A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan rasa perih di kelopak mata kanannya.
P : nyeri saat kelopak mata digerakkan
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : kelopak mata bagian kanan
S:2
T : hilang timbul
B. Diagnosa Medis
Cedera Otak Ringan + Fraktur Zigomatikum Maxilla
C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis dibuktikan dengan
kerusakan kulit, kemerahan, dan nyeri (D.0129)
D. Data yang mendukung diagnosis keperawatan
DS :
- Pasien mengatakan rasa perih di bagian kelopak mata kanannya
P : nyeri saat kelopak mata digerakkan
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : kelopak mata bagian kanan
S:2
T : hilang timbul
- Pasien mengatakan mata kanannya tidak dapat terbuka
DO :
- TTV
TD : 124/72 mmHg
N :68 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,7℃
SpO2 : 99%
- Kelopak mata bagian kanan nampak bengkak
- Mata kanan tidak dapat dibuka secara mandiri
- Nampak kotoran saat mata kanan dibuka
- Kornea mata kanan nampak kemerahan
- Terdapat luka jahit dibawah mata kanan bagian pipi.
E. Dasar Pemikiran
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2009 dalam Sudarmanto, 2018).
Fraktur maxilla adalah salah satu bentuk trauma pada wajah yang cukup sering
terjadi dikarenakan kecelakaan kendaraan bermotor (Pratiwi Suardi, 2013). Tanda
dan gejala yang timbul adanya fraktur zigomatikum maxilla adalah berkurangnya
tonjolan tulang pipi, ekimosis sirkumorbital, ekimosis subkonjungtival, parestesi/
anestesi infra orbital, epistaksis ipsilateral, diplopia, enopthalmus, dan perubahan
interpupillary line (Samiadji, 1996).
F. Prinsip Tindakan Keperawatan
1. Fase pra interaksi
- Mempersiapkan Alat
- Melakukan cuci tangan
2. Fase Orientasi
- Memberi salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan Tujuan
- Menjelaskan langkah dan prosedur
- Menanyakan kesiapan pasien
3. Fase kerja (bobot min 70%)
- Mengatur posisi hingga luka terlihat jelas
- Memasang perlak dan pengalas
- Membuka peralatan
- Mendekatkan bengkok
- Memakai sarung tangan bersih
- Membuka plester dengan alcohol
- Membuka balutan
- Membersihkan sekitar luka dan sisa plester
- Memakai sarung tangan steril
- Menekan sekitar luka untuk mengetahui ada tidaknya pus
- Membersihkan luka dengan cairan NaCl/ aquabidest steril, dengan
memperhatikan prinsip steril
- Mengeringkan luka dengan kassa steril
- Melakukan oles obat topikal terapi/ dressing yang sesuai kondisi luka
- Menutup luka dengan kassa steril
- Melakukan fiksasi luka
- Merapikan pasien dan alat
- Mencuci tangan
4. Fase Terminasi
- Melakukan evaluasi
- Menyampaikan rencana tindak lanjut
- Berpamitan dengan pasien
- Dokumentasi
5. Analisis Tindakan
Luka adalah terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan
dibawahnya yang terjadi secara tiba - tiba atau sengaja, tertutup atau terbuka,
bersih atau kontaminasi, supefisial atau dalam. Luka merupakan rusaknya
integritas jaringan tubuh, saat terjadi luka tubuh akan memberi respon melalui
3 fase proses penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase rekontruksi,
fase maturasi. Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka
dengan tujuan meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan mencegah
infeksi. Selain itu dari tindakan pembedahan terdapat luka jahit yang harus
diberi tindakan perawatan luka dan ganti balutan dengan steril agar tidak
terjadi infeksi. Perawatan luka dan ganti balutansteril bertujuan agar mencegah
infeksi dan penyembuhan luka menjadi optimal (Arviyani & Rusminah, 2019).
6. Bahaya dilakukannya tindakan
Perawatan luka harus dilakukan dengan syarat aseptik apabila tidak memenuhi
syarat aseptik akan menimbulkan infeksi pada luka tersebut (Sari, 2018).
7. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan
- Mengedukasi pasien tentang tindakan preoperative
- Manajemen teknik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri post operasi
8. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
S:
- Pasien mengatakan rasa perih di matanya sudah berkurang.
- Pasien mengatakan mata bagian kanannya terasa nyaman dan bersih
O:
- TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 70 x/menit
RR : 18 x/menit
S : 36,7℃
SpO2 : 99%
- Bengkak di bagian mata kanannya masih ada
- Luka jahit dibagian pipi menyatu dengan baik
- Mata kanannya belum dapat terbuka secara mandiri
A : masalah gangguan integritas kulit teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi
- Memberikan teknik napas dalam untuk mengurangi nyeri post operasi
9. Evaluasi Diri
- Tidak menjaga privasi pasien
- Tidak menekan sekitar luka untuk mengetahui ada tidaknya pus
- Tidak elakukan oles obat topikal terapi/ dressing yang sesuai kondisi luka
10. Daftar Pustaka/ Referensi
Arviyani, Rusminah. 2019. “Penerapan Perawatan Luka Pasca Open Reduction
Internal Fixation (ORIF) Klavikula Hari Ke-2”. Jurnal Keperawatan
Karya Bhakti Vol 5 No 1 Hal 14-18.
Pratiwi Suardi, Ni Putu Enny et al. Fraktur Pada Tulang Maksila. E-Jurnal Medika
Udayana, [S.l.], p. 2076-2095, dec. 2013. ISSN 2303-1395. Available at:
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/7342>. Date accessed:
23 nov. 2022.
Sari, Dwi Ratna. 2018. “Penerapan Pemberian Madu Untuk Perawatan Luka Pada
Klien Post Op Laparatomi (Apendisitis) Dengan Masalah Keperawatan
Resiko Infeksi Di Ruang Poli Kandungan Rsal Dr. Ramelan Surabaya”.
Profesi Ners. Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Sudarmanto, Eko. 2018. “Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan Open Fraktur
Manus Iv Distal Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Tk. Ii Dr. Soedjono
Magelang”. Karya Tulis Ilmiah. D-III Keperawatan. Politeknik Kemenkes
Yogyakarta.
Mengetahui
Mahasiswa Praktikan Pembimbing Klinik/ CI
( Laila Febriyana) ()
14
ABSTRAK
Latar Belakang : Open Reduction Internal Fixation (ORIF) merupakan suatu tindakan
pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah atau kembali ke letak
asalnya. Internal fiksasi melibatkan penggunaan plat, skup, paku maupun suatu intramedullary (IM)
dalam posisisnya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Penanganan pasca ORIF klavikula
hari ke-2 terdapat luka jahit yang harus mendapatkan tindakan dengan prinsip steril, bertujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka. Prinsip utama dalam
manajemen perawatan luka pasca ORIF adalah pengendalian infeksi, karena menghambat proses
penyembuhan luka yang menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Tujuan :
Menggambarkan penerapan pemberian perawatan luka pada Ny. T yang mengalami risiko infeksi
dengan diagnosa medis pasca ORIF. Metode : Karya ilmiah ini mengunakan metode studi kasus.
Partisipan Ny. T, berusia 26 tahun, dengan diagnosa medis Fraktur klavikula masuk rumah sakit.
Hasil : Implementasi dilakukan untuk mengatasi masalah risiko infeksi memonitor tanda dan gejala
infeksi, menginspeksi kondisi insisi bedah, memberikan perawatan luka dan ganti balutan dengan
mempertahankan teknik steril dan memberikan terapi Ceftriaxone 10 mg. Simpulan : Menunjukkan
adanya perubahan skala nyeri yang semula skala 5, pasien terlihat meringis menahan nyeri, sedikit
gelisah menjadi skala nyeri 3, pasien menjadi tenang dan tampak rileks.
ABSTRACT
0,17 %. Pasien Ny. T mendapatkan infus RL perawatan luka steril untuk mengatasi risiko
20 tpm, injeksi Ketorolac 1 amp, Ceftriaxone infeksi pada Ny. T yang menderita pasca
1 amp. ORIF, karena manfaat dari perawatan luka
Diagnosa keperawatan yang dapat steril yaitu untuk mencegah terjadinya risiko
diambil dari Ny. T setelah dilakukan infeksi.
pengkajian dapat dirumuskan bahwa diagnosa Alasan penulis memberikan tindakan
keperawatan adalah risiko infeksi perawatan luka steril pada Ny. T yaitu karena
berhubungan dengan insisi pembedahan. Ny. T mengalami risiko infeksi akibat pasca
Implementasi keperawatan pada ORIF Klavikula yang diderita. ORIF
tanggal 8 November 20118 pukul 09:30 WIB merupakan suatu tindakan pembedahan untuk
yang dilakukan untuk mengatasi masalah memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang
risiko infeksi berhubungan dengan insisi patah atau kembali ke letak asalnya. Internal
pembedahan antara lain: memonitor tanda dan fiksasi melibatkan penggunaan plat, skup,
gejala infeksi, menginspeksi kondisi insisi paku maupun suatu intramedullary (IM)
bedah, memberikan perawatan luka dan ganti dalam posisisnya sampai penyembuhan tulang
balutan dengan mempertahankan teknik steril, yang solid terjadi (Smeltzer, 2012). Dari
respon Ny. T pada saat luka dibersihkan tindakan pembedahan itu terdapat luka jahit
pasien menunjukkan meringis kesakitan dan yang harus diberi tindakan perawatan luka
memberikan terapi Ceftriaxone 10 mg dan ganti balutan dengan steril agar tidak
terjadi infeksi. Perawatan luka dan ganti
Pembahasan balutan steril bertujuan agar mencegah infeksi
Luka adalah terganggunya integritas dan penyembuhan luka menjadi optimal.
normal dari kulit dan jaringan dibawahnya
yang terjadi secara tiba-tiba atau sengaja, Simpulan
tertutup atau terbuka, bersih atau kontaminasi, Keadaan Ny. T sebelum dilakukan
supefisial atau dalam. Luka merupakan perawatan luka steril adalah balutan kotor.
rusaknya integritas jaringan tubuh, saat terjadi Dengan data subjektif Ny. T mengatakan
luka tubuh akan memberi respon melalui 3 balutan kotor, data objektifnya Ny. T balutan
fase proses penyembuhan luka yaitu fase terlihat kotor dan tidak melekat dengan benar.
inflamasi, fase rekontruksi, fase maturasi. Tindakan yang di lakukan adalah perawatan
Perawatan luka merupakan tindakan untuk luka steril yang sangat berguna bagi penderita
merawat luka dengan tujuan meningkatkan risiko infeksi karena perawatan luka dengan
proses penyembuhan jaringan dan mencegah menggunakan prinsip steril akan mencegah
infeksi (Sjamsuhidayat, 2017). Perawatan terjadinya infeksi dan penyembuhan luka
luka yang diberikan pada Ny. T adalah menjadi optimal.
18