Anda di halaman 1dari 48

INTEGRASI PROGRAM

IMUNISASI, KESGA & PROMKES


PROVINSI SUMATERA BARAT
TH 2021 & 2022

KASI SURVEILANS DAN IMUNISASI


DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT
YUSMAYANTI, SKM, M.EPID
Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
IMUNISASI

Imunisasi yang diwajibkan


Imunisasi
kepada seseorang sebagai
bagian dari masyarakat dalam Program
rangka melindungi yang
Imunisasi
bersangkutan dan masyarakat
Pilihan
sekitarnya dari penyakit yang Imunisasi yang dapat diberikan
dapat dicegah dengan kepada seseorang sesuai dengan
imunisasi kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangkutan
dari penyakit tertentu
2-3 juta kematian dapat
dicegah setiap tahun
dengan imunisasi
Imunisasi dapat mencegah
lebih dari 26 penyakit
Membantu membatasi/
mengurangi terjadinya
resistensi antibiotik karena
Meningkatkan
dapat mencegah cakupanpenyakit
imunisasi secara global
pada tahap awal
dapat menyelamatkan lebih
dari 1,5 juta orang setiap
tahunnya
MEMBENTUK
PROTEKSI SPESIFIK KEKEBALAN PROTEKSI LINTAS
INDIVIDU KELOMPOK KELOMPOK
(HERD IMMUNITY)
Apabila cakupan imunisasi Pemberian imunisasi pada
Setiap orang yang tinggi dan merata dapat kelompok usia tertentu
mendapatkan imunisasi akan membentuk kekebalan (anak) dapat membatasi
membentuk antibodi spesifik kelompok dan melindungi penularan kepada
terhadap penyakit tertentu kelompok masyarakat yang kelompok usia
rentan dewasa/orang tua
 Vaksin dapat mencegah beberapa penyakit menular berbahaya.
Contoh Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) yaitu campak, polio, hepatitis B, tuberkulosis, difteri, pertusis,
tetanus, influenza, kanker serviks yang disebabkan infeksi virus HPV,
dsb.
 Ketika sebagian besar kelompok masyarakat rentan diberikan
vaksinasi, maka penyebaran patogen penyebab penyakit dapat
dibatasi/dihentikan. Ini yang disebut kekebalan kelompok atau herd
immunity.
 Dengan kekebalan kelompok, kelompok masyarakat yang tidak dapat
divaksinasi (bukan merupakan sasaran) misalnya bayi baru lahir,
lansia dan mereka yang memiliki kontraindikasi dapat turut
terlindungi.

Indonesia telah mencapai beberapa target global maupun regional :

Eradikasi Indonesia Eliminasi Tetanus pada Ibu


Cacar Bebas Polio Hamil dan Bayi Baru Lahir
1974 2014 2016

Vidio Wabah Cacar


Bagaimana Imunisasi Melindungi Masyarakat ?
KERJA VAKSIN

Imunisasi Rutin Lengkap, Indonesia Sehat


JENIS IMUNISASI YANG DITERIMA ANAK SESUAI DENGAN USIA

Imunisasi
Rutin
Lengkap
IMUNISASI DASAR PADA BAYI & IMUNISASI LANJUTAN PADA WUS  HARUS MELALUI
LANJUTAN PADA BADUTA SKRINING

UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI Status Interval Minimal


Masa Perlindungan
0 Hepatitis B Imunisasi Pemberian
1 BCG, OPV1 T1 - -
2 DPT/HepB/Hib1, OPV2, PCV1*
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
3 DPT/HepB/Hib2, OPV3, PCV2*
4 DPT/HepB/Hib3, OPV4, IPV T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
9 MR T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
10 JE** T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun
12 PCV3*
-DT Td HPV** HPV**
18 DPT/HepB/Hib4, MR2 Td
-MR
* Dilakukan di seluruh Indonesia secara bertahap
** Hanya di Kab/Kota terpilih

Kelas Kelas Kelas Kelas


1 SD 2 SD 5 SD 6 SD
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
Dilatar belakangi dari Keingin tahuan

• Cakupan IDL Sumatera Barat sangat


drastis rendah.
• Petugas menjawab sdh melakukan upaya
maksimal tapi terhalang oleh kondisi
pandemi
Sumber: Data Rutin 2021 Per 01 Februari 2022

 Baru ada 3 Provinsi yang dapat mencapai cakupan IDL sesuai target (minimal 93,6%) yaitu Provinsi
Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta dan Banten Sumber: Data Rutin s.d 19 April 2021
Capaian IDL Sumatera Barat Th 2021 (Nasional 79,6%)

• Tahun 2021, Kondisi


Nasional, Sumatera Barat
menempati urutan ke 4 dari
34 provinsi

• Tahun 2021 semua


Kab/Kota di Sumatera Barat
tidak ada yang mencapai
target.

• Sd Okt Tahun 2022 capaian


IDL tertinggi yaitu Kab.
Mentawai (73,2%) dan
capaian terendah Pasaman
Barat (53,2%) dengan rata
– rata IDL sumbar sd
Oktober 53,2% (target 70%)
• IDL Sumatera Barat
beberapa tahun tidak
pernah mencapai Target
• Herd Imunity di Populasi
rendah
• Populasi Rentan
Meningkat
• Akibatnya KLB PD3I

• Terjadi Penurunan Cakupan Imunisasi Dasar dari 78,9 % (2019) menjadi 59,8 %
(2021)
• Dan Tercatat th 2021 sebanyak 157.002 Balita Yang Belum Lengkap/ Tidak
Mendapat Status Imunisasinya.
Sumber: Data Rutin 2021 Per 01 Februari 2022

 Terdapat 2 Provinsi yang mencapai target cakupan imunisasi campak rubella pada tahun 2021, yaitu
Provinsi Sumatera Selatan dan DKI Jakarta
Cakupan Imunisasi Lanjutan Baduta per Kabupaten/Kota Tahun 2022

Data sd 18 November 2022


DROP OUT RATE TAHUN 2020
PROVINSI SUMATERA BARAT

Sumber: Data Rutin s.d 4 Juni 2021

 Drop out rate DPT1-DPT3 tahun 2020 tertinggi di Kota Pariaman dengan DO Rate 16.5%
 Drop out rate DPT1-Campak Rubela 1 tahun 2020 tertinggi di Kepulauan Mentawai dengan DO Rate 50.6%
Sumber: Data Rutin s.d 19 April 2021
Sumber: Data Rutin 2021 Per 01 Februari 2022

 Drop out rate DPT1-Campak Rubela 1 tahun 2021 tertinggi di Padang Pariaman dengan DO Rate
23,5%
 Drop out rate DPT1-Hb-Hib1- DPT1-Hb-Hib3 tahun 2022 tertinggi di Tanah Datar dengan DO Rate
9,24%.
 Agam ???
 Drop out rate DPT1-Hb-Hib1- Campak Rubella 1 tahun 2022 tertinggi di Mentawai dengan
DO Rate 9,75%
 Drop out Campak Rubela Bayi – Campak Rubela Baduta tahun 2021 tertinggi di Kota Pariaman
dengan DO Rate 74,4%
DO Campak1-Campak Baduta sd Oktober 2022

 Drop out Campak Rubela Bayi – Campak Rubela Baduta tahun


2022 tertinggi di Kab Padang Pariaman dengan DO Rate 54,9%
dan yang terendah adalah Kab. Sijunjung
Tingginya angka dropout
(>5%) antara Penta1 dan
Penta 3, menandakan
adanya masalah dalam
utilisasi.

