Anda di halaman 1dari 7

GENTLE BIRTH VOLUME 5 NO.

1 JAN-JUN 2022 ISSN 2623-0461

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELL’S PALSY DENGAN


MODALITAS INFRA RED, TENS, MASSAGE, DAN MIRROR EXERCISE

Indri Nurhaliza1, Dewi Agustin2


1
Mahasiswa Stikes Siti Hajar, Medan, Indonesia
2
Dosen Fisioterapi Stikes Siti Hajar, Medan, indonesia
Email: Its.indrinurhaliza@gmailcom

ABSTRACT

Abstrak− Bell’s Palsy adalah disfungsi otot wajah tipe lower motor neuron yang dipicu oleh
keterlibatan saraf wajah secara idiopatik di luar sistem saraf pusat dengan tidak adanya penyakit
neurologis lainnya (Lowis & Gaharu, 2012).. Hal ini sangat menyiksa karena dapat mengikis
kepercayaan diri seseorang di depan umum. 2 Karena mulutnya miring, mata tidak bisa berkedip dan
berair, wajah tampak asimetris dan lain sebagainya Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana proses
penatalaksanaan fisioterapi pada penderita Bell’s Palsy dengan pemberian infra red, transcutaneous
electrical nerve stimulation, massage dan mirror excercise dalam meningkatkan kekuatan dan
aktivitas fungsional otot wajah serta mengurangi nyeri di belakang telinga. Hasil : nilai VAS yaitu
pemeriksaan awal (T1) bernilai 4 (cukup nyeri/lebih nyeri) dan pemeriksaan akhir (T4) bernilai 2
(sedikit nyeri). Artinya adalah pasien mengalami penurunan derajat nyeri pada belakang telinga
setelah diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 4 kali. skala ugo fisch yaitu pemeriksaan awal (T1)
24 point (buruk) dan pemeriksaan akhir (T4) skala 50 point (sedang). Artinya adalah pasien
mengalami peningkatan kemampuan fungsional otot wajah setelah diberikan intervensi fisioterapi
sebanyak 4 kali, yaitu dari kelumpuhan berat menjadi kelumpuhan sedang. nilai MMT pada otot
frontalis yaitu pemeriksaan awal T1 = 0 dan T4 = 3, otot orbicularis oculi T1 = 1 dan T4 = 3, otot
zigomaticus mayor T1 = 0 dan T4 = 1, otot orbicularus oris T1 = 1 dan T4 = 3, otot procesus T1 = 1
dan T4 = 3, otot corrugator supercili T1 = 0 dan T4 = 1, dan otot nasalis T1 = 1 dan T4 = 3.
Kesimpulan : Penatalaksanaan fisioterapi pada Bell’s Palsy dengan modalitas Infra Red, TENS,
Massage dan Mirror Exercise Terjadi penurunan derajat nyeri pada belakang telinga, Terjadi
peningkatan kemampuan fungsional otot wajah, Terjadi peningkatan kekuatan otot wajah
Kata kunci: (Bell’s Palsy; Infra Red; TENS, Massage; Mirror Exercise)
Indri Nurhaliza, Dewi Agustin, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bell’s Pals….44

