan stoma
stoma Learning 2022 penggantian kantong
sesuai SPO
2. Observasi stoma pada pasien
2. Mengidentifikasi luka
3. Discovery yang terpasang
kolostomi
Learning kolostomi
4. Self- 2. Mampu
Directed mengidentifikasi
Learning karakteristik luka
5. Demonstrasi mencakup warna di
sekitar kolostomi, bau
2. Melakukan perawatan 1. Melakukan perawatan luka 3. Experiental 6 Oktober 1. Melakukan ganti balut
luka DM DM sesuai SPO Learning 2022 dan perawatan luka
4. Observasi DM dengan luka kalus
2. Mengidentifikasi karakteristik
5. Discovery sesuai SPO
luka DM
Learning
6. Self-
Directed
Learning
7. Demonstrasi
3. Melakukan 1. Melakukan pengambilan 12. Experiental 3 Oktober – 1. Mampu melakukan
pengambilan darah darah vena sesuai SPO Learning 15 Oktober pengambilan darah
vena 13. Observasi 2022 vena sesuai SPO dan
2. Mengetahui fungsi dari
15. Discovery pada vena cubiti dan
tabung kultur darah
Learning
16. Self- bracialis
Directed
2. Mampu memberikan
Learning
sampel darah dalam
17. Demonstrasi
tabung immunologis,
hematologic, dan
koagulasi
7. Mengetahui terkait obat 1. Diskusi dengan CI terkait 1. Melakukan diskusi
HAM obat HAM terkait obat HAM saat
2. Mengidentifikasi pengertian conference pagi
dan contoh obat HAM
7. Melakukan 1. Melakukan pemantauan dan 14. Experiental 13 Oktober 1. Melakukan
pemasangan bedside pemasangan bedside monitor Learning 2022 pemasangan bedside
monitor 15. Observasi monitor serta
18. Discovery memantau tanda tanda
Learning vital
19. Self-
Directed
Learning
20. Demonstrasi
OUTCOME PRAKTIK KLINIK
PROFESI

A. PROSES KEPERAWATAN

I. Deskripsi Pencapaian Kompetensi

Proses keperawatan merupakan suatu metode yang sistematis dalam pemberian asuhan
keperawatan yang fokus pada respon individu terhadap gangguan kesehatan yang dialami
baik actual maupun potensial. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari proses
keperawatan saling berkaitan dan ketergantungan satu sama lain. Ketika salah satu dari
proses keperawatan tidak dilakukan, maka proses keperawatan tidak akan berjalan dengan
baik, karena akan mempengaruhi tahap yang lain. Karakteristik proses keperawatan antara
lain teratur dan sistematis, saling tergantung, memberikan pelayanan yang spesifik kepada
individu, keluarga, dan masyarakat, berpusat pada klien, diterapkan sepanjang kehidupan

Selama 4 minggu praktik saya telah melakukan rangkaian proses keperawatan pada
beberapa pasien. Proses keperawatan yang telah dilakukan meliputi pengkajian, penegakan
diagnosis, penyusunan rencana, implementasi dan evaluasi. Pengkajian yang telah saya
lakukan diantaranya pengkajian pada pasien dengan efusi pleura, mulai dari pengkajian
keluhan utama, riwayat kesehatan, kebutuhan fungsional, psikologis, nyeri, pemerikasaan
fisik khususnya dada, terapi obat yang digunakan, dan pemeriksaan penunjang . Dalam
mencapai kompetensi pengkajian ini saya menggunakan acuan pengkajian berdasarkan 14
kebutuhan dari Virginia Henderson. Saya melakukan pengkajian juga melibatkan pihak
keluarga untuk membantu Setelah pengkajian selesai, saya menegakkan 4 diagnosa yang
muncul pada pasien kelolaan menggunakan patofisiologi dan pathway. Setelah keempat
diagnosis sudah ditegakkan saya mulai menyusun rencana keperawatan yang mencakup
kriteria hasil, intervensi dan rasional. Dalam pelaksanaan implementasi saya telah
membangun komunikasi dan kepercayaan terhadap pasien dan keluarga. Tidak lupa saya
juga memberikan edukasi kepada keluarga terkait hal-hal yang harus dilakukan terkait
kondisi pasien seperti memonitor cairan WSD, melakukan pemberian obat inhalasi, dan
edukasi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dalam menyusun evaluasi saya melakukan
SOAP yaitu bagaimana subjektif, objektif dari kondisi pasien, analisis kondisi pasien
apakah teratasi atau belum teratasi, dan planningnya. discharge planning yang dilakukan
untuk pasien sangat terstruktur dibuktikan dengan persiapan-persiapan seperti edukasi atau
obat-obatan sebelum pulang. Untuk mencapai target ini saya dibimbing oleh CI melalui
pembelajaran bed side teaching.
II. Refleksi diri
1. Tahap 1 (Trigger/Pemicu)

