ABSTRACT
Abstrak− Bell’s Palsy adalah disfungsi otot wajah tipe lower motor neuron yang dipicu oleh
keterlibatan saraf wajah secara idiopatik di luar sistem saraf pusat dengan tidak adanya penyakit
neurologis lainnya (Lowis & Gaharu, 2012).. Hal ini sangat menyiksa karena dapat mengikis
kepercayaan diri seseorang di depan umum. 2 Karena mulutnya miring, mata tidak bisa berkedip dan
berair, wajah tampak asimetris dan lain sebagainya Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana proses
penatalaksanaan fisioterapi pada penderita Bell’s Palsy dengan pemberian infra red, transcutaneous
electrical nerve stimulation, massage dan mirror excercise dalam meningkatkan kekuatan dan
aktivitas fungsional otot wajah serta mengurangi nyeri di belakang telinga. Hasil : nilai VAS yaitu
pemeriksaan awal (T1) bernilai 4 (cukup nyeri/lebih nyeri) dan pemeriksaan akhir (T4) bernilai 2
(sedikit nyeri). Artinya adalah pasien mengalami penurunan derajat nyeri pada belakang telinga
setelah diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 4 kali. skala ugo fisch yaitu pemeriksaan awal (T1)
24 point (buruk) dan pemeriksaan akhir (T4) skala 50 point (sedang). Artinya adalah pasien
mengalami peningkatan kemampuan fungsional otot wajah setelah diberikan intervensi fisioterapi
sebanyak 4 kali, yaitu dari kelumpuhan berat menjadi kelumpuhan sedang. nilai MMT pada otot
frontalis yaitu pemeriksaan awal T1 = 0 dan T4 = 3, otot orbicularis oculi T1 = 1 dan T4 = 3, otot
zigomaticus mayor T1 = 0 dan T4 = 1, otot orbicularus oris T1 = 1 dan T4 = 3, otot procesus T1 = 1
dan T4 = 3, otot corrugator supercili T1 = 0 dan T4 = 1, dan otot nasalis T1 = 1 dan T4 = 3.
Kesimpulan : Penatalaksanaan fisioterapi pada Bell’s Palsy dengan modalitas Infra Red, TENS,
Massage dan Mirror Exercise Terjadi penurunan derajat nyeri pada belakang telinga, Terjadi
peningkatan kemampuan fungsional otot wajah, Terjadi peningkatan kekuatan otot wajah
Kata kunci: (Bell’s Palsy; Infra Red; TENS, Massage; Mirror Exercise)
Indri Nurhaliza, Dewi Agustin, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bell’s Pals….44
sehari-hari seperti kesulitan saat hendak Adanya penurunan rasa percaya diri
minum atau berkumur-kumur karena saat bergaul di lingkungan masyarakat.
tumpah pada sisi mulut bagian kanan,
kesulitan saat makan karena makanan
terkumpul di dalam mulut sebelah
kanan.
1. Untuk evaluasi nyeri di belakang telinga yang dialami oleh pasien, penulis
menggunakan alat ukur visual analogue scale (VAS) yang disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 1. Pemeriksaan nyeri
Terapi Nilai VAS Keterangan
T1 4 Cukup nyeri/lebih
T2 4 nyeri Cukup
T3 3 nyeri/lebih nyeri
T4 2 Sedikit nyeri
Sedikit nyeri
Visual Analogue
4.
Scale
5
4
3.
5
3
2.
5
2
1.
5
T T T T
1 2 3 4
Grafik 1 Evaluasi Nyeri Telinga Dengan VAS
Pada grafik 1 dan tabel 1, menjelaskan bahwa diperoleh penurunan nilai VAS yaitu
pemeriksaan awal (T1) bernilai 4 (cukup nyeri/lebih nyeri) dan pemeriksaan akhir (T4)
bernilai 2 (sedikit nyeri). Artinya adalah pasien mengalami penurunan derajat nyeri pada
belakang telinga setelah diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 4 kali.
60
50
40
30
Ugo Fisch
20
10
0
T T T T
Pada grafik ke 2 menjelaskan bahwa diperoleh peningkatan skala ugo fisch yaitu
pemeriksaan awal (T1) 24 point (buruk) dan pemeriksaan akhir (T4) skala 50 point
(sedang). Artinya adalah pasien mengalami peningkatan kemampuan fungsional otot
wajah setelah diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 4 kali, yaitu dari kelumpuhan
berat menjadi kelumpuhan sedang.
3.
5
3
Frontalis
2. Orbicularis Oculi
5
Zigomaticus
2 Mayor Orbicularis
Oris Procesus
1.
5 Corrugator
Supercili
1
0
T T T T
1 2 3 4
Grafik 3 Evaluasi Kekuatan Otot Wajah
Pada grafik 3 dan tabel 3, menjelaskan bahwa diperoleh peningkatan nilai MMT pada
otot frontalis yaitu pemeriksaan awal T1 = 0 dan T4 = 3, otot orbicularis oculi T1 =
1 dan T4 = 3, otot zigomaticus mayor T1 = 0 dan T4 = 1, otot orbicularus oris T1 = 1
dan T4 = 3, otot procesus T1 = 1 dan T4 = 3, otot corrugator supercili T1 = 0 dan T4
= 1, dan otot nasalis T1 = 1 dan T4 = 3.
Artinya adalah pasien mengalami peningkatan kekuatan otot-otot wajah setelah
diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 4 kali.