Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH ALIRAN KONSELING PADA SUPERVISI KONSELING

&
MELAKUKAN SUPERVISI PADA SETIAP ALIRAN KONSELING

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah

”EVALUASI DAN SUVERVISI BK”

Dosen Pengampu : Drs. Sunaryo A.I,M.Pd

Oleh Pemakalah:

1. MAY CYNTHIA SITOMPUL AFB 117 016


2. NOVIA ALDHORA AFB 117 011
3. NADYA YULIA RAHMAN AFB 117 045
4. THEO CRISCAHYADI T. AFB 117 003
5. LIBRYANTI PUTRI RAYANI AFB 117 015

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

SEPTEMBER 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
dan Supervisi BK. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
kita semua.

Terima kasih Kami ucapkan kepada Dosen, teman mahasiswa yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi membantu dalam pengembangan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Oleh
karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.

Palangka Raya, 20 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

C. Tujuan Penulisan ................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengaruh Aliran Konseling pada Supervisi Konseling ......................

B. Melakukan Supervisi pada Setiap Aliran Konseling ..........................

C. Tahapan Konseling Behavior dan Instrumen Supervisinya ...............

D. Tahapan Konseling Trait and Factor dan Supervisinya .....................

E. Tahapan Konseling RET dan Supervisinya ........................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................

B. Saran ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Supervisi konseling merupakan sebuah kegiatan untuk mendukung profesionalisme


konselor di sekolah. Supervisi konseling juga merupakan suatu proses pembelajaran untuk
memberdayakan konselor agar dapat mengembangkan pengetahuan dan kompetensinya,
sehingga dapat bekerja dengan menampilkan kemampuan terbaiknya, memiliki motivasi dan
tanggung jawab yang tinggi, dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil
pelayananannya terhadap klien/konseli. Selain itu, supervisi konseling juga dapat dipandang
sebagai upaya untuk memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi klien/konseli dan
konselor itu sendiri dalam menghadapi berbagai situasi konseling yang amat kompleks.

Evaluasi adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu,


evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah usaha penelitian dengan cara
mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh
secara objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan,
pengembangan dan pengarahan staf.

Tujuan Evaluasi dan Supervisi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di


Sekolah. Kegiatan evaluasi bertujuan mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian
tujuan dari program yang telah ditetapkan. Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan
konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektivan layanan
bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dapat diketahui sampai sejauh mana
derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan.

B. Rumusan Masalah
a. Pengaruh Aliran Konseling pada Supervisi Konseling
b. Melakukan Supervisi pada Setiap Aliran Konseling
c. Tahapan Konseling Behavior dan Instrumen Supervisinya
d. Tahapan Konseling Trait and Factor dan Supervisinya
e. Tahapan Konseling RET dan Supervisinya

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui Pengaruh Aliran Konseling pada Supervisi Konseling
b. Untuk mengetahui Melakukan Supervisi pada Setiap Aliran Konseling
c. Untuk mengetahui Tahapan Konseling Behavior dan Instrumen Supervisinya
d. Untuk mengetahui Tahapan Konseling Trait and Factor dan Supervisinya
e. Untuk mengetahui Tahapan Konseling RET dan Supervisinya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Aliran Konseling pada Supervisi Konseling

Konseling sebagai ilmu akan selalu berkembang, seiring dengan berkembangnya teori-
teori baru yang bermunculan. Teori-teori yang muncul biasanya merupakan kritik dari teori-
teori sebelumnya. Masing-masing aliran konseling mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Namun, dengan adanya kelebihan dan kekurangan seperti itu justru memperkaya
pengetahuan dan keterampilan seorang konselor. Menyikapi adanya perbedaan aliran dalam
ilmu konseling, ada beberapa pandangan yang dikemukakan oleh ahli maupun praktisi
konseling.

Pandangan yang pertama mengatakan bahwa dengan adanya perbedaan aliran dalam
konseling, maka seharusnya konselor harus memilih salah satu dari aliran yang paling sesuai
dengan dirinya. Pandangan kedua mengatakan tidak perlu terlalu fanatik terhadap suatu aliran
konseling tertentu, sehingga bisa saja suatu saat seorang konselor menggunakan metode
konselor tertentu, tetapi disaat lain berubah menggunakan metode konseling lain sesuai
kebutuhan.

