PENGANTAR
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial. Dalam hidupnya Ia selalu memerlukan
orang lain. Karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan bagi kehidupannya. Dimanapun
manusia berada, betapapun sederhananya tata kehidupannya disuatu masyarakat.
Sebuah wabah penyakit seperti Corona Virus atau Ebola dapat terjadi kapan saja dan
tidak dapat diprediksikan, tidak seorangpun yang dapat menebak waktu yang tepat wabah
ini akan menyerang seluruh dunia, tapi yang dapat dipastikan yakni adalah wabah ini
dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah memberikan informasi kepada masyarakat untuk
menghindari penyebaran penularan penyakitnya, menjelaskan risiko dan langkah-langkah
apa yang perlu diambil, dengan memberikan informasi tindakan apa yang harus dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan, sehingga rantai penularan penyakit dapat di putus.
1. Komunikasi Risiko
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Ruang Lingkup
d. Pelaksanaan
URAIAN MATERI
Komunikasi dengan berbagai pihak baik kepada tokoh agama, tokoh masyarakat,
peternak dan masyarakat yang baik dan benar sangat penting sehingga tidak ada
prasangka bahwa masyarakat akan selalu dirugikan atau diberi beban oleh peraturan
atau kebijakan. Komunikasi risiko juga harus bersifat mendidik dan melindungi
masyarakat, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan
kemungkinan bahaya yang akan terjadi seperti bahaya kejadian luar biasa (KLB).
2
perbedaan pendapat di antara pihak yang terlibat dapat diselesaikan dengan
komunikasi yang efektif.
b. Tujuan
Tujuan komunikasi risiko adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam
kesiapsiagaan penanggulangan KLB dan Wabah, yaitu :
1) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kesiapsiagaan penanggulangan
KLB dan Wabah.
2) Prinsip dasar komunikasi risiko, sebagai landasan umum pengambilan
keputusan dan penetapan kegiatan kesiapsiagaan
3) Prosedur penyelenggaraan kegiatan komunikasi risiko
4) Upaya menggalang kemitraan dalam menghadapi KLB dan Wabah.
5) Mengembangan pesan-pesan pencegahan dan penanggulangan KLB dan
Wabah.
c. Ruang Lingkup
Dalam penanggulangan KLB dan Wabah, ruang lingkup kegiatan komunikasi risiko
mencakup persiapan dan pelaksanaan komunikasi risiko, dibagi atas tahap
sebelum, saat dan setelah KLB dan Wabah.
3
- Menyampaikan informasi secara baik langsung (penyuluhan, rapat desa,
dll) dan tidak langsung (media cetak dan elektronik)
- Menggalang kemitraan dengan berbagai unsur yang dimasyarakat
d. Pelaksanaan
1) Fungsi Operasional
a) Pemberdayaan masyarakat
b) Penggerakan masyarakat
c) Penyuluhan kesehatan
d) Menyampaikan informasi
e) Mobilisasi sosial
f) Advokasi
3) Organisasi
a) Tingkat Pusat
b) Tingkat Propinsi
c) Tingkat Kota
d) Tingkat Rumah Sakit
e) Tingkat Puskesmas
4) Logistik
Dukungan logistik yang diperlukan
4
a) Mobil Penyuluhan
b) Media informasi :
5) Sosial Media
a. Sasaran Komunikasi
Sasaran komunikasi dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu sasaran primer,
sekunder dan tersier. Kategorisasi sasaran ini tidak berarti mengelompokkan
masyarakat dalam kelompok yang terpisah, melainkan pengelompokan dalam konteks
posisi dan peran kelompok sebagai sasaran komunikasi.
Sasaran primer adalah individu, kelompok atau masyarakat yang diharapkan akan
berubah perilakunya. Yang termasuk dalam sasaran primer adalah semua anggota
masyarakat yang berisiko tertular.
Sasaran tersier adalah individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kewenangan
untuk membuat kebijakan dan keputusan dalam pelaksanaan penanggulangan yang
termasuk dalam sasaran tersier adalah para pejabat eksekutif, legislatif, penyandang
dana, pimpinan media massa, dan sebagainya.
Sasaran utama komunikasi risiko adalah masyarakat dan pihak-pihak terkait yang
berisiko terserang penyakit, yang meliputi:
1) Masyarakat dalam wilayah penanggulangan KLB/wabah
5
2) Masyarakat di sekitar Daerah perbatasan desa, kabupaten, kota yang berbatasan
langsung dengan lokasi penanggulangan KLB/wabah
3) Masyarakat di luar dua wilayah di atas, yang masih dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
wilayah KLB/wabah
wilayah sekitar
di luar wilayah
Pelaku komunikasi risiko adalah para petugas unit-unit terkait komunikasi risiko yang
tugas pokok dan fungsi utamanya memberdayakan dan mengerakkan masyarakat
serta berperan aktif dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat, dengan
penyampaian ke masyarakat secara langsung maupun tidak langsung baik serta
masyarakat dalam negeri dan luar negeri melalui media cetak dan elektronik.
b. Perilaku
Perilaku adalah respon rangsangan individu, baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku juga merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa
interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat
memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat
penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu
mengubah perilaku tersebut.
6
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana
& petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi
tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa
perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik
individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan
petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman
mencoba merubah perilaku yang serupa.
c. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Perubahan perilaku harus mempertimbangkan nilai-nilai tersebut yang ada di
masyarakat, nilai-nilai yang sudah baik bisa diteruskan dan dipertahankan agar tidak
hilang, sedangkan nilai yang tidak mendukung pemeliharaan/pencegahan kesehatan
bisa diubah menjadi lebih baik lagi.
Aspek sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena
yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit. Peran sosial
budaya sangat besar di masyarakat dalam penanggulangan penyakit, untuk itu
diharapkan adanya perubahan sosial budaya yang lebih baik dimasyarakat dari yang
baik terhadap diri, keluarga dan masyarakat hidup dengan unggas yang lebih sehat
7
3) Transparansi. Petugas atau Juru Bicara harus memberikan informasi sejujur
mungkin mengenai keadaan yang sedang terjadi. Tidak perlu ragu untuk
menjelaskan hal yang sudah diketahui dan hal yang belum diketahui atau belum
jelas pada saat itu. Petugas juga harus menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan
oleh masyarakat untuk membantu mengendalikan keadaan.
4) Pendapat dan Sikap Masyarakat. Pada situasi krisis sangat penting untuk
mengetahui apa yang menjadi pendapat dan concern masyarakat. Secara
khusus perlu ditanyakan dan ditelusuri apa kata masyarakat, termasuk sikap,
kepercayaan, kebiasaan dan aspek perilaku yang lain. Hal ini tentunya akan
menjadi pertimbangan yang berguna dalam menyusun pesan kunci maupun
strategi komunikasi.
8
Fungsi Komunikasi risiko memberikan Komunikasi krisis cenderung
edukasi dan informasi, memberikan arahan dan
menyarankan tingkah laku menenangkan kepanikan
pencegahan ancaman bahaya. masyarakat.
Contoh: kampanye pencegahan Contoh: kampanye
rabies. Kampanye memberikan penanggulangan rabies.
edukasi tentang bahaya rabies, juga Kampanye memberikan
mengimbau untuk memberikan informasi tentang pertolongan
vaksinasi kepada hewan pertama pada kasus gigitan,
peliharaan, serta menjaga pelaksanaan eutanasia hewan
kesehatan dan kebersihan mereka. penggigit, dan vaksinasi
massal untuk hewan
peliharaan.
Waktu Dilakukan sebelum, saat, dan Dilakukan saat ancaman
setelah ancaman bahaya. bahaya terjadi.
Output Dengan melakukan komunikasi Seringkali tanpa perencanaan
risiko yang strategis dan terencana, komunikasi yang strategis,
diharapkan lebih siap melakukan sehingga upaya yang
komunikasi saat krisis benar-benar dilakukan terasa sebagai
terjadi. komunikasi “pemadam
kebakaran”. Dengan
dilakukannya komunikasi
risiko, maka akan lebih siap
apabila krisis kesehatan terjadi.
Berikut ini uraian beberapa tip yang dapat digunakan dalam melakukan komunikasi
dengan media/pers :
- Terus menerus mengembangkan materi atau bahan untuk media massa.
- Menggunakan berbagai media yang ada untuk menyampaikan pesan kepada
publik.
- Membangun dan memelihara kontak dengan media massa.
- Memposisikan organisasi sebagai sumber informasi handal untuk media
massa untuk bidang tertentu (kesehatan).
9
- Selalu berhubungan dengan bagian lain untuk memperoleh informasi
mutakhir.
- Perhatikan tenggat waktu penayangan berita.
- Jangan pernah berbohong. Bicara benar, atau diam.
- Jangan membuka pertengkaran yang tak perlu.
Dalam situasi krisis, sering seorang petugas atau juru bicara harus berbicara
dengan media atau dengan publik sesegera mungkin. Betapapun krisis situasinya,
seorang juru bicara tetap harus mempersiapkan diri. Kejelasan informasi dan citra
organisasi akan sangat dipengaruhi oleh penampilan juru bicara.
a. Pemilihan tehnik
Peter Sandman, ahli Komunikasi Resiko dari Amerika, menyimpulkan terdapat
empat jenis komunikasi yang didasarkan pada situasi kekuatiran masyarakat dan
tingkat bahaya yang sesungguhnya. Formulanya dikenal dengan ”Risk = Hazard +
Outrage”.
1) Situasi pertama adalah dimana tingkat bahaya rendah - sedang (kecil) dan
respon emosional masyarakat rendah – sedang (acuh).
2) Situasi kedua adalah tingkat bahaya rendah (kecil) dan respon emosional
masyarakat tinggi (marah/takut)
3) Situasi ketiga, keadaan dimana tingkat bahaya tinggi (besar) namun respon
emosional masyarakat rendah (acuh).
4) Situasi keempat, dimana tingkat bahaya tinggi (besar) dan respon emosional
masyarakat tinggi (marah/takut).
10
b. Bentuk Komunikasi
Pada bagian berikut diuraikan mengenai bentuk komunikasi yang disarankan untuk
setiap situasi yaitu sebagai berikut :
1) Promosi Kesehatan
Contoh: Saat awal beredarnya flu burung tersebar banyak hoaks dan kurang
klarifikasi dari pejabat berwenang. Saat itu, masyarakat takut mengonsumsi
daging ungags dan ayam. Komunikasi risiko harus dilakukan untuk
mengklarifikasi rumor-rumor yang tidak benar dan memulihkan kepercayaan
bahwa memakan daging unggas dan ayam adalah aman.
11
3) Advokasi Untuk Pencegahan
Ketika tingkat bahaya tinggi dan kemarahan masyarakat rendah, tugas
komunikasi risiko adalah memeringatkan masyarakat akan adanya risiko
serius, tanpa menimbulkan kepanikan.
4) Komunikasi Krisis
Saat tingkat bahaya tinggi dan kemarahan masyarakat juga tinggi, tugas
komunikasi risiko adalah membantu masyarakat yang kesal atau panik untuk
mengatasi risiko serius dengan pesan “Kita akan menyelesaikannya bersama”.
Contoh: Saat terjadi tsunami di Aceh Masyarakat panik dan marah sementara
bahaya gempa dan tsunami susulan mengintai. Komunikasi risiko dilakukan
untuk memberikan informasi terpercaya secara terus menerus dan
memberikan pesan-pesan yang menggugah kepercayaan terhadap sistem
penyelamatan yang dilakukan.
5. Referensi
- Modul Komunikasi Risiko Pelatihan Asisten Epidemiologi Lapangan (PAEL), 2010
- Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal p Pedoman Komunikasi Risiko
untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan.— Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI,2021
12