Anda di halaman 1dari 28

ADAPTASI DAN ASUHAN

BAYI BARU LAHIR


NURUL SYUHFAL NINGSIH, S.ST, M.Kes
Penatalaksanaan awal bayi
baru lahir
Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga
kelahiran bayi, dikenal sebagai Asuhan Esensial Neonatal yang
meliputi :
 Persalinan bersih dan aman.
 Memulai/inisiasi pernapasan spontan.
 Stabilisasi temperatur tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap hangat.
 ASI dini dan eksklusif.
 Pencegahan infeksi.
 Pemberian Imunisasi.
Stabilitasi temperatur tubuh bayi/menjaga agar bayi
tetap hangat

Pencegahan kehilangan panas


Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai,
dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera
dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi
untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak
diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam
ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan lahir rendah
rentan terhadap teradinya hipotermia.
Lanjutan

Mekanisme kehilangan panas


Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui
mekanisme berikut :

 Evaporasi
 Konduksi
 Konveksi
 Radiasi
Lanjutan
Upaya untuk mencegah kehilangan panas

Kehilangan panas tubuh pada bayi dapat dihindari melalui upaya-upaya berikut ini:

 Keringkan bayi secara seksama.


 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
 Tutupi kepala bayi.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
Asuhan tali pusat
Mengikat tali pusat
Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau
jepitkan (jika tersedia) klem plastik tali pusat pada putung tali pusat.
 Basuh tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
 Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.
 Keringan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan
keringkan.
 Ikat puntung tali pusar sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
DTT atau klem plastik tali pusat atau potong slang karet infus (DTT atau steril).
Lakukan simpul kunci atau jepitkan secara mantap pada klem tali pusat tersebut.
 Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang di sekeliling putung tali
pusat dan lakukan pengikatan kedua simpul kunci di bagian tali pusat pada sisi
yang berlawanan.
 Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
 Selimuti kembali bayi dengan kain bersih dan kering. Pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik.
Asuhan tali pusat
Menangani tali pusat
• Jangan membungkus pusar atau perut ataupun mengoleskan bahan atau
ramuan apapun ke puntung tali pusat, dan nasehati keluarga untuk tidak
memberikan apapun pada pusar bayi.
• Mengusapkan alkohol ataupun povidon iodin masih diperkenankan
sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah/lembab.
• Beri nasehat pada ibu dan keluarganya sebelum penolong meninggalkan
bayi:
– Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
– Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT)
dan sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.
– Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan jika pusar
menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah.
– Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, segera
rujuk bayi tersebut ke fasilitas yang mampu memberikan asuhan bayi baru
lahir secara lengkap.
Memulai pemberian ASI (menyusui)

Keuntungan pemberian ASI secara dini :

 Merangsang produksi air susu ibu (ASI).


 Memperkuat refleks menghisap (refleks menghisap awal pada bayi,
paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir). Memulai
pemberian ASI secara dini akan mempengaruhi pengaruh yang
positif bagi kesehatan bayi.
 Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya.
 Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui
kolostrum.
 Merangsang kontraksi uterus.
Pedoman umum untuk ibu saat menyusui

 Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30


menit pertama.
 Jangan berikan makanan atau minuman lain
kepada bayi (misalnya: air, madu, larutan air gula
atau pengganti susu ibu) kecuali ada indikasi yang
jelas (atas alasan-alasan medis).
 Berikan ASI saja selama enam bulan pertama
kehidupannya.
 Berikan ASI pada bayi sesuai dengan
kebutuhannya, baik siang maupun malam (delapan
kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi
menginginkannya.
Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan


penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi berikut ini:
 Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
 Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang
tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan
bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
 Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan
untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
 Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan
benda-benda lainnya yang bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih.
Upaya profilaksis terhadap gangguan
pada mata

Bayi bisa diberi ASI dan “bertemu” dengan


ibu dan keluarganya sebelum mendapatkan
tetes mata profilaktik (larutan perak nitrat
1%) atau salep (salep tetrasiklin 1% atau
salep mata eritromisin 0,5%). Tetes mata
atau salep antibiotika tersebut harus
diberikan dalam waktu satu jam pertama
setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk
gangguan pada mata tidak akan efektif jika
tidak diberikan dalam satu jam pertama
kehidupannya.
Teknik pemberian profilaksis mata

 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.


 Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan,
yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat
menguntungkan bayinya.
 Berikan salep atau tetes mata dalam satu garis lurus, mulai dari
sudut medial mata (dekat hidung bayi) menuju ke sudut lateral
mata (dekat telinga bayi).
 Pastikan ujung mulut tabung salep atau tabung penetes tidak
menyentuh mata bayi.
 Jangan menghapus salep atau tetes mata dari mata bayi dan
minta agar keluarganya tidak menghapus obat tersebut.
Penatalaksanaan bayi baru lahir
dengan komplikasi

Jika bayi menunjukkan tanda-tanda penyulit pada saat


penilaian awal (bayi tidak bernapas secara spontan,
atau napas megap-megap atau kulit bayi berwarna biru
atau pucat) berarti bayi mengalami asfiksia, maka
segera lakukan Langkah Awal Prosedur Resustasi bayi
baru lahir.
Dalam menyambut setiap kalahiran, lakukan persiapan
peralatan dan prosedur gawat darurat bayi baru lahir.
ASFIKSIA
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernapasan secara spontan dan teratur
pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah
lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia
(asfiksia primer) atau mungkin dapat bernapas tetapi
kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah
lahir (asfiksia sekunder).
Gejala dan tanda asfiksia
 Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali per menit).
 Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan
dada).
 Tangisan lemah atau merintih.
 Warna kulit pucat atau biru.
 Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.
 Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikerdia) (kurang dari
100 kali per menit).

Semua bayi yang menunjukkan tanda-tanda asfiksia memerlukan


perawatan dan perhatian segera.
Penatalaksanaan Asfiksia
1. Langkah awal

 Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan


hangat untuk melakukan pertolongan.
 Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah /sedikit ekstensi
atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
 Bersihkan jalan napas dengan alat penghisap yang tersedia.
 Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan
kain kering dan hangat yang baru untuk bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
 Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha bernapas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit.
 Gunakan pengisap lendir De Lee yang telah diproses hingga tahap disinfeksi
tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih untuk
menghisap lendir di mulut, kemudian hidung bayi secara halus dan lembut.
Rangsangan taktil
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernapas memadai (setelah tubuhnya
dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil secara
singkat. Pastikan posisi bayi diletakkan dalam posisi yang benar dan
jalan napasnya telah bersih. Rangsangan taktil harus dilakukan secara
lembut dan hati-hati sebagai berikut :

 Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan


(ekstremitas) satu atau dua kali.
 Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua
kali).

Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak


berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses
tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan bernapas, segera
mulai tindakan ventilasi aktif terhadap bayi.
Penatalaksanaan Asfiksia
2. Langkah Resusitasi

1. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi biru atau pucat,
denyut jantung kurang dari 100 kali per menit, lakukan langkah resusitasi dengan
melakukan ventilasi tekanan positif.
2. Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan
sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik.
3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa
bayi.
4. Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas,
kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.
5. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah
tengadah (sedikit ekstensi).
6. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk
semacam pertautan antara sungkup dan wajah.
Penatalaksanaan Asfiksia
2. Langkah Resusitasi

7. Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan
(tergantung pada ukuran balon resusitasi).
8. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan
periksa gerakan dinding dada.
9. Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengembang, maka lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan
udara ruangan).
10. Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik dengan tekanan
yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi.
11. Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara
adekuat.
12. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi, atau terjadi
kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang.
13. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik, kemudian lakukan penilaian
segera tentang upaya bernapas spontan dan warna kulit.
Memasang Pipa Lambung

Indikasi
Ventilasi dengan balon dan sungkup dalam waktu yang cukup lama
(beberapa menit) dan bila perut bayi kelihatan membuncit, maka
harus dilakukan pemasangan pipa lambung dan pertahankan selama
ventilasi karena udara dari orofarings dapat masuk ke dalam esofagus
dan lambung yang kemudian menyebabkan :

a. Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan


diafragma sehingga menghalangi paru-paru untuk berkembang.
b. Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi lambun
dan mungkin dapat terjadi aspirasi.
c. Udara dalam lambung dapat masuk ke usus dan menyebabkan
diafragma tertekan.
Perawatan Pascaresusitasi

Setelah prosedur resusitasi berhasil, maka segera lakukan asuhan bayi


normal dengan jalan :

 Menjaga bayi tetap hangat, lakukan kontak kulit ibu-bayi.


 Lakukan pemberian ASI sedini mungkin.
 Pencegahan infeksi dan imunisasi.
Tindakan Pascaresusitasi
1. Buanglah kateter penghisap dan ekstraktor lendir sekali pakai
(disposable) ke dalam kantong plastik atau tempat yang tidak bocor.
2. Lepaskan katup dan sungkup, periksa apakah ada yang robek atau retak.
3. Cuci katup dan sungkup dengan deterjen dan air, periksa apakah ada
kerusakan, kemudian lakukan pembilasan dan keringkan.
4. Pilih salah satu cara sterilisasi dengan cara autoklaf atau DTT.
5. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan dengan
kain bersih dan kering atau keringkan dengan udara.
6. Setelah disifeksi kimiawi, bilas seluruh alat dengan air bersih dan
biarkan kering dengan udara.
7. Pasang kembali balon.
8. Lakukan pengujian untuk meyakinkan bahwa balon tetap berfungsi.
Catatan Medik
Catat hal-hal dibawah ini dengan rinci.

 Kondisi bayi saat lahir.


 Tindakan yang diperlukan untuk memulai pernapasan.
 Waktu antara lahir dengan mulainya pernapasan.
 Pengamatan secara klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi.
 Hasil tindakan resusitasi.
 Bila tindakan resusitasi gagal, cari penyebab kegagalan tindakan
tersebut.
 Nama-nama tenaga kesehatan yang menangani tindakan.
Memulai pernapasan pada bayi baru lahir
Langkah Resusitasi BBL

Penilaian :
1. Pernapasan: Apakah BBL bernapas atau menangis?
2 Mekonium: Apakah cairan ketuban berwarna hijau?

Bayi tidak bernapas atau mengalami kesulitan bernapas


Lakukan langkah awal:
• Cegah kehilangan panas dengan meletakkan pada tempat yang kering dan hangat.
• Mengatur posisi bayi.
• Bersihkan jalan napas dengan menghisap mulut dan hidung.
• Mengeringkan sambil melakukan rangsangan taktil.
• Lakukan penilaian.

Bernapas dengan baik Tidak bernapas normal atau megap-megap


Asuhan normal Bayi Baru Lahir: Lakukan Resusitasi dengan ventilasi positif memakai Balon dan sungkup:
• Keringkan dan hangatkan. • Jelaskan keadaan bayi dan tindakan
• Kontak kulit ibu-bayi. • Pasang sungkup menutupi hidung dan mulut bayi
• ASI dini. • Lakukan pengujian ventilasi 2x
• Bila dada tidak mengembang, periksa/lihat kepala dan sungkup, apakah ada
lendir dalam mulut bayi
• Lakukan ventilasi 40x dalam 60 detik sambil memantau gerakan naik turun
dinding dada
• Lakukan penilaian pernapasan dalam 10 detik
• Bila tidak terjadi pernapasan spontan setelah 2-3 menit, rujuk
• Teruskan ventilasi selama menuju fasilitas rujukan, dan lakukan penilain
sampai pernapasan spontan terjadi

Bernapas dengan baik Tidak bernapas setelah 20 menit


Napas Normal, 30-60 kali per menit, tidak ada • Hentikan Resusitasi
cekungan dada • Mendukung Ibu dan keluarga
Mekonium pada cairan ketuban

Komplikasi lain yang sering ditemui dan


membahayakan kesehatan bayi baru lahir adalah
terdapatnya mekonium pada cairan ketuban. Sangat
sulit untuk memperkirakan dengan tepat kapan
terjadinya pengeluaran mekonium. Untuk itu
penolong harus selalu siap terhadap adanya
mekonium dalam cairan ketuban pada setiap
kelahiran.
Mekonium dalam cairan ketuban merupakan indikasi
adanya gangguan pada bayi yang berkaitan dengan
masalah intrauterin ataupun gangguan pernapasan
karena aspirasi meknium setelah bayi lahir.
Bagan bayi dengan air ketuban bercampur mekonium
Air ketuban jernih?

Ya Tidak jernih
(air ketuban bercampur mekonium)

Lakukan penghisapan mulut dan hidung


Asuhan Normal Bayi Baru Lahir: setelah kepala lahir, sebelum bahu lahir
• Keringkan dan hangatkan
• Bersihkan mulut dan hidung secukupnya
• Kontak kulit ibu-bayi Setelah bayi lahir lakukan
• ASI dini Langkah Awal Prosedur Resusitasi hingga
tahap penilaian bayi

Bayi bugar (napas spontan, tonus baik,


denyut jantung > 100 x/menit

Tidak

Lakukan penghisapan mulut


Ya (dengan membuka mulut lebih lebar) lakukan
ventilasi
Gambar diagram alur Resusitasi Neonatus
Bayi Lahir

• Air ketuban tanpa mekonium?


Perawatan rutin
• Bernapas atau menangi?
Ya – Jaga hangat
• Tonus otot baik?
– Bersihkan jalan napas
• Warna merah muda?
– Keringkan
• Cukup bulan?

Tidak
• Jaga tetap hangat
• Posisi; bersihkan jalan napas (bila perlu)
• Keringkan, stimulasi, reposisi
• Beri O2 (bila perlu)

Evaluasi napas, frekuensi jantung dan warna


Perawatan Suportif
kulit

Apnea atau DJ <100


Lakukan ventilasi tekanan positif* Perawatan Lanjutan

DJ < 60 DJ  60
• Lakukan ventilasi tekanan positif*
• Lakukan kompresi dada
* Beberapa langkah perlu dipertimbangkan intubasi
endotrakheal
DJ < 60

Berikan Epinefrin* DJ < 60

Periksa Efektivitas dari:


• Ventilasi
• Kompresi dada
• Intubasi endotrakheal
• Pemberian epinefrin
Pertimbangkan kemungkinan:
• Hipovotemia
• Asidosis metabolik berat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai