Petugas kesehatan selalu berhadapan dengan pasien atau masyarakat, untuk itu perlu mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang baik untuk menyampaikan informasi-informasi kesehatan.
Petugas Kesehatan dalam berkomunikasi dan melakukan advokasi dapat mempengaruhi
pemangku kebijakan, pengelola program dan lintas sektor di dalam mengambil suatu keputusan
Mata pelatihan ini akan membahas tentang komunikasi risiko dan sasaran komunikasi, perilaku
dan sosial budaya yang mempengaruhi, strategi komunikasi risiko, Teknik komunikasi dalam
penyebarluasan informasi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan komunikasi risiko sesuai
pedoman yang ada
A. Pengertian
Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses yang bertujuan
meminimalkan risiko
Komunikasi risiko adalah proses pertukaran informasi secara terus-menerus, baik langsung dan
tidak langsung dengan pemberitaan yang benar dan bertanggung jawab yang terbuka dan
interaktif atau berulang di antara individu, kelompok atau lembaga.
PROSES KOMUNIKASI RESIKO
Bahaya akibat
risiko dpt di
kurangi/
dihilangkan
MASYARAKAT
SASARAN
MEDIA
KOMUNIKASI RISIKO
11
Masyarakat
12
PENYEBARAN INFORMASI
MEDIA DI PESAWAT TERBANG
Komunikasi yang baik dan benar dengan berbagai pihak
seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat
sangat penting sehingga tidak ada/menimbulkan
prasangka bahwa masyarakat akan selalu dirugikan atau
diberi beban oleh suatu peraturan atau kebijakan.
Ruang lingkup Komunikasi Risko dalam penanggulangan KLB dan atau wabah :
1. Persiapan Komunikasi Risiko
2. Pelaksanaan Komunikasi Risiko
Yang dibagi atas tahap sebelum, saat dan setelah KLB dan atau wabah.
Kegiatan inti komunikasi risiko adalah penyebaran informasi:
3. Langsung kepada masyarakat
4. Melalui media massa.
Pelaksanaan komunikasi risiko terbagi menjadi 2 tim yaitu:
Wilayah Sekitar
Diluar Wilayah
PELAKU DAN TEMPAT DI LAKUKAN KOMUNIKASI RISIKO
Rumah
Sakit
Bandara
Oleh KKP Terminal
Karantina Rumah
Diluar daerah
Karantina ,
monitoring Terminal
bandara dan Terminal
pelabuhan
PLBD
Oleh KKP Karantina
Pelabuhan
Oleh KKP
FASE Tidak ada kasus pada manusia hanya pada unggas
Menginformasi kepada masyarakat terkait PHBS
berhubungan dengan hewan, melalui saluran
komunikasi yang sdh ada
25
D. Pelaksanaan
A. Sasaran Komunikasi
Pengelompokan sasaran ini dalam konteks posisi dan peran kelompok
Sasaran primer
Adalah individu, kelompok atau masyarakat yang diharapkan akan berubah perilakunya
(semua anggota masyarakat yang berisiko tertular.)
Sasaran sekunder
adalah individu, kelompok atau organisasi yang mempengaruhi perubahan perilaku sasaran
primer (Misalnya kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, petugas
pemerintah, organisasi profesi, organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, lembaga
swadaya masyarakat dsb).
Sasaran tersier
adalah individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat
kebijakan dan keputusan (misalnya pejabat eksekutif, legislatif, penyandang dana, pimpinan
media massa, dsb)
Pemahaman mengenai sasaran komunikasi sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan
dalam penetapan tujuan suatu kegiatan komunikasi, penyusunan isi pesan, pemilihan
metode, alat dan bahan, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam persiapan kegiatan.
B. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap rangsangan (dari luar atau dalam dirinya) atau
suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan
(disadari atau tidak)
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari
bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat
memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Oleh Karena itu sangat
penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku seseorang/individu, sebelum ia mampu
mengubah perilaku tersebut.
C. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat. Perubahan perilaku harus mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di
masyarakat.
SENSITIFITAS BUDAYA
35
Materi Pokok 3. Strategi Komunikasi Risiko
2. Pemberitahuan Pertama.
Jika telah dideteksi terjadinya kasus, maka petugas kesehatan (Juru Bicara yang ditunjuk)
perlu memberitahu secepatnya keadaan yang sebenarnya kepada masyarakat, meskipun
penjelasan lebih rinci belum diperoleh Masyarakat
3. Transparansi.
Petugas atau Juru Bicara harus memberikan informasi sejujur mungkin dan tidak ragu
menjelaskan mengenai keadaan yang sedang terjadi, Petugas juga harus menjelaskan hal-hal
yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk membantu mengendalikan keadaan.
4. Pendapat dan Sikap Masyarakat.
Pada situasi krisis sangat penting untuk mengetahui apa yang menjadi pendapat dan concern
masyarakat, perlu ditanyakan dan ditelusuri apa kata masyarakat, termasuk sikap,
kepercayaan, kebiasaan dan perilaku yang lain. Hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan
yang berguna dalam menyusun pesan kunci maupun strategi komunikasi.
5. Perencanaan.
Sekrisis apapun situasinya, perencanaan merupakan hal yang harus dilakukan. Perlu disusun
rencana komunikasi krisis mencakup penetapan juru bicara, penetapan waktu pemberitahuan
pertama, pesan kunci, hubungan dengan pihak lain, dsb.
Perencanaan ini juga akan menempatkan kegiatan komunikasi sebagai bagian integral dari
manajemen risiko dan kegiatan pengendalian penyakit secara keseluruhan
TIP BERKOMUNIKASI DENGAN MEDIA / PRES
• Terus menerus mengembangkan materi atau bahan untuk media massa.
• Menggunakan berbagai media yang ada untuk menyampaikan pesan kepada publik.
1. Mempersiapkan diri yaitu harus tahu dengan jelas apa tujuan kita, target masyarakat kita,
skill yang dibutuhkan, dan konsep dasar mobilisasi
2. Membina hubungan dengan masyarakat dan tokoh masyarakat ;
3. Menjumpai/silaturrahmi dengan tokoh-tokoh masyarakat/ masyarakat baik dirumahnya
ataupun ditempat-tempat keramaian masyarakat seperti di pos jaga, pasar, warung, surau,
dsb.
4. Berupaya hidup dan tinggal bersama di dalam desa sehingga lebih menyatu dan
memahami keseharian masyarakat
5. Mengetahui kebiasaan atau tradisi mayarakat tersebut sehingga tidak terjadi benturan
6. Hadir dalam kegiatan kemasyarakatan yang bersifat umum dan keagamaan
7. Bangun pola hubungan kemitraan,
8. Tunjukkan sikap ramah, sopan santun dan berakhlak yang baik dalam keseharian bersama
masyarakat (membangun citra yang positif)
9. Upayakan dan tanamkan pemahaman pada diri kita sebagai fasilitator bahwa program
penanganan bencana pada dasarnya merupakan program milik masyarakat dan
kebutuhan masyarakat, maka masyarakat harus dilibatkan secara total dari tahap
perencanaan program hingga implementasi dan pengembangannya
1. Paparkan kondisi potret desa/wilayah mereka berdasarkan data dan fakta dan
actual,terutama tentang bencana yang sedang terjadi, kondisi kerentanan dan resiko
bahaya yang dapat terjad
2. Jelaskan dampak dari KLB atau wabah jika terjadi,
3. Tanamkan pemahaman bahwa KLB atau wabah dapat dikurangi dampak
risikonya/mitigasi risiko
4. Jelaskan kepada mereka bahwa merekalah yang lebih tahu dengan baik tentang desa
mereka
5. Tunjukkan kesunguhan kita, kejelasan visi dan misi kita dan pengalaman kita dalam
upaya bersama membantu masyarakat untuk mengurangi risiko dampak KLB dan atau
wabah
Media massa, cetak maupun elektronik, merupakan saluran yang sangat efektif dalam
penyebar-luasan informasi, Jadi dalam komunikasi resiko, komunikasi dengan media massa
mutlak dilakukan. Pada dasarnya komunikasi dengan media massa akan lebih efektif jika
hubungan dengan media massa sudah terjalin baik.
Jenis komunikasi yang didasarkan pada situasi kekuatiran masyarakat dan tingkat bahaya yang
sesungguhnya (Peter Sandman, Amerika). Formulanya adalah ”Risk = Hazard + Outrage”.
Pemahaman terhadap situasi ini diperlukan sebagai pertimbangan dalam mengambil bentuk
komunikasi yang paling sesuai.
B
A
H
KOMUNIKASI
A PENDIDIKAN
KRISIS
Y KESEHATAN
A
/
BINA SUASANA
H
A
PENENANGAN
Z
A
R
D
Bentuk komunikasi yang disarankan untuk setiap situasi
Audiens : Apatis, Ini adalah situasi umum yang terjadi pada hampir setiap masyarakat, setiap
waktu dan setiap masalah.
Tugas : Mengembangkan dan menyebar-luaskan informasi yang singkat, padat dan mengena.
Untuk masalah yang serius, ini dapat berarti memprovokasi audiens.
Dukungan : Tidak perlu mendengarkan, atau memikirkan keinginan dan keberatan audiens.
Biasanya mereka tidak ambil pusing
2. Bina Suasana : Bahaya Sedang, Kekuatiran Sedang (waspada/perhatian)
Audiens : Peduli, perhatian, namun tidak panik atau marah. Audiens ideal, jarang terjadi.
Tugas : Membahas masalah secara terbuka dan rasional, menjelaskan kebijakan dan program,
menjawab pertanyaan dan keingin-tahuan audiens.
Media : Dialog interaktif, didukung dengan media massa khusus (website, newsletter, dsb).
Tantangan : Tidak ada, kecuali mungkin inefisiensi pada dialog personal, serta perlunya
mempersiapkan materi teknis lengkap (karena audiens inilah satu-satunya yang ingin
mendengarkannya)
Dukungan : Ini adalah suasana terbaik untuk berkomunikasi. Menciptakan suasana seperti ini
merupakan tujuan dari bina suasana.
3. Penenangan Massa : Bahaya Rendah, Kekuatiran Tinggi (panik/marah)
Audiens : Sekelompok orang yang marah atau panik. Kelompok ini biasanya kecil, namun sering
diikuti oleh orang-orang yang mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya.
Media : Komunikasi langsung. Beri kesempatan audiens untuk lebih banyak berbicara.
Tantangan : Kemarahan audiens terhadap petugas, kemarahan petugas terhadap audiens, dan
keharusan petugas untuk berkonsentrasi pada tugas menurunkan kepanikan daripada
menjelaskan substansi teknis.
Audiens : Publik luas yang sangat kuatir. Dalam situasi seperti ini, biasanya bukan kemarahan
yang muncul, namun kepanikan, ketidak-berdayaan dan kebingungan. Sikap yang
muncul selanjutnya dapat berupa pengingkaran, teror atau depresi.
Tugas : Membantu audiens untuk mengatasi rasa takut dan kebingungan. Strategi komunikasi
mencakup menghindari jaminan yang berlebihan, menjelaskan dilema yang ada,
bersikap manusiawi dan empatik, serta memberikan tips tentang hal-hal yang harus
dilakukan.
Media : Media massa, secara monolog. Jika memungkinkan, komunikasi langsung dengan
masyarakat. Dalam situasi ini sesungguhnya tidak ada ’audiens’ atau ’publik’, karena
setiap orang terlibat langsung.
Tantangan : Stres akibat krisis itu sendiri. Komunikasi krisis berbeda dengan kegiatan komunikasi
atau kehumasan rutin. Jubir yang terlatih untuk komunikasi rutin harus melakukan
adaptasi untuk komunikasi krisis.
TERIMA KASIH
50
Aturan Jubir
SK Menkes No. 342 tahun 2007 ttg Pejabat yang berwenang memberikan
informasi kpd pers dan atau publik :
• Menkes kebijakan
• Pejabat Es 1 dan Es2 teknis
• Pejabat Es 3 atas seijin Es 2 teknis
PENUGASAN:
BERMAIN PERAN /
ROLE PLAY
(90mnt)
9/22/2022 52