Anda di halaman 1dari 10

CASE BASED DISCUSSION (CBD) RUANG RAJAWALI 5A

KANKER PRIA RSUP DR KARIADI


Stase Ketrampilan Dasar Profesi

Pembimbing Akademik : Agus Santoso, S.Kp., M.Kep


Pembimbing Klinik:Marta Cintia D, S.Kep., Ns.
Prima Sari Dewi, S.Kep., Ns.

Disusun oleh :
1. Putri Laely Saura R 22020122210018
2. Septira Aria Nur Amalia 22020122210005
3. Sigma Ardhika Kautsari 22020122210012
4. Annis Zulfa Tsania K 22020122210019
5. Annisa Larasati 22020122210025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XL


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
1. Masalah/ issue yang muncul
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 2 minggu di ruang
Rajawali 5A, ruangan yang identik dengan onkologi pria semenjak covid
sedikit mengalami perbedaan. Perbedaan ini terlihat dari kasus yang terjadi di
ruangan Rajawali 5A beraneka ragam. Ruangan Rajawali 5A memiliki
kapasitas tempat tidur 30, setiap harinya ≥ 80% tempat tidur terisi oleh pasien.
Masalah yang sering muncul di ruangan tersebut adalah luka pasca tindakan
pembedahan. Setiap hari, perawat ruang Rajawali 5A melakukan perawatan
luka, ± 40% pasien yang dirawat membutuhkan perwatan luka. Selain
permasalahan luka, permasalahan lain yang ada antara lain, oksigenasi, pasien
dengan tindakan kemoterapi, pasien yang sedang menjalani pemeriksaan
untuk penegakan diagnostik. Penyebab luka yang paling sering muncul
dipasien Rajawali 5A adalah luka stoma, luka pasca tindakan pembedahan,
dan luka dikubitus. Perawatan luka yang paling banyak adalah perawatan
stoma.
2. Latar belakang
Luka dapat diartikan senagai gangguan atau kerusakan integritas dan fungsi
jaringan pada tubuh (Suradi, 2007). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi
dua yaitu luka akut dan luka kronis. Luka akut adalah luka yang sembuh
sesuai dengan periode waktu yang diharapkan. Luka akut dapat dikategorikan
sebagai luka pembedahan, contoh insisi, eksisi dan skin graft; luka akut bukan
pembedahan, contoh luka bakar; dan luka akut akibat faktor lain contoh
abrasi, laserasi atau injuri pada lapisan kulit superfisial. Sedangkan luka
kronis adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan,
contohnya luka decubitus, luka diabetes, dan leg ulcer.
Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan fisiologis proses
penyembhhan luka. Tiap fisiologis proses penyembuhan luka memiliki waktu
penyembuhannya yaitu; tahap inflamasi selama saat cedera sampai tiga atau
lima hari, tahap prolifreasi mulai hari pertama sampai 21 hari dan maturasi
dari hari ke-21 sampai dua tahun (Carvile, 2007). Luka akut dapat dibagi
berdasarkan penyebabnya yaitu; luka yang direncanakan dan tidak
direncanakan. Luka akut yang direncanakan cenderung dilakukan di ruang
yang steril dan sudah dipersiapkan seperti pada lika paska pembedahan. Luka
yang tidak di rencanakan terjadi secara tiba-tiba akibat trauma tumpul atau
tajam yang cenderung terkontiminasi dengan lingkungan luar. Kedua
penyebab luka akut tersebut memiliki prinsip manajemen luka yang berbeda
(Carvile, 2007). Luka akut tersebut juga dapat berisiko terjadi infeksi 2%-5%
seperti surgical site infection (SSI) atau infeksi daerah operasi (IDO) jika
tidak mendapatkan perawatan luka yang tepat (Bratzler dan Hunt, 2006).
Komplikasi lainnya yang dapat terjadi pada luka akut, antara lain: perdarahan,
dehisen, hipertropik scar dan lainnya.
Manajemen perawatan luka akit akibat trauma (tidak direncanakan) dan pasca
pembedahan (direncanakan) memiliki prinsip yang berbeda. Fokus
manajemen pada luka pasca trauma adalah menstabilisasi keseimbangan
tubuh (homeostssis) akibat dari perdarahan atau kekurangan cairan dan
lainnya. Fokus manajemen pada luka akut akibat pembedahan adalah untuk
mencegah infeksi. Berikut manajemen perawatan luka akut akibat trauma dan
paska pembedahan (Carvile, 2007);
a. Manajemen luka akut pasca trauma
- mengembalikan dan mempertahankan homeostatis tubuh
- mengkaji derajat dan tipe jaringan yang mengalami trauma
- melakukan pencucian luka, debridemen dan cegah infeksi
- menggunakanbteknik aseptik sesuai indikasi
- menghindari komplikasi paska trauma seperti perdarahan dan adanya
bebda asing
- mengembalikan fungsi bagian tubuh yang mengalami trauma
- mendukung prosesnpemulihan dan rehabilitasi kembali ke aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuan
b. Manajemen luka akut paska pembedahan
- mencegah infeksi
- menggunakan teknik aseptik untuk 48 jam pertama sampai epitelisasi
primer muncul
- melindungi luka dari trauma dan dukung tipe penyembuhan primer
dengan penggunaan dressing yang tepat
- menghindari komplikasi pembedahan seperti infeksi, hematoma dan
dehisense
- mendukung proses pemulihan dan rehabilitasi kembali ke aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuan.
Setiap luka memiliki perbedaan kondisi dan perawatannya, dengan
kondisi yang ada di ruangan Rajawali 5A kelompok menganalisis mengenai
fenomena yang ada.
3. Analisis dan opini
Di ruang Rajawali 5A banyak dijumpai pasien dengan stoma dan luka
post pasca pembedahan. Sebagain besar pasien dengan diagnosa kanker yang
dilakukan pembedahan. Pasien sering mengeluhkan nyeri pada luka
pembedahan. Selain itu, pasien sering merasa tidak nyaman dengan adanya
kantung stoma dan rembesan luka pada area stoma atau area pembedahan
yang lain. Selain itu dengan adanya stoma sebagian besar pasien memiliki
resiko kerusakan integritas kulit pada area yang lainya akibat kurangnya tirah
baring.
Tindakan yang dapat diberikan dengan keluhan yang diberikan antara
lain dalah perawatan luka dan manajemen nyeri. Perawatan luka dilakukan
untuk mencegah infeksi pada luka, serta manajemen nyeri untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan. Selain itu, perawat juga memberikan edukasi tentang
perawatan luka yang dilakukan. Edukasi diperlukan untuk mengurangi rasa
cemas dan takut yang pasien rasakan mengenai penyembuhan luka, serta
memberikan pengetahuan proses perawatan lukanya untuk dilakukan secara
mandiri di rumah terutama pasien stoma yang akan terpasang stoma dengan
waktu jangka panjang.
Prosedur perawatan stoma:
a. Mempersiapkan alat (sarung tangan, satu set alat ganti balut)
b. Menempatkan peralatan di dekat klien
c. Cuci tangan
d. Gunakan sarung tangan
e. Letakkan perlak dan alasnya dibagian kana atau kiri pasien sesuai lektak
stoma
f. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ketubuh pasien
g. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi dll)
h. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan
pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien
i. Meletakkan kantong kolostomi kotor dalam bengkok
j. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
k. Membersihkan kolostomi dan kulit sekitar kolostomi dengan sangat hati-
hati menggunakan kasa steril
l. Memberikan salep (tipis2) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
m. Menyesuaikan lubang kolostomi dengan stoma klostomi
n. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring
sesuai kebutuhan pasien
o. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
p. Merekatkan atau memasang kolostomi bag dengan tepat tanpa udara
didalamnya
q. Merapikan klien dan lingkungannya
r. Membereskan alat dan membuang kotoran
s. Melepas sarung tangan
t. Mencuci tangan

Pada saat melakukan perawatan luka, perawat tetap menjaga patient


safety dengan menggunakan APD dan cuci tangan atau menggunakan antiseptik
untuk perlindungan diri sendiri dan pasien.
Perawat dapat mendokumentasikan luka yang ada dengan memfoto area
luka dengan ijin dari pasien, kemudian dilaporkan kepada dokter untuk ditindak
lanjuti terutama pada luka yang terjadi ketidak normalan seperti konsistensi
warna luka maupun luaran dari stoma. Setelah selesai perawatan perawat juga
mendokumentasikan kedalam rekam medis pasien.

4. Kebijakan ruangan Rajawali 5A tentang pemberian asuhan perawatan


luka
Perawatan luka dilakukan dengan prinsip steril untuk menghindari
risiko infeksi berkelanjutan pada klien. Prinsip steril dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien dilakukan juga untuk memenuhi standar pelaksanaan
patient safety. Patient safety (Keselamatan pasien) di rumah sakit adalah suatu
sistem yang diterapkan untuk mencegah terjadinya cedera akibat perawatan
medis dan kesalahan pengobatan melalui suatu sistem assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan faktor risiko, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Pelaksanaan patient safety yang dilakukan di ruang Rajawali 5A
RSUP Dr. Kariadi sudah menggunakan sistem yang baik. Perawat yang
melakukan tindakan selalu memperhatikan keselamatan pasien, seperti
sebelum melakukan tindakan perawat dan dokter sudah menggunakan APD,
perawat melakukan pengkajian pada luka, melakukan perawatan luka yang
tepat, serta melakukan komunikasi yang benar saat timbang terima pasien
dengan tenaga medis lain. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya
kesalahan saat melakukan tindakan. Selain itu juga melakukan pemasangan
gelang risiko jatuh dan pemantauan secara berkala, menggunakan peralatan
medis sekali pakai serta selalu menjaga kebersihan tangan unuk pencegahan
infeksi nosocomial.
5. Hal-hal yang harus diterapkan di ruang rajawali 5A
 Menjunjung tinggi visi dan misi RSUP Dr. Kariadi
 Penerapan 5R
Rapi (atur tata letak perlengkapan kerja dengan rapi, sehingga mudah
ditemukan)
Resik (bersihkan dan jaga tempat kerja dari debu dan kotoran secara
teratur)
Rawat (pelihara fasilitas dan peralatan secara teratur serta jaga dan
pertahankan kondisi bersih rapi)
Rajin (budaya serta biasakan bekerja sesuai dengan sistem dan prosedur)
Ringkas (pilah barang yang benar-benar diperlukan dan pisahkan barang
yang sudah tidak diperlukan)
 Memberi pelayanan semaksimal mungkin, selalu berusaha no complain
 Melakukan pre conference dan post conference
Pre dan post conference dilakukan sebagai sarana komunikasi
katim dan perawat pelaksana untuk merencanakan kegiatan selanjutnya.
 Pelaksanaan patient safety
Perawat memperhatikan kebersihan tangan dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Penggunaan alat
pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas
kesehatan terhadap pasien.
6. Pro dan kontra
Pro
a) Pemisahan atau pengkhususan antara pasien wanita dan laki-laki
dalam satu kamar yang berisi 5 bed. Seperti kamar 5A.1 yang semua
bed terisi oleh pasien wanita. Hal tersebut untuk meningkatkan
kenyamanan dan privasi pasien yang banyak dilakukan tindakan
perawatan luka. Selain itu dalam satu kamar hanya terdapat satu kamar
mandi
b) Terdapat pelatihan bagi PPJA ruangan dari PK 1-5 seperti pelatihan
manajeman ruang rawat, pelatihan perawatan luka, komunikasi efektif,
paliatif, EKG, onkologi, dll.
c) Tidak boleh melakukan penolakan pasien dalam keadaan apapun
kecuali jika ruangan penuh

Kontra

a) Masih terdapat keluarga yang menunggui pasien lebih dari 2 orang.


Hal tersebut masih bertolak belakang dengan kebijakan RSUP Dr
Kariadi yang menegaskan bahwa hanya boleh 1 orang yang dapat
menunggu pasien di dalam ruangan.
b) Masih terdapat keluarga yang tidak menggunakan masker ketika
menunggu pasien. Begitupun dengan pasien terkadang masih belum
menggunakan masker ketika akan program keluar. Hal tersebut karena
dari ruangan tidak menyediakan masker bedah.
c) Kurangnya screening di awal, sehingga terdapat beberapa pasien yang
tersuspek penyakit menular seperti difteri ketika sudah kontak dengan
pasien lain dan perawat di ruang Rajawali 5A. Di samping itu keluarga
juga tidak mau diisolasi di ruang berdoa bersama pasien dan masih
berpergian kemana-mana
7. Kelebihan dan kelemahan
a. Kelebihan
Berikut beberapa kelebihan tindakan perawatan kolostomi di ruang
rajawali 5A:
1) Tindakan perawatan kolostomi didokumentasikan dengan baik di catatan
2) keperawatan rekam medis elektronik. Bahkan, disertakan foto luka
kolostominya.
3) Perawat klinik 1 dan 2 di ruang rajawali 5A dibekali dengan kompetensi
onkologi dasar dan lanjutan termasuk didalamnya perawatan luka pada
pasien kanker.
4) Jika ada pasien yang memiliki luka dengan karakteristik bau yang
menyengat, maka akan dipindahkan di ruangan khusus. Hal ini dilakukan
untuk memberikan kenyamanan pada pasien lain.
b. Kelemahan
Berikut beberapa kelemahan tindakan perawatan kolostomi di ruang
rajawali 5A:
1) Balutan pada luka kolostomi seringkali rembes di siang hari/sore hari
meskipun baru diganti di pagi hari. Hal ini dikarenakan ganti balut yang
dilakukan kurang rapi atau tebal.
2) Ganti balut biasanya dilakukan oleh perawat kontrak yang belum memiliki
kompetensi khusus perawatan luka.
3) Hanya satu perawat yang memiliki kompetensi onkologi lanjutan yang
memiliki kompetensi lanjutan perawatan luka kanker.
8. Kesimpulan
Ruang Rajawali 5A adalah ruang rawat inap yang memiliki fasilitas bagi
pasien dengan penyakit kronik seperti kanker. Di ruang Rajawali 5A sendiri
mayoritas pasien berjenis kelamin laki-laki, pasien dengan jenis kelamin wanita di
pisahkan menjadi satu ruangan di R.5A.1 guna meningkatkan kenyamanan dan
menjaga privacy ketika sedang dilakukan perawatan luka. Fenomena yang
didapatkan di ruang Rajawali 5A adalah perawatan luka atau ganti balut. Selain
permasalahan luka, permasalahan lain yang ada antara lain, oksigenasi, pasien
dengan tindakan kemoterapi, pasien yang sedang menjalani pemeriksaan untuk
penegakan diagnostik. Penyebab luka yang paling sering muncul dipasien Rajawali
5A adalah luka stoma, luka pasca tindakan pembedahan, dan luka dikubitus. Ruang
Rajawali 5A selalu menerapkan patient safety seperti sebelum melakukan
tindakan perawat dan dokter sudah menggunakan APD, perawat melakukan
pengkajian pada luka, melakukan perawatan luka yang tepat, serta perawat
klinik 1 dan 2 sudah dibekali kompetensi onkologi dasar dan lanjutan
termasuk didalamnya perawatan luka pada pasien kanker.
9. Rekomendasi
- Meningkatkan intensitas penjagaan kepada pasien dengan bersikap tegas
kepada keluarga agar tertib dengan kebijakan RSUP Dr. Kariadi yang
berlaku yakni memakai masker dan penunggu pasien tidak boleh lebih
dari satu.
- Melakukan peningkatan screening awal kepada pasien baru guna
mengantisipasi terjadinya penularan penyakit yang berbahaya
- Meningkatkan pelatihan kepada perawat agar dapat memiliki kompetensi
onkologi mengenai perawatan luka kanker

Anda mungkin juga menyukai