PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi,misi dan strategi pembangunan kesehatan indonesia sehat 2010. Visi
menggerakkan pembangunan nasional, berwawasan kesehatan memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu,keluarga dan masyarakat. Serta lingkungannya
memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau
mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Misi strategi pembangunan
nasional berwawasan kesehatan profesionalisme dan jaminan pemeliharaan
kesehatan, profesionalisme jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat disentralisasi.
(visi ind sehat 2010) diakses tanggal 6 Agustus 2010.
Asfiksia Neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir, hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalan kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. (Sarwono 2006,Hal : 709)
Infant Mortality Rate atau Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan terget kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak
termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan
kesehatan reproduksi. AKB relevan dipakai untuk memonitor pencapaian terget
program karena mewakili komponen penting pada kematian balita.
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui
survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di
fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk,
Surkesnas/Susenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Menurut hasil Surkesnas/Susenas, AKB di Indonesia pada tahun 2001 sebesar 50
per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1.000 kelahiran hidup.
Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan yang cukup besar,
yaitu menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup sementara hasil SDKI 2007 hasilnya
menurun lagi menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini berada jauh dari yang
diproyeksikan oleh Depkes RI yakni sebesar 26,89 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun
nilai normatif AKB yang kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard
rock), antara 40-70 tergolong sedang, namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar
dari 70 tergolong mudah untuk diturunkan.
Depkes RI bahwa AKB di Sulsel pada tahun 2007 sebesar 27,52 per kelahiran
hidup. Sementara laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bahwa jumlah
kematian bayi pada tahun 2006 sebanyak 566 bayi, atau 4,32 per 1000 kelahiran hidup,
mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 709 kematian bayi atau 4,61 per
1.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2008 ini jumlah kematian bayi turun menjadi 638
atau 4,61% per 1000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2009 jumlah kematian turun
menjadi 495 atau 3,31 % per 1.000 kelahiran hidup. (http://www.depkes.go.id) diakses
tanggal 06 Agustus 2010.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan di RSUD Syekh Yusuf
Sungguminasa Gowa periode januari s.d juni 2010, jumlah kelahiran bayi yaitu 984 bayi, dan dari jumlah
tersebut terdapat 34 bayi asfiksia (3,45 %), Asfiksia Ringan sebanyak 12 bayi (32,23%), Asfiksia Sedang
3 bayi (8,82%), dan Asfiksia berat sebayak 19 bayi (55,88%). (Buku pencatatan dan pelaporan RSUD
Sehubungan dengan masih tingginya kejadian Asffiksia yang ditemukan serta besarnya resiko
yang ditimbulkan maka penulis termotivasi untuk membahas lebih lanjut melalui Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny“S” Dengan Asfiksia Ringan di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN UMUM TENTANG ASFIKSIA
1. Pengertian
a. Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera menangis secara
spontan dan teratur setelah bayi lahir. (Sarwono ,2006,hal 709)
b. Asfiksia neonatrum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 saat janin di uterus hipoksia.(askep-
asfiksia) diakses tanggal 17 Agustus 2010
c. Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin
meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
(http://www.asfiksia-neonatorum) diakses tanggal 28 juli 2010
d. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Askep-Asfiksia) diakses tanggal 17
Agustus 2010.
e. Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran
udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan
peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).Dengan demikian organ tubuh mengalami
kekurangan oksigen (hipoksia hipokasik) dan terjadi kematian.(Defenisi) diakses
tanggal 17 Agustus 2010
B. Etiologi
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan Asfiksia Neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O 2 dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan
dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO 2. Gangguan ini dapat berlangsung
secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara
mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan(Sarwono,2006).
Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesia dalam hal
ini akan menimbulkan hiposia janin
teratur
Frekuensi Jantung Tidak Ada ≤ 120 kali/menit ≥ 120 kali/menit
Warna Kulit Biru Badan merah, Seluruh tubuh
6. Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi asfiksia neonatus disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sia yang mungkin muncul.
a. Menilai bayi
Penilaian dilakukan berdasarkan 3 gejala yang sangat penting bagi kelanjutan hidup
bayi.
1) Usaha bernafas, apabila bayi bernafas spontan dan memadai lanjutkan dengan menilai
frekuensi jantung dan bila bayi sukar bernafas dilakukan rangsangan taktil dengan
dengan menepuk dan menyentil telapak kaki bayi atau menggosok punggung bayi
sambil memberikian oksigen.
2) Frekuensi denyut jantung, setelah menilai usaha bernafas dan melakukan tindakan
yang diperlukan serta memperhatikan apakah spontan atau tidak. Bila frekuensi denyut
jantung >100 kali/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutakan dengan menilai warna
kulit.
3) Warna kulit, penilaian warna kulit dilakukan bayi bernafas dengan spontan dan
frekuensi jantung >100 kali/menit.
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan yang dikenal dengan ABC
resusitasi:
A) Memastikan saluran nafas terbuka yaitu dengan cara :
1) Meletakkan bayi dalam posisi yang benar
2) Mengisap lendir dimulut kemudian di hidung
3) Bila perlu masukkan ET utnuk memastikan pernapasan terbuka
B) Memulai pernapasan dengan cara :
1) Melakukan rangsangan taktil
2) Bila perlu melakukan ventilasi tekanan positif (VTP)
C) Mempertahankan sirkulasi darah
1) Merangsang dan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada, bila
perlu menggunakan obat-obatan.
(http://www.asfiksia+neonatorum.com)diakses tanggal 28 juli 2010
- Letakkan bayi dibawah pemancar
panas(bersihkan trachea dengan pengisap
lendir jika ada mekonium)
- Keringkan seluruhtubuh bayi Evaluasi Pernapasan
- Ganti kain basah dengan yang kering
- Atur posisi bayi
- Bersihkan mulut, hidung bayi dengan
alatpengisap
- Lakukan rangsangan taktil bila perlu
-
Tidak bernafas Bernafas spontan
100%
15-30 dtk 100x/
mnt
<60x/mnt 60-100x/mnt
>100x/mnt Evaluasi
Warna kulit
Ventilasi
Denyut
Denyut -
diamati terus pucat keme- Biru
spontan
- Kemudian
ventialasi
dihentikkan observasi Beri
Ventilasi Ventilasi atau O2
80x/mnt
Mulai pemberian obat apabila denyut jantung <80x/mnt setelah 30 dtk,diberi VTP dengan
O2 100% dan Kompresi dada (Pelayanan Kesehatan Maternal 2006,Hal :368)
Bagan 1. Skema Tindakan Resusitasi
c. Cara Kerja
1) Ventilasi Tekanan Positif
Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Simatupang E.J. 2006. Penerapan Unsur-Unsur Manajemen Dalam Praktek Kebidanan. Jakarta : Awan Indah
“Pencatatan dan Pelaporan” 2010, RSUD Syekh Yusuf Gowa