Anda di halaman 1dari 24

KEBIJAKAN

IMUNISASI RUTIN
PADA BALITA DAN
ANAK USIA
SEKOLAH
Subdit Imunisasi
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
SITUASI GLOBAL

In 2019, An estimated 19.7 million children under the age of


one year did not receive basic vaccines
― 14 million infant didn’t receive an initial dose of DTP vaccine pointing to
lack of access to an immunization and other health services
― 5.7 million are partially vaccinated

Of the 19.7 million more than 60% these children live in 10 countries:
Angola, Brazil, the Democratic Republic of the Congo, Ethiopia, India,
Indonesia, Mexico, Nigeria, Pakistan and the Philippines.
Source: WHO/UNICEF Coverage Estimates 2019 revision, July 2020
MENGAPA HARUS IMUNISASI??

 2-3 juta kematian dapat dicegah setiap tahun


dengan imunisasi

 Imunisasi dapat mencegah lebih dari 26


penyakit

 Membantu membatasi/ mengurangi


terjadinya resistensi antibiotik karena dapat
mencegah penyakit pada tahap awal

 Meningkatkan cakupan imunisasi secara


global dapat menyelamatkan lebih dari 1,5
juta orang setiap tahunnya
MANFAAT IMUNISASI

MEMBENTUK KEKEBALAN
PROTEKSI SPESIFIK KELOMPOK PROTEKSI LINTAS
INDIVIDU (HERD IMMUNITY) KELOMPOK

Apabila cakupan imunisasi tinggi Pemberian imunisasi pada


Setiap orang yang mendapatkan
dan merata dapat membentuk kelompok usia tertentu (anak)
imunisasi akan membentuk
kekebalan kelompok dan dapat membatasi penularan
antibodi spesifik terhadap
melindungi kelompok masyarakat kepada kelompok usia
penyakit tertentu
yang rentan dewasa/orang tua
HERD IMMUNITY
Herd Immunity dan proteksi lintas kelompok dapat terbentuk jika pemberian IMUNISASI
RUTIN LENGKAP dilakukan sesuai pedoman/standar dengan CAKUPAN TINGGI DAN MERATA
DI SETIAP TINGKATAN

HERD
IMMUNITY
JADWAL IMUNISASI RUTIN
IMUNISASI DASAR PADA BAYI & LANJUTAN PADA BADUTA IMUNISASI LANJUTAN PADA WUS  HARUS MELALUI SKRINING

UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI Status Interval Minimal


Masa Perlindungan
0 Hepatitis B Imunisasi Pemberian
1 BCG, OPV1 T1 - -
2 DPT/HepB/Hib1, OPV2, PCV1*
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
3 DPT/HepB/Hib2, OPV3, PCV2*
4 DPT/HepB/Hib3, OPV4, IPV T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
9 MR T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
10 JE**
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun
12 PCV3*
- DT Td HPV** HPV**
18 DPT/HepB/Hib4, MR2 Td
- MR
* Dilakukan di seluruh Indonesia secara bertahap
** Hanya di Kab/Kota terpilih

Kelas Kelas Kelas Kelas


BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH 1 SD 2 SD 5 SD 6 SD
APAKAH IMUNISASI DASAR LENGKAP SAJA
TIDAK CUKUP??

Hasil penelitian (Kimura er al, 1991) menunjukkan bahwa


titer antibodi yang terbentuk setelah DPT-HB-Hib dosis
pertama <0,01 IU/ml, setelah dosis kedua berkisar 0,05-
0,08 IU/ml dan setelah dosis ketiga menjadi 1,5-1,7 IU/ml.
Namun, titer antibodi menurun pada usia 15-18 bulan
menjadi 0,03 IU/ml sehingga dibutuhkan booster. Setelah
booster dosis keempat didapatkan titer antibodi yang
tinggi sebesar 6,7-10,3 IU/ml.

