Anda di halaman 1dari 5

FADHILA RAMADHANI CAHYARINI / 30102200066

1. Apa ciri-ciri dari generic transferable skill?


Jawab
Berbagai keterampilan yang perlu dilatih dan dikembangkan kepada mahasiswa
dalam menghadapi persaingan abad ke- 21 diantaranya adalah keterampilan
pemecahan masalah, keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif,
keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan berkomunikasi secara
tertulis maupun lisan, literasi informasi dan teknologi yang kesemuanya itu
dikenal dengan transferable skills.
Sumber : 3 ADAM MALIK, 2017 PENGEMBANGAN HIGHER ORDER THINKING
LABORATORY (HOT-LAB) UNTUK MENINGKATKAN TRANSFERABLE SKILLS
MAHASISWA CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
http://repository.upi.edu/33801/4/D_IPA_1402720_Chapter1.pdf

2. Apasaja yang termasuk dari keterampilan generic transferable skill?


Jawab :
Binkley, et al. (2012) mengembangkan sepuluh skills yang dikelompokkan
menjadi empat kategori yaitu: (1) cara berpikir (ways of thinking) yang terdiri
dari: kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, learning to learn, metakognisi; (2) cara bekerja (ways of working)
yang terdiri dari: komunikasi dan kolaborasi (kerja sama); (3) alat untuk
bekerja (tools for working) yang terdiri dari: literasi informasi dan literasi ICT
(4) hidup di dunia (living in the world) yang terdiri dari: kewarganegaraan–
lokal dan global, hidup dan karier serta tanggung jawab personal dan sosial
termasuk kesadaran budaya dan kompetisi. Kesepuluh transferable skills
tersebut dicakup dalam tiga kategori dalam model Knowledge, Skills,
Attitudes, Values, and Ethics (KSAVE).
Sumber : 3 ADAM MALIK, 2017 PENGEMBANGAN HIGHER ORDER THINKING
LABORATORY (HOT-LAB) UNTUK MENINGKATKAN TRANSFERABLE SKILLS
MAHASISWA CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
http://repository.upi.edu/33801/4/D_IPA_1402720_Chapter1.pdf

Paraphrase
Menurut Binkley et al (2017) bahwa keterampilan itu dapat dikategorikan menjadi 4 macam
mulai dari cara berpikir yaitu dengan bagaimana kita dapat berpikir kritis, cara bekerja
dengan kerja sama dengan orang lain atau keterampilan berkomunikasi yang kita miliki,
kemudian ada keterampilan kita dalam bekerja yang meliputi peningkatan dalam kita literasi
teknologi maupun informasi, dan yang terakhir adalah keterampilan dalam hidup seperti
bagaimana kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri, orang lain, dan masyarakat, juga
kehidupan berkewarganegaraan kita.
3. Bagaimana ciri-ciri self directed learning?
Jawab
Guglielmino (1978) mengatakan bahwa karakteristik seseorang memengaruhi
penerapan self directed learning. Ia menggambarkan karakteristik seseorang
self directed learner sebagai berikut :
 Mempunyai inisiatif, independent, dan konsisten dalam belajarnya.
 Bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya
 Memandang masalah sebagai tantangan bukan sebagai rintangan
 Mempunyai disiplin diri
 Mempunyai hasrat yang kuat untuk berubah
 Mempunyai keyakinan diri
 Senang belajar dan berorientasi pada tujuan.
Sumber : Hartono, B. (2014). Self Directed Learning dalam Problem Based Learning di
FK UKRIDA. Jurnal Kedokteran Meditek, 18(48). Retrieved from
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/909