Kali ini, kita akan membahas beberapa teori-teori konseling, seperti Gestalt, Behavior,
Trait and Factor, serta Rational Emotif, yang selanjutnya diikuti dengan cara melakukan
supervisi tersebut terhadap proses konseling berdasarkan teori yang ada.

1. Aliran Psikologi Gestalt

Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu


aktif sebagai suatu keseluruhan. Manusia aktif mendorong kearah keseluruhan dan integrasi
pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk
menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk menggembangkan kesadaran
yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.

Dalam pendekatan Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished
business), yakni perasaan-perasaan yang tak terungkapkan seperti dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, dan rasa di abaikan. Meskipun
tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan
fantasi-fantasi tertentu.

Tujuan utama konselung Gestalt adalah membantu klien agar berani menghadapi berbagai
macam tantangan maupun kenyataan yang harus di hadapi. Tujuan ini mengandung makna
bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain
menjadi percaya pada diri dan dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan
hidupnya.

2. Aliran Psikologi Behavior

Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari
luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
intraksi ini menghasilkan pola-pola perilaku, yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah
laku seseorang ditentukan oleh banyak penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
Timgkah laku dipelajari ketika individu berintraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum
belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan.

Karakteristik konseling Behavioral berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik,
memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, mengembangkan prosedur
perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien, dan penilaian yang objektif terhadap tujuan
konseling.

3. Aliran Psikologi Trait and Factor

Konseling dengan pendekatan Trait and Factor digolongkan ke dalam kelompok


pendekatan pada dimensi kognitif atai rasional.pendekatan ini secara intelektual, logis, dan
rasional memecahkan kesulitan-kesulitan klien dalam suatu proses konseling. Beberapa
pendapat mengenai esensi konseling ini telah dikemukakan oleh para ahli, yang kesemuanya
menggambarkan bahwa konseling ini benar-benar bersifat directive.
Teori atau pendekatan Trait and Factor ini dipelopori oleh E.G.Williamsin dan J.G.Darley,
serta pendukung-pendukung lainnya sepertu Walter Bingham, Donald G, Paterson, Thurstone,
Eysenk, dan Cattel.

4. Aliran Psikologi Rational Emotif Therapy (RET)

Pada dasarnya, manusia sangatlah unik karena memiliki kecenderuang untuk berfikir
rasional dan irasional. Menurut Willis, RET dikembangkan oleh seorang eksistensialisis Albert
Ellis pada tahun 1955. Konsep dasar yang dikembangkan oleh Ellis (2010) adalah sebagai
berikut:

1. Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional.


2. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional.
3. Pemikiran irasional bersumber pada disposisi lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh
budaya
4. Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan
5. Berfikir logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol-simbol bahasa
6. Pada diri manusia serung terjadi self verbalization, yaitu mengatakan sesuatu secara
terus-menerus pada dirinya
7. Pemikiran tidak logis-irasional dapat dikembalikan pada pemikiran logis dengan
reorganisasi presepsi

B. Melakukan Supervisi pada Setiap Aliran Konseling

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa dalam melakukan proses konseling, seorang


konselor sering menggunakan metode dan teknik yang berbeda dengan konselor lainnya. Hal
ini bisa dianggap wajar karena penggunaan metode dan teknik konseling oleh konselor itu
dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, asal ilmu itu didapat. Artinya, seorang konselor bisa jadi
memilih menggunakan teknik konseling tertentu disebabkan oleh pengalaman pertama ketika
dia mengikuti perkuliahan di kampusnya. Karena begitu terkesannya dengan keterangan sang
dosen yang menggunakan teknik konseling tertentu sehingga tertanam di pikirannya untuk
menggunakan teknik konseling tersebut. Kedua, taste atau selera. Setelah membandingkan
antara teknik satu dengan lainnya, dapat disimpulkan bahwa teknik konseling tertentu familiar
pada dirinya, sehingga ia memilih untuk menggunakan teknik tersebut dalam proses
konselingnya.

