A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I) sesuai pedoman yang ada
Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
A. Jenis-jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
B. Gambaran Klinis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
C. Surveilans AFP dan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi Lainnya Yang Memiliki
Komitmen Global
MATERI 1
5
Terdapat bermacam PD3I pada program imunisasi nasional:
• Difteri
• Pertusis
• Tetanus
• Tuberkulosis
• Campak
• Rubella
• Poliomielitis
• Hepatitis B
• Meningitis
• Pneumonia
• Japanese Encephalitis
• Human Papiloma Virus
• Dan PD3I lain yang tidak termasuk dalam program imunisasi nasional seperti Tifoid, Influenza,
Rotavirus, Mumps, Varicela, Hepatitis A, Rabies
• Vaksin baru: Malaria, dengue, HIV
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di
Indonesia saat ini..
PD3I pada program
SURVEILANS PD3I:
• Poliomielitis
Tuberculosis
• Campak-Rubela
Hepatitis B Diphteria
• Pertusis
• Tetanus
Neonatorum
Tetanus Diare Rotavirus Japanese Ensefalitis Cervical Cancer
Gejala:
Cacat Kebanyakan tidak menunjukkan gejala dapat tetap menularkan virus polio kepada
Menetap orang lain.
Sekitar 25% dari mereka akan menunjukkan gejala penyakit ringan (demam, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan)
Kelumpuhan terjadi pada 1% dari mereka yang terinfeksi.
Kematian terjadi sekitar 5-10% dari mereka yang lumpuh.
Masa inkubasi:
5 – 35 hari
Pengobatan :
Rojudin, Campang
Way Handak, lumpuh
Tidak ada pengobatan spesifik untuk polio.
Pengobatan yang dilakukan hanya bersifat suportif.
tgl 28-05-05
Foto 03-07-’05
Masa inkubasi:
7 – 18 hari, rata-rata 10 hari
Gejala :
Panas badan (biasanya > 38o C selama 3 hari atau lebih) + salah
satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair;
Bercak kemerahan/rash/ruam yang dimulai dari belakang telinga
berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari
kemudian (4-7 hari) akan menyebar ke seluruh tubuh;
Tanda khas (patognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak
putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa
bucal);
Bercak kemerahan makulopapular setelah 7 – 30 hari akan
berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) dan disertai kulit
bersisik.
Sebagian besar penderita campak akan sembuh tanpa pengobatan
Komplikasi:
Sering terjadi pada anak usia < 5 tahun
Komplikasi yang sering terjadi yaitu: diare, ulkus mukosa mulut, malnutrisi,
otitis media, kebutaan, bronchopneumonia, pneumonia, encephalitis,
subacute sclerosing panencephalitis (SSPE).
Kasus campak pada penderita malnutrisi/defisiensi vitamin A/immune
defisiency (HIV) komplikasi campak yang lebih berat atau fatal.
ANTIVIRAL :
VITAMIN A DOSIS TINGGI :
tidak perlu
100.000 U, per oral (usia 6 bln-1
TERAPI SUPORTIF: ANTIBIOTIK : thn)
istirahat, bila ada infeksi sekunder 200.000 U, per oral (usia >1thn),
antipiretik, bakteri diulangi pada hari ke-2 dan jika
gizi buruk / komplikasi mata
nutrisi dan hidrasi, diulang 2 minggu kmd
simptomatik
RUBELLA
Penyebab: virus rubela dapat menembus plasenta dan
menginfeksi janin.
Penularan: melalui droplet (percikan ludah saat batuk,
bersin, bicara) atau melalui cairan hidung
Sangat menular pada 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah
munculnya bintik-bintik (ruam) kemerahan
Gejala: demam ringan, bercak merah/ruam
makulopapular, disertai dengan pembesaran kelenjar
getah bening pada belakang telinga / leher belakang.
