Anda di halaman 1dari 12

Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op Ca Mammae Dengan Perawatan Luka

Untuk Mengatasi Resiko Infeksi Di Ruang G1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

ABSTRAK

Latar Belakang: Pasien post operasi Ca Mammae mengalami luka yang rentan terhadap infeksi apabila
tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan keluarga melalui perawatan
luka terhadap pasien Post Op Ca Mammae dengan masalah keperawatan risiko infeksi risiko infeksi
pasien Post Op Ca Mammae di Ruang G1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
Metode: Desain penelitian karya ilmiah akhir ini menggunakan metode kasus dengan subyek yang
digunakan adalah 1 pasien dengan masalah keperawatan Risiko infeksi dengan diagnosa medis Ca
Mammae. Penelitian dilakukan di Ruang G1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya selama 6 hari dengan metode
pengumpulan data meliputi pengkajian komprehensif, menentukan diagnosa, menentukan intervensi,
melaksanakan tindakan dan mengevaluasi.
Hasil Penelitian: Hasil studi kasus pada Ca Mammae dengan masalah keperawatan risiko infeksi
menunjukkan setelah diberikan terapi asuhan keperawatan dengan perawatan luka dapat menurunkan
risiko infeksi sehingga klien tampak lebih bugar, luka tertutup kassa steril, perdarahan berhenti, pinggiran
luka mulai mengering pada hari ke-6, skala nyeri 3, tidak ada tanda kemerahan, suhu tubuh 36,3 0C, tidak
ada pembengkakan di sekitar luka operasi, bau busuk berkurang, luka bagian tengah masih basah dan
membutuhkan perawatan lebih lanjut di rumah
Keimpulan: perawatan luka dapat menurunkan risiko infeksi post op Ca Mamae. Perawat diharapkan
dapat melanjutkan penerapan perawatan luka pada klien lain yang memiliki masalah risiko infeksi dan
mengadakan edukasi kepada masyarakat tentang perawatan luka post operasi kanker saat dirumah.
Kata Kunci : Perawatan luka, risiko infeksi, Ca Mammae.

ABSTRACT

Introduction: Ca Mammae postoperative patients experience wounds that are susceptible to infection if
not treated properly.
Objective: This study aims to analyze family nursing care through wound care for Post Op Ca Mammae
patients with nursing problems at infection risk for Post Op Ca Mammae patients in Room G1 RSPAL
Dr. Ramelan Surabaya.

1
Method: The research design of this final scientific work uses the case method with the subject used is 1
patient with nursing problems Risk of infection with a medical diagnosis of Ca Mammae. The research
was conducted in Room G1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya for 6 days with data collection methods
including comprehensive assessment, determining diagnoses, determining interventions, implementing
actions and evaluating.
Result: The results of a case study on Ca Mammae with nursing problems of infection risk show that
after being given nursing care therapy with wound care it can reduce the risk of infection so that the
client looks fitter, the wound is covered with sterile gauze, the bleeding stops, the wound edges start to
dry on the 7th day, the pain scale 3, no signs of redness, body temperature 36.3 0C, no swelling around
the surgical wound, reduced odor, the middle wound is still wet and requires further care at home
Conclusion: Wound care can reduce infection risk in post op Ca Mamae patient. Nurses are expected to
be able to continue the application of wound care to other clients who have risk of infection problems and
educate the public about post-cancer wound care while at home.

Keywords: wound care, post mastectomy, Ca Mammae.

PENDAHULUAN
Ca Mammae secara global menjadi penyebab kematian tertinggi pada wanita. (Kemenkes RI,
2018). Modifies Radikal Mastectomy atau MRM merupakan tindakan operasi dalam penanganan Ca
Mammae. Mastectomy dapat dilakukan pada satu payudara maupun keduanya, namun tindakan
mastectomy tidaklah bebas risiko. Beberapa saat setelah tindakan Mastectomy, akan muncul rasa sakit,
nyeri atau bengkak pada jaringan di sekitar luka operasi, hematoma, penumpukaan cairan bening di luka
(seroma) atau mati rasa di dada atau lengan atas. Pembedahan Mastectomy banyak dipilih sebab
banyaknya angka kejadian pasien carcinoma mammae yang akan dioperasi telah masuk dalam kriteria
stadium akhir, ukuran tumor sudah besar (Amelia et al., 2021). Pada pasien post operasi sangat perlu
dilakukan perawatan luka. Perawatan luka bertujuan untuk membersihkan luka agar tidak terjadi infeksi
pada Ca mammae serta bertujuan untuk menjaga dan mencegah area luka dari paparan bakteri dan
mikroorganisme (Abdel-Aal et al., 2022).
Data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus dan kematian akibat kanker sampai dengan tahun 2018 sebesar
18,1 juta kasus dan 9,6 juta kematian di tahun 2018. Kematian akibat kanker diperkirakan akan terus
meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada tahun 2030. WHO Wilayah Asia Tenggara melaporkan sekitar
2,2 juta kasus baru dan 1,4 juta kematian terkait kanker, menyumbang lebih dari 1 dari 10 kematian di
Wilayah tersebut. Di antara kematian akibat kanker, kanker paru-paru menyumbang 10,6% kematian, Ca

2
Mammae 9,4%, kanker serviks 8%, hati 6,6% serta kanker bibir dan rongga mulut 6,4% kematian (WHO,
2019). Data Riskesdas 2018 menyebutkan prevalensi kanker di Indonesia adalah sebesar 1,4% atau
diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan penderita kanker
terbanyak ketiga setelah Jawa Yogyakarta dan Jawa Tengah, yaitu sekitar 61.230 orang (Kemenkes RI,
2022).
Hasil studi pendahuluan pada bulan Desember 2022 menunjukkan bahwa terdapat 17 pasien Post
Op Ca Mammae, dari 17 pasien tersebut, 2 orang diantaranya datang kembali setelah 2 minggu post op
karena terjadi infeksi, saat dianamnesa, pasien mengeluh nyeri, luka post op bernanah dan berbau, serta
timbul demam.
Pasien Post operasi Ca Mammae dapat mengalami infeksi jika luka tidak dirawat dengan baik.
Tanda dan gejala infeksi yang pertama kalor atau rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi, kedua
dolor atau rasa nyeri pada jaringan yang mengalami infeksi, ketiga tumor yakni pembengkakan pada area
yang mengalami infeksi, keempat rubor atau kemerahan pada daerah yang mengalami infeksi dan yang
terakhir perubahan fungsi jaringan, perubahan yang terjadi yaitu jika pada salah satu organ tubuh terjadi
infeksi maka organ tubuh tersebut tidak akan berfungsi dengan baik (Nurarif & Kusuma, 2016).
Upaya untuk menurunkan risiko infeksi pada pasien Post Op Ca Mammae adalah dengan
perawatan luka, monitor karakteristik luka seperti luas luka,bau, ukuran, dan warna membersihkan
dengan cairan NaCl atau pembersih yang tidak beracun. NaCl dipilih sebagai cairan pembersih luka
karena bersifat isotonik, sehingga tidak mengganggu proses penyembuhan luka, selain itu air saline
memiliki kadar toksik yang rendah dan tidak menyebabkan alergi atau perubahan eksistensi di kulit.
Memberikan balutan luka dengan kasa sesuai dengan luas luka dan memperhatikan teknik balutan steril
untuk menghindari resiko infeksi pada luka (Wintoko & Yadika, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya upaya untuk mengAnalisis Asuhan Keparawatan
pada pasien post op CA Mammae dengan Perawatan Luka Untuk Mengatasi Resiko Infeksi Di Ruang G1
RSPAL dr Ramelan.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus ini
adalah studi untuk mengeksplorasi penerapan Perawatan luka terhadap pasien Post Op Ca Mammae
dengan masalah keperawatan risiko infeksi di Ruang G1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya..
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penerapan Perawatan luka dilakukan di Ruang G1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. Waktu
penelitian pada pasien satu dilakukan dari tanggal 17-22 Januari 2023

3
Subjek Penelitian
Pada kasus yang diteliti ini menggunakan satu kasus pada satu pasien dengan masalah keperawatan
risiko infeksi pada pasien dengan diagnosa medis Ca Mammae dengan kriteria usia 26 tahun dan masalah
utama risiko infeksi

Instrumen
Instrument dalam penelitian ini adalah lembar pengkajian dan rekam medik pasien. Perawatan luka
menggunakan cairan Na Cal 0,9%, antibiotic basitrasin, dan kassa steril.