Penggunaan teknik konseling bagi seseorang juga tidak bersifat mutlak. Artinya,
dengan berkembangnya pengetahuan dan keterampilan, seorang konselor baik melalui bahan
bacaan maupun pelatihan-pelatihan, sehingga dalam kurun waktu tertentu, dimungkinkan ada
perubahan penggunaan teknik konseling. Misal , seorang konselor yang awalnya begitu fanatik
menggunakan teknik konseling Behavior, setelah membaca dan mengikuti workshop teknik
konseling RET berubah haluan menjadi lebih sering menggunakan teknik konseling RET.
Menghadapi keadaan seperti itu, seorang supervisor konseling perlu mengetahui twknik
konseling berdasarkan alirannya masing-masing. Dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan
dari masing-masing aliran konseling itu kemudian diterjemahkan ke dalam instrumen
supervisi.

a. Tahapan Konseling Gestalt dan Supervisinya

Dalam proses konseling Gestalt, terdapat beberapa fase proses konseling. Pertama,
konselor mengembangkan pertemuan konseling agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Kedua,konselor berusaha meyakinkan dan
mengondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah di tetapkan sesuai dengan kondisi
klien. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, diantaranya :

1. Membangkitkan motivasi klien


2. Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien

Ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat


itu juga. Kadang-kadang, klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor.
Keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan,
dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling. Tiap-tiap
tahapan memiliki prioritas dan tujuan tertentu yang membantu konselor dalam
mengorganisasikan proses konseling. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :

1) Tahap Pertama ( The Beginning Phase)

Konselor menggunakan metode fenomenologi untuk meningkatkan kesadaran konseli,


menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian konseli secara sehat, serta
menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi (Personal Support) dan
lingkungannya. Secara garis besar, proses yang dilaui dalam konseling tahap pertama adalah:

a. Menciptakan tempat yang aman dan nyaman(safe container) untuk proses konseling.
b. Mengembangkan hubungan kolaboratif(working alliance).
c. Mengumpulkan data, pengalaman konseli, dan keseluruhan gambaran kepribadiannya
dengan menggunakan pendekatan fenomenologis.
d. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi konseli.
e. Membangun sebuah hubungan yang dialogis.
f. Membuat prioritas dan kesimpulan diagnosis terhadap konseli.

2) Tahap Kedua (Clearing the Ground)

Pada tahap ini, proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik.
Konselor mengeksplorasi berbagai introjeksi, modifikasi kontak yang dilakukan, dan
unfinished business. Disini peran konselor adalah mendorong dan membangkitkan keberanian
konseli untuk mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya secara berkelanjutan,
dalam rangka meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi, dan memahami unfinished
business.

3) Tahap Ketiga ( The Existential Encounter )

Tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dalam mengeksplorasi
masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan secara signifikan. Tahap ini
merupakan fase tersulit karena konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri,
ketidakpastian, dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam di dalam diri. Pada fase ini
konselor memberikan dukungan dan motivasi, serta berusaha memberikan keyakinan ketika
konseli cemas atau ragu-ragu.

4) Tahap Keempat (integration)

Pada tahap ini, konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi
sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri(self), pengalaman, dan emosi-
emosinya dalam perspektif yang baru. Konseli telah mampu menerima ketidakpastian,
kecemasan, dan ketakutannya, serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Tahap ini terdiri dari beberapa langkah, diantaranya.
a. Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman dan insight baru.
b. Memfokuskan pada pembuatan kontrak relasi yang memuaskan.
c. Berhubungan dengan masyarakat dan komunitas secara luas. Menerima ketidakpastian dan
kecemasan yang dapat menghasilkan makna-makna baru.

5) Tahap Kelima(Ending)

Pada tahap ini, konseli siap memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervisi konselor.
Tahap pengakhiran ditandai dengan proses-proses berikut.

a. berusaha melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan konseling yang telah selesai.
b. Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada.
c. Merayakan apa yang telah dicapai.
d. Menerima apa yang belum tercapai.
e. Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisi di masa depan.
f. Membiarkan pergi dan melanjutkan.

Berdasarkan tahapan-tahapan konseling Gestalt tersebut, maka instrument supervisi


yang bisa dikembangkan adalah sebagai berikut.

PEDOMAN SUPERVISI

SUPERVISI PENDEKATAN KONSELING GESTALT

Konselor : ..........................................................

Klien : ...........................................................

Supervisor : ...........................................................

Petunjuk : Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan yang
saudara amati dengan rambu-rambu :

Skala 0, bila keterampilan tersebut tidak dilakukan


skala 1, bila keterampilan tersebut dilakukan tetapi tidak tepat

skala 2, bila keterampilan tersebut dilakukan dengan tepat

NO TAHAPAN/KETERAMPILAN KONSELOR SKALA

1 Fase pertama: 0 1 2

a. Mengembangkan pertemuan konseling agar tercapai situasi


yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan
pada klien.

b. Mengembangkan pola hubungan konseling yang sesuai


dengan keunikan klien.

2 Fase kedua:

a. Membangkitkan motivasi klien: memberi kesempatan untuk


menyampaikan dan menyadari ketidaksenangan atau
ketidakpuasannya.

b. Mengembangkan otonomi klien.

3 Fase Ketiga :

a. Mendorong klien untuk menyatakan perasaan-perasaannya


pada saat ini.
b. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengalami kembali
segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu dalam situasi di
sini dan saat ini.

c. Berusaha menemukan aspek-aspek kepribadian klien yang


hilang.

4 Fase Keempat :

a. Mengondisikan klien agar memperoleh pemahaman dan


penyadaran tentang dirinya, tindakannya, dan perasaannya.

b. Memfasilitasi klien untuk menunjukkan ciri-ciri integritas


kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.

c. Mengondisikan klien untuk menunjukkan kepercayaan pada


potensinya, menyadari dirinya, sadar dan bertanggung jawab
atas perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya.

d. Mengondisikan klien agar secara sadar dan bertanggung


jawab memutuskan untuk “melepaskan diri” dari konselor, dan
siap untuk mengembangkan potensi.

Sumenep....................................

Supervisor

.....................................................

Segi positif yang perlu dipertahankan :

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................
Kekurangan yang perlu dibenahi :

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

..........................................................................................................................................

C. Tahapan Konseling Behavior dan Instrumen Supervisinya

Proses konseling dibingkai dalam bentuk kerangka kerja dalam membantu konseli untuk
mengubah tingkah lakunya. Proses konseling adalah proses belajar. Konselor membantu
terjadinya proses belajar tersebut dengan cara mendorong konseli untuk mengemukakan
keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Konseling Behavior memiliki empat
tahap dalam proses konseling, sebagai berikut:

1. Melakukan Assesment
Langkah awal kerja konselor adalah melakukan assesment. Assesment diperlukan untuk
mengidentifikasi metode atau teknik yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang
ingin diubah.
2. Menetapkan Tujuan( Goal Setting)
Dalam hal ini, konselor dan konseli bersama-sama mendiskusikan tujuan yang telah
ditetapkan konseli yang terkait dengan:
a. apakah merupakan tujuan yang benar-benar diinginkan konseli,
b. apakah tujuan itu realistis,
c. bagaimana kemungkinan manfaatnya dan
d. bagaimana kemungkinan kerugiannya.
3. Implementasi Teknik( Technique Implementation)
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi belajar
yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan.
4. Evaluasi dan Pengakhiran
Evaluasi konseling behavior merupaka proses yang berkesinambungan. Tingkah laku
konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas
tertentu dari teknik yang digunakan.
Berdasarkan langkah-langkah proses konseling Behavior tersebut, maka dapat dibuat
instrumen supervisi sebagai berikut:

PEDOMAN SUPERVISI

SUPERVISI PENDEKATAN KONSELING BEHAVIOR

Konselor : .................................................

Klien : .................................................

Pengamat : ................................................

Petunjuk : Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan yang
saudara amati, dengan rambu-rambu.

Skala 0, bila keterampilan tersebut tidak dilakukan

Skala 1, bila keterampilan tersebut dilakukan tetapi tidak tepat

Skala 2, bila keterampilan tersebut dilakukan dengan tepat

NO TAHAPAN/KETERAMPILAN KONSELOR SKALA

1 Assesment : 0 1 2

a. mempersilahkan klien untuk menceritakan masalahnya.


b. mengidentifikasi perilaku yang bermasalah.
c. mengklarifikasi perilaku yang bermasalah.
d. mengidentifikasi peristiwa yang mengawali perilaku bermasalah.
e. mengidentifikasi peristiwa yang menyertai perilaku bermasalah.
f. mengidentifikasi intensitas perilaku bermasalah.
g. mengidentifikasi perasaan klien pada saat menceritakan perilaku
bermasalah.
h. merangkum pembicaraan klien.
i. menemukan inti masalah
j. mengidentifikasi hal-hal menarik dalam kehidupan klien.
k. memberikan motivasi pada klien.
l. mengidentifikasi hubungan sosial dari diri klien.
2 Goal setting :

a. mengungkapkan kembali pernyataan klien tentang tujuan yang


ingin dicapai.
b. mempertegas tujuan yang ingin dicapai.
c. memberikan kepercayaan dan keyakinan klian bahwa konselor
benar-benar ingin membantu klien mencapai tujuan.
d. membantu klien memandang masalahnya dengan memperhatikan
hambatan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.
e. merinci tujuan menjadi sub tujuan yang berurutan dan
operasional.
3 Teknik implementasi :

a. menentukan teknik konseling yang sesuai dengan masalah klien


dan tujuan konseling.
b. menyusun prosedur perlakuan sesuai dengan teknik yang di
terapkan.
c. melaksanakan prosedur perlakuan sesuai dengan teknik yang
ditetapkan.
4 Evaluasi Terminasi :

a. menanyakan dan mengevaluasi apa yang dilakukan klien setelah


diberi treatment.
b. membantu klien mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling
ke tingkah laku klien.
c. mengeksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan.
d. menyimpulkan apa yang telah dilakukan dan dikatakan klien.
e. membahas tugas-tugas yang harus dilakukan pada pertemuan
selanjutnya.
f. mengakhiri proses konseling.
Sumenep, .......................

Supervisor

.........................................

Segi positif yang perlu di pertahankan :

................................................................................................................

................................................................................................................

................................................................................................................

Kekurangan yang perlu dibenahi :

..............................................................................................................

..............................................................................................................

...............................................................................................................

D. Tahapan Konseling Trait and Factor dan Supervisinya

Proses konseling Trait and Factor tercermin dalam tahapan-tahapan tertentu. Tahapan
tersebut merupakan langkah-langkah konseling yang sudah barang tentu harus urut
dalampelaksanaannya. Adapun langkah-langkah konseling Trait and Factor adalah sebagai
berikut :

1. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan langkah pengumpulan data atauinformasi tentang diri klien, termasuk
lingkungannya.Pengumpulan data yang akurat biasanya dilakukandengan menggunakan
berbagai metode atau teknik,terutama tes psikologis dari berbagai aspek kepribadian klien.
Dengan kata lain, pengumpulan data dilakukan secara integratif dan komprehensif.

2. Sintesis (Synthesis)

Pada langkah ini, yang dilakukan konselor adalahmenyintesiskan data yang relevan dan
berguna, dengan keluhan atau gejala yang muncul. Dalam membuat sintesis, konselor
memadukan, menyusun, dan merangkum data yang ada untukmemperoleh gambaran lebih
jelas tentang keadaan diri klien.

3. Diagnosis (Diagnoses)

Pada langkah ini, konselor menetapkan atau merumuskan kesimpulan tentang masalah
klien serta latar belakang atau sebab-sebabnya. Secara rinci, yang dilakukan konselor adalah:

a. Melakukan identifikasi masalah secara deskriptif,misalnya ketergantungan, kekurangan


informasi,konflik internal atau konflik dalam diri sendiri,kecemasan dalam membuat
pilihan, atau tidak adamasalah (bordin)
b. Menemukan sebab-sebab. Dalam hal ini, biasanyakonselor mencari hubungan antara
masa lalu, masakini, dan masa depan, sehingga dapat diperolehkejelasan. Dalam proses
ini, konselor seringmenggunakan intuisinya, yang kemudian dicek dengan logika.
4. Prognosis (Prognosis)
Pada langkah ini, konselor memprediksi tentangkemungkinan keberhasilan klien dari
proses konseling. Artinya, memprediksi tentang hasil yang dapat dicapai oleh klien dari
kegiatan-kegiatannya selama konseling,serta merumuskan bentuk bantuan yang sesuai

5. Perlakuan (Treatment) atau Konseling

Langkah ini merupakan usaha untuk menerapkan metode sebab-akibat dan menjadi inti
dari pelaksanaan konseling. Usaha-usaha yang dilakukan pada langkah ini adalah:

a. Menciptakan atau meningkatkan hubungan baik antara konselor dengan klien.


b. Menafsirkan data yang telah ada dan mengomuni-klasikannya kepada klien.
c. Memberikan saran atau ide kepada klien atau merencanakan kegiatan yang dilakukan
bersama klien.
d. Membantu klien dalam melaksanakan rencana kegiatan.
e. Jika perlu, menunjukkan kepada konselor atau ahlilain untuk memperoleh diagnosis atau
konseling dalam masalah yang lain.

6. Tindak Lanjut (Follow-Up)

Tahapan ini merupakan langkah untuk menentukanapakah usaha konseling yang


dilakukan efektif atau tidak.Usaha-usaha konseling yang dapat dilakukan padalangkah ini
dimaksudkan untuk mengetahui:

a. apakah klien telah melaksanakan rencana-rencanayang telah dirumuskan atau belum;


b. bagaimana keberhasilan pelaksanaan rencana-rencana itu;
c. perubahan-perubahan apa yang perlu dibuat jika ternyata belum atau tidak berhasil; dan
d. melakukan rujukan (referral) jika perlu.

Berdasarkan tahapan atau langkah-langkah melaksanakan proses konseling Trait and


Factor tersebut, maka dapat dibuat instrumen supervisi sebagai berikut:

PEDOMAN SUPERVISI

SUPERVISI PENDEKATAN KONSELING TRAIT AND FACTOR

Konselor :

Klien :

Pengamat :

Petunjuk: Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan yang
Saudara amati, dengan rambu-rambu:

Skala 0, bila keterampilan tersebut tidak dilakukan

Skala 1, bila keterampilan tersebut dilakukan tetapi tidak tepat

Skala 3, bila keterampilan tersebut dilakukan dengan tepat

No. TAHAPAN/KETERAMPILAN KONSELOR


1. Analisis

Dipercaya,tepat, dan relevan untuk mendiagnosispembawaan, minat, motif,


kesehatanjasmani, keseimbangan emosional, dan sifat-sifat lain memudahkanpenyesuaian
secara memuaskan, baikdi sekolah maupun pekerjaan.

2. Sintesis

Merangkum dan mengatur data hasilanalisis yang sedemikian rupa, se-hingga


menunjukkan bakat klien, kele-mahan dan kekuatan, serta kemam-puan penyesuaian diri.

3. Diagnosis

Menemukan ketetapan dan pola yangdapat mengarahkan pada permasalahan, sebab-


sebabnya, serta sifat-sifatklien yang relevan dan berpengaruh terhadap proses

penyesuaian diri.

a. Identifikasi Masalah
Membantu menemukan dan men-deskripsikan masalah yang dihadapi klien.
b. Menentukan Sebab-Sebab
Menggunakan intuisinya, yang kemu-dian dicek oleh logika, reaksi klien,dan uji coba dari
program kerja ber-dasarkan diagnosis sementara.
c. Prognosis
Membantu klien mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri,
yang berarti diamampu dan mengerti secara logis,tetapi secara emosional belum mau
menerimanya.
4. Konseling

Membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun dari luar dirinya, baik di
lembaga, sekolah, atau masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian
opti-mal sesuai dengan kemampuannya, yaitu dengan cara:

a. belajar terpimpin menuju penger-tian diri,


b. mendidik atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk
mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya,
c. bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip serta teknik
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
d. mengimplementasikan hubungan dan teknik yang bersifat menyem- buhkan, dan
e. mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.

5. Tindak Lanjut

Memberi bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru dengan meng-hingga
menjamin keberhasilan konseling ingatkannya pada masalah sumber, sehingga menjamin
keberhasilan konseling.

Sumenep, ..........................

Supervisor

............................................

Segi positif yang perlu dipertahankan:

......................................................................

......................................................................

.......................................................................

Kekurangan yang perlu dibenahi :

......................................................................

.......................................................................

.......................................................................

