Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PBL MODUL I

GANGGUAN TUMBUH KEMBANG BAYI


SISTEM GERIATRI DAN TUMBUH KEMBANG

Oleh
Kelompok 4
Andi M. Syakir

2010730029

Aziz Rahman Muiz

2010730037

Dimas Dwityo Previanto

2010730117

Adetya Rosiana

2010730074

Rahmi Dwi Winarsih

2010730087

Eka Widia

2010730076

Mentari Cipta S.

2010730060

Diva Adlia Nurandi

2010730106

Rifa Imaroh

2010730092

Nida Amalia S.

2010730109

Tutor: Dr. Pitut

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah ke hadirat-Nya, akhirnya Laporan PBL


Modul 1 Gangguan Tumbuh Kembang Bayi ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan
kelengkapan bagi mahasiswa agar dapat memahami konsep masalah yang telah diberikan.
Laporan ini dirancang sedemikian rupa agar materi yang akan disajikan ringkas tapi jelas.
Laporan ini juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan masalah.
Materi modul ini disintesis dari berbagai sumber baik dari media cetak maupun media
elektronik. Modul ini disusun terutama untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam rangka
studi kasus.
Penulis telah berusaha untuk menyeleraskan modul ini seringkas dan sejelas mungkin,
tetap lengkap, serta mudah dipahami. Namun tiada gading yang tak retak, maka telah disadari
modul ini masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu saran untuk penyempurnaan sangat
diharapkan.
Jakarta, Desember 2012

Kelompok 4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Deteksi dini gangguan tumbuh kembang penting karena pada tiga tahun pertama dari
kehidupan anak merupakan periode tumbuh kembang yang amat cepat (periode emas/
critical period / window of opportunity).
Jika terjadi gangguan pada tumbuh kembang pada masa ini, maka gangguan tersebut
akan menetap, sehingga amat penting mengenal gejala gangguan perkembangan selama
periode ini (deteksi dini) dan menanganinya secara terpadu dan profesional sehingga
diharapkan dapat dicapai hasil yang maksimal. Perlu diketahui bahwa gangguan
perkembangan yang diintervensi secara dini (lebih cepat) akan memberikan hasil yang lebih
baik, deteksi dini menjadi penentu keberhasilan intervensi.
Di Indonesia, jumlah balita 10 % dari jumlah penduduk, di mana prevalensi (rata-rata)
gangguan perkembangan bervariasi 12.8% s/d 16% sehingga dianjurkan melakukan
observasi/skrining tumbuh kembang pada setiap anak.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan yang muncul
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir sampai akhir masa remaja?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
3. Bagaimana monitoring yang dapat dilakukan agar dapat terdeteksi secara dini gangguan
pertumbuhan anak?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
pertumbuhan, perkembangan, menilai pertumbuhan perkembangan, status gizi, imunisasi
serta kebutuhan dasar anak dan mengetahui keterlambatan/gangguan perkembangan.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mampu melakukan penilaian awal, segera setelah bayi lahir.
2. Memahami konsep pertumbuhan, perkembangan dan tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan.
3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
4. Mampu mengaplikasikan parameter BB, PB/TB, LK ke dalam kurve pertumbuhan dan
menganalisan pertumbuhan.
5. Mampu menentukan status gizi.

6. Mengetahui saat pemberian dan jenis imunisasi serta kebutuhan dasar anak.
7. Menjelaskan adanya gangguan/keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
1.4 Manfaat Penulisan
Memberikan informasi tentang gangguan/keterlambatan tumbuh kembang pada masa
bayi.

BAB II
PEMBAHASAN
Skenario
Seorang anak perempuan B umur 12 bulan, BB 7300 gram, PB 65 cm, LK 41cm, dibawa
ibunya karena tidak mau makan. Riwayat kelahiran ditolong oleh bidan dengan BB 2500 gram,
PB 48 cm, LK 33 cm, tidak langsung menangis, setelah 5 menit bayi menangis lemah. Pasien
dirawat diperinatologi selama 5 hari. Penimbangan 3 bulan terakhir berturut-turut beratnya naik
100 gram tiap bulan. Saat usia 7 bulan pasien pernah dirawat karena kejang lama sampai tidak
sadar. Pada saat ini sehari-hari anak makan bubur denagn sayur, tahu-tempe, kadang telur. Usia 3
bulan pasien sudah diberi susu formula, pisang, bubur bayi, karena sering menangis. Imunisasi
BCG diperoleh saat umur 2 bulan, polio 5 kali, terakhir saat PIN, hepatitis B umur 40 hari &
3bulan, DPT umur 4 bln & 6 bln. Pasien bisa tengkurap bolak-balik usia 5 bulan, blm bisa duduk
sendiri dan berdiri sendiri. Kadang-kadang pasien mengoceh, tanagn belum bisa memegang
kerincingan dengan kuat. Belum bisa makan biskuit sendiri, tak tahu main cilukba. Lingkungan
rumah jendela kamar selalu ditutup karena takut masuk angin, lubang angin ditutup kertas karena
nyamuk sering masuk. Mainan yang dimiliki: kerincingan, boneka, dan sepeda roda tiga. Pasien
anak pertama, tinggal hanya dengan kedua ortu, ibu pasien tak banyak bicara.
Analisa kasus

R.
Kelah
BB : 2500
iran
gr
Data

ngPB
ke: 48
cm
Tida dokte
R.
k Imu
rLK : 33 cm
BB :
5 menit,
mau nisa
mak
BCG
menangis
7300 gr
umur 2si
lemah
PB : 65
an
bln
cm
Polio 5x
LK : 41
terakhir
cm
PIN
Makan
Hepatiti
bubur+
sB
sayur+
umur
tahu
40 hr &
+temp
3 bln
e+
DPT
kadang
umur 4
telur
bln & 6
bln

Susu
Usia
formula,
3
pisang,
bulan
Usia
dan
12
bubur
Usia
bula
bayi
n 7 krn
sering
bulan
Diraw
menangi
at krn
skejan
g
lama
samp
ai tdk
sadar

Pertanyaan
1. Bagaimana tahap-tahap pertumbuhan normal dari 0-12 bln sesuai skenario?
2. Bagaimana tahap-tahap perkembangan normal dari 0-12 bln sesuai skenario?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan sesuai skenario?


4. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sesuai skenario?
5. Jelaskan stimulus normal sesuai skenario!
6. Bagaimana riwayat kelahiran sesuai APGAR Score?
7. Jelaskan imunisasi normal sesuai dengan skenario!
8. Bagaimana asupan gizi yang baik sesuai skenario?
9. Bagaimana penilaian status gizi, pertumbuhan, dan perkembangan?
10. Jelaskan lingkungan yang sesuai berdasarkan kasus!
Jawaban
1. Tahap-tahap pertumbuhan normal.

P
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n

B B :

BB 12bulan:
7300 gr

BB normal:
9500 gr

P B :

PB 12
bulan: 65
cm

L K :

LK 12bulan:
41 cm

PB normal:
74.7cm

LK normal:
46 cm

Idea
l
Kasu
s

PB ideal
= 74cm
PB =
65cm
BB ideal
= 9,5kg
BB =
7,3kg

LK ideal =
45cm
LK = 41cm
2. Tahap-tahap perkembangan normal.
Umur 0-3 bln.
- Mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
- Menggerakan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
- Melihat dan menatap wajah anda.
- Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
- Suka tertawa keras.
- Bereaksi terkejut terhadap suara keras.
- Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
- Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak.
Umur 3-6 bln.
- Berbalik dari telungkup ke telentang.
- Mengangkat kepala setinggi 90 derajat.
- Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
- Menggenggam pensil.
- Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
- Memegang tangannya sendiri.
- Berusaha memperluas pandangan.
- Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
- Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.

Tersenyum ketika melihat mainan/gambar menarik saat bermain sendiri.


Umur 6-9 bln.
Duduk (sikap tripoid sendiri).
Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
Merangkak meraih mainan atau mendekatai seseorang.
Memindahkan benda sari satu tangan ke tangan lainnya.
Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan.
Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata.
Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
Bermain tepung tangan/ciluk ba.
Bergembira dengan melempar benda.
Makan kue sendiri.
Umur 9-12 bln.
Mengangkat badannnya ke posisi berdiri.
Belajar berdiri selama 30 detik atau berpengangan di kursi.
Dapat berjalan dengan dituntun.
Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
Menggenggam erat pensil.
Memasukan benda ke mulut.
Mengulang menirukan bunyi yang didengar.
Menyebut 2 3 suku kata yang sama tanpa arti.
Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.
Bereaksi terhadap suara yang perlaha atau bisikan.
Senang diajak bermain ciluk ba.
Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum kenal.

3. Faktor-faktor pertumbuhan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak, yaitu:
1. Faktor genetik.
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas
dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Gangguan pertumbuhan di negara maju
lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik. Sedangkan di negara yang sedang
berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal. Disamping
itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti
sindrom Down, sindrom Turner, dll.
2. Faktor lingkungan.
Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi
individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini
secara garis besar dibagi menjadi:
a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan
(faktor prenatal).

b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor
postnatal).
FAKTOR LINGKUNGAN PRANATAL
1. Gizi ibu pada waktu hamil.
Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup di lingkungan miskin makan
akan mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan
menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula. Keadaan
ini merupakan lingkaran setan yang akan berulang dari generasi ke generasi selama
kemiskinan tersebut tidak ditanggulangi.

2. Mekanis.
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada
bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat
mengakibatkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau
kranio tabes.
3. Toksin/zat kimia.
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen.
Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti
kanker, dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula
dengan ibu hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi
berat badan lahir rendah, lahir mati, cacat, atau retardasi mental. Keracunan logam
berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat
menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis, seperti di Jepang yang dikenal dengan
penyakit Minamata.
4. Endokrin.
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah
somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain
dengan aktivitas mirip insulin (Insulin-like growth factors/IGFs).
Somatotropin (growth hormone) disekresi oleh kelenjar hipofisis janin sekitar minggu
ke-9. Produksinya terus meningkat sampai minggu ke-20, selanjutnya menetap
sampai lahir. Perannya belum jelas pada pertumbuhan janin.

Hormon plasenta (human placental lactogen = hormon chorionic


somatromammotropic), disekresi oleh plasenta di pihak ibu dan tidak dapat masuk ke
janin. Kegunaannya mungkin dalam fungsi nutrisi plasenta.
Hormon-hormon tiroid seperti TRH (Thyroid Releasing Hormon), TSH (Thyroid
Stimulating Hormon), T3 dan T4 sudah diproduksi oleh janin sejak minggu ke-12.
Pengaturan oleh hipofisis sudah terjadi pada minggu ke-13. Kadar hormon ini makin
meningkat sampai minggu ke-24, lalu konstan. Perannya belum jelas, tetapi jika
terdapat defisiensi hormone tersebut, dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan
susunan saraf pusat yang dapat mengakibatkan retardasi mental.
Insulin mulai diproduksi oleh janin pada minggu ke-11, lalu meningkat sampai bulan
ke-6 dan kemudian konstan. Berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui pengaturan
keseimbangan glukosa darah, sintesis protein janin, dan pengaruhnya pada
pembesaran sel sesudah minggu ke-30. Sedangkan fungsi IGFs pada janin belum
diketahui dengan jelas.
Cacat bawaan sering terjadi pada ibu diabetes yang hamil dan tidak mendapat
pengobatan pada trimester I kehamilan, umur ibu kurang dari 18 tahun/lebih dari 35
tahun, defisiensi yodium pada waktu hamil, PKU (phenylketonuria), dll.
5. Radiasi.
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian
janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Misalnya pada
peristiwa di Hiroshima, Nagasaki dan Chernobyl. Sedangkan pada orang laki-laki,
dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anaknya.
6. Infeksi.
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH
(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi
lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela,
Coxsackie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira,
mikoplasma, virus influensa, dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu
hamil dapat merusak janin.
7. Stres.
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang
janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dll.
8. Imunitas.
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern
ikterus, atau lahir mati.
9. Anoksia embrio.
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat,
menyebabkan berat badan lahir rendah.

Faktor lingkungan postnatal:


1. Faktor biologis (Ras/suku bangsa, Jenis kelamin, Umur, Gizi, Hormon, Perawatan
kesehatan, Kepekaan terhadap penyakit, dll).
2. Faktor fisik (Cuaca/musim, Sanitasi, Keadaan rumah, Radiasi).
3. Faktor psikososial (Stimulasi, Motivasi Belajar, Hadiah atau hukuman, Stres, dll).
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.
Faktor-faktor Perkembangan.
Perkembangan bertambahnya kemampuan/fungsi semua sistem organ tubuh; akibat
bertambahnya kematangan fungsi-fungsi sistem organ tubuh. Ciri-ciri perkembangan:
- Perkembangan melibatkan perubahan setiap pertumbuhan disertai perubahan fungsi,
contoh perkembangan sistem reproduksi disertai perubahan organ kelamin.
- Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya. Tidak akan bisa melewati
satu tahap perkembangan sebelum melewati tahapan sebelumnya.
- Perkembangan mempunyai pola yang tetap di daerah kepala ke kaudal (sefalokaudal)
di daerah proksimal ke bagian distal (proksimodistal).
- Perkembangan memiliki tahap yang berurutan pola yang teratur dan berurutan.
- Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
- Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Peningkatan fungsi-fungsi individu
1. sensorik (dengar, lihat, raba, rasa, cium).
2. motorik (gerak kasar, halus).
3. kognitif (pengetahuan, kecerdasan).
4. komunikasi/berbahasa.
5. Emosi-sosial.
6. Kemandirian.
7. Kreativitas.
8. kerjasama dan kepemimpinan.
9. etika, budi pekerti, moral-spiritual.
Faktor Penentu Perkembangan Anak
1. internal : genetik + proses sejak kehamilan.
2. eksternal : gizi, penyakit, kualitas pengasuh /keluarga, teman, sekolah.
4 aspek perkembangan
1. motor kasar/gerak kasar.
2. motor halus/gerak halus.
3. bahasa-bicara-kecerdasan.
4. Kemampuan bergaul-mandiri.
5.

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang (stimulus).


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum di golongkan menjadi 3
kebutuhan dasar (dikutip dari Titi 1993):
1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)

Pangan/gizi merupakan kebutuhan terpenting.


Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dll.
Papan/pemukiman yang layak.
Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.
Sandang.
Kesegaran jasmani, rekreasi.

2. Kebutuhan emosi/kasih saying (ASIH)


Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara
ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran
ibu/penggantinya sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya.
Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya
dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih saying ibu
pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang
anak baik fisik, mental maupun sosial emosi, yang disebut Sindrom Deprivasi
Maternal. Kasih saying dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat
(bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan)
pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental
psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian,
moral-etika, produktivitas, dsb.
Kebutuhan stimulasi:
Perangsangan / bermain / latihan:
setiap hari, setiap berinteraksi,
suasana nyaman, timbulkan rasa aman
suasana bermain, gembira, kasih sayang
tidak tergesa-gesa, tidak memaksa
beri contoh, dorong untuk mencoba
bervariasi, sesuai dgn minat & kemampuan balita
beri pujian bila berhasil
koreksi bila belum bisa, bukan hukuman
pola asuh demokratik
Kecerdasan emosional
Kemandirian, kreativitas
Kerjasama, kepemimpinan
Stimulasi/rangsangan bermain:
Yang dirangsang : sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional,
kemandirian, kreativitas, kerjasama dan kepemimpinan, moral-spiritual.

Cara : rangsang suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, bermain,


memecahkan masalah, mencoret, menggambar.
Kapan : setiap kali interaksi dengan anak, memandikan, ganti baju, bermain, nonton TV
dll.
6.

Kelahiran
normal
berdasarkan
skoryang
APGAR. dilakukan
sebuah
tes
cepat

pada menit pertama dan kelima


pasca kelahiran
memberikan
ke-1
Menit
ke-5
memberiMenit
gambaran
penilaian akan
seberapa
baik
bayi
Tapi ! skor Apgar
bagaimana bayi
melakukan
agak rendah
beradaptasi
toleransi
terhadap
(terutama pada
dengan lingkungan
proses
kelahiran
menit pertama)
yang baru
adalah normal.
(bumil risiko tinggi,
caesar, bumil
Etiologi
nilai APGAR
rendah.
dengan
komplikasi,
Persalin
an yang
bayi prematur)
Konsum
terlalu
Terjerat
si obatcepat
tali
obatan
pusat
Aspirasi
Prolaps
mekoni
tali
Plasent
um
pusat
a previa

Interpretasi Skor APGAR.


7-10 = bayi normal
4-6 = agak rendah/asfiksia sedang (memerlukan tidakan medis segera seperti penyedotan
lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas)
0-3 = sangat rendah/asfiksia berat (memerlukan tindakan medis yang lebih intensif)

Kesimpulan:
Berat ringannya asfiksia dinilai pada menit pertama kemudian dilakukan resusitasi dan
dinilai keberhasilan resusitasinya pada menit kelima.
Untuk kasus ini, tidak bisa ditentukan derajat asfiksianya karena kekurangan data yang
mendukung.

Riwayat Asupan Gizi.

Usia 3 bulan
susu formula,
pisang, bubur
Usia 11 bulan
bubur dengan
sayur, lauk pauk
berupa tahu,
tempe dan
kadang telur

0-6 bulan hanya


diberikan ASI

Kurang asupan
protein hewani

7.

Penilaian Awal Riwayat Kelahiran Pasien.


Di Skenario:
Riwayat kelahiran anak perempuan umur 12 bulan:
BB 2500gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm.
Tidak langsung menangis, baru menangis setelah 5 menit dan menangis lemah.
Pernah dirawat di perinatalogi 5 hari.

8.

Hubungan lingkungan dengan tumbuh kembang anak.


Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Salah
satunya faktor lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama dan utama dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan keluarga karena
dalam keluarga anggota keluarga bertindak seadanya tanpa dibuat buat.
Cara orangtua dalam mendidik anak juga mempengaruhi perkembangan perilaku dan
kepribadian anak , seperti Contoh Langsung.
Contoh langsung baik sengaja ataupun tidak dengan sendirinya akan menjadi contoh
berperilaku akan menjadi sumber objek imitasi bagi anak.
Dalam skenario ini , ibu anak lebih banyak diam sehingga anak lebih cenderung sedikit
mengoceh karena mendapatkan contoh langsung dari ibu nya.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan serta
merupakan landasan yang mendorong anak untuk tumbuh berkembang dan maju dalam
mencapai yang diinginkan seperti fungsi nalar, kehidupan, perasaan, keterampilan
psikomotorik maupun ituisinya.
Sarana belajar juga dianggap sebagai salah satu syarat untuk motivasi belajar,anak
membutuhkan lingkungan yang terbuka,komunikatif,demokratis dan produktif
Penyatuan fungsi tersebut akan menumbuhkan kreatif anak untuk menempuh hidup
dengan kemampuan yang terarah.
Dari sini bisa dibaca dari lingkungan rumah yang tertutup,mainan yang kurang memadai
dan orangtua yang tidak komunikatif menyebabkan anak tidak dapat berkembang dengan
baik sehingga terbentuk karakter dan keterlambatan perkembangan pada usianya.

Anda mungkin juga menyukai