Pengumpulan Data
Peneliti menjelaskan prosedur perawatan luka klien. Peneliti menerapkan komunikasi dua arah dan
menyampaikan luka pasien, menanyakan apakah ada keluhan, melakukan observasi suhu, nadi,
pernafasan, dan tensi, mencuci tangan dan membantu pasien untuk melepas baju atas serta cuci tangan
kembali dan mempersiapkan alat rawat luka agar steril. Peneliti menggunakan teknik swabbing dan
irigasi untuk merawat payudara. Teknik swabbing dengan menekan sambil menggosokkan secara
perlahan luka pada payudara dengan kassa steril yang telah dibasahi NaCl 0,9 %, sedangkan teknik irigasi
digunakan pada luka payudara yang mengalami basah atau rentan berdarah dengan cara menyemprotkan
NaCl 0,9% dengan perlahan. Perawatan payudara dilakukan sebanyak 1 kali dalam sehari

Analisis Data
Analisis data dalam penelitian menggunakan metode kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara
mendalam, melakukan observasi pada pasien, dan dokumentasi dari rekam medis pasien.

Pertiumbangan Etis
Penelitian ini tidak menggunakan pertimbangan etis berupa sertifikat uji kelayakan etik, karena tindakan
yang diberikan merupakan standar operasional prosedur perawatan luka post operasi Ca Mamae yang
diterapkan di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

HASIL PENELITIAN
1. Pengkajian
Penulis amati mulai tanggal 17- 22 Januari 2023 dengan data pengkajian tanggal 17 Januari 2023
pukul 08.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari ibu pasien, suami pasien, dan file No. register 677xxx
sebagai berikut pasien adalah seseorang perempuan bernama Ny. N berumur 26 tahun, beragama islam,

4
status sudah menikah, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Indonesia dan jawa. Pasien tinggal di
Sidoarjo, pendidikan terakhir pasien SMA, pasien tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga,
penanggung jawab BPJS, pasien dikaruniai 1 anak perempuan berumur 6 tahun. Pasien tinggal serumah
dengan suami dan anaknya. Pasien MRS tanggal 15 Januari 2023 pukul 10.30 WIB. Pasien mengatakan
saat ini badannya lemas setelah operasi dan terasa nyeri pada luka operasi. .
Pada tanggal 15 Januari 2023 pasien datang ke IGD RSPAL dr. Ramelan Surabaya pukul 08.00 WIB
dengan keluhan lemas. Di IGD RSPAL dr. Ramelan Surabaya dilakukan pemeriksaan darah dengan HB =
12.30 g/dl TD = 120/90 mmHg, Nadi = 80 x/menit, Suhu =36,2˚C, SPO2= 98%, RR=20 x/menit. Pasien
mengatakan badannya lemas karena tidak nafsu makan. Pasien juga mengatakan bahwa ia merasakan
adanya benjolan di payudaranya dan di diagnose Ca Mammae stadium 3. Kemudian pasien masuk
ruangan G1 RSPAL dr. Ramelan Surabaya pukul 10.30 WIB.
Keluhan utama: Pasien mengatakan saat ini badannya lemas. Pemeriksaan fisik didapatkan hasil
bahwa pada pemeriksaan inspeksi warna kulit pasien kuning langsat, terdapat kemerahan pada kulit, kuku
bersih, turgor kulit kering, tidak ada fraktur, tidak ada deformitas, terdapat mammae kanan yang sudah
diangkat (mastektomi), terdapat bekas luka, bau, perdarahan aktif. Hasil pemeriksaan laboratoiurm
didapatkan hasil tinggi pada leukosit yaitu 15.900/µL, neutrophil meningkat yaitu 82,90%, hemoglobin
menurun yaitu 5,9 g%, hematokrit menurun yaitu 35,2%. Angka ini menunjukkan ada tanda-tanda
infeksi.
Terapi yang sudajh diberikan adalah Infus Nacl 3% 10-17 tpm IV untuk mengatasi atau mencegah
kehilangan sodium yang disebabkan dehidrasi, keringat berlebih atau penyebab lainnya, Inj.Cinam
4x1,45gram IV untuk mengobati infeksi kulit dan struktur kulit, Transfuse darah PRC Target Hb >10
g/dl 1 bag Infus untuk mengatasi anemia yang kadar Hb <7 g/dl, Inj. Ranitidine 2x1 ampul IV untuk tukak
lambung, Inf.Gabaxa 1x1 mg/ml Fls sebagai suplemen larutan asam amino atau rejimen infus yang
menggantung asam amino untuk pasien dengan kondisi yang membutuhkan glutamin tambahan. Injeksi MST
untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan objektif didapatkan diagnosis keperawatan yaitu risiko
infeksi (SDKI, D.0142) dibuktikan dengan efek prosedur invasive operasi mastektomi mammae kanan
yang sudah diangkat (mastektomi), terdapat bekas luka, perdarahan aktif. Hasil pemeriksaan laboratoiurm
didapatkan hasil tinggi pada leukosit yaitu 15.900/µL, neutrophil meningkat yaitu 82,90%, hematokrit
menurun yaitu 35,2%. Angka ini menunjukkan ada tanda-tanda infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi dalam penelitian ini bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam jangka
waktu 3 x 24 jam. Intervensi yang diberikan adalah Observasi monitor tanda gejala infeksi lokal dan

5
sistemik, terapeutik dengan batasi jumlah pengunjung, berikan perawatan kulit pada daerah edema, cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, pertahankan teknik aseptik
pada pasien berisiko tinggi, edukasi dengan jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan cara memeriksa
luka, anjurkan meningkatkan asupan cairan, kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
4. Implementasi
Implementasi dalam penelitian ini diberikan untuk menurunkan risiko infeksi. Implementasi
evidence based nursing yang dilakukan adalah perawatan luka. Peneliti menjelaskan prosedur perawatan
luka klien. Peneliti menerapkan komunikasi dua arah dan menyampaikan luka pasien, menanyakan
apakah ada keluhan, melakukan observasi suhu, nadi, pernafasan, dan tensi, mencuci tangan dan
membantu pasien untuk melepas baju atas serta cuci tangan kembali dan mempersiapkan alat rawat luka
agar steril. Peneliti menggunakan teknik swabbing dan irigasi untuk merawat payudara. Teknik swabbing
dengan menekan sambil menggosokkan secara perlahan luka pada payudara dengan kassa steril yang
telah dibasahi NaCl 0,9 %, sedangkan teknik irigasi digunakan pada luka payudara yang mengalami
basah atau rentan berdarah dengan cara menyemprotkan NaCl 0,9% dengan perlahan. Perawatan
payudara dilakukan sebanyak 1 kali dalam sehari.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi pada Ny. N setelah melakukan perawatan luka adalah klien tampak lebih bugar, luka
tertutup kassa steril, perdarahan berhenti, pinggiran luka mulai mengering pada hari ke-6, skala nyeri 3,
tidak ada tanda kemerahan, suhu tubuh 36,3 0C, tidak ada pembengkakan di sekitar luka operasi, luka
bagian tengah masih basah dan membutuhkan perawatan lebih lanjut di rumah.

PEMBAHASAN
A. Gambaran Analisis Masalah Keperawatan Risiko Infeksi
2. Pengkajian
Berdasarkan data yang diperoleh Ny. N usia 26 tahun mengeluh lemas, nyeri luka post
operasi pengangkatan payudara, tampak mammae kanan yang sudah diangkat (mastektomi),
terdapat bekas luka, perdarahan aktif, kadar leukosit meningkat yaitu 15.900/µL, kadar
hemoglobin 12.30 g/dL
Pasien Post operasi Ca Mammae dapat mengalami infeksi jika luka tidak dirawat dengan
baik. Tanda dan gejala infeksi yang pertama kalor atau rasa panas pada daerah yang mengalami
infeksi, kedua dolor atau rasa nyeri pada jaringan yang mengalami infeksi, ketiga tumor yakni
pembengkakan pada area yang mengalami infeksi, keempat rubor atau kemerahan pada daerah
yang mengalami infeksi dan yang terakhir perubahan fungsi jaringan, perubahan yang terjadi yaitu

