Anda di halaman 1dari 52

PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)

BAGI PETUGAS SURVEILANS DI PUSKESMAS

MPI 3 : PROGRAM IMUNISASI


TUJUAN PEMBELAJARAN

❑ HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami dan menjelaskan program
imunisasi sesuai dengan pedoman yang ada

❑ INDIKATOR HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:


1. Menjelaskan Imunisasi Rutin
2. Menjelaskan Imunisasi Tambahan
3. Menjelaskan Pengelolaan Vaksin dan Rantai Dingin Vaksin
MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
 A. Imunisasi Rutin
1. Jadwal Imunisasi Rutin
2. Upaya Imunisasi Kejar

B. Imunisasi Tambahan
1. Crash Program
2. PIN/Sub PIN
3. Outbreak Response Immunization (ORI)

C. Pengelolaan Vaksin dan Rantai Dingin Vaksin


1. Pengelolaan Vaksin
2. Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin
METODE

A. Ceramah tanya jawab


B. Curah pendapat

MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Modul 6. Kertas Plano


2. Bahan Tayang 7. Sticky notes
3. LCD 8. Laptop
4. Pointer 9. Spidol
5. Papan Flipchart
IMUNISASI RUTIN
1. Jadwal Imunisasi Rutin
2. Upaya Imunisasi Kejar
PENGERTIAN DAN JENIS IMUNISASI
(Permenkes No.12 Tahun 2017)
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan

IMUNISASI

Imunisasi Program

Imunisasi yang diwajibkan kepada Imunisasi Pilihan


seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi Imunisasi yang dapat diberikan kepada
yang bersangkutan dan masyarakat seseorang sesuai dengan
sekitarnya dari penyakit yang dapat kebutuhannya dalam rangka
dicegah dengan imunisasi melindungi yang bersangkutan dari
penyakit tertentu
JENIS IMUNISASI PROGRAM
Imunisasi Program

Imunisasi Rutin Imunisasi Tambahan Imunisasi


Khusus

Dasar Lanjutan Imunisasi yang di berikan sesuai Imunisasi bagi orang yang
Imunisasi pada bayi, • Anak bawah dua kajian epidemiologi di suatu menuju dan dari tempat
yaitu: tahun: daerah, endemis jenis PD3I tertentu
• Hepatitis B ✔DPT-HB-Hib • Crash program •Imunisasi Meningitis
• BCG ✔Campak Rubela • PIN/Sub PIN Meningokokus
• Polio Tetes (OPV) • Anak Usia • Imunisasi dalam • Imunisasi Yellow Fever
• DPT-HB-Hib SD/Sederajat (BIAS): penanggulangan KLB (Demam Kuning)
• Polio Suntik (IPV) ✔Campak Rubela (Outbreak Response •Imunisasi Rabies
• Campak Rubela ✔DT Immunization/ • Imunisasi Polio
• PCV ✔Td ORI)
• Rotavirus ✔HPV
• WUS yaitu Td
Imunisasi Dasar pada Bayi

Umur Jenis Imunisasi


< 24 Jam Hepatitis B (HB-0)
1 Bulan BCG dan OPV1
2 Bulan DPT-HB-Hib 1 dan OPV2, PCV 1, RV 1*
3 Bulan DPT-HB-Hib 2 dan OPV3, PCV 2, RV 2*
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, OPV4 dan IPV 1, RV 3*
9 Bulan Campak-Rubela, IPV 2**
10 Bulan JE***

Keterangan :
*) dilaksanakan di wilayah introduksi mulai tahun 2022, akan diperluas ke seluruh provinsi
secara bertahap
**) dilaksanakan di wilayah introduksi mulai tahun 2022, akan diperluas ke seluruh provinsi secara bertahap (kecuali
DIY)
***) dilaksanakan di wilayah endemis
Imunisasi Lanjutan pada Baduta

Imunisasi pada anak dibawah usia dua tahun terdiri dari imunisasi
PCV, DPT HB-Hib dan Campak Rubela

Umur Jenis Imunisasi

12 Bulan PCV 3
DPT-HB-Hib 4
18 Bulan
Campak-Rubela 2
Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia SD/Sederajat
Strategi:
• Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan kegiatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
• Bagi sasaran yang tidak bersekolah, dilaksanakan di posyandu, puskesmas
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya maupun Lembaga Kesejahteraan
Sosial Anak (LKSA)
Sasaran  

