Anda di halaman 1dari 44

KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI NASIONAL

TAHUN 2023

KAMIS, 8 JUNI 2023

Direktorat Pengelolaan Imunisasi


Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI

Disampaikan pada
Pertemuan Pertemuan Koordinasi Dalam Rangka Pemantauan Dan Supervisi Kualitas Pengelolaan
Logistik termasuk Persiapan Switch IPV2 dan Introduksi Vaksin Baru
1
Pendahuluan

Konsep Imunisasi Rutin Lengkap

Situasi Imunisasi Rutin dan PD3I di


OUTLINE Indonesia 2022 – 2023 (sd Kuartal 1)
PAPARAN Introduksi Antigen Baru

Strategi Akselerasi dan Penguatan Program


Imunisasi Nasional

Penutup

2
Bagian 1 :
Pendahuluan

3
LANDASAN HUKUM
UUD 1945
Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.
Pasal 28 H ayat 1:Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin, bertempat tinggal & mendapatkan lingkungan
hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
UU Perlindungan Anak No.35 Tahun 2014
“Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak -
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009
•Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dg ketentuan utk mencegah terjadinya penyakit yg
dapat dihindari melalui imunisasi
•Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak
UU Pemerintahan Daerah No. 23 Tahun 2014
“Pemerintah Daerah harus memperioritaskan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
Dasar dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat”

Hukum Pemberian Imunisasi di Indonesia :


WAJIB
MENGAPA HARUS IMUNISASI??
PENGERTIAN • PROTEKSI INDIVIDU

IMUNISASI “Setiap orang yang mendapatkan


imunisasi akan membentuk antibodi
spesifik terhadap penyakit tertentu”
Imunisasi adalah suatu upaya • MEMBENTUK KEKEBALAN KELOMPOK (HERD
untuk menimbulkan/meningkatkan IMMUNITY)
“Apabila cakupan imunisasi tinggi dan merata
kekebalan seseorang secara aktif dapat membentuk kekebalan kelompok dan
terhadap suatu penyakit sehingga melindungi kelompok masyarakat yang rentan”
bila suatu saat terpajan dengan • PROTEKSI LINTAS KELOMPOK
penyakit tersebut tidak akan sakit
“Pemberian imunisasi pada kelompok usia
atau hanya mengalami sakit ringan tertentu (anak) dapat membatasi penularan
kepada kelompok usia dewasa/orang tua”

5
JADWAL IMUNISASI RUTIN
IMUNISASI DASAR PADA BAYI & PADA IMUNISASI PADA WUS ➔ HARUS MELALUI
BADUTA SKRINING
UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI Status Interval Minimal
Masa Perlindungan
Imunisasi Pemberian
<24 jam Hepatitis B
-
1 BCG, OPV1 T1 (Diberikan imunisasi Td) -
2 DPT-HepB-Hib1, OPV2, PCV1, RV1 4 minggu setelah T1
T2 3 tahun
3 DPT-HepB-Hib2, OPV3, PCV2, RV2 (Diberikan imunisasi Td)
6 bulan setelah T2
4 DPT-HepB-Hib3, OPV4, IPV, RV3 T3 5 tahun
(Diberikan imunisasi Td)
9 Campak-Rubela1, IPV2 1 tahun setelah T3
T4 10 tahun
10 JE** (Diberikan imunisasi Td)
12 PCV3 1 tahun setelah T4
T5 >25 tahun
(Diberikan imunisasi Td)
18 DPT-HepB-Hib4, Campak-Rubela2

** Hanya di wilayah endemis -DT Td HPV* HPV*


HPV hanya diberikan pada siswi /anak perempuan -CR Td
IMUNISASI PADA ANAK USIA
SD/SEDERAJAT

Kelas Kelas Kelas Kelas


BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH 1 SD 2 SD 5 SD 6 SD
Bagian 2 :
Konsep Imunisasi Rutin
Lengkap

7
Imunisasi Dasar Lengkap saja belum cukup
memberikan perlindungan terhadap PD3I
karena beberapa antigen memerlukan booster/
pemberian dosis lanjutan pada usia 18 bulan,
usia anak sekolah (BIAS) dan usia dewasa
(WUS)

Perubahan
Paradigma IMUNISASI DASAR LENGKAP

IMUNISASI RUTIN LENGKAP


8
2

9
Kekebalan Komunitas Bagaimana apabila seorang anak tidak mendapatkan
imunisasi rutin lengkap??

Hanya bisa dicapai dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata
Anak yang tidak diimunisasi lengkap tidak memiliki
kekebalan sempurna terhadap penyakit-penyakit
berbahaya sehingga mudah tertular penyakit,
Rendahnya
menderita sakit berat, serta menderita cacat bahkan
cakupan meninggal dunia. Selain itu, mereka juga dapat
imunisasi menjadi sumber penularan penyakit bagi orang lain.
rutin lengkap,
maka BAHAYA
semakin
turun pula KLB atau
tingkat
kekebalan
WABAH Akumulasi anak yang
komunitas tidak mendapat
terhadap
PD3I 100% 80% 70% 60% <50% imunisasi rutin lengkap KLB
mengakibatkan tidak
akan terbentuk
PD3I
Kekebalan Kelompok
Cakupan imunisasi atau Herd Immunity
10
Bagian 3 :
Situasi Imunisasi Rutin dan PD3I
di Indonesia 2022 – 2023
(sd Kuartal 1)

