Anda di halaman 1dari 25

PENYAKIT YANG DAPAT

DICEGAH DENGAN
IMUNISASI (PD3I)
PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG
DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI BAGI
PETUGAS SURVEILANS DI PUSKESMAS
ANGKATAN 2 (JATIM)
Senin, 27 Februari 2023
FASILITATOR

dr. Wulandari Indri Hapsari, MPH


Widyaiswara Bapelkes Semarang
081292759878
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Tujuan
Pembelajaran

Hasil Belajar:
Peserta mampu memahami penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
sesuai pedoman
Indikator Hasil Belajar, peserta dapat:
1. Menjelaskan jenis-jenis PD3I
2. Menjelaskan gambaran klinis PD3I
3. Menjelaskan surveilans AFP dan PD3I
lainnya yang memiliki komitmen globa
MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

Surveilans AFP dan


Jenis-jenis Penyakit Yang Gambaran Klinis Penyakit Penyakit Yang Dapat
Dapat Dicegah Dengan Yang Dapat Dicegah Dicegah Dengan Imunisasi
Imunisasi Dengan Imunisasi Lainnya Yang Memiliki
Komitmen Global
METODE

Curah Ceramah
pendapat Tanya Jawa
PD3I ?
APA AKIBAT JIKA
TIDAK DICEGAH?
MENGAPA
PENCEGAHAN
DILAKUKAN
DENGAN
IMUNISASI?
Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 Tahun
2017 (Imunisasi Program)
• Difteri
JENIS-JENIS
• Pertusis
PENYAKIT YANG • Tetanus
DAPAT DICEGAH • Tuberkulosis
DENGAN • Campak
IMUNISASI (PD3I) • Rubela
• Poliomielitis
• Hepatitis B
• Meningitis
• Pneumokokus
• Japanese Encephalitis
• Human Papiloma Virus
IMUNISASI PILIHAN
Tifoid, Influenza, Rotavirus, Mumps, Varicela,
Hepatitis A, dan Rabies.
GAMBARAN KLINIS PD3I
DIFTERI
Gejala dan Tanda:
faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis,
atau kombinasinya.
demam ringan/sedang atau tanpa
demam
adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas, mudah
berdarah apabila dilepas/dimanipulasi
Laboratoris: hasil pemeriksaan
kultur kuman difteri pada sediaan
apus tenggorok kasus
PERTUSIS

Produksi lendir yang semakin banyak, awalnya


encer kemudian menjadi kental dan lengket.
Batuk Paroksismus (batuk terus menerus selama
minimal 2 minggu) dengan minimal 1 tanda
berikut:
a. Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas
dalam (inspiratory whoop),
b. Muntah setelah batuk (post-tussive
vomiting),
c. Muntah tanpa ada penyebab yang jelas atau
kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau
tanpa sianosis pada anak usia < 1 tahun
• Gejala awal adalah kesulitan minum karena
trismus atau lock jaw (spasme otot
pengunyah). Pada bayi, kesulitan menyusu di
usia 3 – 28 hari.
• Mulut mencucu seperti ikan (karpermond),

TETANUS sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik.


• terdapat risus sardonicus atau wajah seperti
senyum terpaksa dan alis terangkat.
Kemudian, dapat terjadi spasmus otot yang
luas dan kejang umum, seperti opisthotonus
atau tulang belakang seperti melengkung ke
belakang.
TUBERCULOSIS
• belum tentu jatuh sakit, tidak menunjukkan gejala sakit,
tidak menular kepada orang lain
• badan lemah, berat badan turun, demam dan keringat pada
waktu malam.
• Pada tuberkulosis paru (TB paru): batuk terus menerus
terkadang batuk darah disertai rasa nyeri di dada. Pada anak-
anak terjadi gangguan pertumbuhan
• TB extraparu: tulang dan sendi terjadi pembengkakan sendi,
nyeri pada sendi dan gangguan pergerakan pada sendi,
disertai rasa sakit misalnya pada sendi paha, lutut, dan
tulang belakang.
• Tuberkulosis dapat terjadi pada organ otak.
CAMPAK
• badan > 38o C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu
atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair;
• Bercak kemerahan/rash/ruam yang dimulai dari belakang
telinga berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih,
beberapa hari kemudian (4-7 hari) akan menyebar ke seluruh
tubuh;
• patognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak putih
keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam (mucosa
bucal);
• Bercak kemerahan/rash/ruam makulopapular setelah 7 – 30
hari akan berubah menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) dan
disertai kulit bersisik.
RUBELLA
• demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash/ruam makulopapuler
disertai pembesaran kelenjar getah bening (limfe) di belakang telinga, leher
belakang dan sub occipital
• pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester pertama, dapat
mengakibatkan abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS (Conginetal
Rubella Syndrom)
• CRS (Kelainan jantung: Patent Ductus Arteriosus (PDA), Defek Septum
Atrial/Atrial Septal Defect (ASD), Defek Septum Ventrikel/Ventricular Septal
Defect (VSD), Stenosis Katup Pulmonal/Pulmonary Stenosis (PS); Kelainan
Mata: Katarak Kongenital, Glaukoma Kongenital, Pigmentary Retinopathy;
Kelainan pendengaran: Tuli Sensouri Neural/ Sensouri Neural Hearing Loss
(SNHL); Kelainan pada sistim saraf pusat: retardasi mental, mikrocephalia
dan meningoensefalitis; Kelainan lain: purpura, splenomegali, ikterik yang
muncul dalam 24 jam setelah lahir, radioluscent bone, serta gangguan
pertumbuhan
• Setiap ditemukan kasus suspek campak yaitu setiap orang dari berbagai usia
yang mengalami demam dan ruam/rash makulopapular harus dilaporkan
dan diambil spesimen serumnya untuk dikonfirmasi melalui pemeriksaan di
Lab, juga lap kejadian sentinel di RS
POLIO

• sekitar 25%
menunjukkan gejala
penyakit ringan seperti
demam, nyeri kepala,
nyeri tenggorokan.
• Kelumpuhan terjadi pada
1% dari yang terinfeksi.
Kematian terjadi sekitar
5- 10% dari mereka yang
lumpuh
HEPATITIS B
• Infeksi hepatitis B akut tidak selamanya bergejala.
• Apabila menunjukkan gejala, penderita merasa
lemah, mual, muntah, nyeri perut serta kuning
pada kulit dan sklera mata.
• Pada penderita hepatitis B kronis apabila
penyakitnya bertambah berat oleh karena terjadi
gagal hati, maka gejalanya antara lain perut
membesar (asites), perdarahan abnormal dan
perubahan status mental.
• Komplikasi serius terjadi pada penderita hepatitis
B kronis berupa sirosis hati, kanker hati, kegagalan
hati dan kematian.
HAEMOPHILUS INFLUENZAE TYPE B (Hib)
• penyebab 90% dari semua infeksi oleh Haemophilus influenzae.
• merupakan penyebab pneumonia akut, meningitis dan penyakit
invasif lainnya, terutama pada anak usia di bawah lima tahun
• Anak-anak dapat mempunyai bakteri Hib dalam hidung dan
tenggorokannya tanpa ada gejala sakit yang disebut sebagai karier,
namun mereka dapat menularkan kepada orang lain.
• Apabila ada anak dengan gejala pneumonia perlu dipikirkan
penyebabnya adalah Hib. Juga anak dengan gejala meningitis.
• Dapat menyerang organ tubuh lain: Epiglotitis sehingga terjadi
kesulitan bernafas dan nafas berbunyi/stridor dan Infeksi sistemik
pada darah yang menyebabkan demam, menggigil, dan penyebaran
bakteri ke seluruh tubuh (bakteriemi)
PNEUMOKOKUS
• merupakan penyebab utama pneumonia
• Demam dan menggigil, batuk, frekuensi nafas cepat dan
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Pada anak
yang lebih tua: keluhan nafas pendek dan sakit pada
saat bernafas dan batuk.
• Penderita dengan meningitis dapat mengeluh nyeri
kepala, sensitif terhadap sinar, kaku kuduk, kejang,
delirium atau menurunnya kesadaran.
• Pada otitis, penderita mengeluh rasa nyeri dan keluar
cairan di daerah infeksi, begitu juga pada sinusitis.
• Komplikasi Pneumonia: bakteriemia (infeksi aliran
darah) dan atau empiema (ada pus atau nanah pada
cavum pleural yaitu ruangan antara paru dan selaput
paru) dan atau abses paru.
JAPANESE
ENCEPHALITIS
• umumnya bergejala ringan bahkan
tanpa gejala sama sekali
• influenza, demam, menggigil, nyeri
kepala, mual dan muntah.
• Pada anak, gejala yang menonjol
adalah nyeri perut terjadi pada saat
awal infeksi. Tanda berupa bingung
dan koma timbul 3-4 hari kemudian.
Penderita pada anak sering disertai
kejang.
HUMAN
PAPILLOMA
VIRUS (HPV)
• menyebabkan condyloma dan kanker
(anus, alat kelamin bagian luar, kanker
mulut pada laki-laki dan perempuan,
cervix – 99%)
• Gejala umum kanker serviks adalah
terjadi perdarahan abnormal pada vagina
(terutama setelah hubungan seksual atau
perdarahan di antara dua fase
menstruasi) Rasa sakit pada panggul,
pinggang/ punggung, tangan, keluar
cairan dari vagina dan berat badan turun.
Pada stadium lanjut dapat terjadi anemia,
gagal ginjal, fistula pada vagina
Surveilans AFP (Acute Flaccid
Paralysis) dan PD3I lainnya

Surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis)


pengamatan fokus pada kasus poliomielitis yang
mudah diidentifikasikan, yaitu poliomielitis
paralitik.
Ditemukannya kasus poliomielitis paralitik di
suatu wilayah menunjukkan adanya penyebaran
virus-polio di wilayah tersebut
SURVEILANS AFP
Pengamatan dilakukan terhadap:
a. Semua anak usia < 15 tahun (yang
merupakan kelompok yang rentan
terhadap penyakit polio);
b. Lumpuh yang sifatnya lemas/layuh
(flaccid);
c. Terjadi mendadak dalam 1 – 14 hari
(akut).
d. Bukan disebabkan oleh ruda paksa /
trauma.
Setiap dan semua kasus AFP, ambil
specimen TINJA dan periksa untuk
pemastian poliomyelitis atau bukan
Surveilans Campak-Rubela
• Surveilans campak terintegrasi dengan surveilans
Rubela, melalui surveilans campak berbasis kasus
individu/Case Based Measles Surveillance (CBMS)
• CBMS: penemuan setiap kasus suspek campak
untuk dilaporkan, dilakukan investigasi dalam
waktu 2 x 24 jam setelah laporan diterima,
dilakukan pemeriksaan laboratorium (specimen
serum) dan dicatat secara individual
• Suspek campak: setiap kasus dengan gejala
minimal demam dan ruam maculopapular,
kecuali sudah terbukti secara laboratorium
disebabkan oleh penyebab lain.
Surveilans Congenital
Rubella Syndrome (CRS)
• Surveilans yang sensitif dan berkualitas.
• dilakukan sentinel di beberapa Rumah Sakit
yang telah ditetapkan.
• Suspek CRS adalah setiap bayi berusia < 12
bulan
• segera laporkan ke petugas surveilans
setempat agar kasus dapat segera
ditindaklanjuti melalui sistem surveilans CRS
yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai