&
MELAKUKAN SUPERVISI PADA SETIAP ALIRAN KONSELING
Oleh Pemakalah:
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
dan Supervisi BK. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
kita semua.
Terima kasih Kami ucapkan kepada Dosen, teman mahasiswa yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi membantu dalam pengembangan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Oleh
karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Pengaruh Aliran Konseling pada Supervisi Konseling
b. Melakukan Supervisi pada Setiap Aliran Konseling
c. Tahapan Konseling Behavior dan Instrumen Supervisinya
d. Tahapan Konseling Trait and Factor dan Supervisinya
e. Tahapan Konseling RET dan Supervisinya
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui Pengaruh Aliran Konseling pada Supervisi Konseling
b. Untuk mengetahui Melakukan Supervisi pada Setiap Aliran Konseling
c. Untuk mengetahui Tahapan Konseling Behavior dan Instrumen Supervisinya
d. Untuk mengetahui Tahapan Konseling Trait and Factor dan Supervisinya
e. Untuk mengetahui Tahapan Konseling RET dan Supervisinya
BAB II
PEMBAHASAN
Konseling sebagai ilmu akan selalu berkembang, seiring dengan berkembangnya teori-
teori baru yang bermunculan. Teori-teori yang muncul biasanya merupakan kritik dari teori-
teori sebelumnya. Masing-masing aliran konseling mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Namun, dengan adanya kelebihan dan kekurangan seperti itu justru memperkaya
pengetahuan dan keterampilan seorang konselor. Menyikapi adanya perbedaan aliran dalam
ilmu konseling, ada beberapa pandangan yang dikemukakan oleh ahli maupun praktisi
konseling.
Pandangan yang pertama mengatakan bahwa dengan adanya perbedaan aliran dalam
konseling, maka seharusnya konselor harus memilih salah satu dari aliran yang paling sesuai
dengan dirinya. Pandangan kedua mengatakan tidak perlu terlalu fanatik terhadap suatu aliran
konseling tertentu, sehingga bisa saja suatu saat seorang konselor menggunakan metode
konselor tertentu, tetapi disaat lain berubah menggunakan metode konseling lain sesuai
kebutuhan.
Kali ini, kita akan membahas beberapa teori-teori konseling, seperti Gestalt, Behavior,
Trait and Factor, serta Rational Emotif, yang selanjutnya diikuti dengan cara melakukan
supervisi tersebut terhadap proses konseling berdasarkan teori yang ada.
Dalam pendekatan Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai (unfinished
business), yakni perasaan-perasaan yang tak terungkapkan seperti dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, dan rasa di abaikan. Meskipun
tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan
fantasi-fantasi tertentu.
Tujuan utama konselung Gestalt adalah membantu klien agar berani menghadapi berbagai
macam tantangan maupun kenyataan yang harus di hadapi. Tujuan ini mengandung makna
bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain
menjadi percaya pada diri dan dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan
hidupnya.
Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari
luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
intraksi ini menghasilkan pola-pola perilaku, yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah
laku seseorang ditentukan oleh banyak penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
Timgkah laku dipelajari ketika individu berintraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum
belajar pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan.
Karakteristik konseling Behavioral berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik,
memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, mengembangkan prosedur
perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien, dan penilaian yang objektif terhadap tujuan
konseling.
Pada dasarnya, manusia sangatlah unik karena memiliki kecenderuang untuk berfikir
rasional dan irasional. Menurut Willis, RET dikembangkan oleh seorang eksistensialisis Albert
Ellis pada tahun 1955. Konsep dasar yang dikembangkan oleh Ellis (2010) adalah sebagai
berikut:
Penggunaan teknik konseling bagi seseorang juga tidak bersifat mutlak. Artinya,
dengan berkembangnya pengetahuan dan keterampilan, seorang konselor baik melalui bahan
bacaan maupun pelatihan-pelatihan, sehingga dalam kurun waktu tertentu, dimungkinkan ada
perubahan penggunaan teknik konseling. Misal , seorang konselor yang awalnya begitu fanatik
menggunakan teknik konseling Behavior, setelah membaca dan mengikuti workshop teknik
konseling RET berubah haluan menjadi lebih sering menggunakan teknik konseling RET.
Menghadapi keadaan seperti itu, seorang supervisor konseling perlu mengetahui twknik
konseling berdasarkan alirannya masing-masing. Dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan
dari masing-masing aliran konseling itu kemudian diterjemahkan ke dalam instrumen
supervisi.
Dalam proses konseling Gestalt, terdapat beberapa fase proses konseling. Pertama,
konselor mengembangkan pertemuan konseling agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Kedua,konselor berusaha meyakinkan dan
mengondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah di tetapkan sesuai dengan kondisi
klien. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, diantaranya :
a. Menciptakan tempat yang aman dan nyaman(safe container) untuk proses konseling.
b. Mengembangkan hubungan kolaboratif(working alliance).
c. Mengumpulkan data, pengalaman konseli, dan keseluruhan gambaran kepribadiannya
dengan menggunakan pendekatan fenomenologis.
d. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pribadi konseli.
e. Membangun sebuah hubungan yang dialogis.
f. Membuat prioritas dan kesimpulan diagnosis terhadap konseli.
Pada tahap ini, proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik.
Konselor mengeksplorasi berbagai introjeksi, modifikasi kontak yang dilakukan, dan
unfinished business. Disini peran konselor adalah mendorong dan membangkitkan keberanian
konseli untuk mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya secara berkelanjutan,
dalam rangka meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi, dan memahami unfinished
business.
Tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dalam mengeksplorasi
masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-perubahan secara signifikan. Tahap ini
merupakan fase tersulit karena konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri,
ketidakpastian, dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam di dalam diri. Pada fase ini
konselor memberikan dukungan dan motivasi, serta berusaha memberikan keyakinan ketika
konseli cemas atau ragu-ragu.
Pada tahap ini, konseli sudah mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi
sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri(self), pengalaman, dan emosi-
emosinya dalam perspektif yang baru. Konseli telah mampu menerima ketidakpastian,
kecemasan, dan ketakutannya, serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
Tahap ini terdiri dari beberapa langkah, diantaranya.
a. Membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman dan insight baru.
b. Memfokuskan pada pembuatan kontrak relasi yang memuaskan.
c. Berhubungan dengan masyarakat dan komunitas secara luas. Menerima ketidakpastian dan
kecemasan yang dapat menghasilkan makna-makna baru.
5) Tahap Kelima(Ending)
Pada tahap ini, konseli siap memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervisi konselor.
Tahap pengakhiran ditandai dengan proses-proses berikut.
a. berusaha melakukan tindakan antisipasi akibat hubungan konseling yang telah selesai.
b. Memberikan proses pembahasan kembali isu-isu yang ada.
c. Merayakan apa yang telah dicapai.
d. Menerima apa yang belum tercapai.
e. Melakukan antisipasi dan perencanaan terhadap krisi di masa depan.
f. Membiarkan pergi dan melanjutkan.
PEDOMAN SUPERVISI
Konselor : ..........................................................
Klien : ...........................................................
Supervisor : ...........................................................
Petunjuk : Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan yang
saudara amati dengan rambu-rambu :
1 Fase pertama: 0 1 2
2 Fase kedua:
3 Fase Ketiga :
4 Fase Keempat :
Sumenep....................................
Supervisor
.....................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Kekurangan yang perlu dibenahi :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Proses konseling dibingkai dalam bentuk kerangka kerja dalam membantu konseli untuk
mengubah tingkah lakunya. Proses konseling adalah proses belajar. Konselor membantu
terjadinya proses belajar tersebut dengan cara mendorong konseli untuk mengemukakan
keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Konseling Behavior memiliki empat
tahap dalam proses konseling, sebagai berikut:
1. Melakukan Assesment
Langkah awal kerja konselor adalah melakukan assesment. Assesment diperlukan untuk
mengidentifikasi metode atau teknik yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang
ingin diubah.
2. Menetapkan Tujuan( Goal Setting)
Dalam hal ini, konselor dan konseli bersama-sama mendiskusikan tujuan yang telah
ditetapkan konseli yang terkait dengan:
a. apakah merupakan tujuan yang benar-benar diinginkan konseli,
b. apakah tujuan itu realistis,
c. bagaimana kemungkinan manfaatnya dan
d. bagaimana kemungkinan kerugiannya.
3. Implementasi Teknik( Technique Implementation)
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi belajar
yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan.
4. Evaluasi dan Pengakhiran
Evaluasi konseling behavior merupaka proses yang berkesinambungan. Tingkah laku
konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas
tertentu dari teknik yang digunakan.
Berdasarkan langkah-langkah proses konseling Behavior tersebut, maka dapat dibuat
instrumen supervisi sebagai berikut:
PEDOMAN SUPERVISI
Konselor : .................................................
Klien : .................................................
Pengamat : ................................................
Petunjuk : Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan yang
saudara amati, dengan rambu-rambu.
1 Assesment : 0 1 2
Supervisor
.........................................
................................................................................................................
................................................................................................................
................................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
...............................................................................................................
Proses konseling Trait and Factor tercermin dalam tahapan-tahapan tertentu. Tahapan
tersebut merupakan langkah-langkah konseling yang sudah barang tentu harus urut
dalampelaksanaannya. Adapun langkah-langkah konseling Trait and Factor adalah sebagai
berikut :
1. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan langkah pengumpulan data atauinformasi tentang diri klien, termasuk
lingkungannya.Pengumpulan data yang akurat biasanya dilakukandengan menggunakan
berbagai metode atau teknik,terutama tes psikologis dari berbagai aspek kepribadian klien.
Dengan kata lain, pengumpulan data dilakukan secara integratif dan komprehensif.
