Anda di halaman 1dari 30

Makalah Pendidikan Inklusi

IMPLEMENTASI KEGIATAN KEAGAMAAN PADA

PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSI DALAM

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA ABK

(ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS)

Dosen Pengampu: Dr.Erlina M.Pd.

Disusun Oleh :

Ja`far Haris Shidiq

2110013411067

Kelas : 2B PGSD

Pendidikan Guru Sekolah Dasar(PGSD)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Bung Hatta

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Implementasi Kegiatan Keagamaan Pada
Program Pendidikan Inklusi Dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa
Abk(Anak Berkebutuhan Khusus).”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada sang pembawa risalah, Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan
moral dan akhlak kepada umat manusia serta membawa agama Islam sebagai agama
tauhid yang diridhoi-Nya.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Inklusi. Kami berterima kasih kepada Ibuk Dr.Erlina M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Inklusi yang telah memberikan arahan,
bimbingan, serta membantu kami baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami sendiri. Oleh karena itu, kami
harapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa depan. Semoga kritik dan saran para
pembaca dapat memberi manfaat dan menjadi bekal pengetahuan bagi penulisan
selanjutnya.

Padang,12 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri ..................................................
B. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) .....................
2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) .....................
C. Kegiatan Keagamaan di Sekolah ...................................................
D. Program Pendidikan Inklusi
1. Pendidikan Inklusi...................................................................
2. Program Pendidikan Inklusi....................................................
E. Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK)........................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................
B. Sumber Data dan Jenis Data ..........................................................
C. Teknik Pengumpulan Data.............................................................
BAB IV ANALISIS DATA
A. Kepercayaan Diri Siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
di SLB Gema Insani Kota Padang ..............................
B. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan pada Program Pendidikan
Inklusi dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus) di SLB Gema Insani Kota Padang……….
C. Faktor Pendukung, Penghambat, serta Solusinya dari
Kegiatan Keagamaan pada Program Pendidikan Inklusi
dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) di SLB Gema Insani Kota Padang
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 123
B. Saran-saran..................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk paling mulia dan sempurna yang diciptakan
oleh Allah SWT. Dan manusia adalah sebaik-baik ciptaan dibandingkan
makhluk-makhluk Allah yang lain. Manusia dilengkapi akal yang
membedakannya dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Kedudukan akal
dalam Islam adalah suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia
dibanding dengan makhluk-makhluk Allah yang lain. Dengan akal, manusia
dapat berfikir, manusia mampu membedakan antara yang haq (benar) dengan
yang bathil (salah). Dengan akal pula, manusia mampu merenungkan dan
mengamalkan sesuatu yang benar. Dengan karunia akal, manusia diharapkan
dapat memilah dan memilih nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Mengenai manusia yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan pentingnya
akal sebagai alat berfikir. Akan tetapi di realita sosial kehidupan manusia, terdapat
proses dan usaha berfikir manusia yang berbeda-beda, cara bernalar, kemampuan
berfikir, kecerdasan budi, dan kenormalan berfikir logis. Perbedaan cara berfikir dan
kemampuan bernalar normal manusia tergantung tingkat kenormalan sebuah akal.
Manusia normal dan manusia kurang normal ataupun yang biasanya diistilahkan
manusia yang berkebutuhan khusus, semuanya juga dianugerahi Allah akal sebagai
alat berfikir. Hanya saja yang membedakannya adalah cara mereka ketika berfikir dan
memikirkan sesuatu. Maka dari sini telah disepakati, bahwa dalam fenomena sosial,
manusia dikelompokkan menjadi dua jenis manusia pada umumnya, yang dinilai dari
cara berfikir logis mereka, yakni manusia normal yang bisa berfikir sesuai hukum
logika dan manusia kurang normal ataupun berkebutuhan khusus yang berfikir
kurang sesuai dengan hukum logika. Problem yang terjadi di sosial masyarakat, dari
berbedanya cara berfikir antara manusia normal dan berkebutuhan khusus terkadang
membuat manusia yang berstatus berkebutuhan khusus dipandang sebelah mata,
dianggap tidak layak untuk mendapatkan hal yang sama, begitupula mereka
beranggapan dalam dunia pendidikan. Padahal pendidikan adalah cara yang paling
dasar untuk membentuk mental dan kepribadian seorang manusia. Semua manusia
berhak mendapatkan perlakuan yang sama. Mereka semua berhak mendapatkan
pendidikan. Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1 “Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran”. Dan didalam UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 5 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa, “Setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” dan
“warga negara yang memiliki kelainan fisik, mental, intelektual dan sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus”. 3 Hal itu berarti setiap warga negara yang berstatus
normal ataupun berkebutuhan khusus, semua berhak mendapatkan pengajaran, hanya
saja dalam proses pengajarannya antara anak normal dan anak berkebutuhan khusus
mempunyai perbedaan tersendiri. Normal ataupun berkebutuhan khusus, mereka
semua mendapat jaminan hak penuh dalam memperoleh pendidikan. Pendidikan
merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini berarti bahwa
setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam
pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan.
Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian Pendidikan Luar Biasa (PLB),
pendidikan yang secara keseluruhan berbeda dari pendidikan pada umumnya,
sehingga diperlukan metode dan strategi pembelajaran serta pendekatan belajar yang
khusus pula yang disesuaikan dengan kondisi anak tersebut, khususnya pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Diluar pembelajaran di kelas, anak
berkebutuhan khusus juga memerlukan kegiatan diluar kelas yang menunjang
pendidikannya, disamping itu juga agar bermanfaat untuk kehidupan sehari-harinya.
Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut beraneka ragam, seperti halnya kegiatan yang
akan dibahas pada Tesis ini yaitu tentang kegiatan keagamaan pada program
pendidikan Inklusi dimana dalam kegiatan-kegiatan tersebut berisikan kegiatan yang
bersifat religious.

B.Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas dapatlah dirumuskan permasalahannya yaitu:
1. Bagaimana kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di
SLB Gema Insani Kota Padang?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan keagamaan pada program pendidikan
inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) di SLB Gema Insani Kota Padang?
3. Faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan
keagamaan pada program pendidikan inklusi dalam meningkatkan
kepercayaan diri siswa Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Gema Insani
Kota Padang?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuannya adalah:
1. Untuk menemukan dan mendeskripsikan kepercayaan diri siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus) di
2. Untuk menemukan dan mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan keagamaan
pada program pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri
siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
3. Untuk menemukan dan mendeskripsikan faktor pendukung dan
penghambat dari kegiatan keagamaan pada program pendidikan inklusi
dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK
E.Manfaat Penelitian
1. Secara akademis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan
hasanah keilmuan terutama dalam ilmu pendidikan dan pengajaran Pendidikan
Agama Islam khususnya dalam masalah pelaksanaan kegiatan keagamaan pada
program pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) dan juga dapat menjadikan sebagai alternatif jawaban dalam
memecahkan masalah berkenaan dengan proses implementasi kegiatan keagamaan
pada program pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus)
Adapun disisi lain Tesis ini juga diharapkan dapat membangkitkan semangat
para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan dapat memberikan pengalaman bagi
mereka tentang kegiatan keagamaan dan cara atau metode yang efektif untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK(Anak Berkebutuhan Khusus), karena
mengingat bahwasannya peran guru PAI sangat penting untuk membentuk akhlak dan
kepribadian anak dalam lingkungan pendidikan, baik itu pendidikan bagi anak yang
berkebutuhan khusus maupun pendidikan pada umumnya.

2. Secara praktisi
a. Penelitian ini dapat menunjang pengembangan informasi tentang kegiatan
keagamaan pada program pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri
siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) khususnya di SLB Gema Insani Kota
Padang dan Lembaga Pendidikan Islam pada umumnya.
b. Dapat memberikan gambaran tentang proses pelaksanaan kegiatan keagamaan
pada program pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus) di SLB Gema Insani Kota Padang.
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Self confidence is belief in your ability to succeed. Lack of self confidence stops
you even trying. Don't let lack of self confidence hold you back. Adapun pengertian
yang lain, percaya diri adalah sebentuk keyakinan kuat pada jiwa, kesepemahaman
dengan jiwa, dan kemampuan menguasai jiwa. Dalam mengembangkan kualitas diri
berarti mengembangkan bakat yang dimiliki, mewujudkan impian-impian,
meningkatkan rasa percaya diri, menjadi kuat dalam menghadapi cobaan dan
menjalani hubungan baik dengan sesamanya. Perkembangan tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan dengan melalui hubungan dan pergaulan dengan manusia, juga
dengan pembinaan dan pendidikan. Pendidikan diharapkan bisa menjadi lingkungan
yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
secara optimal. Sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan memfungsikan
sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan lingkungannya.Syarat utama supaya
anak didik bisa mandiri dalam segala tindakan yaitu jika anak didik percaya pada
kemampuan dan kekuatan dirinya. Tanpa ada kepercayaan diri maka akan timbul
keraguan dalam segala tindakan, bahkan kadang-kadang dapat menyebabkan tidak
berani berbuat apapun termasuk dalam menyelesaikan suatu masalah (tugas) tanpa
mengharapkan bantuan orang lain. Rasulullah SAW pernah meminta kepada para
sahabat agar menghilangkan perasaan tidak percaya diri, lemah dan takut, tetapi harus
menambahkan Izzah (harga diri yang mulia), berani mengungkapkan pendapat serta
mengekspresikan pikiran dan perasaan tanpa takut kepada manusia. Sebab rasa
percaya diri yang sebenarnya didasari oleh perasaanpositif akan harga diri kita.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Menurut Frieda, faktor-faktor yang mempengaruhi percaya diri adalah:
1) Keluarga
Kepercayaan diri sebenarnya terbangun melalui proses dari hari kehari selama
masa hidup sesorang. Disini keluarga yangterdiri dari ayah, ibu, ataupun saudara
adalah sebagai landasan dasar yang membangun dan membentuk seseorang
sebagai suatu individu yang memiliki karakteristik tertentu.
2) Lingkungan
Perlakuan, anggapan dan penilaian yang diterima seseorang terutama didalam
sebuah lingkungan yang jauh lebih besar dari keluarga, dalam hal ini adalah
masyarakat akan membentuk kriteria penilaian seseorang terhadap suatu masalah
baik yang bersangkutan dengan dirinya atau orang lain.
3) Kematangan emosi
Emosi adalah bagian yang terpenting didalam pertumbuhan seseorang sebagai
individu, dimana emosi inilah yang terkadang sangat berperan dalam penegasan
identitas diri, dan pembentukan citra diri.
4) Pengalaman masa lalu
Pengalaman yang terjadi pada masa lalu dapatmempengaruhi pola pikir dan
pandangan individu tentang bermacam-macam hal, baik yang berasal dari diri
sendiri(mengalami sendiri) atau juga yang berasal dari orang lain.
5) Penerimaan diri
Orang yang dapat menerima keadaan dirinya biasanya akan cenderung
mempunyai kepercayaan diri (self confidence), karena ia merasa yakin bahwa
ia cukup andal atau bisa menerima apapun tentang pandangan orang
kepadanya, sehingga tidak merasa terganggu dengan kekurangan-kekurangan
ataupun kelebihan yang ada pada dirinya sehingga ia dapat menerima
kelebihan dan kekurangan tersebut sebagai bagian dari dirinya yang utuh
B. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak Berkebutuhan Khusus atau biasa disebut dengan ABK adalah anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya.Anak
Berkebutuhan Khusus juga diartikan anak yang secara signifikan (bermakna)
mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik, mentalintelektual, sosial, emosional)
dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Ada bermacam-macam jenis
Anak Berkebutuhan Khusus, namun disini penulis hanya membahas tentang
tunagrahita, tunadaksa, tunarungu, tunawicara, down syndrome, autis,dan kesulitan
belajar. Adapun pengertiannya sebagai berikut
a. Tunagrahita
Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak atau orang
yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga disebut
dengan retardasi mental, tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial.Pada penyandang tunagrahita, ciri-cirinya bisa
dilihat jelas darifisik, antara lain:
1) Penampilan fisik tidak seimbang (misalnya kepala terlalu kecil/
besar).
2) Pada masa pertumbuhannya dia tidak mampu mengurus dirinya.
3) Terlambat dalam perkembangan bicara dan bahasa
4) Cuek terhadap lingkungan.
5) Koordinasi gerakan kurang.
6) Sering keluar ludah dari mulut (ngeces)

b. Tunadaksa
Pada dasarnya kelainan pada peserta didik tunadaksa dikelompokkan menjadi dua
bagian besar, yaitu: kelainan pada sistem serebral (cerebral system) dan, kelainan
pada sistem otot dan rangka(musculoskeletal system).Peserta didik tunadaksa
mayoritas memiliki kecacatan fisiksehingga mengalami gangguan pada; koordinasi
gerak, persepsi dankognisi disamping adanya kerusakan syaraf tertentu. Sehingga
dalam memberikan layanan di sekolah memerlukan modifikasi dan adaptasiyang
diklasifikasikan dalam tiga kategori umum, yaitu; kerusakan syaraf, kerusakan tulang,
dan anak dengan gangguan kesehatan lainnya. Pada penyandang tunadaksa, ciri-
cirinya antara lain:
1) Mengalami kelumpuhan fisik baik sebagian anggota gerak tubuhatau semuanya.
2) Intelegensi rendah, sehingga lambat belajar dan memahami sesuatu.
3) Disfungsi motorik dapat berupa sulit menggerakkan bagian tubuh secara normal,
sulit berbicara, ekspresi tegang, wajah cemberut, meneteskan air liur.
4) Kadang mengalami kekakuan otot secara tiba-tiba.
5) Kadang melakukan gerakan yang tidak terkontrol.
6) Gerakan tidak stabil dan mudah jatuh

c. Tunarungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya
sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah
diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.Pada penyandang tunarungu, ciri-cirinya antara lain:
1) Tidak mampu mendengar.
2) Terlambat perkembangan bahasa.
3) Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.
4) Kurang/ tidak tanggap bila diajak bicara.
5) Ucapan kata tidak jelas.
6) Kualitas suara aneh/ monoton.
7) Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
8) Banyak perhatian terhadap getaran.
9) Keluar cairan (nanah) dari kedua telinga.

d. Tunawicara
Tunawicara adalah seseorang yang bisu, atau juga bisa dikatakan seseorang yang
mengalami gangguan dalam berbicara, atau ketidak mampuan untuk berbicara karena
disebabkan oleh beberapa faktor.Ciri-ciri seseorang yang mengalami gangguan
berbicara antara lain sebagai berikut:
1) Memiliki gangguan audio sensoris atau tidak mampu memproses
input audio dengan baik.
2) Memiliki defisit dalam mengintegrasikan simbol audio dan visual.
3) Mengalami gangguan pendengaran, khususnya anak dengan
gangguan bahasa campuran reseptif - ekspresif.
4) Memiliki masalah dalam pengucapan yang berhubungan dengan
gangguan motorik, misalnya kemampuan untuk memproduksi
suara.
5) Sering mengalami pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau
suku kata.
6)Sering mengedipkan mata dan menggoyangkan kepala.

e. Down Syndrome
Down Syndrome merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down Syndrome
merupakan kelainan kromosom, yakni terbentuknya kromosom.Kromosom ini
terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan. Sebenarnya, penyakit ini sudah dikenal sejak 1866 oleh Dr. John
Longdon Down. Namun, pada waktu itu kelainan ini belum terlalumenjamur seperti
sekarang.Pada penyandang down syndrome, ciri-cirinya antara lain:
1) Tinggi badan yang relatif pendek.
2) Kepala mengecil.
3) Hidung yang datar menyerupai orang Mongolia (maka, anak Down
Syndrome ini juga dikenal dengan sebutan Mongoloid).
4) Lapisan kulit tampak keriput meskipun usianya masih muda.

f. Autis
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir
atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau
komunikasi secara normal. Ditinjau dari segi bahasa, autis berasal dari bahasa Yunani
yang berarti „sendiri‟. Hal ini dilatar belakangi karena anak autis pada umumnya
hidup dengan dunianya sendiri, menikmati kesendirian, dan tak ada seorangpun yang
mau mendekatinya selain orang tuanya.Secara neurologis atau berhubungan dengan
sistem persyarafan, autis dapat diartikan anak yang mengalami hambatan
perkembangan otak, terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Hambatan inilah
yang kemudian membuat anak autis berbeda dengan anak lainnya.
Pada penyandang autis, ciri-cirinya antara lain:25
1) Sulit bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.
2) Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya.
3) Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata.
4) Tidak peka terhadap rasa sakit.
5) Lebih suka menyendiri (sifatnya agak menjauhkan diri).
6) Suka benda-benda yang berputar/ memutarkan benda.
7) Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan.
g.Kesulitan Belajar
Anak yang berkesulitan belajar atau bisa juga disebut dengan low average adalah
anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus
(terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika),
diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena
faktor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang diatas normal), sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat
berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia)
atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka
tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti).
Pada anak yang berkesulitan belajar, ciri-cirinya antara lain:
1) Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia);
perkembangan kemampuan membaca terlambat, kemampuan
memahami isi bacaan rendah, kalau membaca sering banyak
kesalahan.
2) Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia); kalau
menyalin tulisan sering terlambat selesai, sering salah menulis
huruf (b dengan p, p dengan q, v dengan u, dan sebagainya), hasil
tulisannya jelek dan tidak terbaca, tulisannya banyak salah/
terbalik/ huruf hilang, sulit menulis dengan lurus pada kertas tak
bergaris.
3) Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia);
sulit membedakan tanda-tanda (+, -, x, :, >, <, =), sulit
mengoperasikan hitungan/ bilangan, sering salah membilang
dengan urut, sering salah membedakan angka (angka 9 dengan 6,
17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya), sulit
membedakan bangun-bangun geometri
C. Kegiatan Keagamaan di Sekolah
Pengertian Keagamaan secara etimologi, istilah keagamaan itu berasal dari kata
“Agama” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi
keagamaan. Kaitannya dengan hal ini, arti keagamaan sebagai berikut: Keagamaan
adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama,
misalnya perasaan keagamaan, atau soal-soal keagamaan. Adapun secara istilah
pengertian “Agama” dapat dilihat dari 2 aspek yaitu: Aspek Subyektif (pribadi
manusia), dan Aspek Objektif. Aspek subyektif agama mengandung pengertian
tingkah laku manusia
yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan yang berupa getaran batin yang dapat
mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan antar
manusia dengan Tuhannya dan pola hubungan dengan masyarakat serta alam
sekitarnya. Aspek objektif agama dalam pengertian ini mengandung nilai-nilai
ajaran Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan sesuai dengan
kehendak ajaran tersebut.Adapun beberapa bentuk kegiatan keagamaan yang
diselenggarakan disekolah seperti Sholat berjamaah,Tadarus,BTA,Kajian
keputria,Qiro‟ah,PHBI,Hafalan juz amma,Wisuda Al-Quran.
Kegiatan-kegiatan pengembangan keagamaan tersebut dilaksanakan secara rutin
dan terprogram melalui perencanaan yang dilakukan oleh warga sekolah, baik itu
oleh guru PAI, guru mata pelajaran umum, maupun tenaga pendidik lainnya sesuai
dengan program yang dilaksanakan. Dan untuk penilaiannya dapat dilakukan dengan
mengamati atau mengobservasi perilaku siswa sehari-hari dan pada waktu
melaksanakan kegiatan. Materi kegiatan di sekolah dapat dibedakan menjadi tiga
bidang pokok, yaitu keimanan (tauhid), keIslaman (syari‟at), dan ihsan (akhlak
D. Program Pendidikan Inklusi
1. Pendidikan Inklusi
Sekolah Inklusif adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan
mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam program yang
sama.Sekolah Inklusi juga dapat diartikan sebagai sekolah yang menerapkan sistem
inklusi, yaitu menyertakan semua anak, baikyang reguler atau berkebutuhan khusus
kedalam satu sistem pendidikan.Adapun pengertian yang lain, Pendidikan Inklusi
adalah dimana ada sebagian anak yang memiliki kebutuhan khusus yang
diintegrasikan kedalam kelas regular. Inklusif terjadi pada semua lingkungan sosial
anak, keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, dan institusi-institusi
kemasyarakatan lainnya. Pendidikan inklusif merupakan sebuah pendekatan yang
berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatanhambatan
yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan.
Inklusif merupakan perubahan praktis yang memberi peluang anak dengan latar
belakang dan kemampuan yang berbeda bisa berhasil dalam belajar. Perubahan ini
tidak hanya menguntungkan anak yang sering tersisihkan, seperti anak berkebutuhan
khusus, tetapi semua anak dan orang tuanya, semua guru dan administrator sekolah,
dan setiap anggota masyarakat.
2. Program Pendidikan Inklusi
Program adalah rencana atau acara atau agenda atau cadangan atau kalender.
Sedangkan program pendidikan inklusi adalah rencana pendidikan untuk anak yang
memiliki kebutuhan khusus (special needs) yang diintegrasikan kedalam kelas
reguler.Salah satu alasan orang tua menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan
khusus ke sekolah inklusi adalah agar anaknya mampu berinteraksi dengan anak
sebayanya tanpa dibedakan dan bisa meneruskan pendidikan di sekolah reguler.
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh melalui konsep pendidikan inklusi,
diantaranya adalah; meningkatkan interaksi sosial,
lebih banyak tingkah laku normal yang dapat dicontoh, meningkatkan
perkembangan bahasa, menjadikan mereka lebih mandiri, perkembangan
dan nilai guna pendidikan bergantung pada program dan intervensi yang
dijalankan oleh guru.
Adapun Aspek-aspek yang berkaitan dengan budaya sekolah
(school climate) dan berkorelasi positif dengan penumbuhan pendidikan
inklusif, diantaranya adalah; dukungan kepemimpinan (supportive
leadership), kemandirian guru (teacher’s autonomy), kebanggaan akan
profesi guru (prestige of the teaching profession), renovasi fasilitas
sekolah untuk anak berkebutuhan khusus (renovations), kerjasama antar
guru (teacher’s collaboration), dan banyaknya beban kerja (workload).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi:
a. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah,
menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan.
b. Sekolah harus siap mengelolah kelas yang heterogen dengan
kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual.
c. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Keberhasilan Anak Berkebutuhan


Khusus (ABK)
Keberhasilan seorang siswa berkebutuhan khusus tidak terlepas dari beberapa faktor
pendukungnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa
berkebutuhan khusus, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
Faktor internal meliputi:
a. Faktor biologis (jasmaniah)
1) Kondisi fisik
2) Kondisi kesehatan
b. Faktor psikologis (rohaniah)
1) Intelegensi
2) Kemauan
3) Bakat
4) Daya ingat
5) Daya konsentrasi

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.
Faktor eksternal meliputi:
1) Faktor lingkungan keluarga
2) Faktor lingkungan sekolah
3) Faktor lingkungan masyarakat
4) Faktor waktu
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Menurut Sudarwan Danim dalam bukunya yang berjudul Menjadi Peneliti


Kualitatif menjelaskan bahwa ada empat dasar penyusunan teori dalam penelitian
kualitatif, yaitu pendekatan fenomenologik, pendekatan interaksi simbolik,
pendekatan kebudayaan, dan pendekatanetnometodologik.Adapun pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis, yang mana
pendekatan tersebut peneliti gunakan sebagai gambaran untuk melihat peristiwa atau
kejadian serta menjelaskan pengalaman-pengalaman apa yang dialami seseorang
dalam kehidupan ini, termasuk interaksi dengan orang lain. Menurut Denzin dan
Lincoln dalam buku Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan
Konseling, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.Sedangkan menurut Masyhuri dan Zainuddin,
penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan
menggunakan data empiris. Baik pada penelitian kuantitatif maupun kualitatif
desainnya sama, yang membedakan adalah kemauan dan kepentingan peneliti itu
sendiri

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Disebut
deskriptif karena dalam penelitian ini data primernya menggunakan data yang bersifat
data verbal.Data verbalnya yaitu berupa deskriptif yang diperoleh dari pengamatan
implementasi kegiatan keagamaan pada program pendidikan inklusi dalam
meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) studi multi
kasus pada SLB Gema Insani Kota Padang.Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan suatu fenomena tertentu dengan bertumpu pada prosedur-prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku secara utuh. Penelitian ini secara fundamental bergantung
pada pengamatan manusia (peneliti) dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan istilahnya.

B. Sumber Data dan Jenis Data

1. Sumber Data

Sumber Data adalah obyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer


Data Primer adalah data yang berupa teks hasil wawancara dan diperoleh
melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam
penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.Dalam penelitian
ini yang termasuk sebagai sumber data primer adalah data yang diperoleh
peneliti dari hasil observasi, dokumentasi dan hasil wawancara dengan pihak
pembimbing atau guru maupun kepala sekolah mengenai bagaimana
pelaksanaan kegiatan keagamaan pada program pendidikan inklusi dalam
meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK
b. Sumber Data Sekunder
Data Sekunder adalah data atau informasi yang tidak didapat secara langsung
dari sumber pertama (responden) baik yang didapat melalui wawancara
ataupun dengan menggunakan kuesioner secara tertulis.Data ini biasanya
diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu.
Dalam penelitian ini yang termasuk sebagai sumber data sekunder adalah data
yang diperoleh peneliti dari perpustakaan sekolah dan dari laporan-laporan
penelitian terdahulu mengenai bagaimana pelaksanaan kegiatan keagamaan
pada program pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa
ABK(Anak Berkebutuhan Khusus)
2.Jenis Data

Jenis Data Data adalah sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan
data yang akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode tertentu yang selanjutnya
akan menghasilkan suatu hal yang dapat menggambarkan atau mengindikasikan
sesuatu.Adapun jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Menurut Iqbal
Hasan, data kualitatif adalah data penelitian yang tidak berbentuk bilangan.Dalam
penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif mengenai pelaksanaan
kegiatan keagamaan pada program pendidikan inklusi dalam meningkatkan
kepercayaan diri siswa ABK

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yaitu membicarakan tentang bagaimana cara peneliti
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode
dalam mengumpulkan data, sebagai berikut:
1. Metode Observasi Metode Observasi yaitu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam pengumpulan data dengan observasi.Alat pengumpulan
datanya adalah panduan observasi, sedangkan sumber data bisa berupa benda
tertentu, atau kondisi tertentu, atau situasi tertentu, atau proses tertentu, atau
perilaku orang tertentu. Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk
dalam jenis Participant Observation, yaitu peneliti terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian
2. Metode Wawancara (interview) Metode wawancara (interview) yaitu proses
tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang
atau lebih yang bertatap muka dengan mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan.Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Metode ini penulis
gunakan untuk meneliti data yang lebih dalam kepada nara sumbernya yaitu
guru-guru bidang studi termasuk guru agama, kepala sekolah, guru BK, dan
siswasiswa di sekolah tersebut sebagai sumber data untuk mendapatkan data
tentang pelaksanaan kegiatan keagamaan pada program pendidikan inklusi
dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK
BAB IV