Dalam tahap ini saya merasa penasaran terkai regulasi dan pelayanan
keperawatan yang ada di ruang rajawali 6A dan 6B RSUP dr. Kariadi dimana ruang
tersebut merupakan bangsal khusus untuk medical bedah dan penyakit dalam. Saya
juga ingin merasakan melakukan tindakan keperawatan kepada pasien secara langsung
yang berkaitan dengan keperawatan medical bedah contohnya dari dulu saya ingin
melakukan perawatan luka. Keinginan tersebut karena pada praktik profesi ini adalah
pertama kalinya saya melakukan tindakan langsung bukan observasi jadi saya ingin
memanfaatkan sebaik-baiknya.

2. Tahap 2 (Description atau Penggambaran)

Pada minggu pertama saya bersama kelompok mulai mengamati regulasi di


ruang rajawali 6A. setelah saya beberapa kali mengikuti pre conference saya mulai
memahami regulasi di ruang tersebut. Setelah memahami regulasi yang ada, saya dan
kelompok mulai mengobservasi terait fenomena klinis yang terjadi pada ruang rajawali
6A. Fenomena klinis yang ada di ruang rajawali 6A ada bermacam-macam. Awalnya
kelompok saya masih kebingungan karena banyaknya fenomena yang muncul di
rajawali 6A. Akan tetapi setelah berdiskusi dengan CI yang paham dengan fenomena
yang ada di ruang tersebut, ternyata banyak di ruang rajawali 6A yang mengalami
anemia dan dilakukan tranfusi darah. Selain itu, banyak juga pasien dengan kanker
yang mengalami nyeri akut serta harus menjalani perawatan luka kanker dan
kemoterapi.

Dalam minggu kedua, saya mulai melakukan pengkajian kepada klien kelolaan
yang telah saya ambil yaitu pasien dengan efusi pleura. Proses keperawatan yang
dilakukan meliputi pengkajian, penegakan diagnosis, rencana, implementasi, dan
evaluasi keperawatan. Dari proses tersebut, saya juga melakukan clinical assessment
kepada klien kelolaan saya sendiri yaitu pemberian obat inhalasi menggunakan terapi
nebulizer.Dalam pelaksanaanya saya sesuai standar prosedur operasional dan
didampingi oleh CI.

Dalam minggu ketiga dan keempat, saya berpindah di ruang rajawali 6B.
Rajawali 6B juga sama dengan 6A yang merupakan bangsal khusus medical bedah dan
penyakit dalam serta isolasi TB Paru. Akan tetapi ruang rajawali 6B juga merupakan
ruang isolasi pasien covid dan untuk mahasiswa praktikan tidak diperbolehkan
melakukan tindakan keperawatan pada ruang isolasi covid tersebut. Pada ruang
rajawali 6B ini saya lebih banyak berdiskusi dengan CI dan perawat setempat karena
target sudah terselesaikan pada minggu 1 dan 2 di ruang rajawali 6B. Saya berdiksui
terkait pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien CKD, anemia, HIV
AIDS, selain itu juga pemberian obat HAM, titrasi obat, dan regulasi di ruang rajawali
6B.

3. Tahap 3 (Awareness atau Kesadaran)

Setelah menjalani praktik profesi stase KMB selama 4 minggu di ruang rajawali
6A dan 6B RSUP dr. Kariadi, saya sangat merasakan perbedaan sebelum praktik dan
sesudah praktik. Melihat banyak pasien dengan penyakit dalam dan kronis membuat
saya memiliki rasa aware untuk melakukan tindakan perawatan sampai kondisi pasien
membaik atau setidaknya permasalahan kesehatannya berkurang. Banyak sekali
komplikasi komplikasi yang dimiliki oleh pasien di ruang rajawali tersebut, sehingga
mmebuat saya sadar jika bukan perawat lalu siapa lagi yang akan melakukan asuhan
setiap hari 24 jam. Hal tersebut juga membuat saya sadar pentingnya menjadi perawat
sebagai pelaksana asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga evaluasi bahkan
pasien dapat pulang. Walaupun peran saya sebagai mahasiswa praktikan, tetapi saya
mulai sedikit demi sedikit memberikan tindakan keperewatan semampu saya dan atas
izin perawat senior.

Akan tetapi dibalik itu, saya juga aware terhadap diri sendiri, seperti tetap
menjaga kesehatan diri sendiri. Contohnya selalu menggunakan handscoon dan cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan yang infeksius. Selain itu, ketika
memasuki ruang isolasi TB juga harus menggunakan masker sesuai regulasi di ruang
tersebut yaitu N95 .

4. Tahap 4 (Analysis)

Dalam proses keperawatan tentunya seorang perawat harus bisa berpikir


rasional terhadap gejala yang terjadi pada pasien. Setelah mendapatkan gejala-gejala
dari pasien, kita kaji secara mendetail apa yang terjadi pada pasien seperti keluhan
utama, riwayat kesehatan, genogram, pengkajian kebutuhan fungsional, pengkajian
psikologis, pengkajian nyeri menggunakan PQRST, dan pemeriksaan fisik yang
berfokus pada pemeriksaan dada thoraks. Dalam melakukan pengkajian tidak semua
saya tanyakan kepada pasien tetapi saya lihat di RME seperti pengkajian risiko jatuh,
ketergantungan, terapi pengobatan, dan pemeriksaan penunjang. Setelah pengkajian
selesai saya menganalisis untuk menegakkan diagnosa yang tepat, dan
memprioritaskan masalah yang utama. Saya menegakkan 4 diagnosa menggunakan
patofisiologi dan pathway serta analisa data yang telah disetujui oleh CI. Kemudian
setelah diagnose tega, saya membuat intervensi yang paling tepat kepada pasien
mencakup kriteria hasil, rencana keperawatan beserta rasionalnya. Mengetahui rasional
tindakan sangat penting untuk keselamatan pasien juga. Ketika kita melakukan
implementasi keperawatan tidak boleh asal diberikan saja, kita harus tahu rasionalnya
untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Dalam membuat evaluasi saya
membuat evaluasi sumatif dan formatif. Evaluasi sumatif menggunakan SOAP yaitu
subjektif, objektif, analisis, dan planning. Di RSU dr. Kariadi, pembuatan asuhan
keperawatan harus didokumentasikan di RME selengkap-lengkapnya tidak boleh ada
yang kurang, bahkan sekarang seluruh dokumentasi foto luka pun juga arus di upload
dalam RME untuk evaluasi perawat dan DPJP.

5. Tahap 5 (Relating atau Menghubungkan)


Dalam melakukan rangkaian proses keperawatan di Rajawali 6B RSUP dr. Kariadi
Semarang menjadi sesuatu hal yang menarik karena hal ini merupakan perwujudan dari
teori-teori yang saya pelajari. Seperti saat melakukan pengkajian, pengkajian di ruang
rajawali 6A dan 6B menggunakan teori 14 pengkaian dari Virginia Henderson.

6. Tahap 6 (New Perspective)

Setelah saya melakukan praktik profesi di rajawali 6A dan 6B, saya mulai
paham dan mengetahui bahwa ruang tersebut adala bangsal khusu untuk penyakit
dalam dan kronis serrta khusus untuk medical bedah. Saya yang dulunya baru
mempelajari terkait teorinya saja, sekarang saya sudah mengaplikasikannya pada
pasien secara langsung yang membutuhkan perawatan medikal bedah. Tentu hal
tersebut semakin membuat saya lebih meningkatkan pengetahuan saya terkait proses
keperawatan khsusunya pada pasien dengan penyakit dalam. Selain itu, saya
mendapatkan perspektif dari pembimbing akademik saya bahwa dalam awal
menegakkan diagnosis tidak melihat analisa data yang dibuat akan tetapi kenali dulu
masalah keperawatan yang akan diambil, apakah sesuai dengan kondisi pasien atau
tidak.

7. Tahap 7 (Validate atau validasi)

Saya akan terus belajar dalam menganalisis 5 tahap proses keperawatan dengan
benar sesuai dengan bimbingan CI dan pembimbing akademik, terutama dalam hal
pengkajian, implementasi keperawatan serta pendokumentasiannya. Hal dikarenakan
pengkajian dan implementasi serta pendokumentasionnya sangat penting dan
merupakan sesuatu hal sentral yang perlu dilakukan selama bekerja di RSUP dr.
Kariadi.

B. KOMUNIKASI

I. Deskripsi

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan


individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Komunikasi dalam
bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara perawat dengan
pasien dan tenaga kesehatan lainnya, untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan
rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Dalam memberikan asuhan keerawatan, komunikasi yang terapeutik memiliki peranan yang
penting untuk membantu pasien dalam memecahkan masalah. Komunikasi yang memiliki
makna terapetik bagi pasien dilakukan perawat untuk membantu pasien dalam mencapai
kondisi yang adaptif.

Selama 4 minggu saya praktik di ruang rajawali 6A dan 6B dalam stase Keperawatan
Medikal Bedah, saya berkomunikasi dengan banyak orang. Mulai dari pasien, keluarga
pasien perawat senior, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya. Saya sangat meng highlight
komunikasi saya dengan pasien dan keluarga pasien. Saya berkomunikasi dengan seluruh
pasien dan keluarga pasien di ruang rajawali 6A dan 6B ketika saya praktik. Komunikasi
yang saya bangun ternyata sangat berpengaruh pada tindakan keperawatan yang saya
lakukan. Ketika saya berkomunikasi dengan baik dengan pasien dan keluarga pasien,
mereka sangat percaya dengan saya dan tidak takut ketika saya melakukan tindakan.
Begitupun dengan kasus kelolaan saya, saya memangun komunikasi dengan baik sehingga
pasien dan keluarga kelolaan saya sangat kooperatif dan komunikatif ketika saya melakukan
pengkajian asuhan keperawatan.

Selain kepada pasien saya juga membangun komunikasi dengan perawat-perawat senior di
ruang tersebut. Perawat-perawat di ruang rajawali 6A dan 6B sangat komunikatif,
dibuktikan dengan saat diadakannya operan shift , perawat yang jaga sebelumnya
menyampaikan informasi-informasi terkait kondisi pasien dengan lengkap dan detail seperti
melaporkan berapa jumlah pasien, kondisi pasien, program yang akan dilakukan, dan pasien
pengawasan. Selain itu, dapat dilihat juga ketika ketua ruangan melakukan pre conference,
dimana ketua ruangan memberikan ruang terbuka untuk perawat-perawat dan mahasiswa
praktik untuk bicara berdiskusi. Selain itu, perawat senior juga secara tidak langsung
mengajarkan kepada saya berkomunkasi dengan tenaga kesehatan lain dinruang lain.
Contohnya ketika saya diminta ke bank darah atau ke farmasi, sya harus
mengkomunikasikan apa yang diminta perawat kepada petugas ban darah dan famasi
dengan baik dan benar.

Perawat-perawat di ruang tersebut juga sering menekankan kepada saya terkait pentingnya
komunikasi kepada pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya agar tidak terjadi
miskomunikasi yang akan menghambat proses layanan keperawatan. Baik itu dari hal kecil
ketika mengangkat telepon bel atau telepon ruangan hingga berkomunikasi kepada pasien.
II. Refleksi Diri
1. Tahap 1 (Trigger/Pemicu)