Interval
Jenis Vaksin Bulan
Sekolah Tidak sekolah Minimal

Campak-Rubela Agustus  
Kelas 1 7 tahun
DT November
1 tahun setelah pemberian DT
Kelas 2 8 tahun Td November

Td November  
Kelas 5 11 tahun
HPV 1* Agustus
6 bulan setelah pemberian HPV
KelasKeterangan
6 : 12 tahun HPV 2* Agustus
dosis 1
*) dilaksanakan di wilayah introduksi, akan diperluas ke seluruh provinsi secara bertahap
Imunisasi Lanjutan pada WUS

• Sebelum imunisasi, dilakukan penentuan status


imunisasi tetanus (skrining) terlebih dahulu
• Pemberian imunisasi Td tidak perlu diberikan apabila
status sudah mencapai T5

Status Interval Minimal Pemberian Masa


Imunisasi Perlindungan
T1 - -
T2 4 Minggu setelah T1 3 Tahun
T3 6 Bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 Tahun setelah T3 10 Tahun
T5 1 Tahun setelah T4 > 25 Tahun
Menghitung Cakupan Imunisasi
Denominator numerator Rumus

data jumlah sasaran = [ a / b ] x 100%


data jumlah sasaran
di wilayah kerja
yang telah
puskesmas (bayi, Keterangan :
mendapatkan
baduta, anak usia a = Jumlah sasaran kelompok tertentu
imunisasi tertentu
sekolah setiap yang telah mendapatkan imunisasi tertentu
tingkatan kelasnya, pada tahun perhitungan (numerator)
WUS atau ibu hamil, b = Jumlah sasaran kelompok tertentu
dan sasaran tertentu pada tahun perhitungan (denominator)
pada kegiatan
imunisasi tambahan)

Target cakupan per antigen adalah minimal 95%, merata di seluruh wilayah

 
Imunisasi Kejar

DOFU BLF
(Drop-out Follow Up) (Backlog Fighting)

• Apabila anak tidak mendapatkan imunisasi rutin sesuai jadwal yang


direkomendasikan maka perlu dilakukan kegiatan imunisasi kejar untuk
melengkapinya
• Imunisasi kejar dapat dilakukan sampai anak berusia 3 tahun
Drop-Out Follow Up (DOFU)
• DOFU dilakukan untuk menindaklanjuti apabila masih ada
bayi/baduta yang belum mendapatkan imunisasi sesuai jadwal
• DOFU dapat dilakukan secara periodik (bulanan, triwulanan,
dan tahunan)
Backlog Fighting (BLF)
• Kegiatan melengkapi status imunisasi anak yang berusia kurang dari 3 tahun yang belum
mendapatkan imunisasi dasar maupun lanjutan.
• Diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa/kelurahan yang selama 2 tahun berturut-turut tidak
mencapai UCI

Kajian
epidemiologis
oleh petugas
surveilans
IMUNISASI TAMBAHAN
1. Crash Program
2. PIN/Sub PIN
3. Outbreak Response Immunization (ORI)
Pemberian imunisasi
tambahan pada sasaran tanpa
memandang status
Crash Program
imunisasi sebelumnya yang
dilaksanakan pada wilayah
yang memerlukan intervensi
secara cepat untuk menutup
kesenjangan imunitas dalam Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan
rangka mencegah terjadinya
KLB crash program adalah:
1. Peningkatan kasus dan kejadian KLB PD3I
tinggi ;
Luas wilayah dan kelompok usia
sasaran ditentukan berdasarkan kajian 2. Desa/kelurahan selama tiga tahun
epidemiologi
berturut-turut tidak mencapai UCI; dan
3. Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
Petugas
surveilans
PIN/Sub-PIN

❑ PIN merupakan kegiatan imunisasi yang


dilaksanakan secara serentak di suatu Negara
dalam waktu yang singkat
❑ Bertujuan untuk memutuskan mata rantai
penyebaran suatu penyakit dan meningkatkan herd
immunity
❑ Sub PIN merupakan kegiatan yang serupa dengan
PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah-wilayah
terbatas yaitu di beberapa provinsi atau
kabupaten/kota
Outbreak Response Immunization
(ORI)

Outbreak Response Immunization (ORI) merupakan


kegiatan pemberian imunisasi kepada sasaran yang
dilaksanakan pada wilayah yang memerlukan
intervensi secara cepat untuk menanggulangi KLB.

Pemberian imunisasi dapat dilakukan dengan atau


tanpa memandang status imunisasi sebelumnya,
secara massal
Kegiatan dilakukan pada wilayah terjangkit dan wilayah
sekitar yang berisiko tinggi dengan kelompok usia
sasaran adalah sesuai usia tertinggi suspek atau
berdasarkan kajian epidemiologi
Mekanisme ORI (1)
KLB MEKANISME ORI

CAMPAK • Tanpa memandang status imunisasi sebelumnya


• Dilakukan pada wilayah terjangkit dan wilayah sekitar
yang berisiko tinggi, sesuai kajian epidemiologi.
• Kelompok usia sasaran ditentukan berdasarkan kajian
epidemiologi.
• Target cakupan ORI adalah minimal 95%.
• Tindak lanjut: RCA dan jadwalkan pemberian imunisasi
bagi sasaran yang belum mendapatkannya dan lakukan
corrective actions
Mekanisme ORI (1)
KLB MEKANISME ORI
DIFTERI • ORI dilakukan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
• Sangat direkomendasikan agar ORI dilaksanakan pada seluruh wilayah di
kabupaten/kota terjangkit dengan kelompok usia sasaran adalah sesuai usia
tertinggi suspek, berdasarkan kajian epidemiologi.
• Apabila terdapat kendala sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan ORI se-
kabupaten/kota maka ORI harus dilaksanakan minimal di wilayah kecamatan
terjangkit.
• Jenis vaksin yang digunakan adalah sesuai dengan usia sasaran: DPT-HB-Hib bagi
anak usia di bawah 5 tahun, DT bagi anak usia 5 sampai dengan kurang dari 7 tahun
dan Td bagi sasaran yang berusia 7 tahun ke atas.
• ORI dilaksanakan dalam 3 putaran dengan interval putaran pertama dan putaran
kedua adalah 1 bulan sedangkan interval putaran kedua dan putaran ketiga adalah 6
bulan.
• Target cakupan ORI adalah minimal 90%.
• Tindak lanjut: RCA dan jadwalkan pemberian imunisasi bagi sasaran yang belum
mendapatkannya dan lakukan corrective actions
Outbreak Response Immunization
Mekanisme ORI (2)
KLB MEKANISME ORI

PERTUSIS
• Melaksanakan RCA (Rapid Convenience Assessment) atau
survei cepat status imunisasi DPT-HB-Hib anak usia <5
tahun pada wilayah lokasi terjangkit dan wilayah sekitarnya
yang berisiko tinggi
• Lengkapi status imunisasi anak, jadwalkan pemberian
imunisasi bagi sasaran tersebut
Outbreak Response Immunization
Mekanisme ORI (2)
KLB MEKANISME ORI

POLIO • Respon cepat terbatas yaitu pemberian imunisasi tambahan yang


dilaksanakan dalam kurun waktu maksimal 14 hari paska dilaporkannya
kasus positif polio.
Kegiatan ini dilakukan di seluruh wilayah di kabupaten/kota
terjangkit.
Sasaran adalah anak usia <5 tahun atau dapat ditingkatkan menjadi
10-15 tahun bahkan seluruh populasi, berdasarkan kajian
epidemiologi.
Jumlah sasaran berkisar 200.000-500.000 sasaran untuk KLB Polio
tipe 1 atau tipe 3, sedangkan untuk KLB Polio tipe 2 berkisar
100.000-400.000 sasaran.
Target cakupan adalah minimal 95%.
Outbreak Response Immunization
Mekanisme ORI (2)
KLB MEKANISME ORI

POLIO • Respon cepat terbatas kemudian dilanjutkan dengan Sub PIN sejumlah 2 putaran
dengan wilayah yang lebih luas, berdasarkan kajian epidemiologi.
Interval waktu antara putaran pertama dan kedua adalah 1 bl.
Sasaran adalah anak usia <5 tahun atau dapat ditingkatkan
menjadi 10-15 tahun bahkan seluruh populasi, berdasarkan
kajian epidemiologi.
Jumlah sasaran berkisar 2 jt sasaran untuk KLB Polio tipe 1
atau tipe 3, sedangkan untuk KLB Polio tipe 2 berkisar 1-4 juta
sasaran.
Target cakupan Sub PIN adalah minimal 95% untuk masing-
masing putaran.
• Apabila teridentifikasi adanya kabupaten/kota atau wilayah dengan cakupan Sub
PIN yang rendah, sehingga masih banyak sasaran yang belum mendapat imunisasi,
maka Sub PIN dapat dilanjutkan dengan kegiatan Mop-Up.
• Tindak lanjut: RCA dan jadwalkan pemberian imunisasi bagi sasaran yang belum
mendapatkannya, lakukan corrective actions
Analisa Situasi
Advokasi,
(Didukung Mikroplaning
koordinasi dan
Dengan Kajian
sosialisasi
Epidemiologis)

Identifikasi/ Perhitungan Menyusun


Mekanisme Pendataan
sasaran
kebutuhan
vaksin dan
strategi dan
jadwal
Pelaksanaan logistik, SDM pelaksanaan
dan
Imunisasi pembiayaan

Tambahan

Pelaksanaan Imunisasi Tambahan


di Posyandu (di luar jadwal rutin Posyandu), Puskesmas,
Pencatatan Rumah Sakit, Klinik, Dokter Praktik, Tempat Praktek
dan pelaporan hasil Mandiri Bidan (TPMB), Praktik Mandiri Perawat, pos
layanan imunisasi lainnya di lokasi pusat desa/kelurahan yang
dekat dengan tempat tinggal masyarakat, maupun
sarana pendidikan (misalnya sarana PAUD, TK, dll)
PENGELOLAAN VAKSIN DAN RANTAI
DINGIN VAKSIN
1. Pengelolaan Vaksin
2. Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin
Pengertian Vaksin

VAKSIN VACCINIA

VAKSIN Vaksin adalah suatu produk biologi yang terbuat dari kuman
atau komponen kuman (bakteri, virus) yang telah dilemahkan
atau dimatikan, racun kuman (toxoid) atau rekombinan yang
dapat merangsang timbulnya respon antibodi spesifik secara
aktif terhadap penyakit tertentu.
Klasifikasi Vaksin (1)
PENGGOLONGAN BERDASARKAN KANDUNGAN

Bibit penyakit
yang Bibit penyakit Rekombinan
dilemahkan yang dimatikan
(live (inactivated) Hep. B, HPV
attenuated)

• Virus : Polio (OPV),


Campak Rubela , Yellow • Virus : IPV, Rabies
Fever, JE • Basis Protein : Sub unit pertusis
• Bakteri: BCG • Toxoid : Difteri dan Tetanus
Klasifikasi Vaksin (2)
PENGGOLONGAN BERDASARKAN SENSITIVITAS TERHADAP
SUHU

■Hepatitis B
■Td
FS ■DPT-HB-Hib
Gol. vaksin yang akan rusak
(Freeze Sensitive) ■DT
terhadap suhu dingin <00C (beku)
tidak tahan beku ■ Polio Suntik (IPV)
■ HPV
■ PCV

■ BCG
HS Gol. vaksin yang akan rusak ■ Polio tetes (OPV)
(Heat Sensitive) terhadap paparan panas yang ■ Campak-rubela
tidak tahan panas berlebih (>340C) ■ JE
■ RV
Jenis Vaksin

Hepatitis B BCG Polio DPT-HB-Hib Campak-Rubella DT

Td IPV HPV PCV JE RV


Penyimpanan Vaksin
Pelarut vaksin
disimpan pada
suhu 2°C s.d. 8°C
atau pada suhu
ruang terhindar
dari sinar matahari
langsung. Sehari
sebelum
digunakan, pelarut
disimpan pada
suhu 2°C s.d. 8°C
Ketentuan Prioritas Penggunaan Vaksin
1. Keterpaparan vaksin 2. Masa kadaluarsa 3. Waktu penerimaan
terhadap panas vaksin vaksin

Vaksin yang terlebih


Apabila kondisi
dahulu diterima
VVM vaksin
sebaiknya dikeluarkan
sama, maka
terlebih dahulu. Hal ini
digunakan vaksin
dilakukan dengan
yang lebih
asumsi bahwa vaksin
pendek masa
yang diterima lebih awal
kadaluwarsanya
mempunyai jangka
(Early Expire First
waktu pemakaian yang
Out/EEFO).
lebih pendek.
Pemakaian Vaksin Sisa

Vaksin sisa pada pelayanan statis Masa Pemakaian Vaksin Sisa (vial terbuka)
(Puskesmas, Rumah Sakit atau praktek
swasta) bisa digunakan pada pelayanan
hari berikutnya. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi adalah:

• Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C


• VVM dalam kondisi A atau B
• Belum kadaluwarsa
• Tidak terendam air selama
penyimpanan
• Belum melampaui masa pemakaian
Pendistribusian
Seluruh proses distribusi vaksin
program dari pusat sampai ke
tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas
vaksin tetap tinggi agar mampu
memberikan kekebalan yang
optimal kepada sasaran
Penyusunan Vaksin
pada Vaccine Refrigerator
Prinsip-prinsip penyusunan vaksin dalam vaccine refrigerator antara lain:

• Semua vaksin disimpan pada suhu 20C s/d 80C


• Letakkan cool pack di bagian bawah refrigerator sebagai penahan dingin dan
menjaga kestabilan suhu.
• Antar dus vaksin diberi jarak antara minimal 1- 2 cm atau satu jari tangan.
• Vaksin HS ( BCG, Campak-Rubella, Polio ) diletakkan dekat dengan
evaporator.
• Vaksin FS (Hep. B, DPT/HB/Hib, DT, Td, IPV, HPV, PCV dan JE) diletakkan jauh
dengan evaporator.
• Vaksin dalam vaccine refrigerator harus diletakkan dalam kotak vaksin .
Penyusunan Vaksin di ILR
Penyusunan Vaksin di Refrigerator tipe RCW 42
Penyusunan Vaksin di Refrigerator tipe RCW 50
Penyusunan Vaksin di Refrigerator Rumah Tangga

Jangan menyimpan
vaksin di pintu
Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan (1)
Di Puskesmas dan Unit Pelayanan Statis Lainnya

1. Vaksin disimpan dalam vaccine refrigerator dengan suhu 2oC s.d


8oC.
2. Ketika akan melakukan pelayanan imunisasi, siapkan vaksin ke
dalam vaccine carrier yang diberi kotak dingin cair.
3. Letakkan vaccine carrier di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung.
4. Dalam penggunaan, letakkan vaksin diatas spon/busa yang
berada di dalam vaccine carrier.
5. Di dalam vaccine carrier tidak boleh ada air yang merendam
vaksin. Ini untuk mencegah kontaminasi vaksin dari bakteri lain.
Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan (2)

Di Posyandu atau Pelayanan Luar Gedung Lainnya

Pada prinsipnya sama seperti di komponen statis, dan intinya


vaksin tetap berada pada suhu 2°C s.d 8°C. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
1. Sepulang dari lapangan, sisa vaksin yang belum dibuka
diberi tanda khusus untuk didahulukan penggunaannya
pada jadwal pelayanan berikutnya selama VVM nya masih
baik.
2. Semua sisa vaksin yang sudah dibuka pada kegiatan
lapangan misalnya pada posyandu, sekolah, atau pelayanan
di luar gedung lainnya tidak boleh digunakan lagi.
❖ Rantai dingin merupakan prosedur yang saling berkaitan
dan dirancang untuk menjaga vaksin dalam kisaran suhu
yang direkomendasikan dari titik produksi hingga titik
pelayanan

RANTAI ❖ Peralatan rantai dingin vaksin adalah seluruh peralatan


yang digunakan dalam pengelolaan vaksin untuk
menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan
DINGIN
VAKSIN Agar mutu rantai dingin vaksin dapat terjamin hingga vaksin diterima oleh
sasaran, maka prosedur berikut harus dilakukan:
1. Simpan vaksin dan bahan pelarut pada suhu yang tepat di seluruh
tingkat penyimpanan dan pelayanan.
2. Distribusi vaksin sesuai prosedur secara berjenjang sampai tingkat
pelayanan.
Jenis Peralatan Rantai Dingin Vaksin
SARANA ALAT
ALAT PEMBAWA ALAT PEMANTAU
PENYIMPAN MEMPERTAHANKAN
VAKSIN SUHU SUHU
VAKSIN

• Cold room • Cold Box • Cool Pack • Alat Pemantau suhu


analog
• Freezer Room • Vaccine Carrier • Ice Pack
• Alat Pemantau dan
• Vaccine Refrigerator • Dry Ice
Perekam Suhu Kontinyu
• Vaccine Freezer • Alat Pemantau paparan
suhu dingin
• Alat pemantau paparan
panas
Sarana Penyimpanan Vaksin (1)
Cold Room dan Freezer Room

⮚ Biasanya mempunyai kapasitas (volume) mulai


5.000 liter (5 m3)
⮚ Suhu bagian dalam cold room berkisar antara 2oC
s/d 8oC sedangkan freezer room berkisar antara -
15oC s/d -25oC
⮚ Kamar dingin dan kamar beku digunakan untuk
menyimpan vaksin dalam jumlah besar sehingga
harus tersedia di tingkat provinsi dan atau
kabupaten/kota yang memiliki jumlah penduduk
besar atau kabupaten/kota yang lokasinya secara
geografis jauh dari ibu kota provinsi.
Sarana Penyimpanan Vaksin (2)
Vaccine Refrigerator/Freezer

⮚ Vaccine Refrigerator adalah tempat menyimpan vaksin pada suhu yang ditentukan
yaitu antara 2cC sd 8oC
⮚ Vaccine Freezer adalah tempat menyimpan vaksin pada suhu yang ditentukan
yaitu antara -15oC s/d -25oC
⮚ Vaccine refrigerator dan freezer harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI) dan Performance Quality and Safety (PQS) dari WHO.

RCW 50 EK, RCW 50 EG


Alat Pembawa Vaksin (1)
FUNGSI-TUJUAN-BENTUK

FUNGSI : TUJUAN : BENTUK :


Untuk membawa vaksin dari suatu Agar vaksin yang dibawa Berbentuk kotak yang telah di-
tempat ke tempat lain dengan mempunyai kondisi tetap insulasi dengan baik sehingga
tetap mempertahankan suhu vaksin poten/berkualitas seperti pada menjadi “airtight” atau “kedap
sesuai standar. kondisi awalnya udara”

J Cold / cool box disposible


E
“Alat pembawa vaksin harus
N Cold / cool box reuseable
I
memenuhi SNI dan PQS WHO”
S  
Vaccine carrier
Alat Pembawa Vaksin (2)
Cold box disposible

Cold box reuseable

Vaccine Carrier
Alat Mempertahankan Suhu Vaksin

Cool Pack Cold Pack/Ice Pack


(Kotak Dingin Cair) (Kotak dingin beku)
Cool pack adalah wadah plastik • Cold pack adalah wadah plastik berbentuk segi
berbentuk segi empat yang empat yang diisi dengan air yang dibekukan
diisi dengan air kemudian dalam freezer dengan suhu -15°C s.d -25°C
selama minimal 24 jam
didinginkan dalam vaccine
refrigerator dengan suhu 2°C • cold pack tidak lagi direkomendasikan dalam
s.d 8°C selama minimal 12 jam program imunisasi di tingkat kabupaten/kota
(dekat evaporator). dan puskesmas karena berisiko menyebabkan
vaksin sensitif beku mengalami kerusakan.
Alat Pemantau Suhu (1)
1. Alat Pemantau Suhu Analog 2. Alat Pemantau dan Perekam Suhu Kontinyu

Peralatan yang ditempatkan dalam sarana Peralatan yang ditempatkan dalam sarana penyimpanan vaksin
yang dapat menyimpan data suhu selama 30 hari dengan interval
penyimpanan vaksin yang dapat
pencatatan yang disesuaikan (misal setiap 7 menit).
menampilkan suhu pada saat pengamatan.
Alat Pemantau Suhu (2)
3. Alat Pemantau Paparan Suhu Dingin 4. Alat Pemantau Paparan Suhu Panas

Peralatan yang ditempatkan dalam sarana Alat pemantau paparan suhu panas yang digunakan dalam
penyimpanan vaksin yang dapat menampilkan program imunisai adalah VVM (Vaccine Vial Monitor). VVM
indikator tertentu jika vaksin terpapar suhu biasanya tercantum dalam label kemasan vaksin. VVM memiliki
beku. beberapa manfaat antara lain memberikan peringatan kepada
petugas kapan harus menolak atau tidak menggunakan vaksin,
memungkinkan vaksin disimpan/dipakai di luar rantai dingin, dan
memberikan petunjuk vaksin mana yang harus lebih dahulu
didistribusikan/digunakan.
Referensi

1. Kemenkes, Permenkes No. 12 Tahun 2017 tentang


Penyelenggaraan Imunisasi, 2017

2. Pengelolaan Rantai Dingin Vaksin, TOT Imunisasi,


Kemenkes 2021
3. Kementerian Kesehatan, Pedoman Praktis Manajemen
Program Imunisasi di Puskesmas, Ditjen P2P, 2021
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai