Anda di halaman 1dari 10

Analisa Sintesis Tindakan Perawatan Luka

Hari : Selasa Tanggal : 22 November 2022 Jam : 10.00

A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan rasa perih di kelopak mata kanannya.
P : nyeri saat kelopak mata digerakkan
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : kelopak mata bagian kanan
S:2
T : hilang timbul
B. Diagnosa Medis
Cedera Otak Ringan + Fraktur Zigomatikum Maxilla
C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis dibuktikan dengan
kerusakan kulit, kemerahan, dan nyeri (D.0129)
D. Data yang mendukung diagnosis keperawatan
DS :
- Pasien mengatakan rasa perih di bagian kelopak mata kanannya
P : nyeri saat kelopak mata digerakkan
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : kelopak mata bagian kanan
S:2
T : hilang timbul
- Pasien mengatakan mata kanannya tidak dapat terbuka
DO :
- TTV
TD : 124/72 mmHg
N :68 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7℃
SpO2 : 99%
- Kelopak mata bagian kanan nampak bengkak
- Mata kanan tidak dapat dibuka secara mandiri
- Nampak kotoran saat mata kanan dibuka
- Kornea mata kanan nampak kemerahan
- Terdapat luka jahit dibawah mata kanan bagian pipi.
E. Dasar Pemikiran
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2009 dalam Sudarmanto, 2018).
Fraktur maxilla adalah salah satu bentuk trauma pada wajah yang cukup sering
terjadi dikarenakan kecelakaan kendaraan bermotor (Pratiwi Suardi, 2013). Tanda
dan gejala yang timbul adanya fraktur zigomatikum maxilla adalah berkurangnya
tonjolan tulang pipi, ekimosis sirkumorbital, ekimosis subkonjungtival, parestesi/
anestesi infra orbital, epistaksis ipsilateral, diplopia, enopthalmus, dan perubahan
interpupillary line (Samiadji, 1996).
F. Prinsip Tindakan Keperawatan
1. Fase pra interaksi
- Mempersiapkan Alat
- Melakukan cuci tangan
2. Fase Orientasi
- Memberi salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan Tujuan
- Menjelaskan langkah dan prosedur
- Menanyakan kesiapan pasien
3. Fase kerja (bobot min 70%)
- Mengatur posisi hingga luka terlihat jelas
- Memasang perlak dan pengalas
- Membuka peralatan
- Mendekatkan bengkok
- Memakai sarung tangan bersih
- Membuka plester dengan alcohol
- Membuka balutan
- Membersihkan sekitar luka dan sisa plester
- Memakai sarung tangan steril
- Menekan sekitar luka untuk mengetahui ada tidaknya pus
- Membersihkan luka dengan cairan NaCl/ aquabidest steril, dengan
memperhatikan prinsip steril
- Mengeringkan luka dengan kassa steril
- Melakukan oles obat topikal terapi/ dressing yang sesuai kondisi luka
- Menutup luka dengan kassa steril
- Melakukan fiksasi luka
- Merapikan pasien dan alat
- Mencuci tangan
4. Fase Terminasi
- Melakukan evaluasi
- Menyampaikan rencana tindak lanjut
- Berpamitan dengan pasien
- Dokumentasi
5. Analisis Tindakan
Luka adalah terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan
dibawahnya yang terjadi secara tiba - tiba atau sengaja, tertutup atau terbuka,
bersih atau kontaminasi, supefisial atau dalam. Luka merupakan rusaknya
integritas jaringan tubuh, saat terjadi luka tubuh akan memberi respon melalui
3 fase proses penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase rekontruksi,
fase maturasi. Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka
dengan tujuan meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan mencegah
infeksi. Selain itu dari tindakan pembedahan terdapat luka jahit yang harus
diberi tindakan perawatan luka dan ganti balutan dengan steril agar tidak
terjadi infeksi. Perawatan luka dan ganti balutansteril bertujuan agar mencegah
infeksi dan penyembuhan luka menjadi optimal (Arviyani & Rusminah, 2019).
6. Bahaya dilakukannya tindakan
Perawatan luka harus dilakukan dengan syarat aseptik apabila tidak memenuhi
syarat aseptik akan menimbulkan infeksi pada luka tersebut (Sari, 2018).
7. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan
- Mengedukasi pasien tentang tindakan preoperative
- Manajemen teknik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri post operasi
8. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
S:
- Pasien mengatakan rasa perih di matanya sudah berkurang.
- Pasien mengatakan mata bagian kanannya terasa nyaman dan bersih

O:
- TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 70 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 36,7℃
SpO2 : 99%
- Bengkak di bagian mata kanannya masih ada
- Luka jahit dibagian pipi menyatu dengan baik
- Mata kanannya belum dapat terbuka secara mandiri
A : masalah gangguan integritas kulit teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi
- Memberikan teknik napas dalam untuk mengurangi nyeri post operasi
9. Evaluasi Diri
- Tidak menjaga privasi pasien
- Tidak menekan sekitar luka untuk mengetahui ada tidaknya pus
- Tidak elakukan oles obat topikal terapi/ dressing yang sesuai kondisi luka
10. Daftar Pustaka/ Referensi
Arviyani, Rusminah. 2019. “Penerapan Perawatan Luka Pasca Open Reduction
Internal Fixation (ORIF) Klavikula Hari Ke-2”. Jurnal Keperawatan
Karya Bhakti Vol 5 No 1 Hal 14-18.

Pratiwi Suardi, Ni Putu Enny et al. Fraktur Pada Tulang Maksila. E-Jurnal Medika
Udayana, [S.l.], p. 2076-2095, dec. 2013. ISSN 2303-1395. Available at:
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/7342>. Date accessed:
23 nov. 2022.

Samiadji, Sentot. 1996. “Pengelolaan Fraktur Maxilla”. Artikel. Fakultas


Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang.

Sari, Dwi Ratna. 2018. “Penerapan Pemberian Madu Untuk Perawatan Luka Pada
Klien Post Op Laparatomi (Apendisitis) Dengan Masalah Keperawatan
Resiko Infeksi Di Ruang Poli Kandungan Rsal Dr. Ramelan Surabaya”.
Profesi Ners. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Sudarmanto, Eko. 2018. “Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan Open Fraktur
Manus Iv Distal Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Tk. Ii Dr. Soedjono
Magelang”. Karya Tulis Ilmiah. D-III Keperawatan. Politeknik Kemenkes
Yogyakarta.

Mengetahui
Mahasiswa Praktikan Pembimbing Klinik/ CI

( Laila Febriyana) ()
14

Jurnal Keperawatan Karya Bhakti


Volume 5, Nomor 1, Januari 2019
Hal 14-18

PENERAPAN PERAWATAN LUKA PASCA


OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF) KLAVIKULA HARI KE-2
Arviyani1, Rusminah2

Departemen Keperawatan Bedah, Akademi Keperawatan Karya Bhakti Nusantara


Magelang, (0293) 3149517, 0811269346
E-mail : rusminah1010@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang : Open Reduction Internal Fixation (ORIF) merupakan suatu tindakan
pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah atau kembali ke letak
asalnya. Internal fiksasi melibatkan penggunaan plat, skup, paku maupun suatu intramedullary (IM)
dalam posisisnya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Penanganan pasca ORIF klavikula
hari ke-2 terdapat luka jahit yang harus mendapatkan tindakan dengan prinsip steril, bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka. Prinsip utama dalam
manajemen perawatan luka pasca ORIF adalah pengendalian infeksi, karena menghambat proses
penyembuhan luka yang menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Tujuan :
Menggambarkan penerapan pemberian perawatan luka pada Ny. T yang mengalami risiko infeksi
dengan diagnosa medis pasca ORIF. Metode : Karya ilmiah ini mengunakan metode studi kasus.
Partisipan Ny. T, berusia 26 tahun, dengan diagnosa medis Fraktur klavikula masuk rumah sakit.
Hasil : Implementasi dilakukan untuk mengatasi masalah risiko infeksi memonitor tanda dan gejala
infeksi, menginspeksi kondisi insisi bedah, memberikan perawatan luka dan ganti balutan dengan
mempertahankan teknik steril dan memberikan terapi Ceftriaxone 10 mg. Simpulan : Menunjukkan
adanya perubahan skala nyeri yang semula skala 5, pasien terlihat meringis menahan nyeri, sedikit
gelisah menjadi skala nyeri 3, pasien menjadi tenang dan tampak rileks.

Kata kunci : Distraksi, musik, nyeri.

ABSTRACT

Background : Open Reduction Internal Fixation (ORIF) is a surgical procedure to manipulate


fragments of broken bones or return to their original location. Internal fixation involves the use of
plates, scopes, spikes or an intramedullary (IM) in its position until solid bone healing occurs.
Handling after clavicle ORIF day 2 there is a sewing wound which must get action with the
principle of sterile, aims to prevent infection and accelerate the wound healing process. The main
principle in post-ORIF wound care management is infection control, because inhibits the wound
healing process which causes morbidity and mortality rates to increase. Objective : Describe the
application of wound care to Ny. T who runs the risk of infection with medical diagnosis post
ORIF. Method : This scientific work uses the case study method. Participant Ny. T, 26 years old,
with medical diagnosis Clavicle fracture hospitalized. Results : Implementation was carried out to
overcome the risk of infection, monitor signs and symptoms of infection, inspect surgical incision
conditions, provide wound care and dressing changes by maintaining sterile techniques and
providing Ceftriaxone 10 mg therapy. Conclusions : Shows that there was a change in pain scale
which was originally on a scale of 5, the patient was seen grimacing with pain, slightly agitated to a
pain scale of 3, the patient became calm and seemed relaxed.
Keywords : Distraction, music, pain.
15

Pendahuluan sebanyak 2% di tahun 2009, pada tahun 2010


Open Reduction Internal Fixation menjadi 1,2% (Depkes RI, 2010).
(ORIF) merupakan suatu tindakan Penanganan pasca ORIF klavikula
pembedahan untuk memanipulasi fragmen- hari ke-2 terdapat luka jahit yang harus
fragmen tulang yang patah atau kembali ke mendapatkan tindakan dengan prinsip steril.
letak asalnya. Internal fiksasi melibatkan Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
penggunaan plat, skup, paku maupun suatu infeksi dan mempercepat proses
intramedullary (IM) dalam posisisnya sampai penyembuhan luka. Perawatan luka pasca
penyembuhan tulang yang solid terjadi ORIF klavikula merupakan salah satu teknik
(Smeltzer, 2012). yang harus dikuasai oleh perawat. Prinsip
Pembedahan ORIF dilakukan untuk utama dalam manajemen perawatan luka
mengimobilisasi fraktur dengan memasukkan pasca ORIF adalah pengendalian infeksi,
alat (paku, kawat, atau pin) ke dalam area karena menghambat proses penyembuhan
fraktur untuk mempertahankan fragmen luka yang menyebabkan angka morbiditas dan
tulang sampai penyembuhan tulang baik mortalitas bertambah besar. Infeksi luka pasca
(Smeltzer, 2013). Berdasarkan hasil Riset ORIF termasuk fraktur merupakan salah satu
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan masalah utama dalam praktek pembedahan
Penelitian dan Pengembangan Depkes RI (Potter, 1995). Perawatan luka dengan prinsip
tahun 2007 di Indonesia terjadi kasus fraktur steril merupakan tindakan untuk merawat luka
yang disebabkan oleh cedera antara lain dengan tujuan meningkatkan proses
karena jatuh, kecelakaan lalu lintah dan penyembuhan jaringan dengan mencegah
trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 infeksi. Perawatan luka operasi dilakukan
peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur untuk mencegah infeksi dan memberi rasa
sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 nyaman.
trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami Berdasarkan studi pendahuluan di
fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) ruang Edelweis RS Tk. II. 04.05.01 dr.
(RisKesdas Depkes RI, 2007). Survey Soedjono Magelang, penatalaksanaan yang
Kesehatan Nasional mencatat bahwa kasus biasa dilakukan di ruang Edelweis untuk
fraktur pada tahun 2008 menunjukan bahwa mengatasi risiko infeksi pada pasien pasca
prevalensi fraktur secara nasional sekitar ORIF dengan terapi farmakologi dan non
27,7%. Prevalensi ini khususnya pada laki- farmakologi. Terapi farmakologi lebih banyak
laki mengalami kenaikan dibanding tahun diterapkan yaitu dengan pemberian obat
2009 dari 51,2% menjadi 54,5%. Sedangkan antibiotic atau pencegah infeksi, selain itu
pada perempuan sedikit menurun yaitu bisa dilakukan perawatan luka. Karena hal
tersebut penulis tertarik melakukan penelitian
16

untuk mengetahui pengaruh pemberian Hasil


perawatan luka terhadap penurunan risiko Pengkajian dilakukan pada hari Jum’at
infeksi pada pasien dengan pasca ORIF di tanggal 8 November 2018 pukul 08.00 WIB
Ruang Edelweis RS TK. II. 04.05.01 dr. yaitu hari kedua setelah klien dirawat, di
Soedjono Magelang, tujuan karya ilmiah ini ruang Edelweis RS TK. II. 04.05.01 dr
untuk mengetahui bagaimana pemberian Soedjono Magelang dengan hasil data sebagai
perawatan luka pada Ny. T yang mengalami berikut, nama Ny. T usia 26 tahun, jenis
risiko infeksi dengan diagnosa medis pasca kelamin perempuan, agama Islam, alamat
ORIF. Candimulyo Magelang, nomor register
169XXX dengan diagnosa medis fraktur
Metode klavikula.
Penelitian ini adalah penelitian studi Keluhan utama klien mengatakan
kasus tentang penerapan perawatan luka pada balutan kotor. Riwayat penyakit sekarang
pasien pasca ORIF Klavikula yaitu dengan didapatkan data klien kecelakaan laka lantas
penerapan perawatan luka pada Ny. T yang tunggal, klien keadaan tidak sadarkan diri
terancam masalah risiko infeksi. Dilakukan dengan posisi jatuh terlentang terdapat luka
secara integrative, komprehensif agar disekitar dahi kiri, lengan kiri.
memperoleh pemahaman yang mendalam Pemeriksaan kulit didapatkan luka
tentang perawatan luka pada Ny. T beserta pada bekas jahitan klien terlihat rapi, jahitan
masalahnya dengan tujuan agar masalah masih utuh, tidak ada pus, tidak ada
risiko infeksi tidak terjadi. pembengkakan dan warna kulit tidak
Subyek penelitian ini adalah Ny. T, memerah/normal. Pemeriksaan penunjang
dengan jenis kelamin perempuan, berusia 26 hasil rontgen Ny. T didapatkan rontgen thorax
tahun, pendidikan SMP, alamat Candimulyo ap view, inspirasi kurangdengan Dx klinis
Magelang, dengan diagnosa medis Fraktur suspect fracture claviculae sinistra. Kesannya
klavikula masuk rumah sakit tanggal 6 Fracture complete claviculae sinistra 1/3
November 2018, dengan keluhan pasien media, cum distractionem (menjauh), tak
mengatakan balutan kotor, sehingga akan tampak dislokasi, tak tampak
muncul masalah risiko infeksi dan bersedia hematopneumothorax, pulmo dan besar cor
menjadi subyek penelitian. normal, trachea dan mediastinum ditengah.
Pengumpulan data dilakukan melalui Hasil pemeriksaan laboratorium
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur hematologi darah lengkap Ny. T pada tanggal
pada Ny. T dan keluarganya, melakukan 6 November 2018 didapatkan hasil WBC 17,
observasi, pengukuran atau pemeriksaan pada 8 10^9/l, HGB 14,0 g/dl, MCH 26,5 pg, MCV
Ny. T dan studi dokumentasi. 78,4 FI, RDWa 52,6 FI RDW 12,0 %, PCT
17

0,17 %. Pasien Ny. T mendapatkan infus RL perawatan luka steril untuk mengatasi risiko
20 tpm, injeksi Ketorolac 1 amp, Ceftriaxone infeksi pada Ny. T yang menderita pasca
1 amp. ORIF, karena manfaat dari perawatan luka
Diagnosa keperawatan yang dapat steril yaitu untuk mencegah terjadinya risiko
diambil dari Ny. T setelah dilakukan infeksi.
pengkajian dapat dirumuskan bahwa diagnosa Alasan penulis memberikan tindakan
keperawatan adalah risiko infeksi perawatan luka steril pada Ny. T yaitu karena
berhubungan dengan insisi pembedahan. Ny. T mengalami risiko infeksi akibat pasca
Implementasi keperawatan pada ORIF Klavikula yang diderita. ORIF
tanggal 8 November 20118 pukul 09:30 WIB merupakan suatu tindakan pembedahan untuk
yang dilakukan untuk mengatasi masalah memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang
risiko infeksi berhubungan dengan insisi patah atau kembali ke letak asalnya. Internal
pembedahan antara lain: memonitor tanda dan fiksasi melibatkan penggunaan plat, skup,
gejala infeksi, menginspeksi kondisi insisi paku maupun suatu intramedullary (IM)
bedah, memberikan perawatan luka dan ganti dalam posisisnya sampai penyembuhan tulang
balutan dengan mempertahankan teknik steril, yang solid terjadi (Smeltzer, 2012). Dari
respon Ny. T pada saat luka dibersihkan tindakan pembedahan itu terdapat luka jahit
pasien menunjukkan meringis kesakitan dan yang harus diberi tindakan perawatan luka
memberikan terapi Ceftriaxone 10 mg dan ganti balutan dengan steril agar tidak
terjadi infeksi. Perawatan luka dan ganti
Pembahasan balutan steril bertujuan agar mencegah infeksi
Luka adalah terganggunya integritas dan penyembuhan luka menjadi optimal.
normal dari kulit dan jaringan dibawahnya
yang terjadi secara tiba-tiba atau sengaja, Simpulan
tertutup atau terbuka, bersih atau kontaminasi, Keadaan Ny. T sebelum dilakukan
supefisial atau dalam. Luka merupakan perawatan luka steril adalah balutan kotor.
rusaknya integritas jaringan tubuh, saat terjadi Dengan data subjektif Ny. T mengatakan
luka tubuh akan memberi respon melalui 3 balutan kotor, data objektifnya Ny. T balutan
fase proses penyembuhan luka yaitu fase terlihat kotor dan tidak melekat dengan benar.
inflamasi, fase rekontruksi, fase maturasi. Tindakan yang di lakukan adalah perawatan
Perawatan luka merupakan tindakan untuk luka steril yang sangat berguna bagi penderita
merawat luka dengan tujuan meningkatkan risiko infeksi karena perawatan luka dengan
proses penyembuhan jaringan dan mencegah menggunakan prinsip steril akan mencegah
infeksi (Sjamsuhidayat, 2017). Perawatan terjadinya infeksi dan penyembuhan luka
luka yang diberikan pada Ny. T adalah menjadi optimal.
18

Ucapan Terima Kasih Untuk Perencanaan Dan


Dalam hal ini penulis mengucapkan Pendokumentasian Pasien Edisi III.
Jakarta : EGC
terima kasih kepada Direktur Akper Karya
Bhakti Nusantara Magelang Ketua Yayasan Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.
Yogyakarta : Nuha Medikal
Karya Bhakti Magelang dan Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang Sjamsuhidajat & de Jong, 2005. Buku Ajar
Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta : Penerbit
telah memberikan dukungan moril maupun
Buku Kedokteran EGC.
materiil dalam penyelesaian publikasi ini.
Sjamsuhidajat & de Jong, 2007. Buku Ajar
Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Daftar Pustaka Buku Kedokteran EGC.

Uliyah. M & Hidayat A.A, 2008.


Andra & Yessie, 2013. KMB 1 Keperawatan
Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Medikal Bedah (Keperawatan
Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika
Medika
Brunner & Suddarth, 2005. Buku Ajar
Smeltzer. S. C, 2013. Keperawatan Medikal
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Bedah Brunner and Suddarth. Edisi
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
12. Edisi 12. Jakarta. Kedokteran .
EGC
Dewi Kartika, 2014. Ilmu Keperawatan
Dasar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sugeng, jitowiyono & Weni Kristiyanasari.
2012. Asuhan Keperawatan Post
Doengoes, M. E, 2000. Rencana Asuhan
Operasi. Yogyakarta :Nuha Medika
Keperawatan : Padoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan


Keperawatan . Jakarta : EGC

Dr Lyndon Saputra, 2013. Catatan Ringkas


Kebutuhan Dasar Manusia.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara
Publisher

Jurnal kesehatan holistic, vol 8, No 3, Juli


2014:158, Potter & Perry, 1995

Kusuma . H & Huda Amin. 2015. Aplikasi


Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.
Jogjakarta : Mediaction

Marison, Moya J. 2004. Manajemen luka,


Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Marylin E. Doengoes . 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Padoman

Anda mungkin juga menyukai