Menjadi mahasiswa praktik profesi harus bisa mnyesuaikan diri di ruang


manapun. Ditambah seorang perawat harus memiliki komunikasi yang terapeutik
kepada pasien. Apalagi kita diberi kebebasan untuk interaksi kepada pasien secara
langsung. Hal tersebut membuat saya ingin menambah kemampuan saya untuk
berkomunikasi dan sebisa mungkin setiap hari dapat berkomunikasi kepada pasien.
Menjadi mahasiswa praktikan juga harus pintar berkomunikasi dengan perawat senior,
agar dapat dipercaya oleh perawat senior ketika diminta melakukan suatu tindakan.
2. Tahap 2 (Description atau Penggambaran)

Komunikasi sangat penting bagi seorang perawat, karena perawat yang


berhubungan langsung dengan pasien. Komunikasi yang sering digunakan oleh
perawat yaitu komunikasi teraupetik. Dalam berkomunikasi kepada pasien, perawat
seringkali memberikan penjelasan dengan kata-kata yang mudah dipahami oleh pasien.
Selama berada di Rajawali 6A dan 6B komunikasi terapeutik sudah bagus. Hal ini
terbukti penggunaan bahasa yang dipilih perawat memang mudah dipahami oleh klien
dan keluarga. Selain itu, ketika saya melakukan pengecekan TTV, otomatis saya akan
berkomunikasi dengan pasien, saya selalu bertanya apa keluhannya. Kebanyakan
pasien berasal dari Demak, Tegal, Brebes, Kudus, Pati sehingga kebanyakan
menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi.
3. Tahap 3 (Awareness atau Kesadaran)

Saya menyadari bahwa komunikasi terapeutik itu sangat penting bagi perawat,
dimana perawat setiap hari 1x24 jam bertemu pasien. Sebagai mahasiswa praktikan,
saya sadar kemampuan berkomunikasi saya belum sebaik perawat senior karena
terkadang beberapa pasien masih sedikit belum percaya jadi harus selalu diajak
komunikasi. Oleh karena itu, saya akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi agar
dapat berkomunikasi luwes, efektif, dan efisien.
4. Tahap 4 (Analysis)

Komunikasi yang terjalin antar perawat di RSUP dr. Kariadi Semarang sudah
cukup bagus. Akan tetapi saya mendapatkan pengalaman kurangnya komunikasi antara
perawat dan mahasiswa. Dimana perawat tidak kurang memberikan lembar form PA
ketika akan dikirim ke laboratorium, hal itu menyebabkan miskomunikasi sehingga
harus membuat lembar form PA terlebih dahulu. Selain itu juga juga sering terjadi
misskomunikasi oleh perawat ruang dengan farmasi ketika order obat. Hal tersebut
mungkin karena banyaknya tugas perawat yang ditanggung, sehingga masih terdapat
misskomunikasi satu sama lain. Tetapi belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut saya
menjadi banyak mendapat pengalaman sehingga meningkatkan komunikasi kita. Pada
conference ketua ruang selalu menekankan dan menyinggung terkait komunikasi
adalah hal yang paling penting dalam melakukan sebuah asuhan keperawatan.
5. Tahap 5 (Relating atau Menghubungkan)

Komunikasi penting dalam berbagai aspek termasuk dalam bidang


keperawatan. Oleh karena itu kemampuan komuikasi perlu ditingkatkan. Sebagai calon
perawat komunikasi terapeutik sangat penting untuk diterapkan. Hal ini menjadi salah
satu poin penting untuk dikembangkan karena berpengaruh terhadap kepuasa
klien/keluarga. Hal ini jelas tergambar ketika perawat senior visit ke pasien, maka
pasien/keluarga akan merasa senang karena komunikasi yang diterapkan mereka sangat
luwes dan terkesan humoris. Hal ini menajdi hubungan antara perawat dan keluarga
sangat luwes.
6. Tahap 6 (New Perspective)

Saya akan mulai mencoba menerapkan komunikasi yang baik dan benar di
kehidupan sehari-hari, dan menghindari kata-kata yang tidak layak untuk diucapkan.
Saya juga harus membiasakan berkomunikasi dengan pasien, keluarga maupun sesama
tenaga kesehatan lainnya agar lebih mendapatkan pengalaman berkomunikasi lebih
banyak dan juga saya akan belajar budaya termasuk budaya jawa dengan bahasa krama
inggil untuk meningkatkan skill yang kita miliki terumta di RSUP dr, Kariadi
Semarang karena kebanyakan berusia tua dan berasal dari Jawa Tengah.
7. Tahap 7 (Validate atau validasi)

Saya akan menerapkan komunikasi yang teraupetik ketika melakukan


pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, perlunya membangun komunikasi yang
terapeutik ketika memberikan pelayanan. Masih perlu belajar, belajar, dan belajar lagi
untuk mempunyai skill komunikasi yang efektif dan efesien untuk bekal ketika praktik
di profesi.
C. BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis merupakan proses berpikir dengan terperinci dalam memikirkan suatu
peristiwa, tindakan, dan pemecahan suatu masalah dengan tujuan mewujudkan hasil berpikir
yang baik. Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan proses berpikir dalam keperawatan
dengan terperinci dengan sangat memepertimbangkan bak buruknya dalam memberikan
pelayanan asuhan keperawatan dengan penggunakan proses keperawatan. Perawat yang selalu
berpikir kritis akan selalu melihat dan memecahkan masalah dengan sudut pandang yang
berbeda dan sangat mempertimbangkan setiap masalah yang akan diambil demi kebaikan pasien
dan diri sendiri agar tidak terjadi kejadian yang tidak diharapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien.
Dalam menjalani praktik profesi stase KMB di ruang rajawali 6A dan 6B saya
mendapatkan hal-hal baru yang menuntut saya harus berpikir kritis baik ketika berhadapan
dengan pasien dan keluarga maupun bersama perawat senior. Banyak kasus kasus yang terjadi
di ruang rajawali 6A dan 6B. Mulai dari kanker, gagal ginjal kronik, anemia, efusi pleura, dan
yang lainnya. Melihat penyakit-penyakit kronis tersebut saya mulai berpikir untuk mengetahui
bagaimana patofisiologinya sehingga menyebabkan banyak masalah keperawatan. Selain itu
saya juga harus dituntut untuk memutuskan dengan pertimbangan yang baik ketika ditanya
pasien berbagai macam pertanyaan terkait tindkan keperawatan yang dilakukan.
Perawat senior di rajawali 6A dan 6B juga selalu mendorong saya untuk selalu berpikir
kritis mengenai hal apapun. Contohnya CI saya selalu bertanya terkait kasus kasus
permasalahan kesehatan dan saya diminta untuk menjelaskan serta membuat rasionalnya. Lalu
setelah itu saya diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi kepada CI. Responsi responsi
tersebut yang membuat saya terlatih untuk berpikir kritis atau mempertimbangkan jawaban saya
dengan benar dan matang. Meskipun terkadang jawaban-jawaban yang diberikan beberapa tidak
memberikan kepuasan tetapi CI saya selalu membantu saya agar lebih baik lagi.

D. PROFESIONALISME DAN KOLABORASI


Contoh.

EVALUASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT


Evaluasi dilakukan disetiap akhir minggu agar dapat melakukan perbaikan diminggu selanjutnya.

MINGGU I
No Kemampuan Akhir Evaluasi Rencana Tindak Lanjut

1 Melakukan asuhan Kurang mampu mengkaji Mempelajari kembali


keperawatan pada aspek psikologis pasien konsep pengkajian
pasien dengan TB Paru Kurang mampu psikologis
mengidentifikasi suara Berkonsultasi dengan
paru pembimbing
Dst.

MINGGU II
No Kemampuan Akhir Evaluasi Rencana Tindak Lanjut

1 Melakukan telaah Fenomena telah Melanjutkan analisis


fenomena klinis teridentifikaso dan data dengan didukung oleh
bersama kelompok telah dikumpulkan, artikel penelitian
tetapi belum dianalisis
Dst.

MINGGU III
No Kemampuan Akhir Evaluasi Rencana Tindak Lanjut

1 Melakukan Telah mampu Meminta bimbingan CI


interpretasi EKG menghitung frekuensi dan terus berlatih
sederhana jantung, tetapi masih menginterpretasikan
kurang dalam hasil EKG
mengidentifikasi bentuk
gelombang EKG
Dst.

MINGGU IV
dst

Anda mungkin juga menyukai