DAN BALITA
IMUNISASI IMUNISASI
AKTIF PASIF
IMUNISASI PASIF
TRANSFER PLASENTA
KOLOSTRUM
GLOBULIN-γ HOMOLOGUS
ANTISERA HETEROLOGUS
ANTIBODI SPESIFIK DNA REKOMBINAN
IMUNISASI AKTIF
MANUSIA
SAKIT
SEMBUH MENINGGAL
KEBAL
KUMAN (ANTIGEN)
SEL MEMORI
ANTIBODI
JADWAL IMUNISASI
Pertimbangan
Respons imun optimal
Seragam dan teratur
Pengembangan Program Imunisasi (PPI)
DepKes RI
American Academy of Pediatrics (AAP)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Program khusus:
Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
Perkembangan baru
Vaksin kombinasi dll
Vaksin hepatitis B (HB) diberikan
dalam waktu 12 jam setelah bayi
lahir. Sebanyak 3-4 kali suntik dalam
periode enam bulan, dosis kedua
pada usia 1-2 bulan, dan dosis
terakhir pada usia 6-18 bulan
Vaksin polio diberikan secara oral
setelah bayi lahir /sebelum bayi
pulang. Vaksin polio selanjutnya saat
bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan bisa
berupa vaksin oral maupun suntik
Vaksin BCG diberikan sebelum bayi
berusia 3 bulan. Apabila bayi berusia
lebih dari 3 bulan dianjurkan untuk
melakukan uji tuberkulin dahulu
sebelum vaksinasi BCG.
Vaksin pneumonia (PCV) diberikan
dalam 3 kali dosis dasar usia 2, 4 dan
6 bulan dan 1 kali dosis booster 1
tahun.
. Vaksin difteri, tetanus, dan pertusis
(DTP)
Dosis 1 pada usia 2 bulan
• Dosis 2 pada usia 4 bulan
• Dosis 3 pada usia 6 bulan
• Dosis 4 pada usia 18-24 bulan
• Dosis 5 pada usia 5 tahun.
Vaksin difteri tidak memberikan
perlindungan seumur hidup sehingga
perlu dilakukan booster yaitu Td pada
usia 10 dan 18 tahun
Vaksin rotavirus monovalen diberikan
2 kali, diberikan saat usia 6-14
minggu dan dosis kedua diberikan
minimal 4 minggu berikutnya.
Maksimal pemberian dosis kedua
pada usia 24 minggu.
Untuk, vaksin rotavirus pentavalen
diberikan sebanyak 3 kali. diberikan
pada usia 6-14 minggu, dosis kedua
dan ketiga diberikan dengan interval
4-10 minggu. Batas akhir pemberian
di usia 32 minggu.
Landasan Hukum
Tujuan Imunisasi
VIRUS HIDUP
DIBERIKAN < 2 BULAN
PROTEKSI SETELAH 8 – 12 MINGGU
KIPI : ULKUS, LIMFADENITIS
24
DPT
25
POLIO
OPV ( Oral Polio Vaksin ):adalah Polio
hidup
Jadwal 4 kali: sejak lahir, dosis 2 tetes
Bartahan dalam tinja sampai 6 minggu
IPV ( Inactive Poliomtelitis Vaccine ):
adalah Polio tidak aktif diberikan melalui
suntikan
Jadwal 3 kali, jarak 2 bulan
26
KIPI
27
CAMPAK
28
Jenis Imunisasi
Contoh imunisasi aktif adalah Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar yang dapat diberikan kepada
anak adalah:
1). BCG, untuk mencegah penyakit TBC.
2). DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri,
pertusis dan tetanus.
3). Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
4). Campak, untuk mencegah penyakit campak
(measles).
5). Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.
Jenis Imunisasi
Imunisasi pasif
pemberian antibody kepada resipien,
dimaksudkan untuk memberikan imunitas
secara langsung tanpa harus memproduksi
sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan
tubuhnya. Antibody yang diberikan ditujukan
untuk upaya pencegahan atau pengobatan
terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus (Satgas IDAI, 2008). Imunisasi
pasif dapat terjadi secara alami saat ibu
hamil memberikan antibody tertentu ke
janinnya melalui plasenta
Vaksin Umur (bulan) Umur (tahun)
Umur 0 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 5 6 7 10 12
BCG I
HepB I
II III IV
DPT I
II
III IV
DT / TT V (DT) VI (TT)
Polio I II
III
IV V
VI
Campak I II
MMR I II
Hib -T I II III IV
-OMP I II III
Varisela I
EFEK APABILA IMUNISASI
DIHENTIKAN
Hepatitis B
2 miliar orang terinfeksi
350 juta menjadi karier
1 juta meninggal setahun
25% anak dengan hepatitis ->dewasa:
kanker hati
Difteri
1977: AS: 41-84% dewasa 60 th:kadar
antitoksin (-)
EFEK APABILA IMUNISASI DIHENTIKAN
Pertusis
Sebelum vaksin: hampir semua anak terkena.
8 negara yang cakupan menurun: kejadian
meningkat 10 sampai 100 kali.
Tetanus
30% kasus berakhir dengan kematian
Polio
AS: sebelum era vaksin:13.000-20.000
kelumpuhan.
1998: di dunia tercatat 2883 kasus
EFEK APABILA IMUNISASI DIHENTIKAN
Campak (measles)
1 dari 1.000 kasus berakhir dengan kematian
Bila vaksinasi dihentikan diperkirakan akan
terjadi 2,7 juta kematian akibat campak
Gondong (Mumps)
Ketulian 1 dari 20.000 kasus
Masa pubertas: pembengkakan testis 25-50%
Masa hamil trimester pertama: keguguran
Campak jerman (Rubella)
Ibu hamil terinfeksi trimester pertama: 90%
terkena sindrom rubela kongenital (kelainan
jantung, katarak, retardasi mental, tuli dsb)
EFEK APABILA IMUNISASI DIHENTIKAN
Hib
AS:
Sebelum era vaksin 600 anak meninggal; sedang
yang hidup: tuli, retardasi mental, kejang
Setelah era vaksin: menurun sampai 98%
Cacar air
4 juta kasus setahun
11.000 kasus perlu dirawat di Rumah Sakit, 100
diantaranya meninggal
Komplikasi
Infeksi sekunder bakteri, pneumonia dll
Zoster dikemudian hari
EFEKTIVITAS
Hepatitis B: 90 - 95%
BCG:
80%: terhadap TBC milier , selaput otak
50%: terhadap TBC paru
DPT : 81%
Campak: 95 - 98%
Cacar air: 85 - 80%
Hepatitis A: 95 - 99%
Tifus: 17- 66%
Tata cara pemberian imunisasi
Sebelum imunisasi
Informed consent
Persiapan emergency
Teliti produk vaksin
Anamnesis orang tua
Sesuai jadwal?
Teknik pemberian yang benar
Setelah imunisasi
Catat imunisasi di rekam medis (tgl
pemberian, no. produk vaksin, tgl
kadaluarsa)
Periksa status imunisasi anggota keluarga
yang lain
Penyimpanan :
Umumnya : temperatur 2-8 ºC
Pengenceran :
Dengan pelarut khusus,
gunakan jarum panjang
Pemberian suntikan :
Sebagian besar : intramuskular atau
subkutan dalam, kecuali BCG dan polio
Tempat suntikan yang dianjurkan :
Usia kurang dari 12 bulan : paha
anterolateral
Anak yang lebih besar dan dewasa :
deltoid
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak
diinginkan, terjadi setelah pemberian imunisasi,
dan belum tentu memiliki hubungan kausalitas
dengan vaksin. Gejala KIPI bisa berupa gejala
ringan yang dirasakan tidak nyaman atau berupa
kelainan hasil pemeriksaan laboratorium.
Semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa 1 bulan setelah
imunisasi
Pada keadaan tertentu 6 bulan
» Infeksi virus campak vaccine strain pada
penderita imunodefisiensi campak pasca
vaksinasi campak
» Polio paralitik / infeksi virus polio vaccine
strain pada resipien non-
imunodefisisensi atau resipien
imunodefisiensi pasca vaksinasi polio
KIPI YANG HARUS DILAPORKAN
Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis BCG
Semua kasus kematian
Semua kasus rawat inap
Insiden medik berat atau tidak
lazim yang disangka oleh
petugas atau masyarakat
berhubungan dengan imunisasi
REAKSI SIMPANG
VAKSIN HEPATITIS B
• Nyeri pada daerah suntikan
(berlangsung 1-2 hari)
– 1 dari 11 anak
• Demam ringan sampai sedang
– 1 dari 14 anak
• Reaksi alergi serius
– Sangat jarang (1/600.000 resipien)
REAKSI SIMPANG
VAKSIN BCG
• Lokal: Abses subkutan dan
limfadenopati regional
–1–2%
• Kejadian fatal sistemik
– 2 / 1.000.000
REAKSI SIMPANG
VAKSIN DPT
• Umumnya
– Nyeri tungkai, demam, nafsu makan
menurun, lelah, muntah
• Jarang
– Reaksi sedang sampai serius
• Tangis terus menerus (> 3 jam): 100 / 10.000
dosis
• Demam : 30 / 10.000 dosis
• Kejang : 6 / 10.000 dosis
• Lumpuh, pucat, kesadaran menurun 6 / 10.000
dosis
• Sangat jarang
– Reaksi alergi berat (sesak, syok)
– Reaksi otak berat (kejang lama,
penurunan kesadaran sampai koma)
REAKSI SIMPANG
VAKSIN POLIO
• Meski sangat jarang, dapat
menyebabkan polio (1 kasus setiap
2,4 juta dosis dalam setahun) baik
pada yang di vaksin atau pada
kontak erat
– Kejadian pada dosis pertama :
• 1 kasus per 750.000 dosis
REAKSI SIMPANG
VAKSIN CAMPAK
• Demam > 39,40C
– 5-15 % resipien, 6-12 hari setelah
penyuntikan, demam berlangsung 1-2 hari
sampai 5 hari
• Ruam transien
– 5%
• Trombositopeni transien
• Ensefalopati / ensefalitis
– 1/ 1 juta
• Syok anafilaksis
– 1 / 20.000 – 1/1 juta
REAKSI SIMPANG VAKSIN MMR
• Ringan
– Demam: 1 / 6 dosis
– Ruam ringan: 1 / 20 dosis
– Pembesaran kelenjar leher : jarang
• Sedang
– Kejang demam : 1 / 3.000 dosis
– Nyeri dan kaku sendi sementara: 1/4
dosis
– Penurunan jumlah trombosit sementara:
1 / 30.000 dosis
• Berat
– Reaksi alergi serius: < 1 / 1 juta dosis
– Sangat jarang: tuli, kejang lama,
penurunan kesadaran sampai koma,
kerusakan otak permanen
REAKSI SIMPANG
VAKSIN Hib
– Ringan
• Kemerahan, hangat atau pembengkakan
pada daerah suntikan: 1 / 4 dosis
• Demam:
– 1 / 20 dosis
• Reaksi dimulai pada hari pertama dan
berlangsung 2-3 hari
A.PENGERTIAN
Peralatan rantai vaksin adalah
seluruh peralatan yg digunakan
dalam pengelolaan vaksin sesuai dg
prosedur untuk menjaga vaksin pada
suhu yg telah ditetapkan.
B.JENIS PERALATAN RANTAI
VAKSIN
1.LEMARI ES
2.KOTAK DINGIN ( Cold Box )
3.VACCINE CARRIER / THERMOS
Suatu alat utk mengirim / membawa
vaksindr Puskesmas atau tempat
pelayanan imunisasi linnya yg dpt
mempertahankan suhu +2° C-+8° C
Rak 1 : Vaksin Polio, Campak ,dan BCG
Rak II : Vaksin Hept.ADS (PID)/Hept B-vial,DPT
Rak III: DD.TT
Fungsi Cold Pack & Cool Pack sbg penahan suhu ketika
terjadi kerusakan pd lemari es dan agar suhu tetap
stabil.
Thermometer : letakkan bersama vaksin pd rak ke 2 sbg
pengontrol suhu.Freeze watch/ freeze tag
Lakukan pencataan suhu 2 kali dlm sehari pd grafik suhu.
Suhu sdh ant +2° C - _ +8° C, maka POSISI
THERMOSTAT JANGAN DIRUBAH.
Di tingkat Puskesmas ada beberapa alat pemantau suhu utk
mengetahui kondisi vaksin yaitu :