Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN:

CEREBRAL PALSY

Disusun untuk memenuhi Tugas Profesi Ners


Stase Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Dr. Meira Erawati, S.Kep, M.Si.Med
Pembimbing Klinik :

Disusun Oleh
SAFFIN AZIZA FATHIA
220221220051

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XL


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
WOC BELL’S PALSY

Bell’s Palsy merupakan kelemahan atau kelumpuhan saraf fasialis perifer, bersifat akut (onset dalam waktu kurang dari 72 jam), dan penyebabnya
idiopatik atau belum diketahui secara pasti (Baugh, 2013).

Klasifikasi Etiologi Manifestasi Klinis Faktor Risiko


Beberapa teori diduga sebagai 1. Migrain
Klasifikasi derajat Bell’s palsy penyebab dari Bell’s Palsy, antaralain: 2. Orang berusis 15-60 tahun
berdasarkan keparahan dari a. Teori ischemia vaskuler Berikut beberapa tanda dan gejala bell’s palsy: 3. Mengidap diabetes atau
gangguan fungsi wajah (House Gangguan sirkulasi darah ke saraf (Adam, 2019) penyakit pernapasan bagian
Brackman grading system): facialis. Diperkirakan terjadi 1. Rasa nyeri timbul di belakang telinga
penyempitan pembuluh darah ke
atas
a. I (Normal) 2. Sudut mulut jatuh 4. Wanita hamil, terutama
b. II (Disfungsi ringan) saraf facialis kemudian 3. Lipatan kulit juga terpengaruh
mengakibatkan kurangnya suplay pada trimester ketiga
c. III (Disfungsi sedang) 4. Garis dahi menghilang 5. Memiliki infeksi saluran
oksigen sehingga terjadilah
d. IV (Disfungsi sedang- kelumpuhan. 5. Lipatan palpebra melebar pernapasan atas, seperti flu
berat) b. Teori infeksi virus 6. Lid margin mata tidak tertutup atau pilek
e. V (Disfungsi berat) Adanya genom virus herpes 7. Kantong mata bawah dan punctum jatuh 6. Riwayat infeksi herpes
f. VI (Paralisis total) simpleks (HSV) di ganglion 8. Air mata yang menetas melewati pipi
genikulatum 9. Makanan yang mengumpul di antara
c. Teori herediter gigi, pipi, dan saliva yang menetes dari
Kondisi yang diturunkan dimana sudut mulut
kelainannya berupa kanalis facialis 10. Keluhan ada rasa tebal atau mati rasa
sempit dan sistem enzim
d. Teori imunologi
11. Mengeluh nyeri di wajah
Reaksi imunologi terhadap infeksi
virus yang timbul sebelumnya atau
setelah pemberian imunisasi
Penatalaksanaan Medis
1. Short Wave Diathermy (SWD)
Aplikasi energi elektromagnetik dengan frekuensi tinggi yang digunakan
Pemeriksaan Penunjang utnuk membangkitkan panas dalam jaringan tubuh dengan arus bolak balik
1. Computed tomography (CT) frekuensi tinggi.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) 2. Electrical Stimulation (ES)
3. Tes pendengaran Modalitas yang membantu menghasilkan kontraksi otot dengan
4. Tes laboratorium stimulasi yang menggunakan listrik dengan arus tipe faradik yaitu
pulse duration 0,1-1 ms pada frekuensi sebesar 30 samapai 100Hz
3. Mirror Exercise
Terapi latihan mengurangi terjadinya resiko cidera bahkan sampai dapat
meningkatkan fungsi anggota gerak tubuh kita. Macam-macam gerakannya
meliputi gerakan mengangkat alis, buka tutup mata, mengerutkan dahi,
tersenyum pada bibir, mecucu pada bibir.
4. Terapi farmakoterapi (pemberian medikamentosa, kortikosteroid, antiviral)
Infeksi telinga tengah Virus herpes (HSV I dan Tumor intracranial Udara dingin (angin
oleh bakteri streptokukus Herpes Zaster) pada saraf kranialis kenceng, AC,
mukosus mengemudi dengan

Sekret tertimbun di Reaktivitasi pada Penekanan pada saraf Lapisan endotalium


kavum timpani ganglion genikulatum ke kranial (n.fasialis) rusak, proses
n. fasialis transudasi

Penekanan pada dimding N. Fasialis sembab


kanalis fasialis Penekanan pada selubung
n.fasialis dan terjepit.

