Anda di halaman 1dari 8

FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION DAN

KEMANFAATANNYA DALAM PENELITIAN KESEHATAN


*Putu Suriyasa, dr., MS., PKK,. Sp.Ok*

A. PENDAHULUAN
Pokok kebijakan kesehatan nasional secara garis besar dituangkan
dalam pencanangan program Indonesia Sehat 2010. Bangsa Indonesia
sedang bekerja keras menuntaskan Sasaran Pembangunan Milenium Baru
(SPMB), MDGs (Mileniun Development Goals) melalui upaya - upaya
terstruktur di berbagai sektor yang sinergis. Empat dari sasaran MDGs
terkait secara langsung dengan peningkatan kesehatan masyarakat
(Presiden RI, 2005).
Masalah - masalah kesehatan yang banyak terjadi di Indonesia di
antaranya adalah tingginya angka pertumbuhan penduduk, disparitas
status kesehatan, beban ganda penyakit - data epidemiologi menunjukkan
terjadi peningkatan prevalensi penyakit, baik penyakit menular yang baru
dan lama (re-emerging dan new emerging diseases) maupun tidak
menular dan penyakit degeneratif (noncommunicable diseases),
peningkatan kematian akibat kecelakaan, dan menurunnya mutu
kesehatan keluarga, terutama kesehatan ibu (Konas Jen X, 2003; WHO
Report, 2002).
Selain itu juga terdapat masalah kesehatan lingkungan antara lain,
perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat,
keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum memadai, sebagian kecil
penduduk yang menikmati air bersih dan fasilitas kesehatan lingkungan
dan pembinaan program peningkatan lingkungan belum berjalan seperti
yang diharapkan. Dalam hal pelayanan kesehatanpun dianggap masih
kurang, baik itu dari segi kualitas, pemerataan, jangkauan, dan kinerjanya,
serta terbatasnya jumlah tenaga kesehatan dan distribusinya. (Presiden RI,
2005).
Untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan dan untuk
mewujudkan program MDGs, berbagai konsep pelayanan kesehatan harus
menyesuaikan diri. Dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan
konsep ini, dilaksanakan dengan mengikuti Sistem Kesehatan Nasional
yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan komunitas dengan
perorangan (pergeseran dari Community Oriented Medical Education
COME ke Family Oriented Medical Education FOME), yang
mengedepankan preventif promotif, tetapi tidak mengurangi kuratif dan
rehabilitatif, yaitu dengan pendekatan pada 9 (sembilan) fungsi keluarga.
Mengacu pada Visi (masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat) dan Misi
(membuat rakyat sehat), Departemen Kesehatan Dalam Pembangunan
Bidang Kesehatan mengembangkan Pelayanan Kedokteran Keluarga
(Direktorat Bina Pelayanan Medik, 2007).
Dokter Keluarga harus mempunyai peran menentukan untuk
mencapai kualitas pelayanan, pembiayaan yang memadai dan adil. Suatu
tantangan besar untuk memberikan pendidikan kesehatan berorientasi
pada pendekatan fungsi keluarga yang efektif untuk memelihara
kesehatan individu dan keluarga dikarenakan selama ini kesehatan belum
menjadi kebutuhan pokok individu dan keluarga. Hal tersebut disebabkan
ketidaktahuan dari masyarakat, masyarakat masih menganut paradigma
sakit, perilaku yang salah dan banyak yang tidak mampu (Kekalih, 2008).
Dengan
adanya
suatu
pendekatan
kesehatan
yang
lebih
komprehensif terhadap keluarga, hal ini pun diharapkan mampu
memotivasi dokter untuk mengembangkan penelitian seluas-luasnya demi

mewujudkan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat sekaligus untuk pengembangan diri sesuai dengan
kompetensinya sebagai seorang dokter keluarga.
B. Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Keluarga
Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, pengertian
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami,
isteri atau suami, isteri, dan anak, atau ayah dan anak atau ibu dan anak.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis
dalam pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu
merupakan masalah keluarga, dan sebaliknya. Kesehatan keluarga
meliputi kesehatan suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya (UU
No.23 tahun 1992).
Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara
holistik (menyeluruh). Selain individu sebagai obyek kasus, juga individu
sebagai seorang manusia yang terkait dengan aspek fisik (biologis),
psikologis, sosial, dan kultural serta lingkungan. Masalah kesehatan
individu merupakan suatu komponen dari sistem pemeliharaan kesehatan
dari individu yang bersangkutan, individu sebagai bagian dari keluarga,
dan sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi aspek biomedis,
psikologis, aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek sosial dan
lingkungan (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2004).
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan hubungan individu dengan
lingkungan sosial yang saling mempengaruhi sebagai berikut:

Lingkungan Umum

Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok,


terutama kelompok keluarga.
Kelompok
ini akan membuka kemungkinan
Lingkungan
Terbatas
untuk dipengaruhi atau mempengaruhi anggota - anggota kelompok lain.
Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan dan
Lingkungan
Keluarga
norma-norma sosial tertentu,
maka
perilaku setiap individu anggota
kelompok berlangsung di dalam
suatu
jaringan normatif. Demikian pula
Individu
perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
Adapun diketahui ada sembilan fungsi keluarga, meliputi fungsi
holistik (Fungsi Biologis, Fungsi Psikologi, Fungsi Sosial-Ekonomi), fungsi
fisiologis (APGAR SCORE-- Adaptation, Partnership, Growth, Affection,
Resolve),
fungsi
patologis
(SCREEMSocial,Culture,Religious,Economic,Educational,Medical), fungsi interaksi
antar anggota keluarga, fungsi keturunan (genogram), fungsi perilaku
(pengetahuan, sikap, tindakan), fungsi nonperilaku (lingkungan,
pelayanan kesehatan, keturunan), fungsi indoor, dan fungsi outdoor.
Dalam mewujudkan paradigma sehat untuk mencapai Indonesia
Sehat
2010,
dikembangkan
pendidikan
kesehatan
berorientasi
pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah suatu pendekatan
yang memberdayakan potensi keluarga dalam menangani masalah
kesehatan keluarga secara mandiri, dengan memperhatikan aspek fisik,
biologis, sosial ekonomi dan budaya, terutama kesehatan ibu, bayi, balita,
remaja, Pasangan Usia Subur, tenaga kerja, dan usia lanjut.
Pendekatan keluarga adalah suatu proses yang mengembangkan
kemampuan keluarga untuk berbuat dan bertindak atas keputusan yang
berdasarkan informasi atau pengetahuan menyangkut pengasuhan

kepada anggotanya, dengan menggunakan sumber dayanya sendiri atau


dengan jalan mengakses sumber daya lainnya (Dinkes Propinsi Jateng,
2004).
Salah satu ruang lingkup pendekatan keluarga adalah menyangkut
sasaran keluarga sebagai satu kesatuan yang perlu dipahami dengan
baik. Pemahaman tentang keluarga secara lengkap, mempunyai peranan
yang penting dalam pelayanan kesehatan karena selain membantu
menetapkan masalah kesehatan yang dihadapi oleh anggota keluarga,
akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat. Keluarga sangat berperan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan setiap anggota keluarga, dan secara
keseluruhan dapat menjamin keberhasilan kesehatan masyarakat (Dinkes
Propinsi Jawa Tengah, 2004).
Metode pendidikan kesehatan dengan pendekatan keluarga
menggunakan proses pendidikan dua arah (metode sokratik) melalui
komunikasi intrapersonal, konseling dan negosiasi kepada keluarga
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengenali
masalah dan melakukan pemecahan masalah secara mandiri. (Dinkes
Propinsi Jateng, 2004).
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat
non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
keluarga untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan
pemecahan masalahnya, tanpa atau dengan bantuan pihak lain, dengan
memanfaatkan potensi keluarga dan fasilitas yang ada masyarakat.
Dalam rangka mengatasi masalah atau kasus, dimulai dengan mencari
fakta dan informasi untuk menetapkan masalah dan sebab masalah serta
mengidentifikasi potensi individu dan keluarga, merumuskan langkah langkah intervensi melalui pendekatan keluarga dengan pemberdayaan
keluarga untuk meningkatkan kemandirian keluarga. Pemberdayaan
keluarga terutama diarahkan pada upaya promotif dan preventif
(Paradigma Sehat), tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif (Dinkes Propinsi Jateng, 2004).
Dengan upaya pemberdayaan keluarga diharapkan masing - masing
keluarga bisa mengenali sendiri masalahnya, mampu mengatasi
masalahnya, serta mampu menggunakan potensi yang ada dalam
keluarga dan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungannya
semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah mereka. Pemberdayaan
keluarga akan menghasilkan kemandirian keluarga (Dinkes Propinsi Jawa
Tengah, 2004).
Pemberdayaan dapat berarti upaya fasilitasi noninstruktif untuk
meningkatkan
pengetahuan,
sikap
dan
kemampuan
dalam
mengidentifikasi masalah, pengambilan keputusan, merencanakan, dan
memecahkan masalah untuk kemandirian. Untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan kemampuan individu dan keluarga, perlu
memperhatikan belajar orang dewasa untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2004).
1. Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Holistik
Keluarga
Fungsi penting dalam pendekatan dalam memberikan pendidikan
kesehatan adalah fungsi keluarga yang pertama yaitu fungsi holistik
keluarga. Fungsi holistik meliputi tiga faktor, yaitu fungsi biologis,
fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomi. Fungsi biologis melihat
siapa sajakah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
dilengkapi dengan identitas, dan adakah salah satu dari anggota
keluarga tersebut yang sedang menderita sakit, baik itu sakit yang

akut ataupun kronis, menular atau tidak menular, menurun atau tidak
menurun.
Fungsi psikologis melihat bagaimana hubungan antar sesama
manusia
di
dalam
keluarga
tersebut
berlangsung,
apakah
permasalahan permasalahan yang ada dalam keluarga tersebut
dapat diatasi dengan baik, serta melihat apakah hubungan antara
anggota keluarga saling mendukung terutama dalam masalah
kesehatan.
Fungsi sosial ekonomi keluarga meliputi kehidupan sehari hari
keluarga, bagaimana kedudukan keluarga di dalam masyarakat,
bagaimana interaksi dan keaktifan anggota keluarga dalam kehidupan
sosial di masyarakat. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
dilihat dari penghasilan keluarga, bagaimana pemenuhan kebutuhan
keluarga tersebut, dan bagaimana pembiayaan keluarga apabila ada
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan / sakit.
2. Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Fisiologis
Keluarga
Dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga,
hendaknya perlu diketahui bagaimana fungsi fisiologis keluarga
tersebut. Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini, digunakan
A.P.G.A.R SCORE yang meliputi :
a. Adaptation
Adaptation adalah bagaimana dukungan dari keluarga apabila
ada salah seorang anggota keluarga mengalami masalah,
terutama untuk masalah kesehatan. Adakah saling keterbukaan di
dalam keluarga tersebut.
b. Partnership
Partnership adalah komunikasi yang terjalin antar anggota
keluarga. Apakah pada saat salah satu anggota keluarga memiliki
masalah, terutama masalah kesehatan, didiskusikan bersama
bagaimana pemecahannya.
c. Growth
Growth melihat apakah keluarga tersebut dapat memenuhi
kebutuhan kebutuhannya.
d. Affection
Affection adalah hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga, antara istri dan suami, ibu dan anak anak,
ayah dan anak anak, dan antara anak anak tersebut.
e. Resolve
Resolve adalah kepuasan di dalam keluarga akan waktu dan
kebersamaan yang diluangkan oleh masing masing anggota
keluarga bagi keluarganya.
Masing masing anggota keluarga diharap mengisi kuesioner
singkat APGAR SCORE ini dengan skala skor 0 2, kemudian dijumlah
dan dirata rata. Apabila nilai rata rata 1 5, berarti fungsi keluarga
tersebut jelek; 5 7 berarti fungsi keluarga tersebut sedang; dan 8 10
yang berarti fungsi keluarga tersebut baik.
3. Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Patologis
Pendidikan kesehatan berorientasi pada fungsi patologis, adalah
dengan melihat bagaimana fungsi patologis dalam keluarga tersebut,
apa saja fungsi patologis yang ada sehingga petugas kesehatan dapat
lebih fokus untuk melakukan pendekatan pada faktor faktor tersebut.
Fungsi patologis diukur dengan S.C.R.E.E.M, yang meliputi :

4.

5.

6.

7.

a. Social
: Melihat adakah interaksi sosial yang baik antar anggota
keluarga, dengan saudara, serta keaktifan anggota keluarga dalam
berpartisipasi di kegiatan kegiatan kemasyarakatan.
b. Cultural
: Melihat kepuasaan atau kebanggaan terhadap budaya,
baik dilihat dari pergaulan sehari hari dalam keluarga maupun di
lingkungan, serta adakah tradisi budaya yang masih diikuti.
Menggunakan bahasa daerah, tata krama, dan kesopanan.
c. Religion : Pemahaman agama masing masing anggota keluarga,
serta penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari hari, dan
ibadah sesuai ajaran agama.
d. Economic : Bagaimana golongan ekonomi keluarga tersebut,
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (primer, sekunder, tersier), serta
skala prioritas pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
e. Education : Bagaimana pendidikan masing masing anggota
keluarga tersebut, bagaimana pengetahuan anggota keluarga,
terutama yang sedang mengalami masalah kesehatan tentang
penyakitnya, serta fasilitas pendidikan apa yang dimiliki berkaitan
dengan informasi yang seharusnya dimiliki perihal kesehatan.
f. Medical
: Bagaimana keluarga mencari pelayanan kesehatan,
dan bagaimana sistem pembiayaannya apabila ada anggota
keluarga yang sakit dan harus berobat.
Masing masing fungsi ini dilihat, apabila ada masalah dalam
keluarga tersebut, maka diberi tanda + (positif). Pada yang bertanda
(+) inilah sebaiknya pendidikan kesehatan diorientasikan.
Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Interaksi
Keluarga
Dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, perlu
melihat bagaimana pola interaksi dalam keluarga tersebut, yang dapat
digambarkan dalam secara skematik yang menghubungkan masing
masing anggota keluarga satu sama lain. Antara satu sama lain ini
dibuat hubungan bolak balik dengan garis panah. Apabila interaksi
baik, hubungan di antara mereka dekat, maka digambar dengan garis
yang penuh, sedangkan apabila ada konflik dan hubungan yang buruk
maka digambar dengan garis putus putus. Dengan ini, bisa dilihat
bagaimana pendidikan kesehatan dapat diberikan.
Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Keturunan
Fungsi keturunan dalam keluarga digambarkan dalam suatu
diagram yang disebut genogram keluarga. Diagram silsilah ini
diharapkan dapat dibuat minimal dari 3 generasi, sehingga dapat
dilihat apakah ada penyakit penyakit yang diturunkan dalam
keluarga, atau melihat penularan penyakit dari anggota keluarga yang
satu ke yang lain. Berangkat dari fungsi ini, dapat diberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga.
Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Perilaku
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah perilaku,
yang terdiri dari 3 komponen yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Dalam pemberian pendidikan kesehatan hendaknya tenaga kesehatan
memperhatikan ketiga hal ini. Bagaimana pengetahuan anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan tentang penyakitnya,
maupun pengetahuan anggota keluarga yang lain, bagaimana sikap
keluarga terhadap masalah kesehatan anggota keluarganya, serta
bagaimana tindakannya dalam menangani masalah kesehatan
tersebut, kemana mereka berobat.
Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Non Perilaku

Dalam memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga, perlu


dilakukan pendekatan pada keluarga tersebut dengan memandang dari
segi ekonominya, fungsi keturunan, bagaimana usaha keluarga dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan, serta lingkungan sekitarnya.
8. Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Indoor
Fungsi indoor adalah fungsi lingkungan dalam rumah. Berapa
ukuran rumah, ruangan ruangan yang ada di dalam rumah dan fungsi
masing masing. Fungsi indoor ini juga menunjukkan gambaran
lingkungan dalam rumah apakah telah memenuhi syarat syarat
kesehatan. Penilaian meliputi :
a. lantai
: baik (tegel) / cukup (semen) / kurang (tanah)
b. dinding
: baik (permanen) / cukup (semi permanen) / kurang
(tidak
permanen)
c. ventilasi : baik / cukup - tidak baik
d. pencahayaan
: baik / cukup - tidak baik
e. sirkulasi udara
: baik / cukup tidak baik
f. Sumber air bersih : baik (sumur, leding) / tidak baik (sungai, dll)
g. Pengelolaan sampah dan limbah : baik (tempat pembuangan
sampah dan limbah) / tidak baik (di sembarang tempat)
h. Jarak jamban dengan sumber air bersih : baik ( 10 meter) / tidak
baik (< 10 meter)
Dengan mengidentifikasi hal hal tersebut, maka dalam
memberikan pendidikan kesehatan akan lebih terfokus.
9. Pendidikan Kesehatan Berorientasi pada Fungsi Outdoor
Fungsi outdoor adalah melihat lingkungan di luar rumah, antara
lain adanya pekarangan dan bagaimana kondisi kebersihannya, jarak
rumah dengan jalan raya, kebisingan, jarak rumah dengan tempat
pembuangan sampah, jarak rumah dengan tetangga, jarak rumah
dengan pusat pelayanan kesehatan.
Untuk memudahkan penilaian pada fungsi lingkungan outdoor dan
indoor ini, akan lebih baik bagi petugas kesehatan apabila membuat
denah sederhana lingkungan rumah tersebut, sehingga akan
memudahkan dalam menyusun strategi pendekatan pada keluarga
tersebut saat memberikan pendidikan kesehatan.
Telah dikembangkan Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS)
sebagai Indikator untuk keluarga sehat. Indikator tersebut diharapkan
amat sederhana, mudah didapat, tetapi bisa dipakai sebagai prediksi
status kesehatan keluarga yang bersangkutan dan status kesehatan
masyarakat setempat. indikator yang digunakan untuk mengukur
indeks potensi keluarga sehat adalah:
a. Tersedianya sarana air bersih.
b. Tersedianya jamban keluarga.
Indikator Lingkungan
c. Lantai rumah bukan dari tanah.
d. Memantau tumbuh kembang anak (bagi yang mempunyai balita).
e. Pasangan usia subur ikut KB.
Indikator Perilaku
f. Tidak ada anggota keluarga merokok.
g. Menjadi peserta dana sehat / JPKM / Askes.
C. KEMANFAATAN FOME DALAM PENELITIAN KESEHATAN
Sesuai dengan definisi penelitian, yaitu suatu penyelidikan atau suatu
usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari
fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah
tertentu, dan secara epistomologis, baik penelitian kuantitatif maupun
kualitatif sesungguhnya berusaha untuk mencapai tujuan yang serupa,

yaitu mengungkapkan suatu hal untuk mengungkapkan suatu hal untuk


memperoleh pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk memecahkan
suatu masalah maka Family Oriented Medical Education ini akan
memberikan kemanfaatan yang sangat luas bagi pengembangan
penelitian dalam memecahkan masalah kesehatan di Indonesia.
Telah dikembangkan suatu alat berupa kuesioner yang telah
digunakan dalam beberapa penelitian tentang pengaruh pendekatan
keluarga terhadap peningkatan derajat kesehatan dan IPKS di beberapa
daerah di Indonesia yang dapat dijadikan pijakan para dokter untuk
memulai suatu penelitian di wilayah kerja masing-masing (terlampir).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Indonesia : Meningkatkan Kesehatan Ibu.
http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf.
Diunduh
tanggal 17 Januari 2010
Azwar, A. 1999. Implementasi Kedokteran Keluarga pada Fakultas Kedokteran. Orasi
Ilmiah Dies Natalis UI ke 49.
----------- 1999. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan Indonesia.
Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan Pelatihan Dokter
Keluarga. PB IDI Jakarta.
---------- 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbit Ikatan Dokter
Indonesia.
Azwar dan Trihono. 2000. Puskesmas Peduli Keluarga. Disampaikan pada Semiloka
Penerapan Pendekatan Kesehatan Keluarga di Puskesmas. Kerjasama DepKes
Propinsi Jateng dengan UNS.
Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2004. Panduan Analisa Kasus Melalui Pendekatan
Keluarga. Semarang : Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
----------. 2004. Pedoman Upaya Kesehatan Melalui Pendekatan Keluarga Bagi Petugas
Puskesmas. Semarang : Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
Faculty of Medicine UGM. 2009. Proposal Family Medicine Education and Development
in National Health System. Summarized from Family Medicine Team of FM-UGM
PDKI Pusat Jakarta, Proposed in a meeting of Family Medicine Team of FM-UGM,
FM-UNS, FM-UI, and PDKI Pusat Jakarta. Yogyakarta.
IDI, KDDKI, KIKKI. 2007. Panduan Pendidikan dan CPD Dokter Keluarga. Jakarta.
IKM UNS. 2002. Modul Dokter Keluarga (I XI) Program Semique IV. Surakarta :
Fakultas Kedokteran UNS Jurusan IKM.
JEN. 2003. Penanggulangan Penyakit dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Keluarga di
Era Otonomi Daerah. Dalam Konas JEN X di Batu, 30 Januari 1 Februari 2003.
Malang : KPSE, FK UNIBRAW.
66
Kanwil DepKes, Jateng. 2000. Pedoman Upaya Kesehatan melalui Pendekatan Keluarga.
Semarang.
Kekalih. 2008. Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kesehatan Primer Pendekatan Multi
Aspek. Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK UI.
Anonim. 2004. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Indonesia : Meningkatkan Kesehatan Ibu.
http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf. Diunduh
tanggal 17 Januari 2010.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-prinsip Dasar, Cetakan
Kedua. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Presiden RI. (2005). Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Kesehatan yang
Berkualitas.
http://hukum.unsrat.ac.id/pres/72005bg4bab28.pdf.
Diunduh
tanggal 17 Januari 2010.
Robert B. Taylor (Ed), 1993. Family Principles and Practice. Springler-Verlag.

Anda mungkin juga menyukai