Risiko tinggi jika menginfeksi ibu hamil trimester 1 :
abortus, lahir mati atau cacat berat bawaan (Congenital Ruam
Rubella Syndrome/CRS gangguan jantung, kebutaan,
gangguan pendengaran)
Masa inkubasi : 14 – 21 hari
Manifestasi Klinis
Gejala prodromal bervariasi sesuai umur,
Pada anak : ruam, coryza ringan, diare sebelum timbul ruam.
Arthralgia dan arthritis transien umum terjadi pada anak perempuan yang sudah
cukup besar.
CONGENITAL RUBELLA SYNDROME (CRS)
Percikan
ludah
Kolonisasi
Terhirup di tenggorokan
dan memproduksi toksin
Miokarditis,
Toksin diserap dan masuk
neuritis
ke peredaran darah menyebar
ke otot jantung, ginjal,
syaraf perifer
Mortimer E.A.and Wharton M., in Vaccines, 1999.
Atkinson W. et al., in Epidemiology and Prevention of Vaccine-preventable Diseases, 1996d.
APAKAH DIFTERI DAPAT DISEMBUHKAN?
Komplikasi berat :
Radang paru, henti napas, kematian mendadak
Pengobatan:
Antibiotika
Pencegahan:
Imunisasi lengkap sesuai usia: DPT-HB-Hib
Penggunaan masker dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Pemberian antibiotika pada kontak erat kasus
TETANUS NEONATORUM
Penyebab : bakteri tetanus yang menghasilkan neurotoksin (tetanospasmin)
neurotoksin menyebabkan rasa sakit yang berat dan kejang pada otot dapat
menyebabkan kematian
Gejala :
Pada anak dan orang dewasa gejala rahang terkunci (trismus atau lock jaw)
umum terjadi diikuti oleh kaku pada otot leher, otot perut atau otot punggung
(opisthotonus), sulit menelan, kejang otot, berkeringat dan panas badan.
Pada bayi (tetanus neonatorum) terdapat juga gejala berhenti menetek antara 3
sampai dengan 28 hari setelah lahir Gejala berikutnya adalah kejang yang
hebat dan tubuh menjadi kaku.
Komplikasi:
o Otot pernafasan terkena kesulitan bernafas KEMATIAN
o Pneumonia
o Tulang belakang dan tulang lainnya terpengaruh posturnya akibat otot
spasmus & kejang
o Kelainan saraf pada orang-orang yg bertahan hidup dari tetanus neonatorum
Cara penularan :
tidak menyebar langsung dari orang ke orang
masuk ke luka yang tak bersih, kuku yang kotor, luka
dalam akibat gigitan binatang, pemotongan tali pusat bayi
yang tidak steril, pisau, peralatan persalinan yang tidak
steril pada saat bayi lahir
Masa inkubasi :
sekitar 21 hari dan dapat juga sampai beberapa bulan
tergantung keadaan lukanya.
Pengobatan:
pemberian anti tetanus serum, antibiotik, perawatan luka dan
pengobatan suportif
Pencegahan:
Imunisasi Tetaus Toxoid ( DPT-HB-Hib, DT, Td)
Persalinan yang bersih dan steril tetap harus dilakukan walaupun ibu
hamil tersebut sudah mendapatkan imunisasi Td.
Pemotongan tali pusat secara steril
Orang yang sembuh dari tetanus tetap harus diberi imunisasi tidak
punya kekebalan dan dapat terinfeksi kembali
TUBERKULOSIS
• Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang
biasanya menyerang paru-paru. Namun bisa juga menyerang bagian tubuh yang
lain seperti tulang, sendi, dan otak.
• Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang melalui udara, pada saat penderita
batuk atau bersin. Tuberkulosis menular sangat cepat terutama pada orang-
orang yang hidup di daerah padat dan kumuh, akses terhadap pelayanan
kesehatan kurang, serta masyarakat yang kurang gizi.
• Waktu antara infeksi sampai timbul gejala klinis sekitar 4-12 minggu, dapat juga
infeksi berlangsung beberapa bulan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya
gejala klinis.
• Gejala klinis seorang penderita tuberkulosis antara lain badan lemah, berat
badan turun, demam dan keringat pada waktu malam.
• Pencegahan yang paling efektif adalah dengan dilakukan pemberian imunisasi
BCG (Bacillus – Calmette – Guerin) pada bayi usia 1 bulan, dapat mencegah
terjadinya meningitis tuberkulosis dan tuberkulosis berat pada anak balita.
HEPATITIS B
Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang hati.
Orang dewasa yang terinfeksi virus hepatitis B (HB) 90% akan sembuh
sempurna namun apabila virus hepatitis B menginfeksi bayi saat lahir atau
sebelum usia satu tahun maka 90% akan menjadi kronis.
Virus hepatitis B disebarkan melalui kontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh yang mengandung hepatitis B dalam berbagai situasi seperti:
a. tertular dari ibunya saat proses melahirkan bayi;
b. penularan dari anak ke anak melalui luka kecil, karena teriris barang
tajam, gigitan, garukan;
c. penularan melalui hubungan seksual;
d. melalui suntikan dengan jarum terkontaminasi atau transfusi darah
yang berasal karier hepatitis B. Secara umum HepB, 50- 100 kali lebih
infeksius dibandingkan HIV.
HAEMOPHILUS INFLUENZAE TIPE B
• Haemophilus influenza adalah bakteri yang ditemukan di hidung dan tenggorokan anak. Hib
merupakan penyebab pneumonia akut, meningitis dan penyakit invasif lainnya, terutama
pada anak usia di bawah lima tahun.
• Hib ditularkan dari orang ke orang melalui percikan ludah yang dilepaskan pada saat batuk
atau bersin.
• Penyakit serius yang paling sering terjadi disebabkan oleh Hib adalah pneumonia dan
meningitis, meskipun Hib bukanlah satu- satunya penyebab.
• Gejala pneumonia seperti demam, menggigil, batuk, nafas cepat dan dada tertarik ke dalam
• Gejala meningitis seperti demam, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya, kaku kuduk,
delirium dan kesadaran menurun.
PNEUMOKOKUS
• Penyebab : bakteri Streptococcus pneumoniae
• Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak. Pneumokokus juga
menyebabkan meningitis (infeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang), bakteriemia
(infeksi aliran darah), otitis media, sinusitis dan konjungtivitis terutama pada baduta dan
lansia.
• Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi pneumokokus antara lain umur
(balita dan lansia lebih rentan), tidak mendapatkan imunisasi lengkap, tidak mendapatkan
ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (misalnya asap rokok), berat badan
lahir rendah (BBLR), kepadatan penghuni rumah serta kurang ventilasi dalam rumah.
• Pneumokokus disebarkan dari orang ke orang melalui percikan ludah pada saat batuk,
bersin, atau kontak erat.
JAPANESE ENCEPHALITIS
• Japanese Encephalitis (JE) adalah infeksi pada jaringan otak yang disebabkan oleh virus.
• Virus JE disebarkan melalui gigitan nyamuk. Biasanya virus JE menginfeksi burung dan
binatang peliharaan lainnya terutama burung dan babi yang bertindak sebagai reservoir.
Seseorang akan tertular apabila nyamuk telah menggigit binatang yang terinfeksi kemudian
menggigit orang tersebut.
• Infeksi JE pada umumnya bergejala ringan bahkan tanpa gejala sama sekali. Secara umum
hanya satu orang dari 250 orang yang terinfeksi JE akan menunjukkan gejala, pada 4-14
hari setelah terinfeksi.
• Gejalanya seperti influenza, demam, menggigil, nyeri kepala, mual dan muntah.
• Pada anak nyeri perut terjadi pada saat awal infeksi. Tanda berupa bingung dan koma
timbul 3-4 hari kemudian. Penderita pada anak sering disertai kejang.
HUMAN PAPILLOMA VIRUS
• Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus yang ditularkan melalui hubungan seksual dan
dapat menyebabkan condyloma dan kanker.
• HPV dapat menyebabkan kanker pada anus, alat kelamin bagian luar, kanker mulut pada laki-
laki dan perempuan. Sedangkan pada perempuan 99% kanker serviks disebabkan oleh HPV.
• Kanker serviks adalah penyebab utama kematian pada perempuan dewasa di negara
berkembang. Merupakan jenis kanker nomor dua pada umumnya pada perempuan di seluruh
dunia. Hampir 85% kematian karena kanker serviks terjadi di negara berkembang.
• HPV menyebar dengan sangat mudah melalui kontak kulit. Hampir semua orang yang aktif
secara seksual telah pernah terinfeksi, pada umumnya sudah terjadi saat awal kehidupan
seksual mereka.
MATERI 3
1 2 3 4 5
Eliminasi Eliminasi
Eradikasi Pengendalian Pengendalian
Campak- Tetanus
Polio Difteri Pertusis
Rubela / CRS Neonatorum
• 2014 SEARO • 2023 Indonesia • 2015 Tetanus Target Nasional Target Nasional
bebas polio eliminasi Campak Neonatorum Indonesia Indonesia
(Indonesia) dan Rubela / CRS eliminasi di seluruh
region
• 2026 Eradikasi • 2023 SEARO
Polio eliminasi Campak • Indonesia
dan Rubela / CRS mempertahankan
status Eliminasi
TN
41
SURVEILANS DAN INDIKATOR PENCEGAHAN PD3I
Polio dan Campak-Rubela
- Tidak ada lagi kasus polio - Non Polio AFP rate ≥ 2 per 100.000 penduduk usia <15
- Tidak ada transmisi virus Surveilans AFP adekuat setiap tahun
polio liar tahun - Persentase Spesimen Adekuat minimal 80%
- Tidak ada transmisi VDPV
Eliminasi Campak Rubela /
Catatan:
VDPV = virus polio vaksin yang bermutasi
AFP = Acute Flaccid Paralysis
Non Polio AFP rate = Proporsi penemuan kasus AFP yang dibuktikan bukan karena polio 42
KEBIJAKAN SURVEILANS AFP DAN SURVEILANS CAMPAK-RUBELA/CRS
AFP CAMPAK-RUBELA/CRS
Penelusuran kontak erat dan pemberian Profilaksis Penelusuran kontak erat dan pemberian Profilaksis
Pemeriksaan spesimen di laboratorium provinsi / RS / B- Jejaring lab. pertusis melalui surveilans labkesmas
BTKLPP / Nasional
44
MEMPERTAHANKAN ELIMINASI TETANUS MATERNAL & NEONATAL (TMN)
Persalinan & perawatan tali pusat Persalinan & perawatan tali pusat
yg bersih dan aman yg bersih dan aman
45
REFERENSI:
1. Indonesia, Kementerian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun
2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Ditjen P2P Kemenkes RI: Jakarta.
2. Pedoman Surveilans Congenital Rubella Syndrome (CRS). Subdit Surveilans, Direktorat
Surveilans dan Karantina Kesehatan, Ditjen P2P, 2019
3. Pedoman Surveilans dan Penanggulangan Difteri. Subdit Surveilans, Direktorat Surveilans dan
Karantina Kesehatan, Ditjen P2P, 2019
4. Indonesia, Kementerian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 12 Tahun
2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Ditjen P2P Kemenkes RI: Jakarta.
5. World Health Organization. 2017. Imunization in Practice : A Practical Guide for Health Staff --
2004 Update. World Health Organization : Geneva, Switzerland.
6. Epidemiology and Prevention of Vaccine Preventable Disease CDC, 6 th edition, 2000
7. Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan. 2017. Petunjuk Teknis Introduksi Imunisasi Measles
Rubella (MR), Indonesia.
8. Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan. 2017. Petunjuk Teknis Introduksi Imunisasi Japanese
Encephalitis, Indonesia.
9. Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan. 2019. Pedoman Surveilans Campak- Rubela, Indonesia.
10. Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan. 2019. Pedoman Surveilans Congenital Rubella Syndrome
(CRS), Indonesia.
11. Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan. 2019. Pedoman Surveilans dan Penanggulangan Difteri,
Indonesia.
12. Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan. 2019. Pedoman Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP),
Indonesia.