Anda di halaman 1dari 70

IMUNISASI PADA BAYI

DAN BALITA

Nurul Syuhfal Ningsih, S.ST, M.Kes


Imunologi

Imunologi = Ilmu yang mempelajari


tentang sistem imun ( kekebalan )
tubuh manusia maupun hewan
sistem Imun = semua mekanisme
perlindungan tubuh terhadap bahaya
yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup.
Konsep dasar imunisasi

Tujuan dari pemberian imunisasi


adalah diharapkan anak menjadi
kebal terhadap penyakit penyakit
sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas terhadap
penyakit sehingga dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu
(Williams, 2010).
IMUNISASI

IMUNISASI IMUNISASI
AKTIF PASIF
IMUNISASI PASIF

TRANSFER PLASENTA
KOLOSTRUM
GLOBULIN-γ HOMOLOGUS
ANTISERA HETEROLOGUS
ANTIBODI SPESIFIK DNA REKOMBINAN
IMUNISASI AKTIF

VAKSINASI, THDP PENYAKIT INFEKSI


MENULAR
PEMBENTUK ANTIBODI, SEL IMUN, & SEL
MEMORI
KEMAMPUAN IMUN PROTEKTIF
SPESIFIK, U/ TIAP PENYAKIT & TEMPAT
INFEKSI
KEKEBALAN MENURUN SETELAH WAKTU
TERTENTU
DIPERKUAT KEMBALI DENGAN IMUNISASI
IMUNISASI = VAKSINASI ??

Vaksin adalah bahan antigenik yang


digunakan untuk menghasilkan kekebalan
terhadap suatu penyakit

imunisasi merupakan proses dalam tubuh


agar seseorang memiliki kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit.
Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin
melalui disuntikkan maupun diteteskan ke
dalam mulut untuk meningkatkan produksi
antibodi guna menangkal penyakit tertentu.
KUMAN

MANUSIA

SAKIT

SEMBUH MENINGGAL

KEBAL
KUMAN (ANTIGEN)

SEL MEMORI

ANTIBODI
JADWAL IMUNISASI
Pertimbangan
Respons imun optimal
Seragam dan teratur
Pengembangan Program Imunisasi (PPI)
DepKes RI
American Academy of Pediatrics (AAP)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Program khusus:
Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
Perkembangan baru
Vaksin kombinasi dll
Vaksin hepatitis B (HB) diberikan
dalam waktu 12 jam setelah bayi
lahir. Sebanyak 3-4 kali suntik dalam
periode enam bulan, dosis kedua
pada usia 1-2 bulan, dan dosis
terakhir pada usia 6-18 bulan
Vaksin polio diberikan secara oral
setelah bayi lahir /sebelum bayi
pulang. Vaksin polio selanjutnya saat
bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan bisa
berupa vaksin oral maupun suntik
Vaksin BCG diberikan sebelum bayi
berusia 3 bulan. Apabila bayi berusia
lebih dari 3 bulan dianjurkan untuk
melakukan uji tuberkulin dahulu
sebelum vaksinasi BCG.
Vaksin pneumonia (PCV) diberikan
dalam 3 kali dosis dasar usia 2, 4 dan
6 bulan dan 1 kali dosis booster 1
tahun.
. Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis
(DTP)
Dosis 1 pada usia 2 bulan 
• Dosis 2 pada usia 4 bulan 
• Dosis 3 pada usia 6 bulan 
• Dosis 4 pada usia 18-24 bulan 
• Dosis 5 pada usia 5 tahun. 
Vaksin difteri tidak memberikan
perlindungan seumur hidup sehingga
perlu dilakukan booster yaitu Td pada
usia 10 dan 18 tahun
Vaksin rotavirus monovalen diberikan
2 kali, diberikan saat usia 6-14
minggu dan dosis kedua diberikan
minimal 4 minggu berikutnya.
Maksimal pemberian dosis kedua
pada usia 24 minggu.
Untuk, vaksin rotavirus pentavalen
diberikan sebanyak 3 kali. diberikan
pada usia 6-14 minggu, dosis kedua
dan ketiga diberikan dengan interval
4-10 minggu. Batas akhir pemberian
di usia 32 minggu.
Landasan Hukum
Tujuan Imunisasi

Menurunkan angka kesakitan,


kematian dan kecacatan akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I).
Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah
penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit.
2. Untuk keluarga, bermanfaat
menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit.
3. Untuk negara, bermanfaat
memperbaiki derajat kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara (Depkes RI, 2005)
Sasaran Imunisasi

Sasaran imunisasi pada bayi


Sasaran pada usia balita

Sasaran pada anak usia sekolah


Jenis Imunisasi
Imunisasi Aktif
Proses mendapatkan kekebalan dimana tubuh
anak sendiri membuat zat anti yang akan
bertahan selama bertahun-tahun. Vaksin
dibuat “hidup dan mati”. Vaksin hidup
mengandung bakteri atau virus (germ) yang
tidak berbahaya, tetapi dapat menginfeksi
tubuh dan merangsang pembentukan antibodi.
Vaksin yang mati dibuat dari bakteri atau
virus, atau dari bahan toksit yang
dihasilkannya yang dibuat tidak berbahaya
dan disebut toxoid.
Jenis Imunisasi
Imunisasi Wajib
imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya
dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas
imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan
imunisasi khusus.
Imunisasi Pilihan
imunisasi yg dapat diberikan kpd seseorang
sesuai dgn kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangutan dari penyakit
tertentu
Vaksin Imunisasi Dasar

Vaksin BCG (Bacillius Calmette Guerine)


Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk
mencapai cakupan yang lebih luas, Kementerian
Kesehatan RI menganjurkan pemberian BCG pada
umur antara 0-12 bulan
Hepatitis B
Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi
hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang
sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan
melalui transmisi maternal dari ibu pada bayinya
DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)
Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT
tidak boleh diberikan sebelum umur 6
minggu) dengan interval 4-8 minggu.
Polio
Diberikan segera setelah lahir sesuai
pedoman program pengembangan
imunisasi (PPI) sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan yang tinggi.
Campak
Dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara
sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan
BCG

VIRUS HIDUP
DIBERIKAN < 2 BULAN
PROTEKSI SETELAH 8 – 12 MINGGU
KIPI : ULKUS, LIMFADENITIS

K. IND : INFEKSI, GIZI BURUK, HAMIL,


PERNAH SAKIT TB LUAS

24
DPT

Terdiri dari : toksoid difteri, fraksi sel


pertusis, dan toksoid tetanus
Jadwal 3 kali, mulai umur 2 bulan
KIPI : merah, bengkak, nyeri, demam,
gelisah
Kontra Indikasi : anafilaksis,
ensepalopati sebelumnya

25
POLIO
OPV ( Oral Polio Vaksin ):adalah Polio
hidup
Jadwal 4 kali: sejak lahir, dosis 2 tetes
Bartahan dalam tinja sampai 6 minggu
IPV ( Inactive Poliomtelitis Vaccine ):
adalah Polio tidak aktif diberikan melalui
suntikan
Jadwal 3 kali, jarak 2 bulan

26
KIPI

1 kasus Polio / 2,5 juta dosis OPV


Pusing, Diare ringan, sakit otot
Kontra Indikasi : Demam, Diare

27
CAMPAK

Ada 2 jenis : Dilemahkan, Dimatikan


Jadwal diberikan umur 9 bulan
KIPI : Demam mulai hari 5-6, ruam
Kontra Indikasi : Demam tinggi,
Allergi, Imunokompromise

28
Jenis Imunisasi
Contoh imunisasi aktif adalah Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada
anak adalah:
1). BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
2). DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri,
pertusis dan tetanus.
3). Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
4). Campak, untuk mencegah penyakit campak
(measles).
5). Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.
Jenis Imunisasi
Imunisasi pasif
pemberian antibody kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas
secara langsung tanpa harus memproduksi
sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan
tubuhnya. Antibody yang diberikan ditujukan
untuk upaya pencegahan atau pengobatan
terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus (Satgas IDAI, 2008). Imunisasi
pasif dapat terjadi secara alami saat ibu
hamil memberikan antibody tertentu ke
janinnya melalui plasenta
Vaksin Umur (bulan) Umur (tahun)

Umur 0 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 5 6 7 10 12
     

Program Pengembangan Imunisasi (DepKes)

BCG I                            

HepB I                            

    II   III         IV

DPT     I                        

      II                      

        III       IV          

DT / TT                         V (DT)   VI (TT)

Polio I   II                        

        III                      

          IV       V          

                          VI      

Campak             I         II    

Program Imunisasi Non-PPI

MMR                 I         II

Hib -T     I   II   III     IV              

  -OMP     I   II         III              

Tifu Oral                           I (3 dosis)


s
Suntik                       I (diulang tiap 3 tahun)

HepA                       I (2 atau 23 dosis)

Varisela                               I
EFEK APABILA IMUNISASI
DIHENTIKAN
Hepatitis B
2 miliar orang terinfeksi
350 juta menjadi karier
1 juta meninggal setahun
25% anak dengan hepatitis ->dewasa:
kanker hati
Difteri
1977: AS: 41-84% dewasa 60 th:kadar
antitoksin (-)
EFEK APABILA IMUNISASI DIHENTIKAN

Pertusis
Sebelum vaksin: hampir semua anak terkena.
8 negara yang cakupan menurun: kejadian
meningkat 10 sampai 100 kali.
Tetanus
30% kasus berakhir dengan kematian
Polio
AS: sebelum era vaksin:13.000-20.000
kelumpuhan.
1998: di dunia tercatat 2883 kasus
EFEK APABILA IMUNISASI DIHENTIKAN
Campak (measles)
1 dari 1.000 kasus berakhir dengan kematian
Bila vaksinasi dihentikan diperkirakan akan
terjadi 2,7 juta kematian akibat campak
Gondong (Mumps)
Ketulian 1 dari 20.000 kasus
Masa pubertas: pembengkakan testis 25-50%
Masa hamil trimester pertama: keguguran
Campak jerman (Rubella)
Ibu hamil terinfeksi trimester pertama: 90%
terkena sindrom rubela kongenital (kelainan
jantung, katarak, retardasi mental, tuli dsb)
EFEK APABILA IMUNISASI DIHENTIKAN
Hib
AS:
Sebelum era vaksin 600 anak meninggal; sedang
yang hidup: tuli, retardasi mental, kejang
Setelah era vaksin: menurun sampai 98%

Cacar air
4 juta kasus setahun
11.000 kasus perlu dirawat di Rumah Sakit, 100
diantaranya meninggal
Komplikasi
Infeksi sekunder bakteri, pneumonia dll
Zoster dikemudian hari
EFEKTIVITAS
Hepatitis B: 90 - 95%
BCG:
80%: terhadap TBC milier , selaput otak
50%: terhadap TBC paru
DPT : 81%
Campak: 95 - 98%
Cacar air: 85 - 80%
Hepatitis A: 95 - 99%
Tifus: 17- 66%
Tata cara pemberian imunisasi
Sebelum imunisasi
Informed consent
Persiapan emergency
Teliti produk vaksin
Anamnesis orang tua
Sesuai jadwal?
Teknik pemberian yang benar
Setelah imunisasi
Catat imunisasi di rekam medis (tgl
pemberian, no. produk vaksin, tgl
kadaluarsa)
Periksa status imunisasi anggota keluarga
yang lain
Penyimpanan :
Umumnya : temperatur 2-8 ºC
Pengenceran :
Dengan pelarut khusus,
gunakan jarum panjang
Pemberian suntikan :
Sebagian besar : intramuskular atau
subkutan dalam, kecuali BCG dan polio
Tempat suntikan yang dianjurkan :
Usia kurang dari 12 bulan : paha
anterolateral
Anak yang lebih besar dan dewasa :
deltoid
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak
diinginkan, terjadi setelah pemberian imunisasi,
dan belum tentu memiliki hubungan kausalitas
dengan vaksin. Gejala KIPI bisa berupa gejala
ringan yang dirasakan tidak nyaman atau berupa
kelainan hasil pemeriksaan laboratorium.
Semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa 1 bulan setelah
imunisasi
Pada keadaan tertentu 6 bulan
» Infeksi virus campak vaccine strain pada
penderita imunodefisiensi campak pasca
vaksinasi campak
» Polio paralitik / infeksi virus polio vaccine
strain pada resipien non-
imunodefisisensi atau resipien
imunodefisiensi pasca vaksinasi polio
KIPI YANG HARUS DILAPORKAN
Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis BCG
Semua kasus kematian
Semua kasus rawat inap
Insiden medik berat atau tidak
lazim yang disangka oleh
petugas atau masyarakat
berhubungan dengan imunisasi
REAKSI SIMPANG
VAKSIN HEPATITIS B
• Nyeri pada daerah suntikan
(berlangsung 1-2 hari)
– 1 dari 11 anak
• Demam ringan sampai sedang
– 1 dari 14 anak
• Reaksi alergi serius
– Sangat jarang (1/600.000 resipien)
REAKSI SIMPANG
VAKSIN BCG
• Lokal: Abses subkutan dan
limfadenopati regional
–1–2%
• Kejadian fatal sistemik
– 2 / 1.000.000
REAKSI SIMPANG
VAKSIN DPT
• Umumnya
– Nyeri tungkai, demam, nafsu makan
menurun, lelah, muntah
• Jarang
– Reaksi sedang sampai serius
• Tangis terus menerus (> 3 jam): 100 / 10.000
dosis
• Demam : 30 / 10.000 dosis
• Kejang : 6 / 10.000 dosis
• Lumpuh, pucat, kesadaran menurun 6 / 10.000
dosis
• Sangat jarang
– Reaksi alergi berat (sesak, syok)
– Reaksi otak berat (kejang lama,
penurunan kesadaran sampai koma)
REAKSI SIMPANG
VAKSIN POLIO
• Meski sangat jarang, dapat
menyebabkan polio (1 kasus setiap
2,4 juta dosis dalam setahun) baik
pada yang di vaksin atau pada
kontak erat
– Kejadian pada dosis pertama :
• 1 kasus per 750.000 dosis
REAKSI SIMPANG
VAKSIN CAMPAK
• Demam > 39,40C
– 5-15 % resipien, 6-12 hari setelah
penyuntikan, demam berlangsung 1-2 hari
sampai 5 hari
• Ruam transien
– 5%
• Trombositopeni transien
• Ensefalopati / ensefalitis
– 1/ 1 juta
• Syok anafilaksis
– 1 / 20.000 – 1/1 juta
REAKSI SIMPANG VAKSIN MMR
• Ringan
– Demam: 1 / 6 dosis
– Ruam ringan: 1 / 20 dosis
– Pembesaran kelenjar leher : jarang
• Sedang
– Kejang demam : 1 / 3.000 dosis
– Nyeri dan kaku sendi sementara: 1/4
dosis
– Penurunan jumlah trombosit sementara:
1 / 30.000 dosis
• Berat
– Reaksi alergi serius: < 1 / 1 juta dosis
– Sangat jarang: tuli, kejang lama,
penurunan kesadaran sampai koma,
kerusakan otak permanen
REAKSI SIMPANG
VAKSIN Hib
– Ringan
• Kemerahan, hangat atau pembengkakan
pada daerah suntikan: 1 / 4 dosis
• Demam:
– 1 / 20 dosis
• Reaksi dimulai pada hari pertama dan
berlangsung 2-3 hari
A.PENGERTIAN
Peralatan rantai vaksin adalah
seluruh peralatan yg digunakan
dalam pengelolaan vaksin sesuai dg
prosedur untuk menjaga vaksin pada
suhu yg telah ditetapkan.
B.JENIS PERALATAN RANTAI
VAKSIN
1.LEMARI ES
2.KOTAK DINGIN ( Cold Box )
3.VACCINE CARRIER / THERMOS
Suatu alat utk mengirim / membawa
vaksindr Puskesmas atau tempat
pelayanan imunisasi linnya yg dpt
mempertahankan suhu +2° C-+8° C

4.KOTAK DINGIN CAIR ( Cool Pack )


Suatu wadah plastik berbentuk segi
empat,bsr ataupun kcl yg disi dg air yg kmd
didinginkan pd suhu +2° C dlm lemari es
slm 24 jam. Bl kotak dingin tdk ada dibuat
dlm kantong plastik bening.
5.KOTAK DINGIN BEKU ( Cold pack)
Wadah plastik berbentuk segi empat,
bsr ataupun kcl yg diisi air yg kmd
didinginkan pd suhu -5° C – 15° C
dlm freezer slm 24 jam. Bl tdk ada
dibuat kantong plastik bening.
2.Penyimpanan Vaksin

a.Semua vaksin disimpan pd suhu ant + 2C° - +8° C


b.Sbg penahan dingin & kestabilan suhu bag bawah lemari es
diletakkan cool pack.
c.Vaksin HS : BCG. Campak, Polio letak penempatannya
dekat evaporator.
d.Vaksin FS : DPT, TT, DT, Hepatitis B, DPT –HB letak
penempatannya lebih jauh dr evaporator.
e. Agar terj sirkulasi udara yg baik, beri jarak antara kotak
vaksin min 1-2 m / 1 jari tangan.
f. Bag tengah lemari es letakkan 1 bh thermometer Muller & ant
vaksin Hepatitis B atau DPT letakkan 1 bh freeze tag.
g,Agar tdk terkena sinar ultra violet,vaksin simpan dlm kotak
kemasan.
h.Pelarut vaksin Campak & BCG tidak boleh beku, simpan
pada suhu kamar.
Gambar : Susunan Vaksin di lemari es buka depan
( Front opening) dengan modifikasi.

 
Rak 1 : Vaksin Polio, Campak ,dan BCG
Rak II : Vaksin Hept.ADS (PID)/Hept B-vial,DPT
Rak III: DD.TT
Fungsi Cold Pack & Cool Pack sbg penahan suhu ketika
terjadi kerusakan pd lemari es dan agar suhu tetap
stabil.
Thermometer : letakkan bersama vaksin pd rak ke 2 sbg
pengontrol suhu.Freeze watch/ freeze tag
Lakukan pencataan suhu 2 kali dlm sehari pd grafik suhu.
Suhu sdh ant +2° C - _ +8° C, maka POSISI
THERMOSTAT JANGAN DIRUBAH.
Di tingkat Puskesmas ada beberapa alat pemantau suhu utk
mengetahui kondisi vaksin yaitu :

1.VVM ( Vaccine Vial Monitor )


a.Alat pemantau suhu panas
b.Fungsinya memantau suhu vaksin selama dalam perjalanan
maupun dalam penyimpanan
c.Ditempelkan pada setiap vial vaksin
d.Mempunyai btk lingkaran dg btk segi empat pd bag dalamnya.
e.Diameter VVM sekitar 0,7 cm ( 7 mm )
f.Mempunyai karakteristik yg berbeda,spesifik untuk tiap jenis
vaksin. VVM utk vaksin Polio tdk dpt digunakan utk vaksin HB,
demikian jg sebaliknya.
g.Setiap jenis vaksin mempunyai VVM tersendiri.
h.Cara membaca VVM
 
 
Gambar : Vaksin Hepatitis B PID dan letak VVM pd vaksin.
b.Penanganan sisa vaksin.

- Yg telah dibuka pd pelayanan di Posyandu tdk boleh


dipergunakan lg.
- Yg pd pelayanan statis mis: di Puskesmas, Poliklinik sisa
dpt dipergunakan lg dg ketentuan sbb:
* Vaksin tdk kedaluwarso
* Tetap disimpan pd suhu + 2° C - +8° C
*Kemasan vaksin tdk pernah tercampur / terendam air.
*Ditulis pd label tanggal saat Vial pertama kali dipakai /
dibuka.
*Vaksin DPT, DT,TT,Hepatitis B dan DPT-HB dpt
digunakan kbl hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka.
* Vaksin Polio dpt digunakan kbl sampai 3 minggu sejak
vial dibuka.
* Vaksin Campak krn tdk mengandung zat pengawet
hanya boleh digunakan tdk lbh dr 8 jam.
* Vaksin BCG hanya boleh digunakan sampai 3 jam stlh
dilarutkan.
G.PENANGANAN RANTAI VAKSIN pd saat PELAYANAN
Perlakuan vaksin di unit sangat penting :
a.Di Puskesmas dan unit pelayanan statis ( RS, Klinik
Bersalin, Praktek swasta )
-Vaksin yg diperlukan jml nya disesuaikan dg
pengalaman rata2 setiap hr pelayanan.
-Vaksin disimpan dlm thermos yg diberi kotak dingin cair.
-Thermos vaksin letakkan dimeja yg tdk terkena sinar
matahari langsung.
-Dalam penggunaan, letakkan vaksin diatas spon / busa
yg berada didalam thermos.
-Thermos didalamnya tdk boleh ada air yg merendam
vaksin,utk mencegah kontaminasi vaksin dg bakteri.
b.Di Posyandu dan komponen lapangan
lainnya.Prinsip vaksin tetap pd suhu +2°
C - + 8° C .Perlu diperhatikan :
-Jml vaksin yg dbw ditambah cadangan
sckpnya
-Vaksin disusun kedalam vaccine carrier
/ thermos spt gambar dibwh.
-Pengelolaan vaksin slm pelaksanaan
imunisasi di Posyandu.
Gambar : Menyusun vaksin dlm vaksin carrier

1.Masukkan 4 coool pack / air dingin 2.Vaksin letakkan ditengah2 cool


dlm plastik. Pack /air dingin dlm plastik
3.Tutup vaksin carrier. 4.Vaksin siap dibawa
Gambar : Thermos berisi vaksin.
Penyusunan vaksin dlm thermos.
* Sepulang dr lapangan sisa vaksin yg blm
dibuka diberi tanda khusus utk didahulukan
penggunaannya slm VVM kondisi A atau B

Setiap lemari es dilengkapi:


- 1 thermometer Muller
- 1 freeze wtch atau freeze tag
- 1 buku grapik pencatatan suhu
- Poster SOP pengelolaan vaksin
- 1 buku stok vaksin.
... ..
A
J U MP
A I
MP
SA

Anda mungkin juga menyukai