B. •Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan
dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas
imunisasi rutin, tambahan (Kemenkes RI, 2013).
1. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus
harus dilaksanakan pada periode tertentu yang telah ditetapkan. Berdasarkan tempat
pelayanan imunisasi rutin dibagi menjadi: a). Pelayanan imunisasi di dalam gedung
(komponen statis) dilaksanakan di puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit atau
rumah bersalin, b). Pelayanan imunisasi di luar gedung dilaksanakan di posyandu, di
sekolah, atau melalui kunjungan rumah, c). Pelayanan imunisasi rutin dapat juga
diselenggarakan oleh swasta (seperti rumah sakit swasta, dokter praktek dan bidan
praktek) (Lisnawati, 2011).
2. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar
ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini sifatnya
tidak rutin, membutuhkan biaya khusus, kegiatan dilaksanakan dalam suatu periode
tertentu (Lisnawati, 2011). Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan
adalah:
a. Backlog fighting
b. Crash program
c. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
d. Sub PIN
e. Catch up Campaign campak
f. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI)
• Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai
dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
menular tertentu. Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam
imunisasi wajib, namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di Indonesia
mengingat beban penyakit dari masingmasing penyakit. Jenis imunisasi pilihan dapat
berupa imunisasi Haemophilus Influenza tipe b (Hib), Pneumokokus, Rotavirus,
Influenza, Varisela, Measles Mump Rubella (MMR), Demam Tifoid, Hepatitis A,
Human Papiloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis (Kemenkes RI, 2013).
• Imunisasi Dasar
Imunisasi ini diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun. Jenis imunisasi dasar
terdiri atas Hepatitis B pada bayi baru lahir, BCG, Difhteria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B (DPT-HB) atau Difhteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus
Influenza type B (DPT-HB-Hib), Polio dan Campak (Kemenkes RI, 2013)
E. Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) – hal yang terjadi, cara penanganan dan
antisipasinya?
KIPI adalah salah satu reaksi tubuh pasien yang tidak diinginkan yang muncul setelah
pemberian vaksin. KIPI dapat terjadi dengan tanda atau kondisi yang berbeda-beda.
Mulai dari gejala efek samping ringan hingga reaksi tubuh yang serius seperti
anafilaktik (alergi parah) terhadap kandungan vaksin.
Gejala KIPI yang ringan dapat bersifat lokal atau sistemik. KIPI ringan bersifat lokal
dapat berupa rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan di area tubuh yang mengalami
infeksi setelah diberikan imunisasi. Sedangkan respon sistemik dapat berupa
munculnya demam, sakit kepala, lemas, atau rasa tidak enak badan. KIPI ringan
biasanya terjadi sesaat setelah diberikan vaksin dan dapat membaik dengan sangat
cepat dengan pengobatan untuk mengurangi gejala ataupun tidak.
Cara penanganannya Setelah diimunisasi, sebaiknya perhatikan dan pantau beberapa
kondisi tubuh yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau keabnormalan pada bagian
tubuh tertentu, baik itu tanda kemerahan atau rasa nyeri. Semua gejala KIPI dapat
muncul dalam hitungan menit hingga jam pasca imunisasi.
F. 1. Kapan diberikan Hb1 (HbsAg 10ug) Hep B2 dan Hep B3? Dan dimana
pemberiannya (lokai injeksi)?
2. Apa yang harus diperhatikan dalam pemberian vaksin kombinasi (misalnya
pentabio) pada anak dalam kasus vaksin hep B?
3. Apa yang harus diperhatikan jika ibu bayi mengalami HbsAg Positif?
4. Apa yang harus diperhatikan jika bayi mengalami HbsAg Positif atau HbsAg
Negatif?
G. 1. Perbedaaan OPV,IPV,tOPV,,bOPV
OPV
Di ambil secara lisan sebagai tetesan
Mudah dikelolah dan tidak membutuhkan tenaga kesehatan terlatih
Tindakan pencegahan utama terhadap polio menggunakan polio
Vaksin polio tidak aktif (IPV)
Di berikan melalui injeksi
Membutuhkan tenaga kesehatan terlatih
Di negara-negara yang masih menggunkan opv, diberikan opv
Memperkuat sistem kekebalan tubuh dan memberikan perlindungan lebih lanjut dari
polio
tOPV
Mengandung sero tipe 1,2, dan
bOPV
Mengandung virus polio sero tipe 1 dan 3
(Kedua vaksin tersebut telah di berikan kepada milliaran anak dan sangat
aman)
2. Mengapa vaksin polio tetap diberikan walaupun data WHO pada tanggal 27 Maret
2014 Indonesia dinyatakan bebas polio?
Karena masih terdapat dua wilayah regional dunia yang belum mencapai tahap
eradikasi polio yaitu Regional Afrika dan Regional Mediterania Timur
3. Jelaskan dampak dan tanda klinis anak yang terkena polio dan penanganannya?
Karena virus polio pada umumnya menyerang bagian saraf tubuh sehingga dapat
memperlambat kinerja saraf untuk bergerak, sedangkan Tanda klinis Panas, demam,
kemudian ototnya lemas, gejala infeksi bermacam-macam bahkan ada yang tidak
menimbulkan gejala. Tetapi pada umumnya anak akan demam tinggi,lesu,nyeri
otot,sakit tenggorokan dan pusing.Cara penanganannya hanya bisa di obati secara
siptomatis untuk mengurangi keluhan yang dapat muncul seperti demam, mual
muntah, nyeri dan dan sebagainya.Penyakit ini dapat di cegah dengan pemberian
imunisasi pada bayi baru lahir dan di berikan pada saat usia 2,3,4, dan 18 bulan.
3.Mengapa pada anak yang sudah di berikan BCG masih bisa terkena TB
Masih ada faktor-faktor lain pula yang turut berperan. Misalnya adalah faktor
lingkungan dan penyakit penyerta.Meski sudah diimunisasi, tetap harus melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat. Jaga kondisi tubuh
I. DTP
Pemberian DTP dan booster ?
Imunisasi DTP pada anak-anak diberikan sebanyak 5 kali, sejak anak berusia 2 bulan
hingga 6 bulan. Tiga pemberian pertama pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Pemberian yang ke-4 adalah pada usia 18 bulan, dan pemberian yang terakhir pada
usia 5 tahun. Dosis yang diberikan yakni satu kali suntikan setiap jadwal imunisasi.
Setelahnya, dianjurkan melakukan booster Tdap (imunisasi ulang Tetanus Difteri dan
Pertusis) tiap 10 tahun.
Fungsi DTP ?
DTP adalah singkatan dari Difteri, Pertusis, dan Tetanus. Imunisasi DTP adalah salah
satu vaksinasi yang wajib diberikan kepada balita.
K. Bagaimana jika anak terlambat imunisasi atau belum imunisasi di usia 1 tahun ke
atas?
Tetap bisa mendapatkan semua jenis vaksin secara lengkap meski saat ini sudah
berusia 3 tahun dan belum pernah sama sekali mendapatkan imunisasi. Hal ini disebut
dengan Catch Up Immunization. Pada kasus dimana jadwal imunisasi terlambat atau
tidak teratur, maka segera kita lanjutkan imunisasi yang tertunda sesuai jadwal.