DO (Drop-Out): mereka yang


sudah mendapatkan kesempatan
pertama, namun, tidak
menyelesaikan atau melengkapi
rangkaian dosis pemberian.
Hambatan pada pemanfaatan

Factor kurangnya pemanfaatan diantaranya :


- Ibu tidak di beri tahu kapan datang lagi untuk imunisasi anaknya
- Ibu tidak di beri tahu pentingnya kunjungan kembali
- Ibu tidak peduli pentingnya imunisasi lengkap dan jadwal imunisasi yang tepat
Jenis Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Kesehatan
Kabupaten/ Kota

Imunisasi
merupakan
Indikator
Komposit dalam
Pelayanan
Kesehatan Ibu
Hamil, Bayi Baru
Lahir dan Balita
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal :


1.Pengukuran berat badan.
2.Pengukuran tekanan darah.
3.Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4.Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5.Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
6.Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
7.Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
8.Tes Laboratorium.
9.Tatalaksana/penanganan kasus.
10.Temu wicara (konseling).
Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
 Standar kualitas:
 Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam)  KN1
 Pemotongan dan perawatan tali pusat
 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
 Injeksi vitamin K1
 Pemberian salep/tetes mata antibiotic
 Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B 0)
 Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari)  KN2
 Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
 Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM
 Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas pelayanan kesehatan atau belum
mendapatkan injeksi vitamin K1
 Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang
lahir tidak ditolong tenaga kesehatan
 Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
CAKUPAN HB0 & KN PROVINSI SUMATERA
BARAT
SD OKTOBER TAHUN 2022
Pelayanan Kesehatan Balita

Pelayanan Kesehatan Balita Usia 0- Pelayanan Kesehatan Balita Usia 12


11 Bulan – 23 Bulan

HB0, BCG, Polio, DPT-HB-Hib,


DPT-HB-Hib dan Campak, Rubella
Campak, Rubella
KUNJUNGAN BAYI
Cakupan IDL dan Kunjungan Bayi
Provinsi Sumatera Barat
sd Oktober Tahun 2022
Permasalahan
1. Orang tua takut dan enggan membawa anak ke fasilitas
kesehatan dikarenakan khawatir terinfeksi Covid-19.
2. Informasi yang berkembang untuk imunisasi saat pademi
yang mengatakan imunisasi tidak aman (Hoax).
3. Tidak singkronnya capaian Prog.Imunisasi – Prog. Anak – Prog.
Ibu.
 DO program yang belum dipahami oleh Bidan Desa sehingga
data yang dapat adalah Kwantitas, tidak Kualitas.
 Kurangnya komunikasi dan koordinasi antar pengelola
program.
 Tidak samanya tutup laporan bulanan masing-masing
program
 Ego program
4. Pencatatan dan Pelaporan
 Sumber pencatatan / Informasi capaian program
( Kohor, Buku KIA)
 Buku Stok Vaksin tidak diisi
 Grafik Suhu Kulkas Vaksin
 Laporan bulanan yang dikirimkan ke Kabupaten
terlambat
5. Kulkas Vaksin dan Vaksin
 Ditemukannya Bunga ES dan genangan AIR
 Tanggal Buka Vaksin tidak ada dibuat pada vaksin yang
telah dibuka
 Vaksin yang sudah Exp. Dalam kulkas vaksin
6. Safety Box ditemukan alat suntik bekas recaping
7. Sudah mulai kendornya sosialisasi Imunisasi Rutin Bayi,
Balita.
8. Petugas kurang percaya diri memberikan suntikan
ganda (video)
Komunikasi
Risiko
Vaccine Safety
Communication

• Komunikasi risiko tentang keamanan vaksin merupakan komponen esensial dalam


rangkaian interaksi antara petugas kesehatan, orang tua, influencer publik, media dan
masyarakat

• Isu2 keamanan vaksin biasanya berhubungan dengan keraguan, tingkat


penerimaan dan minat masyarakat akan imunisasi

Tujuan komunikasi keamanan vaksin adalah untuk


membangun kepercayaan dan melindungi program
imunisasi
Komunikasi risiko tentang keamanan
vaksin meliputi kegiatan untuk
mendiseminasikan informasi tentang
KIPI dan mengatasi isu2 tentang:
• bahan2 kandungan vaksin
Vaccine Safety dan kemurniannya
Communication – • proses pembuatan vaksin
GVSB 2,0 • hasil studi keamanan vaksin
Isu halal dan • regulasi dan kebijakan
haram terkait di keamanan vaksin
dalamnya

Hal2 ini akan mempengaruhi tingkat


penerimaan masyarakat terhadap
imunisasi
Situasi Komunikasi Saat Ini

Meningkatnya hak pasien untuk


memilih
Meningkatnya tuntutan transparansi
Meluasnya media komunikasi
memudahkan HOAX
Imajinasi dalam komunikasi
Menimbulkan krisis....................
KOMUNIKASI

PERLU KETRAMPILAN DALAM


BERKOMUNIKASI DAN
BERSAHABAT DENGAN MEDIA
Jenis-jenis Kekeliruan Informasi

Beberapa tipe informasi yang salah:


•Disinformasi  Sengaja berdusta
untuk menyesatkan
•Misinformasi  Kesalahan namun
jujur
•Hoax  Sengaja merancang dusta
sehingga samar dan menjadi kebenaran
Cara Menangkal
Disinformasi

Immunizing the public against


misinformation
Cara Menangkal
Disinformasi
"infodemic"
Informasi berlebihan dan menyebar
dengan cepat serta menyesatkan atau
direkayasa dalam bentuk berita, gambar
dan video
Seperti virus, sifatnya sangat menular
dan berkembang dengan cepat dan
tumbuh secara bermakna, merupakan
komplikasi upaya respons pandemic
cpvid-19

WHO Director-General Tedros Adhanom


Ghebreyesus.
Kita bukan hanya memerangi virus
namun kita juga memerangi teori
konspirasi yang rumit yang menciptakan
misinformasi dan merusak respons klb.
Cara Menangkal Disinformasi

Pertimbangan sebelum share:


Siapa yang membuat ?
Sumber berita?
Dari mana?
Apa perlu dishare?
Kapan mulai dipublikasi?
Bagaimana cara menandai Bagaimana melaporkan misinformasi
postingan Facebook sebagai online ?
berita palsu?

Untuk menandai postingan sebagai berita palsu:


1.Klik di samping postingan yang ingin ditandai sebagai
palsu.
2.Klik Cari dukungan atau laporkan postingan.
3.Klik Berita Palsu, lalu klik Berikutnya.
4.Klik Selesai.

Pelajari selengkapnya tentang alasan Anda mungkin


diminta memberi masukan tentang sesuatu di Facebook.
Cara Menangkal Disinformasi

LAPORKAN CEK SEBELUM FORWARD


IACLonMtohE
SOC
BDeIriAta
KIPI di Media

JUDUL DAN ISI


BERITA TIDAK
PROPORSIONAL

‘Usai imunisasi, kulit bocah


SD gosong’
Pemberitaan
berlawanan

Seringkali porsinya sangat kecil!!


Rekomendasi
• Puskesmas yang mempunyai angka DO tinggi agar segera
melakukan DOFU / Swipping untuk percepatan capaian IDL
bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor
terkait.
• Analisa data imunisasi ditingkatkan dan mencari
pemecahan masalah  integrasi program & lintas sektor
(promkes, KIA, Jorong, Kader)
• Jurim di HC melakukan bedah kohort bayi per jorong ttg
cakupan imunisasi by name by addres dan melakukan
validasi data dg menggunakan kohort bayi
• Mengaktifkan WA Group utk informasi ttg status imunisasi
bagi bayi pindah
• Mengontrol rolling staf  catatan & ilmu
• Lakukan komunikasi risiko  Mengontrol berita hoax yang
beredar
RTL
• Memastikan status imunisasi yang ada dikohort
bayi tercatat lengkap sesuai umur dan
terlaporkan ke puskesmas  bedah kohor bayi
per posyandu (my Village my Home)
• IDL yang belum tercapai dibagi berdasarkan
per posyandu, dan berdiskusi dengan bides
bagaimana cara mereka mencapainya.
• Menigkatkan kapasitas bides ttg imunisasi
melalui OJT, bintek dsbnya
• Tingkatkan komunikasi risiko ke masyarakat
dan mengontrol perkembangannya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai