PENDAHULUAN
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam
masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan
penelitian.(Profil Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2009 .Sudarku. 2009. Diakses tanggal 13 Agustus
2011)
Menurut World Health Organization (WHO), 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan
25% selama masa post partum.Sedangkan faktor yang mempengaruhi AKB, menurut UNICEF,
menurunnya kualitas hidup anak pada usia 3 tahun pertama hidupnya adalah: gizi buruk, ibu sering
sakit, status kesehatan buruk, kemiskinan, dan diskriminasi gender. Bayi dengan gizi buruk mempunyai
Angka kematian ibu di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Jumlahnya mencapai 228
dari 100.000 kelahiran hidup, Ditinjau dari HDI, Indonesia menduduki ranking 109 dari 174 negara jauh
tertinggal dari Negara-negara ASEAN lainnya. Ranking ini relatif tak beranjak, bahkan cenderung lebih
buruk. Sementara itu, AKI dan AKA Indonesia juga menduduki urutan yang tak dapat dibanggakan.Data
menunjukkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 461 per 100.000 kelahiran hidup, dan juga
Angka Kematian Balita (AKB) yaitu 42 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kecenderungan angka-
angka tersebut, akan sulit dicapai target MDG tahun 2015. Penurunan AKI hanya mencapai 52% dari
keadaan tahun 1990 dari target 75% dan penurunan AKB mencapai 53% dari target 67%..(Hubungan
Keluarga Berencana Dengan Pencegahan Kematian Maternal dan Neonatal. Putra,Hendry. 2010. Diakses
Berdasarkan Profil Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2009, jumlah kematian ibu maternal tahun 2006
sebanyak 133 orang atau 101,56 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 143
kematian atau 92,89 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk tahun 2008, jumlah kematian ibu maternal
mengalami penurunan menjadi 121 orang atau 85,17 per 100.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan
Data yang diperoleh dari Medical Record (Rekam Medis) di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Gowa pada tahun 2010 diperoleh jumlah kasus persalinan serotinus sebanyak 89 kasus (3,28%) dari
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42minggu. kehamilan ini
adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu didapatkan dari perhitungan seperti rumus
Kehamilan postterm mempunyai risiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm,terutama terhadap
Berdasarkan angka kejadian Serotinus yang banyak memberi dampak terhadap Bayi dan Ibu bersalin
maka penulis termotivasi untuk membahas dalam sebuah Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan
Kebidanan Ny. ”S“ dengan Persalinan Serotinus di Rumah Sakit Umum daerah Syekh Yusuf tanggal
28 Juni 2010.
Ruang lingkup pembahasan meliputi Asuhan Kebidanan Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus di Rumah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Menerapkan Asuhan Kebidanan Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus di Rumah Sakit Umum Daerah
2. Tujuan khusus
a. Mengumpulkan data dan analisis data Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus di Rumah Sakit Umum
b. Menentukan dan merumuskan Diagnosa/Masalah aktual Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus di
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa Tanggal 28 Juni 2011.
c. Menentukan dan merumuskan diagnosa atau masalah potensial Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus
di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa Tanggal 28 Juni 2011.
d. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus di Rumah Sakit
f. Melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus di Rumah Sakit
g. Melaksanakan evaluasi hasil Asuhan Kebidanan Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus di Rumah Sakit
h. Melakukan pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus di Rumah
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai salah satu pengalaman yang dapat menambah kemampuan dalam penerapan asuhan kebidanan
2. Manfaat praktis
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga bidan di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
3. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa D III kebidanan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan dengan praktek dan
pengalaman. Penulis memerlukan data yang objektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan
analisa dalam pemecahan masalah untuk itu penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan
Penulis membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, profil kesehatan dan data dari internet
2. Studi kasus
Penulis melaksanakan studi kasus Ny. ”S" dengan persalinan serotinus dalam hal ini pendekatan yang
digunakan adalah identifikasi diagnosa/masalah aktual, antisipasi masalah potensial, tindakan segera
dan kolaborasi, rencana asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan
3. Studi Dokumentasi
a. Observasi
Penulis memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan langsung kepada klien.
b. Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien, keluarga, bidan dan dokter yang berada di kamar bersalin
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis untuk menjamin perolehan data yang lengkap
mulai dari kepala sampai ke kaki (head to toe) meliputi: inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan
d. Pemeriksaan penunjang
4. Diskusi
Berdiskusi dengan dokter, bidan dan tenaga kesehatan yang lain yang menangani kasus ini dan
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penulisan
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
1. Pengertian persalinan
3. Macam-macam persalinan
6. Diagnosa persalinan
7. Mekanisme persalinan
1. Pengertian serotinus
2. Etiologi serotinus
3. Manifestasi klinis
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya,tetapi persalinan pada
manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan
2. Teori Persalinan
5.1 Teori penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
5.1 Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
5.1 Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
5.1 Teori iritasi mekanik : Di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5.1 Induksi partus (induction of labour), partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan
5.1 Teori prostaglandin, pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
3. Macam-macam persalinan
3.1 Persalinan biasa ( normal / spontan ) : bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
3.2 Persalinan buatan : bila persalinan dengan ransangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan.
3.3 Persalinan anjuran : persalinan yang memerlukan bantuan dan mempunyai trauma perssalinan
5 Diagnosa persalinan
5.1 Kala I persalinan
Partus dimulai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya kepiler sekitar kanalis
1) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung
5.2 Kala II persalinan
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
c) Perineum menonjol
d) Vulva dan anus membnuka
II.Menyiapkan Peralatan
dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dala wadah partus set.
3. Memakai celemek
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah. lengkap dan selaput ketuban sudah
pecah.
9. Mencelupkan tangan yang bersarung tangan kedalam larutan clorin 0,5%, membuka sarung tangan
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran
V. Pimpinan Meneran.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih diatas perut
15. Mengambil kain bersih, lipat 1/3 bagian dan letakkan dibawah bokong ibu.
18. Saat sub-occiput tampak dibawah sympisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas
lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi
19. Mengusapkan kasa steril untuk membersihkan muka dari lendir dan darah.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Melahirkan Bahu
22. Setelah kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar kepala menghadap kesalah satu paha ibu,
tempatkan kedua telapak tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati kearah bawah sampai
bahu anterior/depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati keatas sampai bahu posterior/belakang lahir.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah
janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
25. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan hingga bayi
menghadapkearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala
26. Segera mengerinkan bayi, membungkus kepala dan badan byi bayi kecuali bagian tali pusat
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukag urutan pada
tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke kedua 2 cm dari klem pertama
28. Memegang tali pusat di antara 2 klem menggunaka tangan kiri, memotong tali pusat di antara
2 klem
29. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus bayi hingga kepala
melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh
darah.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagan bawah uterus, sementara tangan kanan
memegang tali pusat menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak 5-10 cm dari vulva.
36. Saat uterus kntraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati
37. Tangan kanan menarik tali pusat keara bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurve jalan lahir
plasenta dengan hati-hati. Bila perlu 9terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan ke dua tangan dan
lakukan putara secarah untuk membantu pengeluara plasenta dan mencegah robekanya selaput
ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus
secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras).
40. Sambil tangan kiri melakukan massage pada fun dus uteri, periksa bagian meternal dan bagian fetal
plasenta dengan tangan kanan unutk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
41. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum yang menimbulkan perdarahan
aktif.
XII. Pasca Tindakan
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervagina pastikan kontraksi uterus
baik
43. Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin 0,5% kemudian bilas
tangan yang masing mengenekan sarung tangan dengan air yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkan.
46. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah bersih larutan klorin 0,5%
49. Lanjutkan pemantaua terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervagina dan tanda vital ibu
50. Mengajarkan ibu / keluarga untuk memeriksa merasakan uterus yang memiliki kontraksi baik dan
55. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan mengganti pakaiannya dengan pakaian
bersih/kering
56. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan 0,5 % lepe paskan sarugn tangan dalam keadaan
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
plasenta dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas dan terdorong ke
dalam vagina dan akan lahir spontan dan dengan sedikit dorongan dari atas symphisis maka plasenta
akan lahir yang berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
pengeluarandarah kira-kira 100-200 cc. Kala III berlangsung ½ jam pada primi dan multi ¼ jam.
5.4 Kala IV persalinan
Adalah kala pengawasan selang 2 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu
6 Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah rentetan gerakan pasif dari janin melalui jalan lahir.Mekanisme persalinan
mengacu kepada bagaimana janin menyesuaikan dan meloloskan dari panggul ibu.
Gerakan Utama:
6.1 Turunya kepala
6.2 Fleksi
Dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin dan diameter sub occipito bregmatika ( 9,5 ) menggatikan
Merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala bentuk jalan lahir khususnya untuk bidang
tengah dan PBP selalu bersamaan dengan masuknya kepala dan tidak terjadi kepala ke Hodge III kadang
6.4 Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar panggul terjadilah ekstensi atau depleksi
dari kepala
6.6 Ekspulsi
Setelah paksi luar bahu depan sampai dibawah simpisis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran
bahu belakang. Kemudian menyusul bahu depan kemudian menyusul dan selanjutnya seluruh badan
1. Pengertian serotinus
1.1 Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu, keadaan ini sering
juga disebut sebagai postterm atau kehamilan lewat waktu. (Wiknjosastro, 2008, hal 686)
1.2 kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah haid terakhir, atau 230 hari setelah ovulasi /
1.3 kehamilan serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang telah berlangsung selama
42 minggu (294 hari) atau lebih pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan hari haid terakhir diketahui
1.4 Kehamilan post date atau kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang umurnya lebih dari 42
minggu (Sujiyatini.2009.Hal:34)
2. Etiologi serotinus
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum diketahui. beberapa teori yang diajukan
pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap
2.1 Penurunan progesteron dalam kehmilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang
penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatka sensivitas uterus
terhadap oksitosin
2.2 Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan atau
dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan
dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisi ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
2.3 Dalam teori kortisol diajukan bahwa sebagai ”pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan adalah
janin. kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan
prostaglandin.