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

A.Kepercayaan Diri Siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilaksanakan untuk siswa inklusi atau
siswa berkebutuhan khusus (children with special needs) baik di memiliki suatu pola
tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Artinya sikap kemajuan
berfikir dan rasa kepercayaan dirinya memiliki perbedaan antara anak yang satu
dengan anak yang lainnya. Rasa kepercayaan diri yang berkembang pada psikologis
anak inklusi atau anak berkebutuhan khusus merupakan hal yang pokok dan yang
paling utama diusahakan di masing-masing sekolah, karena kemajuan belajar dan
perkembangan seorang siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) tergantung rasa
kepercayaan dirinya. Ketika rasa percaya diri seorang siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) terbentuk dengan baik, maka proses kemajuan anak ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus) tersebut akan lebih cepat berkembang, dan sebaliknya
jika rasa percaya diri seorang siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) belum
terbentuk secara optimal, maka proses kemajuan belajar dan perkembangan seorang
siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) tersebut akan terhambat. Kepercayaan diri
anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan
fungsional. Kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)di SLB Gema
Insani Kota Padang memiliki karakteristik spesifik yang tersendiri dan sedikit
berbeda. Karakteristik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik motorik atau
kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri (skill), konsep diri, kemampuan
berinteraksi sosial, serta kreatifitasnya. Untuk mengetahui secara jelas tentang
karakteristik pada setiap siswa, para guru di SLB Gema insani memiliki metode,
yakni terlebih dahulu melakukan skrining atau assessment agar mengetahui secara
jelas mengenai kompetensi diri peserta didik yang bersangkutan. Tujuannya agar saat
memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan, yakni mengenai intervensi
pembelajaran yang dianggap cocok. Model bimbingan kepada peserta didik
berkebutuhan khusus, seyogyanya difokuskan dahulu terhadap prilaku non adaptif
atau prilaku menyimpang sebelum mereka melakukan kegiatan. Program kegiatan
belajar individual bimbingan semacam ini dapat diterapkan didalam pengkondisian
lingkungan yang dapat mencapai perkembangan optimal dalam upaya kepercayaan
dirinya dan perilaku-perilaku yang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya.

Faktor yang mempengaruhi ketidak percayaan diri siswa ABK(Anak Berkebutuhan


Khusus) adalah cara mereka beradaptasi dengan orang sekitar. Keterbatasan
intelektual mereka disebabkan karena mereka memiliki IQ jauh dibawah normal,
sehingga juga mengakibatkan mereka sulit untuk berkomunikasi dan bersosialisasi
dengan yang lain. Adapun faktor yang lain, terkadang siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) juga dihina orang disekitar mereka, labeling inklusi yang ada
pada dirinya.Artinya faktor sekeliling dan sekitar benar-benar berperan serta dan
sangat mempengaruhi kemajuan dan perkembangan rasa kepercayaan dirinya. Maka
dapat digolongkan dalam dua faktor yang sangat mempengaruhi dan berperan besar
untuk perkembangan belajar siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus);

a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis(jasmaniah) meliputi
segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang
bersangkutan, yaitu kondisi fisik dan kondisi kesehatan. Dan faktor psikologis
(rohaniah) meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang,
misalnya keterbatasan intelektual yang disebabkan karena memiliki IQ jauh
dibawah normal, sehingga mengakibatkan siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
sulit untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan yang lain.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.
Salah satu kejadian yang menyangkut factor eksternal misalnya, orang tua terkadang
menuntut terhadap anak,dimana orang tua menginginkan atau berambisi agar si anak
tersebut memiliki daya kemampuan yang sama dengan anak normal. Maka tuntutan
inilah yang nantinya bukan menjadikan anak berkembang, namun sebaliknya justru
akan memperlambat perkembangan si anak, dikarenakan metode cara mendidik anak
yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh seorang anak
dan kurangnya rasa kesadaran orang tua terhadap anak (ego orang tua). Contoh yang
lain mengenai faktor eksternal juga dari pengaruh guru pendidik di sekolah, dan
teman-teman belajar mereka di sekolah, baik kepada teman reguler, maupun teman
sesama ABK (Anak BerkebutuhanKhusus).
B. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan pada Program Pendidikan Inklusi dalam
Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa ABK