Hasil serologi yang didapat pada anak yang diberikan DPT-HB-Hib pada
usia 18-24 bulan (lanjutan baduta), memiliki Anti D 99,7%, Anti T 100%
dan HbSAg 99,5% (Rusmil et al, 2014)
Tingkat kekebalan (titer antibody) seseorang terhadap PD3I akan turun seiring
dengan bertambahnya usia sehingga diperlukan imunisasi booster (lanjutan)
agar tingkat kekebalan tinggi kembali.

Hasil serologi campak sebelum dilakukan imunisasi campak pada BIAS


diketahui titer antibodi terhadap campak adalah 52,60%-65,56%. Setelah
imunisasi campak pada BIAS diketahui titer antibodi meningkat menjadi
96,69%-96,75% (SRH, 2009).

Hasil serologi difteri sebelum dilakukan imunisasi difteri pada anak SD diketahui
titer antibodi adalah 20,13%-29,96%. Setelah imunisasi difteri pada BIAS
diketahui titer antibodi meningkat menjadi 92,01-98,11% (SRH, 2011).
DATA SURVEILANS CAMPAK DAN DIFTERI
BERDASARKAN KATEGORI UMUR TAHUN 2019 - 2020
Campak Difteri

Berdasarkan dua grafik di atas, diketahui bahwa kasus PD3I pada anak < 15 tahun masih cukup tinggi. Hal ini
disebabkan titer antibodi yang sudah menurun pada anak usia sekolah. Sehingga pemberian imunisasi pada
anak usia sekolah merupakan hal yang penting dilakukan untuk meningkatkan kekebalan.
Imunisasi Dasar Lengkap saja
belum cukup memberikan
perlindungan terhadap PD3I
karena beberapa antigen
memerlukan booster/
pemberian dosis lanjutan pada
usia 18 bulan, usia anak sekolah
(BIAS) dan usia dewasa (WUS)

D
D
D
D
D
PERUBAHAN KONSEP
 Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) saja hingga 11
bulan tidak cukup untuk memberikan
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) perlindungan yang optimal terhadap PD3I.
 Pemahaman masyarakat imunisasi cukup
sampai usia 9 bulan (campak) saja.

 Imunisasi lengkap adalah keadaan jika


seorang anak memperoleh imunisasi rutin
secara lengkap mulai dari:
1) IDL pada usia 0-11 bulan
2) Imunisasi Lanjutan DPT-HB-
Hib dan Campak Rubela pada
usia 18 bulan
3) Imunisasi Lanjutan Campak
Rubela dan DT pada Kelas 1
Imunisasi Rutin Lengkap (IRL) SD/MI
4) Imunisasi Td pada kelas 2 dan
5 SD/MI
PELAKSANAAN IMUNISASI RUTIN PADA MASA
PANDEMI COVID-19

Prinsip dasar:
Pada masa pandemi COVID-19, imunisasi tetap harus diberikan
sesuai jadwal untuk melindungi anak dari PD3I.

Rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI):


Imunisasi harus tetap diupayakan lengkap sesuai jadwal. Penundaan
imunisasi akan memperbesar risiko KLB PD3I

Strategi pemberian imunisasi harus mempertimbangkan situasi epidemiologi


COVID-19, kebijakan pemerintah daerah, serta situasi epidemiologi PD3I.
Pelayanan imunisasi dilakukan dengan menerapkan prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi serta prinsip menjaga
jarak aman 1-2 meter (physical distancing), sehingga
pelaksanaan imunisasi tetap AMAN untuk petugas
kesehatan dan sasaran.

Pemberian imunisasi ganda menjadi upaya yang efektif dan


efisien untuk optimalisasi pelayanan imunisasi pada masa
pandemi COVID-19.
TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI DASAR DAN
LANJUTAN BADUTA PADA MASA PANDEMI COVID-19
Berdasarkan penilaian dan pemetaan risiko, rekomendasi pilihan tempat
untuk pelayanan imunisasi dapat berupa:

Pelayanan Imunisasi di Posyandu

Pelayanan Imunisasi di Puskesmas/ Faskes Lain

Pelayanan Imunisasi melalui Puskesmas Keliling


MEKANISME PELAKSANAAN BIAS PADA MASA
PANDEMI COVID-19
PELAKSANAAN DI SEKOLAH
01 Siswa dipanggil ke sekolah secara bergiliran berdasarkan nomor absen
sehingga setiap sesi pelayanan imunisasi dibatasi maksimal lima orang
anak (misal: nomor absen 1 - 5 jam 8.00; absen 6 – 10 jam 08.30; dst)

PELAKSANAAN DI PUSKESMAS
02 Pihak sekolah membuat edaran kepada orang tua siswa agar membawa
anaknya ke puskesmas sesuai jadwal dan janji temu yang disepakati
oleh sekolah dan puskesmas.

PELAKSANAAN MELALUI PUSKESMAS KELILING


Bila kegiatan BIAS tidak dapat terlaksana di sekolah maupun puskesmas
03 atau sasaran berada di wilayah yang sulit dijangkau, maka dapat
dilakukan pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak berupa kegiatan
puskesmas keliling.
TANTANGAN PELAKSANAAN IMUNISASI
Berdasarkan Hasil Studi Vaccine Acceptance Tahun 2020
KOMITMEN ADANYA PANDEMI PENERIMAAN
SDM KESEHATAN
PEMERINTAH COVID-19 IMUNISASI

 Kepemimpinan Kepala  Gangguan jadwal  Dukungan toga/toma


 Ketersediaan vaksin
Puskesmas pelayanan belum optimal
 Dukungan peraturan,
 Distribusi SDMK belum  Ketakutan orang tua pergi  Isu halal/ haram
pendanaan dan
merata ke fasyankes  Takut efek samping
komitmen pemda belum
 Kurangnya pengetahuan  Fokus pada penanganan  Takut disuntik, lebih
optimal
dan keterampilan SDMK pandemi sehingga percaya herbal dan
 Fasilitas dan infrastruktur
dan kader layanan rutin terganggu memiliki pengalaman
belum memenuhi
 Kurang pelatihan  Keterbatasan SDMK buruk sebelumnya
kebutuhan
 Penurunan motivasi untuk melakukan  Akses daerah yang sulit
sweeping imunisasi diakses
TANTANGAN PELAKSANAAN IMUNISASI
Berdasarkan Hasil Studi Vaccine Acceptance Tahun 2020

KERJA SAMA LINTAS PROMOSI-KOMUNIKASI SISTEM INFORMASI


HOAKS SEKTOR KESEHATAN KESEHATAN

 Perbedaan data pusdatin


 Kurangnya kegiatan
dan data sasaran di
peningkatan literasi
 Hoaks menyebar lebih  Kerja sama lintas sektor lapangan
 Disinformasi dan isu
cepat di daerah dengan belum optimal  Peraturan tentang
negatif di media
akses internet tinggi  Beberapa sekolah tidak kewajiban swasta untuk
 Keluarga tidak
 Hoaks dan berita negatif melakukan BIAS karena melaporkan cakupan
mendukung untuk
banyak tersebar di media ada penolakan dari orang imunisasinya tidak
imunisasi
sosial tua tersosialisasi dengan baik
 Edukadi dari nakes belum
 Perlu perbaikan kualitas
optimal
pencatatan pelaporan
PERMASALAHAN PELAKSANAAN IMUNISASI RUTIN

 Penanggulangan pandemi COVID-19 termasuk vaksinasi COVID-19 dengan sasaran yang besar sehingga semua SDMK
terfokus pada kegiatan tersebut

 Masih adanya kekhawatiran orang tua untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan karena adanya Pandemi COVID-19

 Kepatuhan petugas untuk melaporkan hasil pelayanan imunisasi/ cakupan secara lengkap dan tepat waktu menurun

 Kualitas pelayanan imunisasi belum merata, masih ada kesenjangan kompetensi petugas di daerah satu dengan daerah
lain

 Perencanaan dan pengganggaran daerah yang masih terbatas, terfokus pada kegiatan penanggulangan pandemi

 Penolakan di masyarakat karena Hoax/ berita negatif mengenai imunisasi

 Masih kurang optimalnya pemanfaatan data serta analisa/review cakupan dan trend PD3I secara rutin

 Himbauan/rekomendasi upaya perbaikan belum dilaksanakan dengan optimal


UPAYA PENGUATAN IMUNISASI RUTIN PADA
MASA PANDEMI COVID-19
 Melakukan penjangkauan sasaran yang belum/ tidak lengkap status imunisasinya

 Mengoptimalkan upaya supervisi suportif kepada kabupaten/kota,


puskesmas dan fasyankes serta melakukan on the job learning saat
supervisi, terutama bagi petugas imunisasi yang baru

 Melakukan update atau penyesuaian materi-materi KIE, terutama yang akan


digunakan untuk edukasi kepada masyarakat. Pastikan materi KIE sesuai kebutuhan
dan kondisi masyarakat

 Membina hubungan dan komunikasi yang baik dengan para tokoh agama melalui
forum komunikasi yang secara rutin melakukan pertemuan dan melibatkan para tokoh
tersebut dalam kegiatan program imunisasi dan surveilans, misalnya dalam kegiatan
review cakupan imunisasi dan daerah risiko tinggi KLB PD3I
PEDOMAN PELAKSANAAN IMUNISASI
PADA MASA PANDEMI
PERMENKES NO 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI

Juknis Pelayanan Imunisasi


pada Masa Pandemi
SE Pelaksanaan Imunisasi pada Masa Pandemi SE Pelaksanaan BIAS pada Masa Pandemi
24 Maret 2020 9 Juli 2020
DUKUNGAN KEMENDAGRI MELALUI SURAT
EDARAN KEPADA KEPALA DAERAH

Surat Edaran
Mendagri tentang
Peningkatan
Cakupan Program
Imunisasi Nasional Diharapkan seluruh
di Daerah dalam daerah tidak lengah dan
Adaptasi Kebiasaan dapat berkomitmen serta
Baru
secara konkrit melakukan
upaya penguatan
imunisasi sehingga KLB
PD3I tidak terjadi
Implementasi di daerah
belum optimal
SURAT EDARAN
TENTANG PENGUATAN IMUNISASI RUTIN

Melakukan upaya penguatan imunisasi rutin dalam rangka


mencegah terjadinya KLB PD3I yaitu:
a. Mengoptimalkan pemberian imunisasi pada bayi dan
baduta sesuai jadwal melalui upcaya pelacakan (defaulter
tracking) yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan.
b. Melakukan identifikasi anak usia <36 bulan yang
terlambat mendapatkan imunisasi dasar maupun lanjutan
dan segera melengkapinya.
c. Mengidentifikasi anak usia sekolah yang belum
mendapatkan imunisasi lanjutan BIAS dan melaksanakan
imunisasi kejar (catch up) bagi anak-anak tersebut.
KESIMPULAN
1. Imunisasi dasar lengkap pada bayi belum cukup untuk memberikan
perlindungan optimal sehingga harus dibooster dengan imunisasi
lanjutan pada baduta dan anak usia sekolah.
2. Pelaksanaan imunisasi pada anak usia sekolah terintegrasi dengan
pelaksanaan UKS melalui kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
3. Pada masa pandemi COVID-19, imunisasi tetap harus diberikan
sesuai jadwal untuk melindungi anak dari PD3I.
4. Dukungan dari lintas program, lintas sektor dan semua pihak terkait
sangat penting untuk mengatasi berbagai tantangan dan permasalahan
imunisasi sehingga dapat dicapai cakupan yang tinggi dan merata.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai