Petugas kesehatan selalu berhadapan dengan pasien atau masyarakat , untuk itu perlu mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang baik untuk menyampaikan informasi-informasi kesehatan. Petugas Kesehatan
dalam berkomunikasi dan melakukan advokasi dapat mempengaruhi pemangku kebijakan, pengelola program
dan lintas sektor di dalam mengambil suatu keputusan
Mata pelatihan ini akan membahas tentang komunikasi risiko dan sasaran komunikasi, perilaku dan sosial
budaya yang mempengaruhi, strategi komunikasi risiko, Teknik komunikasi dalam penyebarluasan informasi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan komunikasi risiko sesuai pedoman
yang ada
1. Pelatih/Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan
sesi di kelas, dimulai dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap dan instansi tempat bekerja.
2. Pelatih/Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana di kelas.
3. Pelatih/Fasilitator menyampaikan materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, materi
pokok/sub materi pokok dengan menggunakan bahan tayang.
Sesi 2: Penyampaian Materi (125 menit)
Langkah pembelajaran:
4. Pelatih/ Fasilitator meminta peserta untuk bermain peran/role play sesuai panduan
role play (90 menit =2 JPL).
Sesi 3: Evaluasi dan Kesimpulan (5 menit)
a. Pelatih/Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang
disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran
b. Pelatih/ Fasilitator merangkum poin-poin tentang materi yang disampaikan
c. Pelatih/ Fasilitator memberikan apresiasi dan motivasi kepada peserta
d. Pelatih/ Fasilitator membuat kesimpulan bersama-sama peserta
e. Pelatih/ Fasilitator menutup materi dengan mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam
URAIAN MATERI
A. Pengertian
Komunikasi risiko pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian proses yang bertujuan
meminimalkan risiko
Komunikasi risiko adalah proses pertukaran informasi secara terus-menerus, baik langsung dan tidak
langsung dengan pemberitaan yang benar dan bertanggung jawab yang terbuka dan interaktif atau
berulang di antara individu, kelompok atau lembaga.
PROSES KOMUNIKASI RISIKO
Bahaya akibat
risiko dpt di
kurangi/
dihilangkan
MASYARAKAT
SASARAN
MEDIA
KOMUNIKASI RISIKO
15
Masyarakat
16
PENYEBARAN INFORMASI
MEDIA DI PESAWAT TERBANG
Komunikasi yang baik dan benar dengan berbagai pihak seperti tokoh agama, tokoh masyarakat,
dan masyarakat sangat penting sehingga tidak ada/menimbulkan prasangka bahwa masyarakat
akan selalu dirugikan atau diberi beban oleh suatu peraturan atau kebijakan. Komunikasi risiko juga harus
bersifat mendidik dan melindungi masyarakat, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pencegahan dan kemungkinan bahaya yang akan terjadi seperti bahaya kejadian luar biasa (KLB).
B. Tujuan
Ruang lingkup Komunikasi Risko dalam penanggulangan KLB dan atau wabah :
1. Persiapan Komunikasi Risiko
2. Pelaksanaan Komunikasi Risiko
Yang dibagi atas tahap sebelum, saat dan setelah KLB dan atau wabah.
Kegiatan inti komunikasi risiko adalah penyebaran informasi:
3. Langsung kepada masyarakat
4. Melalui media massa.
Pelaksanaan komunikasi risiko terbagi menjadi 2 tim yaitu:
Wilayah Sekitar
Diluar Wilayah
PELAKU DAN TEMPAT DI LAKUKAN KOMUNIKASI RISIKO
Rumah
Sakit
Bandara
Oleh KKP Terminal
Karantina Rumah
Diluar daerah
Karantina ,
monitoring Terminal
bandara dan Terminal
pelabuhan
PLBD
Oleh KKP Karantina
Pelabuhan
Oleh KKP
FASE Tidak ada kasus pada manusia hanya pada unggas
- Juru bicara aktif memberikan informasi untuk menghilangkan kepanikan namun tetap waspada
- Mengeluarkan informasi secara berkala agar masyarakat terus waspada terkait : penutupan
fasilitas, pembatasan movilitas, penundaan kegiatan, menginformasikan karantina
- Menyiagakan pos komunikasi 24 jam
FASE Ada penularan luas antar manusia yang berkelanjutan
- Mengeluarkan informasi secara berkala agar masyarakat terus waspada
terkait : penutupan fasilitas, pembatasan movilitas, penundaan kegiatan,
menginformasikan karantina
- Menyiagakan pos komunikasi 24 jam
29
D. Pelaksanaan
A. Sasaran Komunikasi
Pengelompokan sasaran ini dalam konteks posisi dan peran kelompok
Sasaran primer
Adalah individu, kelompok atau masyarakat yang diharapkan akan berubah perilakunya (semua
anggota masyarakat yang berisiko tertular.)
Sasaran sekunder
adalah individu, kelompok atau organisasi yang mempengaruhi perubahan perilaku sasaran
primer (Misalnya kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, petugas pemerintah, organisasi
profesi, organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat dsb).
Sasaran tersier
adalah individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat
kebijakan dan keputusan (misalnya pejabat eksekutif, legislatif, penyandang dana, pimpinan
media massa, dsb)
Pemahaman mengenai sasaran komunikasi sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan
dalam penetapan tujuan suatu kegiatan komunikasi, penyusunan isi pesan, pemilihan metode, alat dan
bahan, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam persiapan kegiatan.
B. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap rangsangan (dari luar atau dalam dirinya) atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan (disadari atau tidak)
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa
interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab
seseorang menerapkan perilaku tertentu. Oleh Karena itu sangat penting untuk dapat menelaah alasan
dibalik perilaku seseorang/individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.
C. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Perubahan
perilaku harus mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
SENSITIFITAS BUDAYA
39
Materi Pokok 3. Strategi Komunikasi Risiko
2. Pemberitahuan Pertama.
Jika telah dideteksi terjadinya kasus, maka petugas kesehatan ( Juru Bicara yang ditunjuk) perlu
memberitahu secepatnya keadaan yang sebenarnya kepada masyarakat, meskipun penjelasan lebih rinci
belum diperoleh Masyarakat
3. Transparansi.
Petugas atau Juru Bicara harus memberikan informasi sejujur mungkin dan tidak ragu menjelaskan
mengenai keadaan yang sedang terjadi, Petugas juga harus menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan oleh
masyarakat untuk membantu mengendalikan keadaan.
4. Pendapat dan Sikap Masyarakat.
Pada situasi krisis sangat penting untuk mengetahui apa yang menjadi pendapat dan concern
masyarakat, perlu ditanyakan dan ditelusuri apa kata masyarakat, termasuk sikap, kepercayaan,
kebiasaan dan perilaku yang lain. Hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan yang berguna dalam
menyusun pesan kunci maupun strategi komunikasi.
5. Perencanaan.
Sekrisis apapun situasinya, perencanaan merupakan hal yang harus dilakukan. Perlu disusun rencana
komunikasi krisis mencakup penetapan juru bicara, penetapan waktu pemberitahuan pertama,
pesan kunci, hubungan dengan pihak lain, dsb.
Perencanaan ini juga akan menempatkan kegiatan komunikasi sebagai bagian integral dari manajemen
risiko dan kegiatan pengendalian penyakit secara keseluruhan
TIP BERKOMUNIKASI DENGAN MEDIA / PRES
• Terus menerus mengembangkan materi atau bahan untuk media massa.
• Menggunakan berbagai media yang ada untuk menyampaikan pesan kepada publik.
1. Mempersiapkan diri yaitu harus tahu dengan jelas apa tujuan kita, target masyarakat kita, skill yang
dibutuhkan, dan konsep dasar mobilisasi
2. Membina hubungan dengan masyarakat dan tokoh masyarakat ;
3. Menjumpai/silaturrahmi dengan tokoh-tokoh masyarakat/ masyarakat baik dirumahnya ataupun
ditempat-tempat keramaian masyarakat seperti di pos jaga, pasar, warung, surau, dsb.
4. Berupaya hidup dan tinggal bersama di dalam desa sehingga lebih menyatu dan memahami keseharian
masyarakat
5. Mengetahui kebiasaan atau tradisi mayarakat tersebut sehingga tidak terjadi benturan
6. Hadir dalam kegiatan kemasyarakatan yang bersifat umum dan keagamaan
7. Bangun pola hubungan kemitraan,
8. Tunjukkan sikap ramah, sopan santun dan berakhlak yang baik dalam keseharian bersama masyarakat
(membangun citra yang positif)
9. Upayakan dan tanamkan pemahaman pada diri kita sebagai fasilitator bahwa program penanganan bencana
pada dasarnya merupakan program milik masyarakat dan kebutuhan masyarakat , maka
masyarakat harus dilibatkan secara total dari tahap perencanaan program hingga implementasi dan
pengembangannya
1. Paparkan kondisi potret desa/wilayah mereka berdasarkan data dan fakta dan actual,terutama
tentang bencana yang sedang terjadi, kondisi kerentanan dan resiko bahaya yang dapat terjadi
2. Jelaskan dampak dari KLB atau wabah jika terjadi,
3. Tanamkan pemahaman bahwa KLB atau wabah dapat dikurangi dampak risikonya/mitigasi
risiko
4. Jelaskan kepada mereka bahwa merekalah yang lebih tahu dengan baik tentang desa mereka
5. Tunjukkan kesunguhan kita, kejelasan visi dan misi kita dan pengalaman kita dalam upaya bersama
membantu masyarakat untuk mengurangi risiko dampak KLB dan atau wabah
Media massa, cetak maupun elektronik, merupakan saluran yang sangat efektif dalam penyebar-luasan
informasi, Jadi dalam komunikasi resiko, komunikasi dengan media massa mutlak dilakukan. Pada dasarnya
komunikasi dengan media massa akan lebih efektif jika hubungan dengan media massa sudah terjalin baik.
Jenis komunikasi yang didasarkan pada situasi kekuatiran masyarakat dan tingkat bahaya yang
sesungguhnya (Peter Sandman, Amerika). Formulanya adalah ”Risk = Hazard + Outrage”.
Pemahaman terhadap situasi ini diperlukan sebagai pertimbangan dalam mengambil bentuk komunikasi
yang paling sesuai.
B
A
H
KOMUNIKASI
A PENDIDIKAN
KRISIS
Y KESEHATAN
A
/
BINA SUASANA
H
A
PENENANGAN
Z
A
R
D KEKUATIRAN
Bentuk komunikasi yang disarankan untuk setiap situasi
Audiens : Apatis, Ini adalah situasi umum yang terjadi pada hampir setiap masyarakat, setiap waktu
dan setiap masalah.
Tugas : Mengembangkan dan menyebar-luaskan informasi yang singkat, padat dan mengena. Untuk
masalah yang serius, ini dapat berarti memprovokasi audiens.
Media : Media massa, secara monolog
Tantangan : Ketidak-pedulian audiens, besarnya jumlah audiens, keengganan media massa, penyusunan
informasi yang menarik, dan implikasi dari provokasi.
Dukungan :
Tidak perlu mendengarkan, atau memikirkan keinginan dan keberatan audiens.
Biasanya mereka tidak ambil pusing
2. Bina Suasana : Bahaya Sedang, Kekuatiran Sedang (waspada/perhatian)
Audiens : Peduli, perhatian, namun tidak panik atau marah. Audiens ideal, jarang terjadi.
Tugas : Membahas masalah secara terbuka dan rasional, menjelaskan kebijakan dan program, menjawab
pertanyaan dan keingin-tahuan audiens.
Media : Dialog interaktif, didukung dengan media massa khusus (website, newsletter, dsb).
Tantangan : Tidak ada, kecuali mungkin inefisiensi pada dialog personal, serta perlunya mempersiapkan materi
teknis lengkap (karena audiens inilah satu-satunya yang ingin mendengarkannya)
Ini adalah suasana terbaik untuk berkomunikasi. Menciptakan suasana seperti ini merupakan
Dukungan :
tujuan dari bina suasana.
3. Penenangan Massa : Bahaya Rendah, Kekuatiran Tinggi (panik/marah)
Audiens : Sekelompok orang yang marah atau panik. Kelompok ini biasanya kecil, namun sering
diikuti oleh orang-orang yang mengamati apa yang akan terjadi selanjutnya.
Media : Komunikasi langsung. Beri kesempatan audiens untuk lebih banyak berbicara.
Tantangan : Kemarahan audiens terhadap petugas, kemarahan petugas terhadap audiens, dan keharusan
petugas untuk berkonsentrasi pada tugas menurunkan kepanikan daripada menjelaskan
substansi teknis.
Dukungan : Setidaknya audiens menunjukkan kepedulian terhadap masalah kesehatan yang dihadapi.
4. Komunikasi Krisis : Bahaya Tinggi, Kekuatiran Tinggi
Audiens : Publik luas yang sangat kuatir. Dalam situasi seperti ini, biasanya bukan kemarahan yang
muncul, namun kepanikan, ketidak-berdayaan dan kebingungan. Sikap yang muncul
selanjutnya dapat berupa pengingkaran, teror atau depresi.
Tugas : Membantu audiens untuk mengatasi rasa takut dan kebingungan. Strategi komunikasi
mencakup menghindari jaminan yang berlebihan, menjelaskan dilema yang ada,
bersikap manusiawi dan empatik, serta memberikan tips tentang hal-hal yang harus
dilakukan.
Media : Media massa, secara monolog. Jika memungkinkan, komunikasi langsung dengan masyarakat.
Dalam situasi ini sesungguhnya tidak ada ’audiens’ atau ’publik’, karena setiap orang terlibat
langsung.
Tantangan : Stres akibat krisis itu sendiri. Komunikasi krisis berbeda dengan kegiatan komunikasi atau
kehumasan rutin. Jubir yang terlatih untuk komunikasi rutin harus melakukan adaptasi untuk
komunikasi krisis.
Dukungan : Kemarahan masyarakat tidak tertuju pada petugas, setidaknya hingga krisis berakhir.
TERIMA KASIH
54
Penugasan Kelompok
Gunakan Media Massa yang sesuai (terkini) untuk mengkomunikasikan hal-hal sebagai berikut
SK Menkes No. 342 tahun 2007 ttg Pejabat yang berwenang memberikan informasi
kpd pers dan atau publik :
• Menkes kebijakan
• Pejabat Es 1 dan Es2 teknis
• Pejabat Es 3 atas seijin Es 2 teknis
PENUGASAN:
BERMAIN PERAN /
ROLE PLAY
(90mnt)
9/22/2022 57