Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

"NEED ASSESMENT / IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ABK / DIFABLE


SEKOLAH"

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Pembelajaran PAI ABK/Difable”

Disusun Oleh Kelompok 6 :


Lusiana Anggraini ( 1901060 )
Syahrani Tri Saputri ( 1901101 )
Wahyuni Istiqamah ( 1901110 )
Yal Sofri ( 1901113 )

Kelas : 6B PAI

Dosen Pengampu:
MONA YULIA ZULFA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
SYEKH BURHANUDDIN PARIAMAN
TAHUN 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan
rahmat berkahnya yang melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul " NEED ASSESMENT / IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ABK / DIFABLE
SEKOLAH "
Atas dukungan moral dan materi dalam penyusunan makalah ini, maka kami
sebagai penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. MONA YULIA ZULFA, M.Pd selaku dosen bidang studi yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan ide yang sangat membantu kami dalam menyusun makalah
ini.
2. Semua teman kelas 6 B PAI, yang telah memberikan dukungan dan semangat.
Penyusun menyadari makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Harapan penyusun kiranya tugas ini bermanfaat bagi
semua pihak pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

PARIAMAN, 23 JULI 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Need Assessment ..................................................................................3
B. Sekolah Luar Biasa (SLB) ....................................................................6
C. Sekolah Inklusi .....................................................................................8
D. Home Schooling ...................................................................................10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ..........................................................................……..15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan
anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai
anak luar biasa) didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan
layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara
sempurna Anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak memiliki ciri-ciri
perkembangan psikis ataupun fisik dengan rata-rata anak seusianya. Namun
meskipun berbeda, ada juga anak-anak berkebutuhan khusus menunjukan
ketidakmampuan emosi, mental, atau fisiknya pada lingkungan sosial.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sampai saat ini memang
masih mengundang kontroversi. Siswa belajar untuk sensitif, memahami,
menghargai, dan menumbuhkan rasa nyaman dengan perbedaan individual.
Selain itu, anak  berkelainan belajar keterampilan sosial dan menjadi siap untuk
tinggal dimasyarakat karena mereka dimasukkan dalam sekolah umum.
Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata pendidikan ini, karena
belum memahami bagaimana pelaksanaan pendidikan  ini. Dalam benak mereka,
anak mereka yang dalam keadaan normal akan menurun kualitas belajarnya bila
disatu sekolahkan dengan anak berkebutuhan khusus. Di lain sisi, mereka
berannggapan bahwa anaknya tidak layak di sejajarkan dengan kemampuananak
berkebutuhan khusus. Dalam makalah ini penulis mengajak pembaca untuk
menambah dan membuka wawasannya mengenai pendidikan sekolah luar biasa,
sekolah inklusi dan home schooling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan need assessment ?
2. Apa yang dimaksud dengan sekolah luar biasa (SLB)?
3. Apa yang dimaksud dengan sekolah inklusi ?\
4. Apa yang dimaksud dengan home schooling ?
C. Tujuan
1. Apa yang dimaksud dengan need assessment ?
2. Apa yang dimaksud dengan sekolah luar biasa (SLB)?
3. Apa yang dimaksud dengan sekolah inklusi ?\
4. Apa yang dimaksud dengan home schooling ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Need Assesment
1. Pengertian need assessment
Didalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderson dan
kawan-kawan, analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan
sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah
suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang
diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan
kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan
kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi
riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk
menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata
dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan
deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas lalu memilih hal yang paling
penting untuk diselesaikan masalahnya. Need Assessment dapat diterapkan
pada individu, kelompok atau lembaga (institusi).
Dalam konteks pendidikan kebutuhan dimaksud diartikan sebagai
suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara kenyaataan
yang ada dengan kondisi yang diharapkan. “Kebutuhan” diartikan sebagai
jarak antara keluaran yang nyata dengan keluaran yang diinginkan. Penilaian
kebutuhan secara objektif dan secara subjektif. Mengenai kesenjangan yang
menunjukkan pada need itu sendiri dapat berhubungan dengan dua hal yaitu:
1. Ukuran objektif yaitu membandingkan antara tingkat penampilan hasil
pengukuran dengan tingkat penampilan yang dipertimbangkan untuk
diterima.
2. Ukuran subjektif yaitu membandingkan tingkat penampilan hasil
pengukuran dengan pertimbangan kebutuhan di suatu daerah.
Ukuran objektif dalam need assessment biasanya melalui langkah-
langkah berikut:

1. Mengidentifikasi wilayah tujuan yang dipandang penting dalam system


pendidikan.
2. Memilih atau menentukan ukuran atau indicator untuk wilayah tujuan
tersebut.
3. Menentukan tingkat ukuran.
4. Mengadministrasikan pengukuran.
5. Membandingkan tingkat yang diperoleh dengan tingkat yang diterima
sebagai ketentuan.

Ukuran subjektif dalam  need assessment biasanya berisi sejumlah


langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tujuan yang dipandang penting dalam system


pendidikan.
2. Mempertimbangkan  pilihan: memilih atau mengembangkan ukuran
untuk wilayah tujuan atau mengadministrasikannya.
3. Menyusun  rating scale untuk mempertimbangkan tingkatan penampilan
yang ada dari setiap tujuan yang ditentukan.

2. Tahap-Tahap Need Assessment

Analisis kebutuhan dilakukan secara bertahap; persiapan, pengumpulan


data, analisis data dan interpretasi, deseminasi dan pembuatan laporan.

1. Persiapan
a. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang audien dan target populasi.
b. Mengklarifikasi tujuan analisis kebutuhan yaitu meliputi alasan yang
dinyatakan (stated reason) yaitu antara lain seleksi perseorangan atau
group untuk berpartisipasi dalam program, alokasi dana, dll. dan alasan
yang tidak dinyatakan (unstated reason).
c. Menetapkan cakupan dan tempat analisis kebutuhan.
d. Menentukan orang yang akan terlibat di dalam pelaksanaan analisis
kebutuhan yang meliputi keterlibatan anggota, menjalin komunikasi
dengan group tersebut sepanjang studi.
e. Mengembangkan dan memperhatikan isu-isu politik yang urgen yaitu
meliputi pelibatan individu dan grup kunci dalam lingkungannya,
komunikasi secara terus-menerus, mengidentifikasi dan pendekatan
terhadap orang-orang yang berada dalam lingkungan birokrasi.
f. Mengidentifikasi dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan yang
meliputi keadaan, program, biaya, kerangka konsep dan dasar filosofi
serta indicator keberhasilan.
2. Pengumpulan Data
a. Mengumpulkan sumber informasi yang relevan.
b.  Menentukan sampel.
c. Menentukan prosedur pengumpulan data dan instrument
d. Menetapkan rencana implementasi dan prosedur observasi.
e. Mendokumentasi dan menyimpan informasi.
3. Analisis Data dan Interpretasi
a. Meriview dan memperbaharui informasi yang telah dikumpulkan.
b. Mereview informasi dengan grup yang relevan.
c. Melakukan analisis deskriptik sesuai dengan tipe informasi.
d. Menilai informasi yang tersedia.
e. Melakukan analisis.
4. Deseminasi Hasil Analisis dan Pembuatan Laporan
Data yang telah dianalisis dipresentasikan dan dirumuskan dalam
bentuk kebijakan, sebagai rekomendasi. Hasil yang dipresentasikan dalam
forum seminar disebut dengan diseminasi hasil evaluasi, dengan peserta, para
perencana dan pelaksana program, pimpinan lembaga, pihak sponsor,
masyarakat yang terkena program dan stake holder.
Adapun standar yang digunakan untuk mereview dan mengevaluasi
rencana laporan berdasarkan Standar Evaluasi Analisis Kebutuhan antara lain:

a. Standar Kegunaan, yaitu meliputi antara lain: identifikasi audiens, kredibilitas


penilai, cakupan informasi, interpretasi penilaian, kejelasan laporan,
diseminasi laporan, jadwal laporan dan dampak dari evaluasi.
b. Standar Feasibility (Kelayakan) yaitu meliputi prosedur praktis, pengakuan
secara politis dan efisiensi biaya.
c. Standar Perilaku, yaitu meliputi kewajiban formal, konflik kepentingan,
keterbukaan kepada public, HAM, interaksi manusia, laporan secara seimbang
antara pusat, daerah, individual dan instansi, serta tanggung jawab atas
anggaran.
d. Standar Akurasi/Ketepatan, yaitu meliputi identifikasi obyek, analisis konteks,
menggambarkan tujuan dan prosedur, kebenaran sumber informasi,
pengukuran yang valid dan reliable, control data secara sistematis, analisis
informasi kuantitatif, analisis data kualitatif, kesimpulan secara adil dan
laporan yang objektif.