6
jika pada salah satu organ tubuh terjadi infeksi maka organ tubuh tersebut tidak akan berfungsi
dengan baik (Nurarif & Kusuma, 2016).
Risiko infeksi dapat terjadi karena pasien mengalami luka setelah operasi pengangkatan
payudara kanan, sehingga tampak luka basah dengan bau, dimana luka basah merupakan media
yang sangat disukai kuman untuk berkembang biak dan menyebabkan infeksi.
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan objektif didapatkan diagnosis keperawatan
yaitu risiko infeksi (SDKI, D.0142) dibuktikan dengan efek prosedur invasive operasi mastektomi
mammae kanan yang sudah diangkat (mastektomi), terdapat bekas luka, perdarahan aktif.
Hasil pemeriksaan laboratoiurm didapatkan hasil tinggi pada leukosit yaitu 15.900/µL, neutrophil
meningkat yaitu 82,90%, hematokrit menurun yaitu 35,2%. Angka ini menunjukkan ada tanda-
tanda infeksi.
Modifies Radikal Mastectomy atau MRM merupakan tindakan operasi dalam penanganan
Ca Mammae. Mastectomy dapat dilakukan pada satu payudara maupun keduanya, namun
tindakan mastectomy tidaklah bebas risiko. Beberapa saat setelah tindakan Mastectomy, akan
muncul rasa sakit, nyeri atau bengkak pada jaringan di sekitar luka operasi, hematoma,
penumpukaan cairan bening di luka (seroma) atau mati rasa di dada atau lengan atas.
Pembedahan Mastectomy banyak dipilih sebab banyaknya angka kejadian pasien carcinoma
mammae yang akan dioperasi telah masuk dalam kriteria stadium akhir, ukuran tumor sudah
besar (Amelia et al., 2021).
Diagnosa risiko infeksi ditegakkan dengan dasar bahwa pasien mengalami perlukaan
akibat operasi pengangkatan payudaran, secara subjektif pasien mengeluh nyeri atau dalam tanda
infeksi disebut dolor, warna daerah luka kemerahan atau rubor, bengkak di sekitar luka atau
tumor, meskipun tidak ditemui adanya kalor, akan tetapi dengan ditambahkan data subjektif
peningkatan kadar sel darah putih, maka pasien berisiko tinggi mengalami infeksi.
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi dalam penelitian ini bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam
jangka waktu 3 x 24 jam. Intervensi yang diberikan adalah Observasi monitor tanda gejala infeksi
lokal dan sistemik, terapeutik dengan batasi jumlah pengunjung, berikan perawatan kulit pada
daerah edema, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien,
pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi, edukasi dengan jelaskan tanda dan gejala
infeksi, ajarkan cara memeriksa luka, anjurkan meningkatkan asupan cairan, kolaborasi
pemberian imunisasi, jika perlu.

7
Intervensi disusun berdasarkan standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu
pencegahan infeksi (I. 14539) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
glukosa derajat infeksi menurun dan kriteria hasil yang diharapkan yaitu demam menurun,
kemerahan menurun, nyeri menurun, bengkak menurun, dan kadar sel darah putih menurun (Tim
Pokja SIKI, 2019).
Intervensi disusun oleh peneliti sesuai dengan SIKI (I. 14539) yaitu pencegahan infeksi
karena memang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka post mastektomi dengan
harapan agar tanda gejala infeksi yang ditemukan saat pengkajian dapat diturunkan seperti adanya
dolor (nyeri), tumor (bengkak di sekitar area luka post operasi), rubor (kemerahan pada luka), dan
peningkatan kadar leukosit di atas 11.000/μL, dan menjaga suhu tubuh agar dalam batas normal.
5. Implementasi Keperawatan
Pada saat implementasi Ny. N diberikan terapi sesuai dengan intervensi yang talah
disusun sebelumnya yakni peneliti menerapkan terapi perawatan luka untuk menurunkan risiko
infeksi, yang dilakukan sebanyak 1 kali sehari dengan teknik swabbing dan irigasi. Sebelum
memberikan terapi, peneliti melakukan kontrak dengan keluarga Ny. N selama 6 hari untuk
memberikan intervensi perawatan luka.
Luka yang basah atau mengandung banyak eksudat dikontrol melalui penyerapan eksudat
dengan menggunakan kasa absorben, vacuum bertekanan negatif, pencucian atau irigasi dengan
air steril sehingga menurunkan jumlah bakteri dan menurunkan jumlah eksudat. Pembalutan
(dressing) luka dilakukan untuk melindungi luka dari trauma dan infeksi (Perdanakusuma, 2017).
Pembalutan luka yang optimal menjaga lingkungan yang lembab dan bersih yang mencegah
tekanan dan trauma mekanis, mengurangi edema, dan menstimulasi pemulihan (Wintoko &
Yadika, 2020).
Implementasi perawatan luka dimulai dari menjaga privasi klien, kemudian mengatur
posisi klien, instrusikan pada klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril. cuci
tangan sebelum dan sesudah tindakan / perawatan luka, alat-alat perawatan luka yang akan
digunakan harus dalam keadaan steril (bebas dari kuman), bersihkan luka dengan menggunakan
teknik septik dan aseptik dan setelah dibersihkan luka insisi ditutup kembali dengan verband.
Peneliti melakukan tindakan sesuai SOP dengan memperhatikan perawatan dan luka.
Perkembangan hari pertama sampai dengan ketiga melakukan perawatan luka sebanyak 1 kali
dalam sehari dengan menggunakan teknik swabbing perlahan-lahan dan membersihkan luka
menggunakan larutan NaCl, kemudian luka ditutup dengan kassa steril, hanya menunjukkan
perbaikan di tepi luka yang mulai mengering, pus sudah tidak ada, dan bau berkurang.

8
6. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang mana telah
dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya.
Maka peneliti melakukan penilaian terhadap Ny. N yaitu dengan kriteria yang telah dilakukan
pada pertemuan keenam. Hasil evaluasi pada Ny. N setelah melakukan perawatan luka adalah
klien tampak lebih bugar, luka tertutup kassa steril, perdarahan berhenti, pinggiran luka mulai
mengering pada hari ke-, skala nyeri 3, tidak ada tanda kemerahan, suhu tubuh 36,3 0C, tidak ada
pembengkakan di sekitar luka operasi, luka bagian tengah masih basah dan membutuhkan
perawaan lebih lanjut di rumah.
Penyembuhan luka menjadi 50% lebih cepat dalam suasana lembab dibandingkan dengan
luka kering melalui peningkatan repitelialisasi, pemberian suasana yang dibutuhkan dalam
pertahanan lokal makrofag, dan akselerasi angiogenesis (Perdanakusuma, 2017). Moisture
balance meningkatkan aktivitas faktor pertumbuhan, cytokines, dan chemokines yang
mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka akut. Maserasi tepi luka
dapat terjadi pada lingkungan yang terlalu lembab dapat menyebabkan maserasi tepi luka.
Kematian sel, kegagalan perpindahan epitel dan jaringan matriks dapat terjadi bila luka berada
pada kondisi kurang lembab (Brant, 2020).
Perawatan luka menggunakan teknik swabbing, irigasi, dan dressing dapat membantu
mencegah terjadinya infeksi karena pembersihan luka sehingga mengurangi kelembaban luka
yang memungkinkan berkembangbiaknya mikroorganisme yang menyebabkan infeksi.
7. Analisis Asuhan keperawatan pada pasien post op ca Mammae dengan perawatan luka untuk
mencegah terjadinya resiko infeksi di R. G1 RSPAL dr. Ramelan
Penelitian dimulai pada tanggal 17-22 Januari 2023. Perawatan luka ini diawali dengan
persiapan dari peneliti dan lembar informed consent untuk keluarga klien. Selanjutnya melakukan
kontrak waktu, dan menjelaskan tujuan dan juga persiapan lingkungan kontrak waktu, tempat dan
menjelaskan tujuan dan juga persiapan lingkungan dengan menciptakan lingkungan yang senyaman
mungkin. Teknik swabbing digunakan untuk mengobati luka kering. Teknik ini dilakukan dengan
menekan sambil menggosokkan secara perlahan luka pada payudara dengan kassa steril yang telah
dibasahi NaCl 0,9 %. Sedangkan teknik irigasi digunakan pada luka payudara yang mengalami basah
atau rentan berdarah dengan cara menyemprotkan NaCl 0,9% dengan perlahan. Penutupan luka
dilakukan dengan menggunakan kassa steril.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Nadiva dan Muafiro (2019), bahwa perawatan luka dengan
menggunakan teknik pembersihan luka dan dibasahi NaCI 0,9% dapat memberikan 88,9%
kesembuhan pada pasien post operasi mastektomi. Angka ini dapat ditingkatkan dengan penggunaan

9
salep antibiotic yang dapat meningkatkan penyembuhan luka sebesar 99,3% dalam 6 minggu. Pada
pasien post operasi sangat perlu dilakukan perawatan luka. Perawatan luka bertujuan untuk
membersihkan luka agar tidak terjadi infeksi pada Ca mammae serta bertujuan untuk menjaga dan
mencegah area luka dari paparan bakteri dan mikroorganisme agar tidak menimbulkan infeksi pada
luka (Abdel-Aal et al., 2022).
Produk yang digunakan untuk mempertahankan kelembapan luka yaitu transparent
dressing/film dan hydrocolloid. Hydrocolloid diindikasikan pada luka berwarna kemerahan dengan
epitelisasi serta eksudat minimal. Dalam beberapa meta-analisis, luka yang dirawat dengan balutan
hydrocolloid menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik dibandingkan dengan kain
kasa steril. Lapisan petroleum jelly atau pasta zinc oxide dapat dioleskan di sekitar tepi luka untuk
menghindari maserasi. Produk yang dapat memberi kelembapan pada luka kering berupa hydrogel.
Hydrogel digunakan pada luka nekrotik yang berwarna hitam atau kuning dengan eksudat minimal
atau tidak ada, sedangkan tidak boleh diberikan pada luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV.
Produk yang dapat menyerap cairan pada luka basah yaitu kasa absorben, calcium alginate,
hydrofibre, dan foam. Calcium alginate diindikasikan pada luka dengan eksudat sedang sampai berat
dan memiliki kontraindikasi pada luka yang kering dengan jaringan nekrotik. Indikasi pembalutan
luka dengan foam atau absorbant dressing yaitu luka dengan eksudat sedang sampai berat dan tidak
boleh diberikan pada luka dengan eksudat minimal dan jaringan nekrotik hitam (Pösteki, 2023).
Semakin baik perawatan luka dilakukan maka kemungkinan terjadi infeksi dan perdarahan
luka post operasi semakin kecil, tetapi sebaliknya semakin buruk perawatan luka dilakukan semakin
tinggi kemungkinan terjadinya infeksi dan perdarahan luka operasi. perawatan luka yang baik pun
harus sesuai dengan standar operasional yang ditetapkan masing-masing rumah sakit. Klien yang
telah dilakukan pembedahan, seharusnya 2-3 hari kemudian diganti balutannya, kecuali apabila
sebelumnya sudah kotor oleh darah, sekret luka atau kontaminasi dari luar seperti air kotor maupun
debu, maka segera diganti Luka operasi memang perlu dirawat dengan baik. Waktu penyembuhan
luka yang diperlukan setelah operasi bervariasi pada setiap orang, tergantung dari ada tidaknya
infeksi, aliran darah ke daerah luka, nutrisi, dan penyakit yang diderita (sepeti diabetes mellitus,
keganasan kanker, gangguan imun, kondisi pembuluh darah/vaskular, dll). Dalam keadaan normal,
penyembuhan luka operasi dibutuhkan waktu selama kurang lebih 6 minggu. Untuk mendukung
proses penyembuhan luka operasi, perlu memperhatikan kebersihan luka operasi agar tidak
mengalami infeksi, membatasi aktivitas (tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat) dan juga
memperhatikan asupan nutrisi yang seimbang. Asupan protein, vitamin A dan vitamin C yang baik
dapat membantu proses penyembuhan luka. Luka yang basah atau lembab merupakan “musuh” dari
penyembuhan luka setelah operasi. Kondisi basah atau lembab menjadi sarang bertumbuhnya bakteri