2. Sintesis (Synthesis)
Pada langkah ini, yang dilakukan konselor adalahmenyintesiskan data yang relevan dan
berguna, dengan keluhan atau gejala yang muncul. Dalam membuat sintesis, konselor
memadukan, menyusun, dan merangkum data yang ada untukmemperoleh gambaran lebih
jelas tentang keadaan diri klien.
3. Diagnosis (Diagnoses)
Pada langkah ini, konselor menetapkan atau merumuskan kesimpulan tentang masalah
klien serta latar belakang atau sebab-sebabnya. Secara rinci, yang dilakukan konselor adalah:
Langkah ini merupakan usaha untuk menerapkan metode sebab-akibat dan menjadi inti
dari pelaksanaan konseling. Usaha-usaha yang dilakukan pada langkah ini adalah:
PEDOMAN SUPERVISI
Konselor :
Klien :
Pengamat :
Petunjuk: Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan yang
Saudara amati, dengan rambu-rambu:
2. Sintesis
3. Diagnosis
penyesuaian diri.
a. Identifikasi Masalah
Membantu menemukan dan men-deskripsikan masalah yang dihadapi klien.
b. Menentukan Sebab-Sebab
Menggunakan intuisinya, yang kemu-dian dicek oleh logika, reaksi klien,dan uji coba dari
program kerja ber-dasarkan diagnosis sementara.
c. Prognosis
Membantu klien mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri,
yang berarti diamampu dan mengerti secara logis,tetapi secara emosional belum mau
menerimanya.
4. Konseling
Membantu klien untuk menemukan sumber diri sendiri maupun dari luar dirinya, baik di
lembaga, sekolah, atau masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian
opti-mal sesuai dengan kemampuannya, yaitu dengan cara:
5. Tindak Lanjut
Memberi bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru dengan meng-hingga
menjamin keberhasilan konseling ingatkannya pada masalah sumber, sehingga menjamin
keberhasilan konseling.
Sumenep, ..........................
Supervisor
............................................
......................................................................
......................................................................
.......................................................................
......................................................................
.......................................................................
.......................................................................
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan konselor dalam tahapan konseling RET ini.
Berikut ini penjelasan detailnya:
1. Langkah Pertama
Pada langkah ini, peran konselor ialah menyadarkan klien bahwa gangguan atau masalah
yang dihadapi disebabkan oleh cara berpikirnya yang tidak logis. Di sini, klien belajar
untuk memisahkan antara keyakinan yang rasional dari yang tidak rasional. Sedangkan,
peran konselor sebagai propagandis yang mendorong, membujuk, dan meyakinkan klien
untuk menerima gagasan yang logis dan rasional.
2. Langkah Kedua
Peran konselor adalah menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapi
merupakan tanggungjawabnya sendiri. Oleh karena itu, peran konselor dalam rasional
emotif therapy adalah menyadarkan dan menunjukkan kepada klien bahwa gangguan
emosional yang selama ini dirasakan akan menghantuinya apabila ia tidak berpikiran logis.
3. Langkah Ketiga
Pada langkah ini, konselor mengajak klien menghilangkan cara berpikir dan gagasan yang
tidak rasional.
4. Langkah Keempat
Peran konselor adalah mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis dan
menghindarkan diri dari pandangan yang tidak rasional.Berdasarkan langkah atau fase
pelaksanaan kegiatan Konseling Rational Emotif tersebut, maka dapat dibuat instrumen
supervisi seperti berikut:
PEDOMAN SUPERVISI
Konselor :
Klien :
Pengamat :
Petunjuk : Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan yang
Saudara amati, dengan rambu-rambu:
NO TAHAPAN/KETERAMPILAN KONSELOR
Sumenep, ........................
Supervisior
........................................
.......................................................................
.......................................................................
.......................................................................
.......................................................................
.......................................................................
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari paparan yang dikemukakan tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai
pengertian dan prinsip-prinsip evaluasi dan supervisi pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi adalah Proses menentukan atau mempertimbangkan nilai atau jumlah sesuatu
melalui penilaian yang dilakukan dengan seksama.
2. Supervisi bimbingan dan koseling merupakan satu relasi antara supervisor dan konselor
(supervisee) dimana supervisor (konselor senior) memberi dukungan dan bantuan untuk
meningkatkan mutu kinerja profesional supervise.
3. Menurut Gibson and Mitchell (1981), Depdikbud (1993) prinsip-prinsip evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan terhadap tujuan-tujuan program. Ini berarti
perlu adanya kejelasan mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan
evaluasi.
b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria pengukuran yang jelas.
c. Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang profesional.
d. Menuntut umpan balik dan tindak lanjut (follow up) sehingga hasilnya dapat digunakan
untuk membuat kebijakan atau keputusan
e. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana dan berkesinambungan.
4. Dalam prinsip Supevisi bimbingan dan konseling dapat dibagi berdasarkan sifatnya yaitu
prinsip secara umum dan khusus :
1. Prinsip umum
2. Prinsip khusus
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mashudi, Farid. 2015. Pedoman lengkap evaluasi & supervisi Bimbingan konseling.
Yogyakarta: Diva Press.