E. Tahapan Konseling RET dan Supervisinya

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan konselor dalam tahapan konseling RET ini.
Berikut ini penjelasan detailnya:

1. Langkah Pertama
Pada langkah ini, peran konselor ialah menyadarkan klien bahwa gangguan atau masalah
yang dihadapi disebabkan oleh cara berpikirnya yang tidak logis. Di sini, klien belajar
untuk memisahkan antara keyakinan yang rasional dari yang tidak rasional. Sedangkan,
peran konselor sebagai propagandis yang mendorong, membujuk, dan meyakinkan klien
untuk menerima gagasan yang logis dan rasional.
2. Langkah Kedua
Peran konselor adalah menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapi
merupakan tanggungjawabnya sendiri. Oleh karena itu, peran konselor dalam rasional
emotif therapy adalah menyadarkan dan menunjukkan kepada klien bahwa gangguan
emosional yang selama ini dirasakan akan menghantuinya apabila ia tidak berpikiran logis.
3. Langkah Ketiga
Pada langkah ini, konselor mengajak klien menghilangkan cara berpikir dan gagasan yang
tidak rasional.
4. Langkah Keempat
Peran konselor adalah mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis dan
menghindarkan diri dari pandangan yang tidak rasional.Berdasarkan langkah atau fase
pelaksanaan kegiatan Konseling Rational Emotif tersebut, maka dapat dibuat instrumen
supervisi seperti berikut:

PEDOMAN SUPERVISI

SUPERVISI PENDEKATAN KONSELING RASIONAL EMOTIF

Konselor :

Klien :

Pengamat :

Petunjuk : Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan yang
Saudara amati, dengan rambu-rambu:

Skala 0, bila keterampilan tersebut tidak dilakukan

Skala 1, bila keterampilan tersebut dilakukan tetapi tidak tepat

Skala 3, bila keterampilan tersebut dilakukan dengan tepat


SKALA

NO TAHAPAN/KETERAMPILAN KONSELOR

1. Mengelola Pandangan dan Pikiran Klien


a. Mengidentifikasi masalah klien.
b. Menjelaskan dan menunjukkan bahwa masalah klien bersumber pada keyakinan/cara
berpikir yang irasional.
c. Mendiskusikan arah perubahan keyakinan/cara berpikir irasional ke rasional.
d. Mendiskusikan tujuan konseling.
e. Mengonfrontasi keyakinan/cara berpikir irasional.
f. Merestruktur kognitif dan menghentikan cara berpikir irasional.
2. Mengelola Emosi dan Afeksi
a. Membina kesepakatan ke arah perubahan klien
b. Memelihara suasana konseling dengan:
1) humor,
2) puisi
3) menyanyi
c. Melaksanakan teknik relaksasi dengan :
1) pelenturan otot
2) teriakan
3) memgheningkan cipta atau
4) joging ditempat.
3. Mengelola tingkah laku
a. menganjurkan klien untuk berbuat
b. menunjukan contoh prilaku yang konstuktif
c. mengajak klien untuk menjaga dan mengembangkan cara berfikir rasional.

Sumenep, ........................

Supervisior

........................................

Segi positif yang perlu dipertahankan:


......................................................................

.......................................................................

.......................................................................

Kekurangan yang perlu dibenahi :

.......................................................................

.......................................................................

.......................................................................

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari paparan yang dikemukakan tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai
pengertian dan prinsip-prinsip evaluasi dan supervisi pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi adalah Proses menentukan atau mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu
melalui penilaian yang dilakukan dengan seksama.
2. Supervisi bimbingan dan koseling merupakan satu relasi antara supervisor dan konselor
(supervisee) dimana supervisor (konselor senior) memberi dukungan dan bantuan untuk
meningkatkan mutu kinerja profesional supervise.
3. Menurut Gibson and Mitchell (1981), Depdikbud (1993) prinsip-prinsip evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program. Ini berarti
perlu adanya kejelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan
evaluasi.
b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas.
c. Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang profesional.
d. Menuntut umpan balik dan tindak lanjut (follow up) sehingga hasilnya dapat digunakan
untuk membuat kebijakan atau keputusan
e. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan.
4. Dalam prinsip Supevisi bimbingan dan konseling dapat dibagi berdasarkan sifatnya yaitu
prinsip secara umum dan khusus :
1. Prinsip umum
2. Prinsip khusus

B. Saran

Dengan memperhatikan hal tersebut, sekiranya dapatlah diajukan saran-saran seperti


hendaknya proses evaluasi terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
dipersiapkan dengan sepenuh hati sehingga hasil yang didapat sesuai dengan apa yang
diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Mashudi, Farid. 2015. Pedoman lengkap evaluasi & supervisi Bimbingan konseling.
Yogyakarta: Diva Press.

Anda mungkin juga menyukai