10
yang dapat menyebabkan peradangan dan menunda penyembuhan luka setelah operasi. Kemungkinan
utama penyebab keluarnya darah pada luka jahitan adalah hal tersebut. Cara terbaik adalah mengganti
perban/kassa pembungkus tiap kali basah akibat keringat atau air mandi, yang terpenting adalah
menjaga agar luka tetap kering

KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti melakukan perawatan luka hanya saat di rumah sakit dalam
kondisi luka pasien belum sembuh total, dimana penyembuhan luka post operasi kanker rata-rata 2-4
minggu, sehingga masih bisa memungkinkan terjadinya infeksi saat perawatan di rumah.

KESIMPULAN
Gambaran asuhan keperawatan pada pasien Post Op Ca Mammae dengan hasil pengkajian
didapatkan hasil klien perempuan berusia 26 tahun telah menderita Ca Mammae sejak 2021 dan
dilakukan operasi mastektomi pada tanggal 15 Januari 2023. Hasil pemeriksaan tampak mammae kanan
yang sudah diangkat (mastektomi), terdapat bekas luka, bau, perdarahan aktif, kadar leukosit meningkat
yaitu 15.900/µL, kadar hemoglobin 12.30 g/dL sehingga pasien mengalami risiko infeksi. Evidence based
nursing penerapan perawatan luka dengan frekuensi 1 kali sehari sejak hari ke-3 post operasi setelah
penggantian perban sejak operasi. Perawatan luka dilakukan dengan teknik swabbing, irigasi, dan
dressing menggunakan kassa steril. luka tertutup kassa steril, perdarahan berhenti, pinggiran luka mulai
mengering pada hari ke-6, skala nyeri 3, tidak ada tanda kemerahan, suhu tubuh 36,3 0C, tidak ada
pembengkakan di sekitar luka operasi, luka bagian tengah masih basah dan membutuhkan perawaan lebih
lanjut di rumah

KONFLIK KEPENTINGAN
Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Aal, S. M., Elsayed, M. I. A., Abdelsalam, M. M., & Gertallah, L. M. E. (2022). Effect of
Intraoperative Wound Irrigation with Topical Phenytoin on Postoperative Seroma Formation after
Modified Radical Mastectomy. Egyptian Journal of Hospital Medicine, 86(1), 362–365.
https://doi.org/10.21608/EJHM.2022.212838

Amelia, S., Haniyah, S., & Utami, T. (2021). Gambaran Kerusakan Integritas Jaringan pada Ny. S dengan
Post Operasi Kanker Payudara di RSUD Dr.R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Suryani.
Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM), 533–538.

11
Brant, J. (2020). Post-Operative Care Instructions for Mastectomy or Axillary Lymph Node Dissection.
Joseph Brant Hospital, 2–3.

Kemenkes RI. (2018). PNPK Tata Laksana Kanker Payudara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2, 227–249.

Kemenkes RI. (2022). Hari Kanker Sedunia 2022. https://upk.kemkes.go.id/new/hari-kanker-sedunia-


2022

Nadiva, D. H., & Adin Muafiro. (2019). Deskripsi Perkembangan Keadaan luka Kanker Payudara Post
Mastektomi Setelah Perawatan Luka. Jurnal Keperawatan, XII(1), 49–56.
http://journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/KEP/article/view/1489%0Ahttp://
journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/KEP/article/viewFile/1489/853

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC – NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Perdanakusuma, D. (2017). Cara Mudah Merawat Luka. Surabaya: Airlangga University Press.

Pösteki, G. (2023). Does rapid discharge after breast cancer surgery have an impact on wound healing and
complications? COVID-19 pandemic experience. International Wound Journal, April, 1–7.
https://doi.org/10.1111/iwj.14205

Tim Pokja SIKI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

WHO. (2019). WHO statistics overview 2019. World Health Organization, 8(5), 1–9.
https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78

Wintoko, R., & Yadika, A. D. N. (2020). Manajemen Terkini Perawatan Luka. Jurnal Kesehatan
Universitas Lampung, 4, 183–189.

12

Anda mungkin juga menyukai