11
RENSTRA DAN RPJMN TAHUN 2022-2024

Target
No Indikator
2022 2023 2024

1 RPJMN Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan (Survei) 71 75 90

2 IKP Persentase Kabupaten/Kota yg mencapai target Imunisasi rutin 75 85 95

3 IKK Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat IDL 90 100 100

4 IKK Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat antigen baru 90 100 100
Persentase anak usia 12-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan
5 IKK 90 100 100
baduta lengkap
Persentase anak yang mendapatkan imunisasi lanjutan lengkap di usia
6 IKK 70 80 90
sekolah dasar

7 IKK Persentase wanita usia subur yang memiliki status imunisasi T2+ 60 80 100
12
Grafik Capaian Imunisasi Dasar Lengkap 2022 Grafik Capaian Imunisasi Baduta Lengkap 2022
Target IDL 90% Target IBL 90%
SULAWESI SELATAN 114,1% JAWA TENGAH 124,8%
JAWA TENGAH 114,1% SULAWESI SELATAN 112,1%
NUSA TENGGARA BARAT 110,1% DKI JAKARTA 110,0%
BANTEN 108,7% BANTEN 109,8%
LAMPUNG 106,4% LAMPUNG 109,6%
JAWA BARAT 106,3% JAWA BARAT 109,4%
BALI 105,6% MALUKU UTARA 109,4%
JAMBI 105,2% NUSA TENGGARA BARAT 103,3%
DKI JAKARTA 102,8% JAWA TIMUR 101,8%
SUMATERA SELATAN 102,8% BALI 101,2%
BENGKULU 102,1% JAMBI 99,7%
JAWA TIMUR 100,1% INDONESIA 98,0%
INDONESIA 99,9% SUMATERA SELATAN 98,0%
GORONTALO 99,1% SUMATERA UTARA 94,2%
SULAWESI UTARA 98,2% GORONTALO 92,2%
KEPULAUAN RIAU 97,1% PAPUA BARAT 91,8%
KALIMANTAN TIMUR 97,1% BENGKULU 90,6%
D.I. YOGYAKARTA 97,0% SULAWESI UTARA 90,2%
KALIMANTAN TENGAH 96,4% KEPULAUAN RIAU 86,9%
SUMATERA UTARA 96,3% MALUKU 85,0%
MALUKU UTARA 96,0% KALIMANTAN TENGAH 83,3%
SULAWESI TENGAH 95,7% KALIMANTAN SELATAN 81,2%
KALIMANTAN SELATAN 90,9% NUSA TENGGARA TIMUR 80,7%
BANGKA BELITUNG 90,6% KALIMANTAN TIMUR 80,6%
SULAWESI BARAT 89,4% SULAWESI TENGAH 80,4%
SULAWESI TENGGARA 89,2% BANGKA BELITUNG 80,0%
MALUKU 89,1% KALIMANTAN UTARA 79,8%
NUSA TENGGARA TIMUR 88,4% SULAWESI BARAT 77,9%
KALIMANTAN UTARA 87,8% D.I. YOGYAKARTA 75,7%
RIAU 86,7% SULAWESI TENGGARA 74,2%
KALIMANTAN BARAT 84,8% KALIMANTAN BARAT 72,9%
PAPUA BARAT 78,3% RIAU 62,6%
SUMATERA BARAT 72,2% SUMATERA BARAT 53,8%
PAPUA 57,4% PAPUA 53,8%
ACEH 48,1% ACEH 26,0%
Cakupan (%)

10
20
30
40
50
60
70
80
90

0
BALI 78,3
48,9
DKI JAKARTA 74,6
50,7
SULAWESI SELATAN 70,6
17,8
SULAWESI UTARA 68,3

Data Final 2022 per 10 April 2023


26,7
JAWA TENGAH 62,5
26,8
62,2
(Kick Off September)

LAMPUNG 31,4
BANTEN 58,2
37,5
JAWA TIMUR 57,0
24,9
SUMATERA SELATAN 54,6
28,2
JAWA BARAT 53,7
24,3
KALIMANTAN SELATAN 53,5
15,3
KALIMANTAN TIMUR 46,9
22,3
JAMBI 46,4
22,6
SULAWESI TENGAH 43,5
15,6
KALIMANTAN UTARA 42,4
PCV 1

13,7
DI YOGYAKARTA 34,2
12,6
NUSA TENGGARA TIMUR 33,5
11,4
*Cakupan provinsi Jatim dan Jabar hanya di kab/kota yang melakukan introduksi di tahun 2022 saja
PCV2
Provinsi Papua belum melaksanakan/melaporkan hasil introduksi PCV 2022

KEPULAUAN RIAU 27,6


10,5
PAPUA BARAT 26,4
5,7
KALIMANTAN TENGAH 25,1
18,9
KALIMANTAN BARAT 24,7
4,8
RIAU 20,2
3,9
SUMATERA BARAT 19,0
4,9
Cakupan Imunisasi PCV1 dan 2 Berdasarkan Provinsi Introduksi Tahun 2022

GORONTALO 18,6
5,4
SULAWESI BARAT 16,4
4,4
MALUKU UTARA 15,5
5,0
BENGKULU 15,1
6,1
SUMATERA UTARA 12,6
3,4
MALUKU 8,0
2,6
SULAWESI TENGGARA 3,8
3,2
DI ACEH 0,6
0,1
PAPUA 0,0
0,0
INDONESIA 45,5
20,7
14
Capaian Imunisasi Dasar Lengkap dan Capaian Imunisasi OPV1, OPV4, dan
Baduta Lengkap IPV
(Data Buletin Imunisasi 2020-2022) (Data Buletin Imunisasi 2020-2022)

2020 2021 2022 2020 2021 2022


120,0 120,0

99,9 100,1 101,0


98,4
100,0 100,0
91,5
90,3 89,4
84,2 84,5 86,8
80,2
80,0 80,0

65,3 66,2
58,9
60,0 60,0

37,7
40,0 40,0

20,0 20,0

0,0 0,0
Cakupan IDL Cakupan IBL OPV 1 OPV 4 IPV
Sumber : Dashboard ASIK, 04 Juni 2023, 17.40 WIB
Capaian Imunisasi Bayi Tahun 2023
800.000 16,44 16,56
15,60 15,66
Mei (Absolut Kumulatif) Mei (Persentase)
15,17 15,33 15,38
700.000 14,90
733.521 738.806 14,18 14,29
695.972 13,76 698.637
676.874 684.108 686.119
600.000 664.850
632.452 637.469
613.775 11,50
500.000
513.237
400.000 7,94
6,78
300.000 354.058
302.286
200.000
2,37
100.000 0,71 0,37 105.562 0,16
31.499 16.306 7.301
0
BCG OPV 1 OPV 2 OPV 3 OPV 4 HB0 DTP 1 DTP 2 DTP 3 IPV 1 MCV 1 PCV 1 PCV 2 RV 1 RV 2 IPV 2 JE IDL

Capaian Imunisasi Baduta Tahun 2023 Tren Imunisasi Dasar dan Baduta Lengkap
Mei (Absolut Kumulatif) Mei (Persentase) IDL IBL TARGET
450.000 9,29 45,00 41,67
8,43
400.000 40,00
406.179 33,33
350.000 368.577 35,00
300.000 30,00
25,00
250.000 25,00
200.000 20,00 16,67
150.000 15,00
100.000 1,53 1,47 10,00
8,33 6,90
4,37 5,57
50.000 5,00 1,460,29 2,87 1,14 1,47
66.850 64.290 0,59 0,90
0 0,00
DTP 4 MCV 2 PCV 3 IBL JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI
0,00%
0,60%
1,20%
1,80%
2,40%
3,00%
3,60%
4,20%
12,00%
16,00%
20,00%

0,00%
4,00%
8,00%
BANTEN 3,67%
SULAWESI SELATAN 16,40%
NUSA TENGGARA… 3,41%
JAWA TENGAH 14,32%
KALIMANTAN… 3,06%
NUSA TENGGARA… 13,32%
JAWA TIMUR 2,95%
NUSA TENGGARA… 12,88%
JAWA TENGAH 2,53%
JAWA TIMUR 12,02%
SULAWESI SELATAN 2,43%
BANTEN 11,86%
KEPULAUAN RIAU 2,26%
KALIMANTAN UTARA 11,61%
BALI 2,23%
KEPULAUAN RIAU 11,24%
SUMATERA… 2,22%
GORONTALO 10,73%
NUSA TENGGARA… 2,04%
KALIMANTAN SELATAN 9,64%
KALIMANTAN… 1,67%
SUMATERA SELATAN 8,83%
BANGKA BELITUNG 1,61%
KALIMANTAN TIMUR 7,01%
KALIMANTAN… 1,60%
INDONESIA 6,95%
GORONTALO 1,55%
BANGKA BELITUNG 5,99%
INDONESIA 1,49%
SULAWESI TENGAH 5,79%
KALIMANTAN… 1,21%
BENGKULU 5,74%
DKI JAKARTA 1,11% BALI 5,10%
SULAWESI TENGAH 1,02% SULAWESI BARAT 4,54%
SULAWESI BARAT 0,87% SULAWESI TENGGARA 4,37%
BENGKULU 0,83% SULAWESI UTARA 3,91%
SULAWESI… 0,68% LAMPUNG 3,66%
Imunisasi Dasar Lengkap

Imunisasi Baduta Lengkap

KALIMANTAN… 0,65% JAMBI 3,59%


SULAWESI UTARA 0,65% KALIMANTAN TENGAH 3,54%
LAMPUNG
Target 100%, Capaian IBL Nasional (1,4%)

0,58%
Target 100%, Capaian IDL Nasional (6,9%)

DKI JAKARTA 3,10%


JAMBI 0,46% MALUKU UTARA 2,97%
JAWA BARAT 0,37% KALIMANTAN BARAT
(Berdasarkan dashboard ASIK, 05 JUNI 2023 05.40 WIB)

2,84%
MALUKU UTARA 0,35% PAPUA BARAT 2,66%
PAPUA 0,32% RIAU 2,36%
PAPUA BARAT 0,32% SUMATERA BARAT 2,36%
Capaian Imunisasi Dasar Lengkap dan Baduta Lengkap Tahun 2023

MALUKU 0,31% JAWA BARAT 1,86%


D.I YOGYAKARTA 0,25% PAPUA 1,40%
SUMATERA UTARA 0,19% MALUKU 1,04%
ACEH 0,14% ACEH 0,98%
RIAU 0,11% SUMATERA UTARA 0,89%
SUMATERA BARAT 0,04% D.I YOGYAKARTA 0,33%
Capaian Imunisasi Dasar Lengkap (2018-2022)
Cakupan IDL Cakupan IBL
120,0

99,6 97,8
100,0
92,0 93,7
84,2 84,5
80,0
72,7
67,6 65,3
58,9
60,0 Target sasaran dan capaian angka absolut

Sasaran
Tahun IDL IBL
40,0 Infants Baduta
2018 4,701,307 4,746,438 4,324,429 3,209,448
2019 4,675,206 4,702,840 4,379,759 3,416,773
20,0 2020 4,648,746 4,677,319 3,915,317 3,054,382
2021 4,367,228 4,650,109 3,691,798 2,703,319
2022 4,136,626 3,928,838 4,119,629 3,841,584
0,0
2018 2019 2020 2021 2022

18
Jumlah Zero Dose (2017-2022)
Jumlah zero dose dari tahun 2017-2021 sebesar 1,525,936
Number of Zero Dose
No Province
2017 2018 2019 2020 2021 2022 Number of Unvaccinated 2017-2022
1 ACEH 26,308 34,142 42,732 50,690 50,869 48,953
2 SUMATERA UTARA 19,094 21,259 23,827 43,370 40,066 12,820
3 SUMATERA BARAT 14,244 22,852 18,380 39,337 32,369 27,044 3.500.000
4 RIAU 24,809 32,512 27,804 41,909 38,364 14,037
5 JAMBI -6,276 -1,321 -3,520 1,281 631 -1,989
3.000.000
6 SUMATERA SELATAN -4,961 -4,095 -8,185 9,326 22,287 1,199
7 BENGKULU 91 1,378 727 3,144 1,740 -572
8 LAMPUNG -2,520 1,370 -1,878 5,614 14,486 -1,892 2.500.000
9 BANGKA BELITUNG 1,930 1,787 1,565 2,961 3,844 3,161
10 KEPULAUAN RIAU -113 197 1,033 3,932 7,512 4,193 2.000.000
11 DKI JAKARTA -6,744 -6,373 2,303 43,551 62,356 4,098
12 JAWA BARAT -2,236 -43,303 -37,199 43,946 60,974 -32,511
1.500.000
13 JAWA TENGAH -7,332 -6,710 -24,824 -6,397 60,614 -29,118
14 DI YOGYAKARTA 587 443 -1,547 409 1,089 -3,906
15 JAWA TIMUR 18,373 2,975 -29,692 10,412 96,513 31,565 1.000.000
16 BANTEN 9,005 2,117 -10,131 5,729 2,531 -13,460
17 BALI -274 -1,300 -6,506 -3,634 791 591 500.000
18 NUSA TENGGARA BARAT -5,034 -3,904 -6,877 -8,621 6,192 -4,132
19 NUSA TENGGARA TIMUR 26,810 44,165 23,974 29,217 24,504 14,963 0
20 KALIMANTAN BARAT 9,056 13,950 9,875 21,314 17,445 8,596 2017 2018 2019 2020 2021 2022
21 KALIMANTAN TENGAH 2,772 5,053 2,841 6,910 4,097 4,015 OPV 4 419.414 337.997 270.058 615.386 865.881 240.404
22 KALIMANTAN SELATAN 12,118 8,834 8,664 13,686 10,500 8,382 DPT-HB-Hib 1 191.952 201.890 83.336 434.313 614.446 115.544
23 KALIMANTAN TIMUR 546 1,500 447 4,099 1,656 555 DPT-HB-Hib 3 308.707 306.671 165.109 570.131 870.177 169.562
24 KALIMANTAN UTARA 2,897 3,088 2,731 3,831 1,740 290 MR1 377.368 316.207 227.065 607.872 552.741 126.067
25 SULAWESI UTARA 2,014 1,959 664 3,918 6,263 117 IPV 2.510.010 1.593.095 1.074.235 2.896.153 1.474.940 579.271
26 SULAWESI TENGAH 4,453 5,465 1,807 4,373 3,918 1,791
27 SULAWESI SELATAN 9,255 11,013 4,224 14,898 -3,999 655
28 SULAWESI TENGGARA 5,866 7,526 4,933 5,887 6,969 3,979
29 GORONTALO 3,796 4,227 3,609 4,589 870 357
30 SULAWESI BARAT 4,400 7,210 5,268 7,693 4,954 2,065
31 MALUKU 5,201 5,607 5,153 8,895 4,833 -205
32 MALUKU UTARA 5,499 6,523 3,967 5,688 2,772 457
33 PAPUA BARAT 2,600 4,373 1,688 2,473 5,152 537
34 PAPUA 15,718 17,370 15,479 9,883 19,544 15,586
INDONESIA 191,952 201,889 83,336 434,313 614,446 122,221
19
Sumber : Buletin Imunisasi Rutin, 2017-2022
RENDAHNYA CAKUPAN IMUNISASI PADA ANAK & BAYI
MENGAKIBATKAN TIDAK TERBENTUKNYA
HERD IMMUNITY

20
Sebaran KLB Suspek Campak Tahun 2023 : KLB Campak Pasti
: KLB Mix (Campak-Rubela)
: KLB Suspek Campak
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN SELATAN
1. Kab Nunukan (26)
1. Kab Banjar (6) SULAWESI SELATAN MALUKU UTARA
2. Kota Tarakan (2)
SUMATERA UTARA 2. Kab Tanah Laut (13) 1. Kab Luwu Timur (5) 1. Kota Ternate (6)
1. Kab. Padang Lawas (26) 2. Kab. Halmahera Selatan (5)