4. Apakah cpd ini dapat dilakukan dengan self directed learning?


Jawab
Seorang dokter profesional pasti selalu melakukan Continuing Professional
Development (CPD). Dengan melakukan CPD maka seorang dokter dapat
melakukan pengembangan, refleksi dan evaluasi diri sehingga tuntutan
masyarakat dapat terpenuhi. CPD mempunyai 4 komponen yaitu innovation
and change, lifelong learning, self evaluation dan portfolio. CPD adalah
sebagai kebutuhan individual untuk mempertahankan perubahan pengetahuan
yang cepat agar tetap megikuti perkembangan zaman. Life long learning
adalah “learning to learn and learning over the lifespan” 3. Learning to learn
merupakan keterampilan yang sangat penting dalam belajar. Learning to
learn diawali dengan kesadaran seseorang untuk belajar, setelah itu dengan
keterampilan self directed learning yang dimilikinya, seseorang dapat
mengatur apa yang ingin dipelajari dan bagaimana serta kapan untuk belajar.
Sumber : Mirza Indrajanti S (2013) SELFASSESSMENT SEBAGAI SARANA
CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA. https://adoc.pub/self-assessment-sebagai-
sarana-continuing-professional-devel.html

5. Apa hubungan countinuing professional development dengan prinsip


dokter lifelong learning?
Ada 7 area kompetensi yang sebenarnya adalah “kemampuan dasar”
seorang dokter yang menurut WFME (World Federation for Medical
Education) disebut “basic medical doctor” 1 Ke 7 area kompetensi tersebut
adalah:
1.Keterampilan komunikasi efektif
2.Keterampilan klinis dasar
3.Keterampilan menerapkan berbagai dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu
perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga di layanan
primer.
4.Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga,
ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik,
bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan
kesehatan tingkat primer.
5.Keterampilan memanfaatkan, menilai, dan mengelola informasi secara kritis.
6.Kemampuan mawas diri dan mengembangkan diri serta belajar sepanjang
hayat.
7.Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik 1Seorang
dokter profesional pasti selalu melakukan Continuing Professional
Development (CPD) yang merupakan penerapan area kompetensi 6 dan 7.
Dengan melakukan CPD maka seorang dokter dapat melakukan
pengembangan, refleksi dan evaluasi diri sehingga tuntutan masyarakat
dapat terpenuhi. CPD mempunyai 4 komponen yaitu innovation and
change, lifelong learning, self evaluation dan portfolio. Dengan melakukan
CPD maka kita bisa melakukan inovasi dan perubahan. Supaya dapat
melakukan CPD maka kita harus melakukan pembelajaran serpanjang
hayat (lifelong learning).
Sumber : Mirza Indrajanti S (2013) SELFASSESSMENT SEBAGAI SARANA
CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA. https://adoc.pub/self-assessment-sebagai-
sarana-continuing-professional-devel.html

6. Bagaimana life long learning memberikan dampak positif dibidang


kedokteran?
Jawab :
Pembelajaran sepanjang hayat merupakan sebuah konsep yang meliputi
serangkaian kegiatan inisiasi diri (selfinitiated activities-behaviour aspect),
keterampilan mencari informasi (information-seeking skills-capabilities) yang
dilakukan seseorang dengan motivasi (motivation-predisposition) untuk
belajar, serta kemampuan untuk mengenal kebutuhan pembelajarannya sendiri
(learning needs-cognitive aspect). Terdapat beberapa metode yang digunakan
dalam melatih keterampllan yang diperlukan mahasiswa untuk menjadi seorang
lifelong learner yaitu
a. Pembelajaran tutorial PBL
b. Pembelajaran refleksi pada diri sendiri
Dengan metode yang diberikan maka aka nada dampak positif yang diberikan
yaitu Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terlibat dalam pembuatan
kriteria evaluasi  Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
meningkatkan tanggung jawab terhadap pembelajarannya  Mendorong siswa
untuk melakukan self-monitor dan mandiri  Menunjukkan kepada mahasiswa
bahwa penilaian mereka juga dihargai
Sumber : Nyimas Natasha Ayu Shafira (2015) Penerapan Refleksi Diri dan Self Evaluation
Sebagai Keterampilan Dasar Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pada Mahasiswa
Kedokteran file:///C:/Users/cudec/Downloads/2720-Article%20Text-5395-1-10-
20160302.pdf
Paraphrase
Life long learning adalah sebuah pembelajaran yang dimana dalam prosesnya dilakukan
dengan serangkaian kegiatan pengenalan diri yang tentunya perlu untuk mengenali metode
belajar pada setiap individu. Metode belajar sepanjang hayat ada dua yaitu PBL dan juga
proses mengenali atau mengetahui diri sendiri yang akan membawa dampak positif di
kehidupan tiap individu terutama pada mahsiswa kedokteran. Manfaatnya dapat berupa
menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan lebih mandiri. Nyimas Natasha Ayu
Shafira (2015) Penerapan Refleksi Diri dan Self Evaluation Sebagai Keterampilan Dasar
Dalam Meningkatkan Profesionalisme Pada Mahasiswa Kedokteran Available at
file:///C:/Users/cudec/Downloads/2720-Article%20Text-5395-1-10-20160302.pdf