LATAR BELAKANG deviasi ke sisi yang sehat saat


Bell’s Palsy adalah disfungsi otot mengkerucutkan bibir ke depan (mencucu).
wajah tipe lower motor neuron yang dipicu Semua keadaan ini dapat mengganggu
oleh keterlibatan saraf wajah secara estetika (keindahan) wajah dan aktivitas
idiopatik di luar sistem saraf pusat dengan fungsional dalam sehari- hari seperti
tidak adanya penyakit neurologis lainnya makan, minum, tersenyum, tertawa.
(Lowis & Gaharu, 2012). Bell's Palsy meniup, dan sebagainya (Bahrudin, 2011).
adalah neuropati kranial yang Selain itu, penderita juga merasakan nyeri
menyebabkan neuron motorik wajah yang bervariasi sekitar telinga ipsilateral.
menjadi lumpuh pada satu sisi. Mekanisme Walaupun tidak ada gangguan sensorik,
imun, infeksi, dan iskemik semuanya dapat penderita Bell’s Palsy juga merasa bengkak
berperan dalam perkembangan Bell's Palsy. atau tebal pada wajah (Munilson et al.,
Kondisi ini digambarkan sebagai 2012) .
kelumpuhan wajah mendadak di satu sisi. Beberapa modalitas fisioterapi yang
Sir Charles Bell (1774-1842) dikutip dari dapat digunakan dalam intervensi penderita
Singhi dan Jain (2003) adalah orang yang Bell’s Palsy adalah infra red,
pertama yang meneliti tentang sindroma transcutaneous electrical nerve stimulation,
kelumpuhan saraf fasialis dan sekaligus massage, dan mirror exercise. Modalitas
meneliti tentang distribusi dan fungsi saraf infra red memiliki radiasi dengan panjang
fasialis. Oleh karena itu, nama Bell diambil gelombang yang lebih panjang daripada
untuk diagnosis setiap kelumpuhan saraf ujung merah dari spektrum yang terlihat,
fasialis perifer yang tidak diketahui hingga meluas ke wilayah gelombang mikro,
penyebabnya. Permasalahan fisik yang dari 7070 nm menjadi sekitar 12500 nm
sering timbul akibat Bell’s Palsy terjadi (Cifu, 2020). Modalitas infra red
pada kondisi statik dan dinamik. Pada menguntungkan karena menyebabkan
kondisi statik yaitu, mulut merot ke sisi vasodilatasi lokal di area lesi, sehingga
yang sehat, bentuk cuping hidung memungkinkan eksudat inflamasi menyebar
asimetris, sisi yang terserang tampak (Cifu, 2020). Modalitas infra red juga dapat
kerutan di dahi, alis lebih rendah, celah meningkatkan sirkulasi darah, sehingga
mata lebih besar, dan lipatan nasolabial dapat mengurangi tekanan edema local dan
menghilang. Sedangkan pada kondisi peningkatan suplai oksigen pada wajah (Tsai
dinamik yaitu, penderita tidak dapat & Hanblin, 2017). Banu et al melakukan
mengangkat alis, mengkerutkan dahi, penelitian pada 60 pasien yang mengalami
menutup mata secara sempurna, Bell’s Palsy yang dibagi menjadi dua grup.
menggembungkan pipi, bersiul, meringis, Grup pertama yang terdiri dari 30 orang
menegangkan otot wajah, dan terjadi mendapatkan intervensi radiasi infra red
Indri Nurhaliza, Dewi Agustin, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bell’s Pals….45

selama 15 menit, latihan Proprioceptive METODE


Neuromuscular Fascilitation (PNF), obat A. Teknologi Intervensi Fisioterapi
(prednisolone dan acyclovir), dan konseling. Modalitas yang di aplikasikan pada kasus
Sedangkan grup kedua yang terdiri dari 30 Bells Palsy Dextra adalah Infrared, Tens,
orang mendapatkan intervensi yang sama Massage dan Mirror Exercise. Modalitas
tetapi tidak diberikan radiasi infra red. infra red memiliki radiasi dengan panjang
Kedua grup diberikan intervensi selama 3 gelombang yang lebih panjang daripada
bulan. Hasil penelitian membuktikan bahwa ujung merah dari spektrum yang terlihat,
terdapat perbedaan yang signifikan secara hingga meluas ke wilayah gelombang mikro,
statistik antara grup pertama dan grup kedua. dari 7070 nm menjadi sekitar 12500 nm
Pemulihan pada grup pertama lebih baik (Cifu, 2020). Infra red sangat bermanfaat
dibandingkan pemulihan pada grup kedua karena meningkatkan sirkulasi dan dengan
(Banu et al, 2017). demikian dapat mengurangi tekanan edema.
Transcutaneous electrical nerve Aplikasi infra red menghasilkan vasodilatasi
stimulation (TENS) dengan jenis arus lokal dari bagian yang diradiasi dan karena
faradik (arus listrik bolak-balik yang tidak pasien mendapatkan sirkulasi yang lebih
simetris dengan frekuensi 50-100 cy/detik baik dapat menyebarkan eksudat inflamasi.
dan durasi 0,01-1 ms) memiliki peran dalam Infra red dapat menembus hingga 5 cm
menurunkan nyeri. Stimulasi listrik yang melebihi jaringan lunak dan tulang dan
diterima akan diterima oleh ujung-ujung secara teoritis dapat mencapai saluran wajah
saraf sensoris dan meneruskan ke saat diterapkan secara transkutan. Infra red
hipotalamus untuk memproduksi hormon juga aman untuk diterapkan secara
pereda nyeri yaitu endorphin (Amanati dkk, transkranial. Aplikasi sinar infra red dengan
2017). Selain berperan dalam menurunkan tingkat 250 mW/cm2 tidak berbahaya. Ini
nyeri, pemberian arus faradik juga bertujuan menghasilkan panas yang tidak berarti dan
untuk menstimulasi dan menimbulkan tidak ada kerusakan fisik (Ng & Chu, 2014).
kontraksi otot wajah sehingga mampu B. Deskripsi Problematika Fisioterapi
memfasilitasi gerakan dan meningkatkan a. Impairment
kekuatan otot wajah. Hal ini sangat Adanya rasa tebal pada wajah bagian
membantu peningkatan kekuatan otot pada kanan, Adanya kelemahan pada otot
pasien Bell’s Palsy. Karena rangsangan arus wajah sebelah kanan, Adanya penurunan
faradik yang berulang dapat melatih otot kemampuan fungsional otot wajah,
yang lemah guna melakukan gerakan, Adanya nyeri di belakang telinga
sehingga dapat meningkatkan kemampuan b. Functional Limitation
kontraksi otot sesuai dengan fungsinya Adanya penurunan kemampuan
(Singh, 2012). fungsional dalam melakukan aktivitas
Indri Nurhaliza, Dewi Agustin, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bell’s Pals….46

sehari-hari seperti kesulitan saat hendak Adanya penurunan rasa percaya diri
minum atau berkumur-kumur karena saat bergaul di lingkungan masyarakat.
tumpah pada sisi mulut bagian kanan,
kesulitan saat makan karena makanan
terkumpul di dalam mulut sebelah
kanan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


c. Participation Restriction

1. Untuk evaluasi nyeri di belakang telinga yang dialami oleh pasien, penulis
menggunakan alat ukur visual analogue scale (VAS) yang disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 1. Pemeriksaan nyeri
Terapi Nilai VAS Keterangan
T1 4 Cukup nyeri/lebih
T2 4 nyeri Cukup
T3 3 nyeri/lebih nyeri
T4 2 Sedikit nyeri
Sedikit nyeri

Visual Analogue
4.
Scale
5
4
3.
5
3
2.
5
2
1.
5
T T T T
1 2 3 4
Grafik 1 Evaluasi Nyeri Telinga Dengan VAS
Pada grafik 1 dan tabel 1, menjelaskan bahwa diperoleh penurunan nilai VAS yaitu
pemeriksaan awal (T1) bernilai 4 (cukup nyeri/lebih nyeri) dan pemeriksaan akhir (T4)
bernilai 2 (sedikit nyeri). Artinya adalah pasien mengalami penurunan derajat nyeri pada
belakang telinga setelah diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 4 kali.

2. Evaluasi Kemampuan Fungsional Otot Wajah


Untuk evaluasi kemampuan fungsional otot wajah, penulis menggunakan alat ukur
skala ugo fisch yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini:
Indri Nurhaliza, Dewi Agustin, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bell’s Pals….47

Tabel 2. Evaluasi Kemampuan Fungsional Otot Wajah


Terapi Skala Keterangan
Ugo Fisch
T1 24 point Buruk
T2 27 point Buruk
T3 38 point Sedang
T4 50 point Sedang

60

50

40

30
Ugo Fisch

20

10

0
T T T T

Grafik 2 Evaluasi Kemampuan Fungsional Otot Wajah

Pada grafik ke 2 menjelaskan bahwa diperoleh peningkatan skala ugo fisch yaitu
pemeriksaan awal (T1) 24 point (buruk) dan pemeriksaan akhir (T4) skala 50 point
(sedang). Artinya adalah pasien mengalami peningkatan kemampuan fungsional otot
wajah setelah diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 4 kali, yaitu dari kelumpuhan
berat menjadi kelumpuhan sedang.

3. Evaluasi Kekuatan Otot Wajah


Untuk evaluasi kekuatan otot wajah, penulis menggunakan alat ukur manual muscle
testing (MMT) yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 3 Evaluasi Kekuatan Otot Wajah
Otot T1 T2 T3 T4
M. Frontalis tidak dilakukan 1 1 3
M. Orbicularis oculi 1 1 1 3
M. Zigomaticus mayor tidak dilakukan tidak dilakukan 1 1
M. Orbicularus oris 1 1 3 3
M. Procesus 1 1 3 3
M. Corrugator supercili tidak dilakukan tidak dilakukan 1 1
M. Nasalis 1 1 1 3
Indri Nurhaliza, Dewi Agustin, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bell’s Pals….48

3.
5

3
Frontalis
2. Orbicularis Oculi
5
Zigomaticus
2 Mayor Orbicularis
Oris Procesus
1.
5 Corrugator
Supercili
1

0
T T T T
1 2 3 4
Grafik 3 Evaluasi Kekuatan Otot Wajah
Pada grafik 3 dan tabel 3, menjelaskan bahwa diperoleh peningkatan nilai MMT pada
otot frontalis yaitu pemeriksaan awal T1 = 0 dan T4 = 3, otot orbicularis oculi T1 =
1 dan T4 = 3, otot zigomaticus mayor T1 = 0 dan T4 = 1, otot orbicularus oris T1 = 1
dan T4 = 3, otot procesus T1 = 1 dan T4 = 3, otot corrugator supercili T1 = 0 dan T4
= 1, dan otot nasalis T1 = 1 dan T4 = 3.
Artinya adalah pasien mengalami peningkatan kekuatan otot-otot wajah setelah
diberikan intervensi fisioterapi sebanyak 4 kali.

KESIMPULAN DAN SARAN Bells Palsy on Facial Disability


Index scores. South Africa Journal
Setelah diberikan intervensi fisioterapi
of Physiotherapy, 67(2)
dengan diagnosa bell’s palsy dextra
Amanati S, Purnomo D, Abidin Z.
sebanyak 4 kali dengan modalitas infra
(2017). Pengaruh Infra Red dan
red, transcutaneous electrical nerve
Electrical Stimulation Serta
stimulation, massage, dan mirror exercise
Massage Terhadap Kasus Bell's
didapatkan hasil sebagai berikut:
Palsy Dekstra. Jurnal Fisioterapi
a. Terjadi penurunan derajat nyeri pada Dan Rehabilitasi, 1(1)
belakang telinga
b. Terjadi peningkatan kemampuan Aranha, V. P. Samuel, A. J., & Narkeesh,
fungsional otot wajah K. (2017). Case Report Correct the
c. Terjadi peningkatan kekuatan otot Smile of a Child by Neuromuscular
wajah Facilitation Technique : an
Interesting Case Report.
International Journal of Health
DAFTAR PUSTAKA Sciences, 11(2), 1-2.
Bahrudin M. (2011). Pemeriksaan Klinis
Abdullah, H. H. B. (2017). Karakteristik di Bidang Penyakit Syaraf.
Pasien Bell’s Palsy di Rumah Sakit Malang: AMM Press
Umum Pusat Dr. Wahidin
Sudirohusodo Pada Tahun 2016. Bambang T. (2012). Instrumen
Makassar: Universitas Hasanuddin. Pemeriksaan Fisioterapi dan
Sumber: digilib.unhas.ac.id Penelitian Kesehatan.
Alakram P. Puckree T. (2011). Effects of Yogyakarta: Nuha Medika
Electrical Stimulation in Early
Indri Nurhaliza, Dewi Agustin, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bell’s Pals….49

Banu et al. (2017). Effect of Infrared


Radiation (IRR) on Patients with
Bell’s Palsy.
Bangladesh Med J, 46 (1)
Chintami N, Halimah E. (2017). Terapi
untuk Bell’s Palsy Berdasarkan
Tingkat Keparahan. Farmaka
4(20)
Cifu DX. (2020). Braddom's Physical
Medicine and Rehabilitation. 6th
Ed. Saunders. Philadelphia:
Elsevier, p 437-440
Dalhar, M. dan Kurniawan, S.N. (2010).
Pedoman Diagnosis dan Terapi
Staf Medis Fungsional Neurologi.
Malang: RSUD Dr. Saiful
Anwar/FKU
De Almeida, JR. et al. (2014).
Management of Bell Palsy:
Clinical Practice Guideline. CMAJ :
Canadian Med. Ass. J, 186 (12),
917-922.
Dewanto, G dkk. (2009). Diagnosis dan
Tatalaksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC Edho Yuwono, A. Y.
(2016), ‘Majalah Kedokteran UKI,
Vol. XXXII, No.1
Januari-Maret Tinjauan Pustaka’,
hlm. 49–57
Sulaiman, Anggriani (2018). PkM
Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Desa Sukaraya Kecamatan
Pancurbatu Tahun 2017. Amaliah:
Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat. (Vol.2(1).
https://jurnal-
lp2m.umnaw.ac.id/index.php/AJPK
M/article/view/109
Sulaiman, Anggriani (2018). Efek Postur
Tubuh Terhadap Keseimbangan
Lanjut Usia DI Desa Suka Raya
Kecamatan Pancur Batu. Jumantik
(Jurnal Ilmiah Penelitian
Kesehatan). Vol. 3(2).
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ke
smas/article/view/2875

Anda mungkin juga menyukai