PAPUA BARAT
SUMATERA BARAT 1. Kab Teluk Bintuni (53)
1. Kab. Solok (6)
2. Kab. Agam (4)
3. Kab. Pafang Pariaman (2)
JAMBI
1. Kota Jambi (11)
2. Kab. Muaro Jambi (9)
3. Kab. Merangin (5)

SUMATERA SELATAN
1. Kab. OKI (31) JAWA BARAT 8. Kota Bekasi (K3; 11)
1. Kab Bandung Barat (12) 9. Kota Bekasi (K4; 7) PAPUA TENGAH
BANTEN 1. Kab Paniai (33)
2. Kab. Pangandaran (5) 10. Kota Depok (4)
1. Kab Serang (K1; 9) 2. Kab Nabire (56)
3. Kab. Cirebon (K1;6) 11. Subang (4)
2. Kab Serang (K2; 21) JAWA TIMUR 3. Kab Mimika (231)
4. Kab. Ciamis (6) 12. Kab. Cirebon (K2; 6)
3. Kab Serang (K3; 7) 1. Kab Tulungagung (6) 4. Kab. Dogiyai (53)
5. Kota Tasikmalaya (2) 13. Kab. Cirebon (K3; 13)
4. Kab Serang (K4; 5) 5. Kab. Intan Jaya (8)
6. Kota Bekasi (K1; 12) 14. Kab. Cirebon (K4; 8)
5. Kab. Pandeglang (6) 6. Kab. Puncak (9)
7. Kota Bekasi (K2; 23) 15. Kab. Bandung Barat (K2; 2)
7. Kab. Deiyai (27)
21 KLB Campak Pasti di 15 Kab/Kota di 4 Provinsi 8. Kab. Puncak Jaya (8)
1 KLB Mix Campak – Rubela di 1 Kab/Kota di 1 Provinsi
21 KLB suspek campak di 17 Kab/Kota di 9 Provinsi
Sumber data: Laporan Provinsi (MR-02, MR-05) 21
Titik ditempatkan secara random di wilayah provinsi
Data per tgl 30 Apr 2023
Kab/Kota Terdampak Difteri Tahun 2023; 73 Kab/Kota di 20 Provinsi
Minggu 17, 2023
Provinsi Aceh
: Difteri konfirmasi lab
1. Aceh Besar (1 klinis) Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Kalimantan Barat : Difteri klinis
1. Bintan (1 konfirm lab) 1. Kota Pontianak (1 klinis) Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Sulawesi Tengah
2. Aceh Utara (1 klinis)
1. Kota Balikpapan (2 klinis) 1. Kota Palu (5 klinis)
3. Aceh Selatan (1 klinis)
2. Kota Bontang (7 klinis) 2. Sigi (1 kninis)
4. Bireuen (2 klinis) Provinsi Sumatera Barat Provinsi Kalimantan Selatan 3. Berau (1 klinis)
5. Aceh Tamiang (1 klinis) 1. Solok Selatan (2 klinis) 1. Kota Baru (1 klinis)
Provinsi Sulawesi Utara
1. Kota Manado (1 klinis)
Provinsi Sumatera Utara
1. Kota Medan (4 konfirm lab,
1 klinis, 1 meninggal) Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Buton (1 klinis, 1 meninggal)
2. Kota Bau-Bau (1 klinis)
Provinsi Jambi
1. Kota Jambi (1 klinis)
2. Muaro Jambi (1 klinis) Provinsi Sulawesi Selatan
1. Luwu Timur (1 klinis)
2. Gowa (1 klinis)
Provinsi Sumatera Selatan 3. Bulukumba (1 klinis)
1. Kota Palembang (2 klinis) 4. Kota Makassar (1 klinis)
2. Ogan Ilir (1 klinis)

Provinsi Lampung Provinsi Jawa Barat


1. Lampung Tengah (1 konfirm lab) 1. Sukabumi (1 konfirm lab)
2. Kota Bandar Lampung (5 klinis) 2. Kota Bekasi (5 klinis)
3. Lampung Barat (1 klinis, 1 3. Kota Depok (6 klinis)
meninggal) 4. Cianjur (3 klinis) Provinsi Jawa Timur
4. Tanggamus (1 klinis) 5. Indramayu (2 klinis) 1. Malang (1 konfirm lab)
Provinsi Jawa Tengah
6. Karawang (2 klinis) 2. Probolinggo (1 konfirm lab)
1. Temanggung (1 klinis)
7. Garut (14 konfirm lab, 29 klinis, 8 3. Gresik (2 klinis)
Provinsi Banten 2. Banyumas (1 klinis)
meninggal) 4. Kota Batu (2 klinis)
1. Kota Tangerang (2 klinis) 3. Kendal (2 klinis)
2. Lebak (1 klinis)
8. Kota Bandung (2 klinis) 4. Kota Semarang (2 klinis)
5. Blitar (2 klinis) Suspek difteri secara klinis sudah
9. Bogor (3 klinis) 6. Mojokerto (1 konfirm lab, 1 klinis) termasuk kasus difteri namun
10. Bekasi (1 klinis) 7. Sampang (3 konfirm lab)
sampel tidak diperiksa karena
Provinsi DKI Jakarta 11. Kota Tasikmalaya (1 konfirm lab) 8. Jombang (2 klinis)
12. Kota Bogor (1 klinis) Provinsi Nusa Tenggara Barat 9. Bojonegoro (1 klinis) kasus meninggal, atau pasien tidak
1. Kota Jakarta Timur (1 konfirm lab, 8
klinis) 13. Tasikmalaya (1 klinis) 1. Bima (4 konfirm lab, 8 klinis) 10. Magetan (1 klinis) mampu membuka mulut karena
2. Kota Jakarta Selatan (5 klinis) 14. Purwakarta (2 klinis) 11. Kediri (1 klinis) kesakitan, atau sampel diambil
3. Kota Jakarta Utara Timur (1 konfirm 15. Bandung Barat (1 klinis, 1 12. Nganjuk (1 klinis) namun sudah tidak adekuat untuk
lab, 2 klinis) meninggal) 13. Kota Mojokerto (1 klinis)
16. Bandung (1 klinis) 14. Kota Malang (1 klinis)
pemeriksaan laboratorium
17. Majalengka (1 klinis) 15. Kota Probolinggo (2 konfirm lab)
18. Subang (1 klinis) Source: DIF-3 Monthly Report
Data as received at Central on 30 Apr 2023
Titik ditempatkan secara random dalam wilayah provinsi
Kab/Kota Terdampak Pertusis Tahun 2023; 76 Kab/Kota di 21 Provinsi
Keterangan: Minggu 17, N= 373 CFR (%)
= Kasus pertusis konfirmasi lab
= Kasus pertusis kompatibel klinis
1%
Kepulauan Riau Bangka Belitung
Aceh 1. Kepulauan Anambas 1. Kota Pangkal Pinang Kalimantan Barat Sulawesi Selatan
1. Kota Banda Aceh 2. Bintan 2.
3.
Bangka Barat
Bangka
1. Kayong Utara 1. Bulukumba
2. Maros
4
3. Karimun
Sumatera Barat 4. Kota Batam 4. Bangka Selatan 3. Luwu
Kalimantan Tengah
1. Kota Padang 1. Kotawaringin 99
2. Kota Payakumbuh Timur Sulawesi Tenggara %
3. Agam Bengkulu 2. Kota 1. Kota Kendari
4. Solok 1. Kota Bengkulu Palangkaraya
5. Tanah Datar 2. Bengkulu Utara
6. Kota Solok
7. Pesisir Selatan Maluku Utara
8. Kota Pariaman 1. Kota Ternate
9. Dharmas Raya 2. Halmahera Barat
3. Kota Tidore Kepulauan
Jambi 4. Pulau Morotai
1. Kota Jambi 5. Halmahara Utara
2. Tanjung Jabung Barat

Papua
Sumatera Selatan
1. Kota Palembang 1. Keerom
2. Ogan Komering Ilir
3. Muara Enim
4. Kota Pagar Alam
5. Banyuasin
6. Ogan Komering Ulu
Timur
7. Musi Banyuasin Jawa Barat
Lampung
8. Lahat 1. Garut
1. Kota Bandar Lampung
9. Empat Lawang 2. Kota Bekasi
10. Ogan Ilir 3. Bandung Barat NTB
4. Kota Bogor Jawa Tengah DIY Jawa Timur
11. Penukal Abab DKI Jakarta 1. Kota Mataram
5. Kuningan 1. Kota Salatiga 1. Sleman 1. Tuban
Lematang 1. Kota Jakarta Pusat
6. Kota Bandung 2. Demak 2. Malang
2. Kota Jakarta Selatan
7. Tasikmalaya 3. Banyumas 3. Blitar
3. Kota Jakarta Utara
8. Karawang 4. Cilacap 4. Probolinggo
Banten 4. Kota Jakarta Barat
9. Bogor 5. Kota Malang
1. Tangerang
10. Cianjur 6. Pacitan
Titik ditempatkan secara random dalam wilayah provinsi
Data as received at central on 30 Apr 2023
11. Kota Depok
12. Bandung
Polio Risk Assessment
Number of High-Risk District by Province
Provinsi Jumlah %
Province
Provinsi Kab/Kota Kab/Kota
Risk
High Risk High Risk
4; Aceh High 23 100.0
Low Risk 12% Sumatera Utara High 30 90.9
Sumatera Barat High 19 100.0
Riau High 10 83.3
Medium
Jambi Medium 5 45.5
Risk 21; 9; 26% Sumatera Selatan Medium 6 35.3
62% Bengkulu Medium 3 30.0
High Risk
Lampung High 3 20.0
Bangka Belitung High 4 57.1
Kepulauan Riau High 2 28.6
DKI Jakarta Medium 2 33.3
Jawa Barat Medium 7 25.9
Jawa Tengah Low 5 14.3
DI Yogyakarta Low 0 0.0
Kab/Kota Jawa Timur Medium 13 34.2
Banten Low 2 25.0
Bali Low 1 11.1
Nusa Tenggara Barat Medium 2 20.0
Low Risk 110; Nusa Tenggara Timur High 22 100.0
21% Kalimantan Barat High 12 85.7
Kalimantan Tengah High 10 71.4
Medium Kalimantan Selatan High 11 84.6
Risk 296; 108; 21% Kalimantan Timur High 4 40.0
Kalimantan Utara High 3 60.0
58%
High Risk Sulawesi Utara Medium 7 46.7
Sulawesi Tengah High 9 69.2
Sulawesi Selatan Medium 7 29.2
Sulawesi Tenggara High 13 76.5
Gorontalo High 5 83.3
Sulawesi Barat High 5 83.3
Maluku High 8 72.7
Maluku Utara High 8 80.0
21 Provinces, 296 Districts in Indonesia are High Risk Area Papua Barat
Papua
High
High
9
26
69.2
89.7
INDONESIA High 296 57.6

*Polio Risk Assessment with WHO Tools using immunization and surveillance data year 2022 Data 2022 as of 06 Feb 2023
Sebaran Kasus cVDPV2 di Indonesia (12 bulan terakhir)

• Aceh:
1. Pidie (1 kasus VDPV2 dan 4 VPDV2 dari spesimen anak sehat)
2. Aceh Utara (1 kasus VDPV2)
3. Bireuen (1 kasus VDPV2)
• Jawa Barat:
1. Purwakarta (1 kasus VDPV2 dan 7 dari spesimen anak sehat)
Data as of 26 Mei 2023
Bagian 4 :
Introduksi Antigen Baru

26
Sebagai komitmen pemerintah untuk memenuhi
hak warga negara khususnya pada bayi dan
anak, sehingga dapat mencegah penularan
penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi,
seperti yang tertuang pada UU Kesehatan No.
36 Tahun 2009

Kementerian Kesehatan melakukan


introduksi imunisasi antigen baru
27
Pengenalan Imunisasi Antigen Baru
Dilaksanakan secara bertahap

2016-2021 2022 2023 2024

Seluruh kako di Bangka Belitung


PCV dan NTB; sebagian kako di Jawa Nasional Nasional Nasional
Barat dan Jawa Timur

20 kako di DKI Jakarta, DIY, Jawa Perluasan ke 112 kab/kota di


Tengah, Jawa Timur, Bali, Provinsi Jateng, Jatim, Bali,
HPV Sulawesi Selatan dan Sulawesi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan
Nasional Nasional
Utara Sulawesi Tenggara

21 kako di Sumsel, Babel, Sumut,


Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB,
RV NTT, Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sulut, Nasional Nasional
Gorontalo, Maluku, Malut, Papua
dan Papbar

DKI Jakarta, Jawa Barat


IPV2 dan Banten
Nasional Nasional

JE* 2018: Bali Kalimantan Barat DIY

*di wilayah endemis


Target Dilakukan melalui strategi :
ERADIKASI POLIO • Imunisasi Rutin dengan cakupan tinggi dan
merata
• Imunisasi Tambahan
Mempertahankan Status
Indonesia Bebas Polio • Surveilans/penemuan kasus lumpuh layuh akut
menuju Eradikasi Polio (Acute Flaccid Paralysis/AFP)
Global Tahun 2026 • Pengamanan virus polio di laboratorium

Goal Eradikasi Polio

Tidak ada transmisi


Tidak ada lagi kasus
virus polio liar maupun
polio
virus polio vaksin

diperlukan
Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP)
yang adekuat SETIAP TAHUN
Caranya:
1. PASTIKAN CAKUPAN IMUNISASI POLIO
(OPV dan IPV) TINGGI DAN MERATA
2. TEMUKAN dan LAPORKAN sebanyak-
INDONESIA banyaknya kasus lumpuh layuh mendadak
pada anak<15 thn➔ melalui surveilans
BEBAS AFP (Acute Flaccid Paralysis)
POLIO 3. PERIKSA TINJA kasus AFP di
laboratorium untuk membuktikan polio
atau bukan
4. Penguatan Surveilans Polio LIngkungan
Polio Eradication Strategy
2022-2026
WHO Position Paper – Juni 2022
Tentang Vaksin Polio

Bagi negara yang masih menggunakan


kombinasi vaksin OPV dan IPV, maka
pemberian imunisasi IPV dosis kedua dapat
mengoptimalkan perlindungan terhadap polio.
Imunisasi IPV2 diberikan pada usia 9 bulan,
dengan interval minimal 4 bulan setelah
imunisasi IPV1
Kajian dan Rekomendasi ITAGI

Dalam kajian yang disusun oleh Komite


Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI
nomor 84/ITAGI/AdmN1I1/2021 tanggal 3
Agustus 2021 terkait pemberian imunisasi IPV
dosis kedua, disampaikan bahwa :
ITAGI menyetujui pelaksanaan introduksi
imunisasi IPV dosis kedua (IPV2) ke dalam
program imunisasi rutin.
Pemberian IPV dosis kedua dianjurkan
dilakukan bersamaan dengan imunisasi
Campak Rubela pada usia 9 bulan.
TIMELINE: UPAYA MEMPERTAHANKAN
INDONESIA BEBAS POLIO DAN MENCAPAI
ERADIKASI POLIO GLOBAL 2026
Dunia Bebas Polio
Mencapai cakupan tinggi dan merata
2022-2023
Introduksi IPV2
2022
Catch Up IPV1 melalui kegiatan BIAN
Juli 2016
Introduksi 1 dosis IPV ke dalam jadwal imunisasi rutin
Januari 2017 bayi 0-11 bulan
Pengembangan surveilans polio lingkungan
4 April 2016
Penggantian tOPV menjadi bOPV (Switching)
Status: VALIDATED
8 – 15 Maret 2016
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio → 96,5% cakupan
Bagian 5 :
Strategi Akselerasi dan
Penguatan Program Imunisasi
Nasional

35
Kurang optimalnya komitmen Pemda dalam penyediaan anggaran
operasional layanan imunisasi

Belum optimalnya peran lintas sektor (aparat desa/kelurahan/


kecamatan, Babinsa, Bhabinkamtibmas, PKK, dll) dalam penggerakkan
masyarakat/sasaran
Tantangan Adanya potensi keterlambatan dalam penyediaan vaksin khususnya
dalam antigen baru & keterbatasan kapasitas coldchain

Pencapaian Masih rendahnya pencatatan dan pelaporan hasil layanan imunisasi


melalui ASIK
Target Prog
Vaccine hesitancy (isu-isu negatif imunisasi, hoaks, KIPI) dan masih
Imunisasi kurangnya demand dari masyarakat untuk imunisasi rutin

Nasional
Ketakutan terhadap pemberian imunisasi ganda

Orang tua belum terbiasa dengan adanya vaksin dan jadwal baru ➔
belum adanya pengingat/reminder
36
Pelayanan Imunisasi
Dilaksanakan di seluruh puskesmas (posyandu) dan jejaring
fasyankes swasta serta terintegrasi dengan KIA

SDM Kesehatan
Peningkatan kapasitas pengelola program imunisasi di
seluruh jenjang administrasi

Pembiayaan
▪ Desentralisasi - Penyediaan anggaran melalui APBN,
Dekon, APBD, DAK Fisik dan Non Fisik (BOK), Dana
desa dan pemanfaatan kapitasi JKN
▪ Dukungan PHLN (Gavi, WHO, UNICEF, UNDP, CHAI, dll)

Strategi Penguatan Program Vaksin dan logistik


Imunisasi Nasional Pusat memiliki tanggungjawab penyediaan kebutuhan
vaksin yang cukup, berkualitas, efikasi dan aman.
Pendistribusian ke faskes dilaksanakan oleh daerah,
termasuk pemenuhan kapasitas CCE sesuai standard

Sistem Informasi
Perluasan dan penguatan penggunaan sistim RR berbasis
elektronik (SMILE, ASIK)

Regulasi
Update payung hukum dan penguatan kolaborasi sistim
kesehatan – Universal Health Coverage (UHC)
Pastikan bahwa bayi dan balita di wilayah kita tercatat pada buku
kohort/register imunisasi

Pastikan bahwa setiap anak tersebut mendapat imunisasi secara


Strategi lengkap
Mengurangi
Jumlah Anak Lakukan pelacakan jika berdasarkan kohort/register imunisasi,
terdapat anak yang tidak imunisasi/belum lengkap imunisasinya
Belum Lengkap
Imunisasi Dasar
Dan Baduta Segera tindaklanjuti dengan kegiatan DOFU

Lakukan pemantauan cakupan wilayah secara rutin

38
INTERVENSI IMUNISASI MENURUT RIWAYAT IMUNISASI

Petugas secara aktif mencari


Lengkapi imunisasi sebelum
Usia bayi usia 0-11 bulan yang belum
usia mencapai 12 bulan dan
Belum mendapat imunisasi sama sekali
0-11 Sweeping catat dalam buku kohort
imunisasi atau tidak terdata dalam buku
bulan atau register imunisasi di
kohort atau register imunisasi di
puskesmas atau posyandu
puskesmas atau posyandu
Petugas secara aktif mencari
Lengkapi imunisasi sebelum
Usia badutayang belum mendapat
usia mencapai 24 bulan dan
Belum imunisasi sama sekali atau tidak
18-24 Sweeping catat dalam buku kohort
imunisasi terdata dalam buku kohort atau
bulan atau register imunisasi di
register imunisasi di puskesmas
puskesmas atau posyandu
atau posyandu

Lengkapi imunisasi sebelum


Usia Petugas secara aktif melakukan
Imunisasi Drop Out usia mencapai 12 bulan dan
perhitungan DO menggunakan
0-11 belum Follow Up catat dalam buku kohort
cakupan DPT-HB-Hib1 dan DPT-
bulan lengkap (DOFU) atau register imunisasi di
HB-Hib3
puskesmas atau posyandu

Petugas secara aktif melakukan Lengkapi imunisasi sebelum


Usia Imunisasi Drop Out perhitungan DO menggunakan usia mencapai 24 bulan dan
18-24 belum Follow Up cakupan DPT-HB-Hib3/Campak catat dalam buku kohort atau
bulan lengkap (DOFU) Rubela1 dan DPT-HB- register imunisasi di
Hib/Campak Rubela2 puskesmas atau posyandu

Lakukan DOFU sebelum kantong imunisasi semakin berat karena jumlah anak tidak lengkap
imunisasi semakin banyak, karena apabila terjadi KLB maka saat ORI pemberian imunisasi
dilakukan tanpa memandang status, sbg upaya memutus mata rantai transmisi
Peran Kader Posyandu

Mengoptimalkan
Peran Kader Pencatat Penyuluh Penggerak
Posyandu dalam Sederhana Imunisasi Masyarakat
Mendukung
Layanan Imunisasi
bersama petugas kesehatan
melaksanakan upaya pelacakan
bayi dan baduta yang belum atau
tidak lengkap status imunisasinya
40
Bagian 6 :
Penutup

41
Setiap daerah harus mengoptimalkan berbagai
sumber daya yang ada untuk mendukung
keberhasilan tujuan Program Imunisasi

Diperlukan dukungan konkrit dari semua pihak


yang terkait dalam kegiatan imunisasi
Kesimpulan
Menjadi peran dan tanggung jawab bersama
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,
organisasi profesi dan swasta dalam mewujudkan
keberhasilan program imunisasi pencapaian
target indikator

42
Terima Kasih

43
44

Anda mungkin juga menyukai