7. Bagaimankah cara memilih kegiatan cpd di dunia kedokteran agar


nantinya dapat memberikan dampak yang positif?
Jawab :
Menurut Tulinius, bentuk metoda pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
CPD adalah sebagai berikut:
a.Work-based learning (WBL): adalah suatu metoda atau proses belajar yang
berhubungan dwngan pekerjaan yang dijalani seseorang. Dalam konteks
pekerjaan dokter umum, work-based learning merupakan suatu proses
pembelajaran yang berdasarkan pengalaman praktek dokter sehari-hari. Metoda
ini sangat sesuai dengan lingkungan pembelajaran dokter yang terdapat
integrasi pembelajaran antara praktek dan teori serta dokter dapat belajar sesuai
kebutuhan mereka di tempat kerja.
Professional activity: adalah kegiatan yang berkaitan dengan profesi yang
mendukung CPD yang meliputi: keterlibatan dalam organisasi profesi,
partisipasi dalam kolegium, menjadi staf pengajar, tutor, penilai.
Formal Educational: adalah kegiatan pendidikan yang bersifat formal, meliputi:
kursus, seminar, simposium.
Self-directed learning: adalah kegiatan yang bersifat meningkatkan
pengetahuan pribadi (updating personal knowledge), meliputi: membaca jurnal,
buku, artikel, mengkaji ulang buku.
Yang lainnya: misalnya public service, voluntary work
Sumber : Mirza Indrajanti S (2013) SELFASSESSMENT SEBAGAI SARANA
CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA. https://adoc.pub/self-assessment-sebagai-
sarana-continuing-professional-devel.html

8. Kenapa kegiatan problem based learning harus diterapkan?

Jwb :
pada tahun 1969 pertama kali dibuka angkatan pertama yang menggunakan
PBL di Universitas McMaster yang terdiri dari 19 orang mahasiswa. Barrows
& Tamblyn, dua staf pengajar di sana mulai mengenalkan metode
pembelajaran dengan menggunakan pasien simulasi yang dibuat mirip dengan
kondisi pasien dalam praktik dokter sehari- sehari. Mereka juga mulai
mengarahkan mahasiswa untuk berdiskusi dalam kelompok kecil yang
didampingi oleh seorang tutor.2 Ketika kelompok diskusi yang mengikuti
format PBL ketika dibandingkan dengan kelompok mahasiswa lain yang
menjalani metode pembelajaran dengan metode kuliah tradisional, ternyata
memiliki motivasi yang lebih tinggi, peningkatan kemampuan menyelesaikan
masalah (problem solving) dan keterampilan belajar mandiri. Selanjutnya
Universitas McMaster mulai menerapkan kurikulum PBL yang antara lain
bertujuan membangun kemampuan mahasiswa kedokteran untuk
memanfaatkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki dalam
berbagai permasalahan pasien sejak mereka dalam masa praklinik.
Sumber : Amelia Dwi Fitri (2016) PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL)
DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
file:///C:/Users/cudec/Downloads/3117-Article%20Text-6245-1-10-20160920.pdf

Anda mungkin juga menyukai