Pembengkakan N. Fasialis

Perintah otak untuk menggerakkan


otot wajah tidak bisa diteruskan

Kelumpuhan otot-otot wajah

Pembengkakan telinga Kelemahan otot- Mati rasa di wajah, Kurang mengerti dan
tengah pada bagian yang otot mengunyah telinga, dan lidah mengetahui tentang
terbatas penyakit yang
diderita
Bunyi pendengaran lebih Nafsu makan Cemas
kuat pada satu bagian menurun
Kurangnya pengetahuan

Intervensi:
Nyeri akut Nutrisi kurang dari - Identifikasi tingkat
kebutuhan ansietas (kondisi, Intervensi:
waktu, stresor) - Identifikasi
- Monitor tanda ansietas kesiapan dan
Intervensi: Intervensi: baik verbal maupun kemampuan
- Identifikasi lokasi, - Identifikasi status nonverbal menerima
karakteristik, durasi, nutrisi - Ciptakan suasana informasi dari
frekuensi, kualitas, - Identifikasi terapeutik untuk keluarga pasien
dan intensitas nyeri kebutuhan kalori dan menumbuhkan - Sediakan materi
- Identifikasi skala jenis nutrien kepercayaan dan media
nyeri - Monitor asupan - Gunakan pendekatan pendidikan
- Identifikasi respons makanan yang tenang dan - Berikan
nyeri non verbal - Berikan makanan menyakinkan kesempatan
- Berikan teknik tinggi serat dan - Diskusikan perencanaan untuk bertanya
nonfarmakologis tinggi protein realistis tentang - nyeri
untuk mengurangi - Ajarkan diet yang kondisi yang akan - Kolaborasi
rasa nyeri diprogramkan datang pemberian
- Jelaskan strategi - Kolaborasi - Kolaborasi pemberian anelgesik
meredakan nyeri pemberian medikasi obat antiansietas jika
- Kolaborasi sebelum makan perlu
pemberian anelgesik - Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrien
Asfiksia

Hipoksik iskemik Penurunan Kelainan koagulasi pada ibu/ bayi


Infeksi selama kehamilan suplai oksigen ke otak
(misalnya: rubella/
cytomegalovirus/ Ikterus neonatorum Stroke pada fetus/ bayi baru lahir
toksoplasmosis)
Kerusakan sistem saraf janin Peningkatan pigmen bilirubin Ensefalopati iskemik Perdarahan di otak

Spasme otot
Kelumpuhan otot-otot wajah Risiko gangguan pertumbuhan

Nyeri Akut Gangguan mobilitas fisik Risiko gangguan perkembangan Intervensi: skrining kesehatan
 Identifikasi target skrining kesehatan
Intervensi: manajemen nyeri Intervensi: dukungan mobilisasi Intervensi: promosi perkembangan  Lakukan informed consent skrining
 Identifikasi lokasi,  Identifikasi adanya nyeri anak kesehatan
karakteristik, durasi, frekuensi, atau keluhan fisik lainnya  Identifikasi kebutuhan khusus anak  Sediakan akses layanan skrining
intensitas, skala, respon non  Identifikasi toleransi fisik dan kemampuan adaptasi anak  Jadwalkan waktu skrining kesehatan
verbal, faktor yang melakukan pergerakan  Dukung anak berinteraksi  Gunakan instrumen skrining yang valid
memperberat dan  Monitor kondisi umum dengan anak lain dan dan akurat
selama melakukan mobilisasi mengekspresikan perasaannya  Sediakan lingkungan yang nyaman
memperingan nyeri
 Fasilitasi aktivitas selama prosedur skrining kesehatan
 Identifikasi pengaruh nyeri secara positif
mobilisasi dengan alat bantu  Lakukan anamnesis riwayat kesehatan,
pada kualitas hidup  Berikan mainan yang sesuai dengan
 Fasilitasi melakukan pergerakan faktor risiko, dan pengobatan
 Berikan dan ajarkan teknik  Libatkan keluarga untuk usia anak
nonfarmakologis untuk  Ajarkan pengasuh milestones  Lakukan pemeriksaan fisik sesuai
membantu pasien dalam
mengurangi rasa nyeri perkembangan dan perilaku indikasi
meningkatkan pergerakan
 Kontrol lingkungan yang  Anjurkan melakukan yang dibentuk  Jelaskan tujuan dan prosedur skrining
memperberat nyeri mobilisasi dini  Ajarkan anak cara meminta kesehatan
 Fasilitasi istirahat dan tidur  Ajarkan mobilisasi sederhana yang bantuan dari anak lain  Informasikan hasil skrining kesehatan
 Kolaborasi pemberian dan harus dilakukan  Demonstrasikan kegiatan yang
ajarkan penggunaan meningkatkan perkembangan
analgetik pada pengasuh

Anda mungkin juga menyukai