B. Sekolah Luar Biasa (SLB)

Pendidikan Luar Biasa atau Sekolah Luar Biasa  merupakan  pendidikan


bagi anak-anak yang memiliki tingkat kesulitan dalam  mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu
itu sendiri.Ketika seorang anak teridentifikasi mempunyai kelainan maka
pendidikan luar biasa akan sesuai untuk kebutuhan peserta didik yang tidak dapat
mengakomodasikannya dalam program pendidikan umum. Sekolah luar biasa
berarti pembelajaran yang tersusun secara khusus untuk memenuhi kebutuhan
yang unik dari anak kelainan fisik.Pendidikan luar biasa juga merupakan salah
satu komponen dalam salah satu sistem pemberian layanan yang kompleks dalam
membantu individu untuk mencapai potensinya secara maksimal.
SLB dapat memberikan pelayanan kepada anak-anak yang memiliki
kelainan fisik dan mental, agar nantinya mereka dapat mengenyam pendidikan
yang tidak saja didapat oleh anak-anak normal lainnya yang telah ber landaskan
oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Sehingga nantinya mereka akan
mampu bersaing dengan dengan masyarakat lainnya dalam hal memperoleh
pekerjaan di masyarakat luas serta akan sesuai. Tujuan utama anak-anak
berkebutuhan khusus bersekolah di SLB adalah untuk mendapatkan perlakuan
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan kelainan yang mereka miliki.
Sehingga, para peserta didik bisa mendapatkan kemampuan untuk mandiri dan
keahlian yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak. 

Jenis-jenis Sekolah Luar Biasa berdasarkan jenis kelainan yang disandang


oleh peserta didik terdiri dari  beberapa jenis SLB yang perlu diketahui.

1. Sekolah Luar Biasa A (SLB A)


SLB A adalah sekolah yang berdiri khusus bagi anak-anak penyandang
tunanetra. Metode pembelajaran dalam SLB ini harus mampu mendorong peserta
didiknya dalam memahami materi pelajaran. Media pembelajaran pada SLB A
umumnya berbentuk buku-buku dengan huruf braille dan tape recorder.
2. Sekolah Luar Biasa B (SLB B)
SLB B  diperuntukkan bagi anak-anak penyandang tuna rungu, yakni yang
memiliki hambatan pada indra pendengarannya.Pesrta didik akan diajarkan cara
berkomunikasi dengan membaca gerakan bibir. belajar bahasa isyarat dengan
menggunakan gerakan tangan (cued speech), dan belajar dengan menggunakan
alat bantu denganr (cochlear implant).
3. Sekolah Luar Biasa C (SLB C)
SLB C adalah sekolah yang berlaku khusus  bagi anak-anak penyandang
tunagrahita pesrta didik dengan intelegensi di bawah rata-rata. Peserta didik  yang
tidak memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar pun juga dapat
bersekolah di SLB ini. Peserta didik  akan mendapatkan pembelajaran tentang cara
membina diri dan sosialisasi karena anak-anak tunagrahita cenderung mengalami
kesulitan dalam pergaulan dan menarik diri dari lingkungan.
4. Sekolah Luar Biasa D (SLB D)
SLB D adalah  khusus kelas  bagi anak-anak yang menyandang tunadaksa,
yakni mereka yang memiliki kekurangan pada anggota tubuhnya. Fokus
pendidikan di SLB ini adalah untuk mengembangkan potensi setiap peserta didik
sehingga dapat mandiri dan produktif.
5. Sekolah Luar Biasa E (SLB E)
SLB E merupakan sekolah yang berlaku untuk penyandang tunalaras.
Tunalaras adalah gangguan, hambatan, atau kelainan tingkah laku sehingga anak
kurang dapat menyesuaikan diri, baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat di sekitarnya. Anak dengan tunalaras memiliki gangguan dalam
perkembangan emosi dan sosial atau keduanya. Untuk mengembangkan potensi
peserta didikk tunalaras, diperlukan pelayanan dan pendidikan secara khusus agar
dapat mengukur emosi dan menjalankan fungsi sosialisai mereka.
6. Sekolah Luar Biasa G (SLB G)
SLB G merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak penyandang
tunaganda, yakni mereka yang memiliki kombinasi beberapa kelainan.
Penyandang tunaganda biasanya kurang bisa untuk berkomunikasi, atau bahkan
tidak berkomunikasi sama sekali. Perkembangan motorik  anak penyandang
tunaganda biasanya terlambat. Peserta didik dengan kelainan tunaganda
membutuhkan media pembelajaran yang berbeda sehingga rasa mandiri pada anak
dapat meningkat. Masing-masing SLB memiliki fasilitas dan metode pembelajaran
berbeda yang sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didiknya.

C. Sekolah Inklusi

Pengertian sekolah inklusi adalah sekolah yang memberi ruang pembelajaran


bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) agar mendapatkan kesempatan yang sama
seperti anak sekolah pada umumnya. Dalam pendidikan inklusif, semua siswa
memperoleh dukungan yang sama dalam proses pembelajaran di kelas. Namun,
siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendampingan dari guru pendamping
khusus. Prinsip utama yang dipegang sekolah inklusif adalah bahwa setiap anak
bernilai sama, diperlakukan dengan hormat, dan memberi ruang untuk belajar
yang setara. Inklusi artinya, anak dengan kebutuhan khusus tidak lagi harus
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), dan bisa berinteraksi dengan anak
lainnya di kelas. Berikut adalah peserta didik yang dapat mengikuti pendidikan
inklusif antara lain tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, kesulitan belajar, gangguan lambat belajar , memiliki kebutuhan khusus
secara sosial.

Perbedaan sekolah inklusi dengan sekolah biasa. Setelah mengetahui apa itu
sekolah inklusi, Anda harus memahami perbedaannya dengan sekolah biasa.
Pendidikan anak inklusi adalah pendidikan yang memiliki beberapa perbedaan
dari sekolah umum pada biasanya. Biasanya, proporsi jumlah murid berkebutuhan
khusus di sekolah inklusi adalah 5-10 persen dari keseluruhan murid. Jadi,
misalnya dalam satu kelas ada 20 siswa inklusi, maka akan ada 2 anak
berkebutuhan khusus di kelas tersebut. Namun, kebijakan tentang berapa jumlah
anak inklusi kembali lagi pada kebijakan masing-masing sekolah. 

Beberapa perbedaan mencolok sekolah inklusi dengan sekolah biasa adalah:

1. Memberi ruang untuk murid berkebutuhan khusus


Salah satu tujuan pendidikan inklusif adalah memberi ruang untuk
murid berkebutuhan khusus. Ketika sekolah memberikan ruang yang sama
untuk belajar baik bagi murid berkebutuhan khusus maupun yang tidak, maka
semua pihak yang terlibat akan mendapat manfaat. Bukan hanya murid
berkebutuhan khusus saja, tapi juga murid lain pada umumnya.
Lewat pendidikan inklusif, mereka bisa belajar tentang perbedaan sejak sedini
mungkin. Mereka bisa memahami bahwa semua anak sama dan memiliki hak
untuk belajar yang setara terlepas dari kondisi fisik atau mental masing-
masing.
2. Pengajaran kolaboratif
Keunikan lain dari sekolah inklusi adalah pengajaran kolaboratif.
Artinya, dalam satu kelas bisa saja ada 2 guru. Satu orang guru fokus
mengajar anak-anak lain, dan satu lagi fokus pada anak berkebutuhan khusus.
Bentuk pembelajaran inklusif ini dapat menguntungkan anak berkebutuhan
khusus. Mereka tetap belajar di satu ruang kelas yang sama, bukan di ruangan
berbeda. Tentunya, pengajaran kolaboratif di sekolah inklusif akan lebih
intensif dibandingkan dengan sekolah biasa.
3. Memahami tiap anak unik
Salah satu konsep pendidikan inklusif adalah mengakui keunikan
setiap anak. Tidak ada anak yang sama, bahkan jenis kecerdasan yang mereka
miliki pun bisa berbeda. Di sekolah inklusi, hal ini mendapat validasi
tertinggi. Guru tidak akan memaksa setiap anak memiliki perkembangan
akademik yang sama baiknya, namun disesuaikan dengan kondisi masing-
masing.
4. Memandang perbedaan sebagai hal yang “normal”
Landasan pendidikan inklusif  yang sangat penting ialah memandang
perbedaan sebagai hal yang normal. Ketika anak berkebutuhan khusus harus
menimba ilmu di institusi semacam SLB, maka perbedaan antara mereka yang
berkebutuhan khusus dengan anak-anak lainnya akan terasa begitu signifikan.
Dengan adanya pendidikan inklusi, semua orang yang terlibat akan melihat
perbedaan sebagai hal yang normal dan bukan masalah besar.  Lambat laun,
anak akan mengerti bahwa kondisi teman mereka ada yang berkebutuhan
khusus dan itu adalah bagian normal dari kehidupan.