Pelaksanaan kegiatan keagamaan yang menjadi program pendidikan inklusi di


SLB yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas rasa kepercayaan diri siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus) memiliki metode dan konsep pendidikan yang berbeda
Semua metode ini salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), diantaranya sholat dhuha bersama setiap
pagi, membaca Al-Quran sebelum pelajaran dimulai, kuliah tujuh menit (kultum)
sebelum pelajaran dimulai, membaca doa sehari-hari di ruang sumber, membaca
sholawat sebelum sholat, sholat dhuhur berjamaah, sholat Jumat berjamaah, sholat
ashar berjamaah, ekstra kurikuler hadrah (al-banjari) setiap hari Selasa, acara
Perayaan Hari Besar Islam (PHBI) maupun nasional yang diadakan 4 kali dalam 1
tahun seperti maulid Nabi Muhammad SAW dengan mengadakan perlombaan
bertema keIslaman yang siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) ikut serta dalam
acara tersebut dan mengikuti berbagai perlombaan yang ada, seperti lomba membaca
Al-Quran, lomba hafalan doa sehari-hari, lomba hafalan AlQuran surat pendek (Juz
Amma), lomba hadrah (al-banjari), lomba ceramah Agama Islam, lomba cerdas
cermat PAI dan lain sebagainya. Disamping kegiatan keagamaan untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), di SMPN 5 Surabaya
juga ada penanaman karakter dalam bidang akhlak, yaitu menerapkan 5 S; Salam,
Senyum, Sapa, Sopan, Santun. Ada juga penanaman karakter dalam bidang
peningkatan keimanan, seperti; sholat dhuha, membaca AlQuran, kuliah tujuh menit
(kultum), sholat dhuhur berjamaah, sholat Jumat dan lain sebagainya. Adanya
kegiatan keagamaan yang dilakukan semua siswa di SLB Gema Insani menjadikan
mereka para siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) merasa sama seperti yang lain,
merasa sekolah di tempat yang sama, belajar dengan cara yang sama, walaupun cara
guru memperlakukan mereka jelas berbeda, dalam tanda kutip dalam hal proses
pembelajaran. Disamping itu juga mereka merasa diperlakukan sama dengan cara
melakukan kegiatan seperti siswa regular
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Kegiatan Keagamaan pada
Program Pendidikan Inklusi dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, dan tentunya akan berperan besar
terhadap suatu perkembangan atau kemajuan dan suatu kemunduruan atau penurunan
rasa kepercayaan diri yang dilakukan dengan program kegiatan keagamaan anak
didik atau siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di SLB Gema Insani Kota
Padang. Faktor pendukung, jelas akan mengarah kepada suatu perkembangan dan
kemajuan rasa kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Dan
sebaliknya, mengenai faktor penghambat, tentu akan mengarah kepada kemunduran
dan penurunan rasa kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Berikut ini faktor-faktor yang mendukung dan menghambat serta solusi yang
dibutuhkan dari kegiatan keagamaan pada program pendidikan inklusi dalam
meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
a. Faktor Pendukung

Di SLB Gema Insani faktor pendukung dari kegiatan keagamaan pada


program pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus) diantaranya adalah sarana prasarana yang
memadai seperti memasang tandon air, mempersiapkan sumber air yang
cukup, memasang tempat wudhu yang cukup juga untuk kapasitas semua
murid, memasang keramik yang bagus, memasang karpet-karpet, mendirikan
tempat ibadah yang luas untuk membedakan antara tempat ibadah laki-laki
dan perempuan, dan menyediakan banyak Al-Quran untuk dibaca murid-
murid dan guru-guru. Selain sarana prasarana, faktor pendukung yang lain
adalah kepedulian guru pembimbing Agama, rasa semangat belajar dari siswa
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), outbound keagamaan (praktik ceramah
Agama, praktik sholat, praktik wudhu, dan lain sebagainya), orang tua, guru-
guru, dan lingkungan yaitu pergaulan siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus

b. Faktor Penghambat Di SLB Gema Insani, faktor penghambatnya tidak


banyak, atau bisa dibilang relatif kecil. Karena jadwal sekolah mengikuti
jadwal sholat (kegiatan keagamaan). Meskipun demikian, bukan berarti
menurunkan rasa perhatian pihak sekolah ke siswanya, khususnya siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus). Diantara faktor yang menghambat
perkembangan dan kemajuan belajar sebagai sarana meningkatkan
kepercayaan siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) antara lain yang
pertama adalah orang tua yang kurang tanggap atau kurang memperhatikan
anaknya, karpet-karpet yang mulai rusak (karpet-karpet itu berguna untuk alas
sholat), ada beberapa siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang sulit
terbuka (komunikasi) dia hanya mau berkomunikasi dengan guru yang dirasa
cocok dengannya. Yang kedua, situasi hati siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus), ketika rasa semangatnya muncul mereka aktif sekali ikut kegiatan,
ketika rasa semangatnya turun mereka lebih suka dengan dunianya sendiri,
seperti halnya siswa yang tergolong Autis. Dan yang ketiga, dari siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus) sendiri, terkadang tidak mau mengikuti
kegiatan.
c. Solusi
Solusi merupakan hal yang diusahakan baik oleh pihak sekolah, guru maupun
kesiapan lingkungan yang meliputi orang tua (keluarga), dan teman-teman
sesama pelajar di sekelilingnya, baik siswa reguler ataupun sesama siswa
ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Solusi tersebut diupayakan demi
meningkatkan kemajuan belajar, perkembangan belajar, dan khususnya
kepribadian siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), yang didalamnya
termasuk pembentukan sikap percaya diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus). Beberapa solusi yang ditawarkan dan yang dilaksanakan adalah
melakukan kerjasama yang baik antar warga sekolah, melakukan parenting
dan orang tua harus mendukung, mengundang wali murid untuk berdiskusi
mengenai perkembangan anaknya dan berdiskusi mengenai pembaharuan
fasilitas yang ada, mendatangkan guru dari luar untuk melatih dan
mendampingi siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), selalu memotivasi
siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) tiada henti dengan tanpa ada rasa
lelah dan menyerah walaupun terkadang dengan paksaan, dan selalu
melakukan pembiasaan yang baik sebab bisa itu karena terbiasa
BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian diatas, maka dapat penulis simpulkan, yaitu:

1. Kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di SLB Gema Insani
Kota Padang, tergantung dari gangguan yang dialami, karena ada banyak
karakteristik siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Mayoritas siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) sudah percaya diri, dan yang sebagian kecil tidak percaya diri.
Faktor yang mempengaruhi ketidak percayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus) di SLB Gema Insani Kota Padang adalah faktor fisik, faktor ekonomi orang
tua, dan faktor kemampuan intelektual. kepercayaan diri siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) ada yang melebihi siswa reguler, ada yang sebagian besar
kepercayaan dirinya biasa saja, dan ada juga yang tidak percaya diri.
2. Pelaksanaan kegiatan keagamaan pada program pendidikan inklusi dalam
meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)di SLB
Gema Insani Kota Padang adalah semua kegiatan keagamaan salah satu tujuannya
untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Adapun kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus) diantaranya adalah sholat dhuha bersama setiap pagi,
membaca Al-Quran sebelum pelajaran dimulai, kuliah tujuh menit (kultum) sebelum
pelajaran dimulai, membaca doa sehari-hari di ruang sumber, membaca sholawat
sebelum sholat, sholat dhuhur berjamaah, sholat Jumat berjamaah, sholat ashar
berjamaah, ekstra kurikuler hadrah (al-banjari) setiap hari Selasa, acara Perayaan Hari
Besar Islam (PHBI) maupun nasional yang diadakan 4 kali dalam 1 tahun seperti
maulid Nabi Muhammad SAW dengan mengadakan perlombaan bertema keIslaman
yang siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) ikut serta dalam acara tersebut dan
mengikuti berbagai perlombaan yang ada, seperti lomba membaca Al-Quran, lomba
hafalan doa sehari-hari, lomba hafalan AlQuran surat pendek (Juz Amma), lomba
hadrah (al-banjari), lomba ceramah Agama Islam, dan lomba cerdas cermat PAI.
3. Faktor pendukung dari kegiatan keagamaan pada program pendidikan inklusi
dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di
SLB Gema Insani adalah sarana prasarana yang memadahi, kepedulian guru
pembimbing Agama, rasa semangat belajar dari siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus), outbound keagamaan (praktik ceramah Agama, praktik sholat, praktik
wudhu, dan lain sebagainya), orang tua, guru-guru, dan lingkungan yaitu pergaulan
siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Adapun faktor penghambat dari kegiatan
keagamaan pada program pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri
siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) di SLB Gema Insani , diantaranya yang
pertama adalah orang tua yang kurang tanggap atau kurang memperhatikan anaknya,
karpet-karpet yang mulai rusak, ada beberapa siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus) yang sulit terbuka dan dia hanya mau berkomunikasi dengan guru yang
dirasa cocok dengannya. Yang kedua, situasi hati siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus), ketika rasa semangatnya muncul mereka aktif sekali ikut kegiatan, ketika
rasa semangatnya turun mereka lebih suka dengan dunianya sendiri, seperti halnya
siswa yang tergolong Autis. Dan yang ketiga, dari siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus) sendiri, terkadang tidak mau mengikuti kegiatan.Para guru, mempuyai solusi
tersendiri dari berbagai faktor penghambat dari kegiatan keagamaan pada program
pendidikan inklusi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus), adapun solusinya antara lain adalah melakukan kerjasama
yang baik antar warga sekolah, melakukan parenting dan orang tua harus mendukung,
mengundang wali murid untuk berdiskusi mengenai perkembangan anaknya dan
berdiskusi mengenai pembaharuan fasilitas yang ada, mendatangkan guru dari luar
untuk melatih dan mendampingi siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), selalu
memotivasi siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) tiada henti dengan tanpa ada
rasa lelah dan menyerah walaupun terkadang dengan paksaan, dan selalu melakukan
pembiasaan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Albab, Hayyan Ahmad Ulul Albab. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam Bagi Siswa Autis (Studi Kasus di SMA Galuh Handayani Surabaya). Tesis--
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015.

Al-Uqshari, Yusuf. Percaya Diri Pasti. Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

An-Nawawi. Al-Majmu’ ‘Ala Syarh Al-Muhadzab. Kairo: Maktabah AlMuniriyah.

Aprianto, Nunung. Seluk Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya.

Jogjakarta: Javalitera, 2012.

Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.

As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman Ibnu Abi Bakar. Al-Jami’ Ash-Shaghir fi

Ahadits Al-Basyir An-Nadzir. Mesir: Mathba’ah Dar Ihya Al-Kutub Al-

‘Arabiyah bin Mishr.

Baedowi, Ahmad. Calak Edu Esai-Esai Pendidikan. Jakarta: Pustaka Alvabet,2012.

Batshaw, M. L. and Y.M. Perret. Children With Handicapped A Medical Primer.

Baltimor, Maryland: Paul H. Brookes Publishing Co, 1986.

Broto, Whisnu. Sukses Membangun Rasa Percaya Diri. Jakarta: Grasindo

Anggota IKAPI, 2005.

Budyartati, Sri. Problematika Pembelajaran. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2014.

Cahya, Laili S. Adakah ABK di Kelasku, Bagaimana Guru Mengenali ABK di

Sekolah. Yogyakarta: Grup Relasi Inti Media, 2013.

Anda mungkin juga menyukai