REFLEKSI DIRI
Oleh :
CHARIZMA NIZANIA PANCASAKTI PUTRI PERMANA
202110330311066
.2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya melakukan refleksi kritis dalam kehidupan
seorang mahasiswa kedokteran dan professional kesehatan.
2. Mahasiswa mampu memahami beberapa prinsip mengenai bagaimana melakukan suatu
refleksi kritis.
3. Mahasiswa mampu menerapkan pendekatan tentang bagaimana melakukan suatu refleksi
kritis.
.3. Manfaat
Manfaat penulisan referat ini yaitu diharapkan dapat menambah pemahaman serta
memperluas wawasan bagi penulis ataupun pembaca mengenai pentingnya melakukan
refleksi kritis dalam kehidupan seorang mahasiswa kedokteran dan professional kesehatan,
dan memahami beberapa prinsip mengenai bagaimana melakukan suatu refleksi kritis, serta
nantinya dapat menerapkan pendekatan tentang bagaimana melakukan suatu refleksi kritis.
BAB II
ISI
3. Value - Nilai Merupakan standar fundamental keinginan yang dipilih individu antara
alternatif, asumsi dan realitas alami : (Prabandari YS, 2014)
a. Belajar lebih awal, dan senantiasa mengembangkan diri
b. Pilihan terhadap dorongan dan perilaku
c. Berbeda didasarkan lingkungan dan budaya, dan nilai budaya tersebut:
1) Luas, orientasi umum yang mewarnai kelompok besar.
2) Identifikasi cara yang menunjukkan setiap negara berbeda satu dengan yang lain.
3) Nilai budaya meramalkan nilai individu.
Cara mengembangkan refleksi menurut Zimmerman (2001) dalam (Sandars J, 2009), yaitu:
a) Mahasiswa membutuhkan motivasi untuk refleksi, baik motivasi internal maupun
motivasi eksternal sehingga mahasiswa memiliki tujuan yang jelas dengan apa yang
sedang ia lakukan.
b) Kemampuan kognitif untuk refleksi yang meliputi self monitoring (mengontrol pikiran
dan emosi), feedback from others (respons orang lain terhadap kejadian yang telah
terjadi), critical incidents dan significant event analysis (kemampuan respon yang
tanggap dan kritis terhadap kejadian yang secara tiba-tiba muncul).
c) Mengidentifikasi rencana dan portofolio mahasiswa. Hal ini berarti, mengidentifikasikan
kebutuhan belajar mereka, lalu mengembangan atau mencari cara untuk
menyelesaikannya. Mulai dari mengumpulkan informasi di artikel atau jurnal ataupun
menghadiri seminar-seminar yang berhubungan dengan kebutuhan belajarnya.
Merujuk pada definisi refleksi diri dari Boud dan Keogh, terlihat bahwa refleksi diri
melibatkan komponen intelektual (kognitif) dan afektif. Tanpa kemampuan secara analitik
dan kritis, seseorang akan menghadapi kesulitan untuk menyusun sebuah refleksi diri yang
tajam dan sistematis. Sikap keterbukaan merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki jika
ingin menghasilkan refleksi diri yang baik. Ini dikarenakan proses tersebut akan ‘memaksa’
seseorang untuk melihat kembali pengalaman yang mungkin kurang menyenangkan. Selain
itu, seseorang sebaiknya memiliki rasa ingin tahu yang cukup besar untuk menggali makna
sebuah pengalaman sedalam-dalamnya.
Menurut Schon, refleksi dibagi menjadi 2 antara lain: (Susani YP, 2009)
1. Reflection in action = saat pengalaman terjadi
2. Reflection on action = sesudah pengalaman terjadi
Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi proses refleksi adalah
experiental learning. Experiential learning adalah suatu proses di mana pembelajaran
terjadi melalui pengalaman. Namun, pengalaman saja tidak cukup untuk terjadinya
belajar. Pengalaman harus dapat ditafsirkan dan diintegrasikan ke dalam struktur
pengetahuan yang ada menjadi pengetahuan baru atau diperluas. Pada tahap ini diperlukan
sebuah refleksi agar terjadi proses pembelajaran aktif. Model pembelajaran berbasis
pengalaman (experiental learning) mendefinisikan belajar sebagai proses mengkonstruksi
pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Kolb mengemukakan bahwa model
pembelajaran berbasis pengalaman memiliki empat tahapan yakni:
3.1. Kesimpulan
Melalui program CPD, seorang dokter dapat selalu meningkatkan
profesionalisme dalam mengahadapi perkembangan di bidang pelayanan kesehatan.
CPD yang merupakan proses life long learning, mengharuskan seorang dokter untuk
memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukannya. Dalam mengajarkan
mahasiswa, keterampilan yang mendukung lifelong learning adalah pendidik kedokteran
harus dapat berperan sebagai role model. Pada pendidikan kedokteran keterampilan ini
dapat diajarkan melalui metode diskusi PBL, pembelajaran refleksi diri, penerapan self
evaluation dan penggunaan portfolio dalam pembelajaran. Dengan penerapan
pembelajaran refleksi diri dan self evaluation sebagai metode tambahan dalam
mengajarkan keterampilan pembelajaran sepanjang hayat, mahasiswa kedokteran dapat
memiliki keterampilan refleksi diri dan self evaluation yang baik dan dapat berkembang
menjadi seorang reflective practioner yang dapat selalu menjaga dan meningkatkan
profesionalismenya sebagai dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Prihanti, GS. 2020. Modul Skill Refleksi Diri. Universitas Muhammadiyah Malang.
Meidianawaty, V. 2019. Jurnal Kedokteran & Kesehatan: Refleksi Diri dalam Pendidikan
Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati.
Lestari, SMP. 2019. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan: Perbedaan Tingkat Refleksi
Diri Dalam Pembelajaran Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Tahun
2019. Vol 6, No 4. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.