D. Home schooling
Homeschooling secara etimologis dapat dimaknai sebagai sekolah rumah.
Namun pada hakekatnya homeschooling merupakan sebuah sekolah alternatif
yang mencoba menempatkan anak sebagai subjek belajar dengan pendekatan
pendidikan secara at home. Pendekatan pendidikan secara at home yaitu suatu
pendekatan kekeluargaan yang memungkinkan anak belajar dengan nyaman
sesuai dengan keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja, dimana saja
dan dengan siapa saja.

Sedangkan Homeschooling memiliki pengertian beragam menurut bererapa


ahli, 

a. Menurut Saputra (2007:47), homeschooling adalah proses layanan pendidikan


yang secara sadar dan terarah yang dilakukan oleh orang tua atau keluarga
dengan proses belajar mengajar yang kondusif.
b. Menurut Suryadi (2006:12) yang mengatakan bahwa homeschooling adalah
proses layanan Pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh
orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat lain dengan penuh
tanggung jawab dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam
suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat
berkembang secara maksimal.
c. Menurut Rachman (2007:18) berpendapat bahwa homeschooling adalah
sekolah yang diadakan di rumah. Sedangkan secara hakiki homeschooling
adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subjek
dengan pendekatan pendidikan secara At Home. Dengan pendekatan ini anak
merasa nyaman. Mereka bisa belajar sesuai keinginan dan gaya belajar
masingmasing; kapan saja dan di mana saja, sebagaimana ia tengah berada di
rumahnya sendiri.
d. Menurut Istiani (2008:1) Homeschooling adalah merupakan metode belajar
baru dalam dunia pendidikan yang dilaksanakan di rumah dengan menjadikan
orang tua sebagai pengajar untuk membantu mengembangkan potensi anak
secara optimal baik dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian
dengan menekankan pada kemandirian anak.
e. Menurut Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Dirjen Pendidikan Luar
Sekolah (PLS) Depdiknas, merumuskan pengertian homeschooling.
Homeschooling adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur
dan terarah dilakukan oleh orangtua/keluarga di rumah atau di tempat-tempat
lain dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang
kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang
secara maksimal.

Menurut Muhtadi (2011), karakteristik pendidikan berbasis homeschooling


adalah sebagai berikut:

1. Orientasi pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter pribadi


dan perkembangan potensi bakat, dan minat anak secara ilmiah dan spesifik. 
2. Kegiatan belajar bisa terjadi secara mandiri, bersama orangtua, atau bersama
guru pendamping.
3. Orangtua memegang peranan utama sebagai guru, motivator, fasilitator,
dinamisator, teman diskusi dan teman dialog dalam menentukan kegiatan
belajar dan dalam proses kegiatan belajar. 
4. Keberadaan guru (tutor) lebih berfungsi sebagai pendamping dan pengarah
minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya.
5. Adanya fleksibilitas pengaturan jadwal kegiatan pembelajaran. 
6. Adanya fleksibilitas pengaturan jumlah jam pelajaran untuk setiap materi
pelajaran (pembahasan tidak akan pindah ke topik lain jika anak belum dapat
menguasainya dan anak diberi kesempatan secara lebih luas menentukan topik
bahasan untuk setiap pertemuan). 
7. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat personal dan humanis.
8. Proses pembelajaran dilaksanakan kapan saja.
9. Memberi kesempatan anak belajar sesuai minat, kebutuhan, kecepatan, dan
kecerdasan anak. 
10. Tidak ada istilah anak tidak naik kelas, semua anak bisa naik kelas sesuai
dengan kecepatan masing-masing.

Menurut Mulyadi (2007:36), terdapat tiga jenis homeschooling, yaitu


sebagai berikut:

1. Homeschooling tunggal, yaitu homeschooling yang dilaksanakan oleh orang


tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Homeschooling
jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat
diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lain. 
2. Homeschooling majemuk, yaitu homeschooling yang dilaksanakan oleh dua
atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap
dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan-
kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk
melakukan kegiatan bersama. 
3. Komunitas Homeschooling, merupakan gabungan beberapa homeschooling
majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, sarana dan
prasarana dan jadwal pembelajaran.

Metode atau pendekatan yang digunakan dalam program homeschooling


antara lain adalah sebagai berikut (Abdulhak dan Suprayogi, 2012:82):

1. School at home. Pendekatan School at home merupakan model pendidikan


yang sama dengan pendidikan yang diselenggarakan disekolah. 
2. United studies. Pendekatan United studies merupakan model pendidikan
yang berbasis tema. Siswa tidak belajar per mata pelajaran, tetapi belajar
melalui tema tertentu yang ditinjau dari berbagai mata pelajaran. 
3. Charlotte mason atau The living book approach. Pendekatan ini
merupakan model pendidikan melalui pengalaman nyata. 
4. Classical. Pendekatan classical merupakan model pendidikan yang
menggunakan kurikulum berstruktur berdasarkan tiga tahap perkembangan
anak.
5. Waldrorf. Pendekatan Waldorf merupakan model pendidikan yang berusaha
menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah. 
6. Montessori. Pendekatan Montessori merupakan model pendidikan dengan
mempersiapkan lingkungan yang alami agar dapat mendorong anak untuk
berinteraksi dengan lingkungan. 
7. Electic. Pendekatan electic merupakan model pendidikan yang memberi
kesempatan pada keluarga untuk mendesain sendiri program homeschooling
yang sesuai, dengan cara memilih atau menggabungkan sistem yang ada.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode


untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should
be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang
diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada,
seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan
sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara
keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan,
kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas lalu
memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Need
Assessment dapat diterapkan pada individu, kelompok atau lembaga (institusi).

Pendidikan Luar Biasa atau Sekolah Luar Biasa  merupakan  pendidikan


bagi anak-anak yang memiliki tingkat kesulitan dalam  mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu
itu sendiri. Sekolah luar biasa berarti pembelajaran yang tersusun secara khusus
untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari anak kelainan fisik.Pendidikan luar
biasa juga merupakan salah satu komponen dalam salah satu sistem pemberian
layanan yang kompleks dalam membantu individu untuk mencapai potensinya
secara maksimal.

Sekolah inklusi adalah sekolah yang memberi ruang pembelajaran bagi


anak berkebutuhan khusus (ABK) agar mendapatkan kesempatan yang sama
seperti anak sekolah pada umumnya. Dalam pendidikan inklusif, semua siswa
memperoleh dukungan yang sama dalam proses pembelajaran di kelas. Namun,
siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendampingan dari guru pendamping
khusus. Prinsip utama yang dipegang sekolah inklusif adalah bahwa setiap anak
bernilai sama, diperlakukan dengan hormat, dan memberi ruang untuk belajar
yang setara. Inklusi artinya, anak dengan kebutuhan khusus tidak lagi harus
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), dan bisa berinteraksi dengan anak
lainnya di kelas.

Homeschooling secara etimologis dapat dimaknai sebagai sekolah rumah.


Namun pada hakekatnya homeschooling merupakan sebuah sekolah alternatif
yang mencoba menempatkan anak sebagai subjek belajar dengan pendekatan
pendidikan secara at home. Pendekatan pendidikan secara at home yaitu suatu
pendekatan kekeluargaan yang memungkinkan anak belajar dengan nyaman
sesuai dengan keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja, dimana saja
dan dengan siapa saja.
DAFTAR PUSTAKA

http://lilisherlinaznyemnyem.blogspot.com/2012/03/need-assessment.html

https://gurubagi.com/pengertian-sekolah-luar-biasa-slb-tujuan-dan-jenis-jenisnya/

https://www.understood.org/en/learning-thinking-differences/treatments-

https://www.open.edu/openlearn/education-development/education/12-things-you-

Journal Unpad. https://journal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/13530

https://www.sehatq.com/artikel/sekolah-inklusi-adalah-perangkul-perbedaan-apa-
bedanya-dengan-sekolah-biasa

https://www.infoteknikindustri.com/2021/05/pengertian-homeschooling-menurut-
para.html

https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-karakteristik-jenis-dan-metode-
homeschooling.html

Anda mungkin juga menyukai