2.4 Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus.
pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini , seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
(winjaksosatro,H.2008.hal:687)
3. Manifestasi klinis
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi:
3.1 Stadium I
Kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah
mengelupas.
3.2 Stadium II
3.3 Stadium III
Seperti stadium II disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
(Sujiyatini.2009.hal:35)
4.1 Komplikasi pada ibu,Morbilitas dan mortalitas pada ibu : dapat meningkatkan sebagian akibat dari
makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan distosia persalinan,
partus lama , meningkatkan tindakan obstertrik dan persalinan traumatis /perdarahan post partum
akibat bayi besar. Aspek emosi : ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana kehamilan terus berlangsung
1) Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta,maka terjadi penurunan berat janin. Dari
penelitian vorherr tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-rata pertumbuhan
pertumbuhan ,dehidrasi , kulit kering,keriput seperti kertas (hilangnya lemak subkutan),kuku tangan dan
kakai panjang ,tulang tengkorak paha dan genetalia luar ,warna coklat kehijauan atau kekuningan pada
kulit dan tali pusat ,muka tampak mnderita dan rambut kebala banyak atau tebal.
b. Komplikasi perinatal
Kematian perinatal menunjukan angka peningkatan setelah kehamilan 42 minggu atau lebih sebagian
· Oligohidroamnion ; terjadi kompresi tali pusat,keluar mekonium yang kental , perubhan abnormal
jantung janin
· Hipoksia janin
· Keluarnya mekonium yang berakibat terjadinya aspirasi mekonium yang berakibat dapat
2. Cacat bawaan terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus. (Wiknjosastro,H 2008, hal 691)
5.1 Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya
5.2 Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta , persalinan spontan dapat ditunggu dengan
pengawasan ketat
5.3 Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks ,kalau matang boleh dilakukan
5.4 bila (a) riwayat kehamilan yang lalau ada kehamilan janin dalam rahim (b) terdapat hipertensi , pre-
eklamsi dan (c) kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilisasi , atau (d) pada kehamilan lebih
5.5 tindakan operasi Secsio Cesarea dapat dipertimbangkan pada insufisiensi plasenta dengan keadaan
serviks belum matang , pembukaan belum lengkap,persalinan lama, terjadi awat janin,primigravida
(Nugroho,T.2010.Hal:43)
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode pengaturan pemikiran
dan tindakan dalam suatu urutan yang logis baik pasien maupun petugas
kesehatan . (Sudarti.2010.Hal:166).
kesehatan , hasil pemeriksaan fisik apabila perlu, tinjauan catatan saat ini atau catatan bsaat ini atau
catatn lama dari rumah sakit . tinjauan singkat dari data laboratorium dan pemeriksaan tambahan
lainnya , semua informasi pasien dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien bidan
kumpulan data awal yang menyeluruh waaupun pasien itu ada komplikasi yang akan dibutuhkan yang
akan diajukan kepada dokter konsulen . kadang-kadang langkah I mungkin tumpang tindih dengan
langkah 5 dan 6 karena data yang diperlukan diperoleh hasil laboratorium atau hasil pemeriksaan
lainnya . kadang- kadang bidan perlu memulai langsung dari langkah 4 dalam rangka untuk
Dikembangkan dari dasar : interpretasi data ke masalah atau diagnose khusus yang teridenifikasi . kedua
kata masalah atau diagnose dipakai karean beberapa masalah tidak dapat didefenisikan sebagai
diagnose tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat wacana yang menyeluruh untuk pasien.
masalah yang sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan akan
diagnosanya dan sering teridentifikasi oleh bidan yang terfokus pada apa yang dialaminya . misalnya
diagnose wanita itu hamil dan masalah yang berhbungan mungkin wanita itu tidak menginginkan
kehamilannya.
mengidentifikasi masalah atau diagnose masalah potensial lainnya berdasarkan masalah yang sudah ada
adalah suatu bentuk antisipasi , pencegahan apabila perlu menggangu dengan waspada dan persiapan
untuk suatu pengakiran. langkah ini sangat vital untuk asuhan yang aman.
d. Langkah IV: mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Merefleksikan proses manajemen yang sifatnay terus menerus tidak hanya pada asuhan primer yang
periodic selama kunjungan antenatal tetapi juga selama bidan terus bersama wanita itu misalnya selama
waktu bersalin.
Membuat suatu rencana asuhan yang komprehensif , ditentukan oleh langkah sebelumnya adalah suatu
perkembangan dari masalah atau diagnose yang sedang terjadi atau terantisipasi dan juga termasuk
mengumpulkan informasi tambahan yang tertinggal untuk data dasar.suatu rencana asuhan yang
komprehensif tidak saja mencakup apa yang ditentukan oleh kondisi pasien dan masalah yang terkait ,
tetapi juga menggaris bawahi bimbingna yang terantisipasi untuk wanita seperti apa yang diharapkan
terjadi berikutnya.
Melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh , perencanaan ini bisa dilakukan seluruh bidan
atau sebagian oleh wanita tersebut , bidan atau anggota tim kesehatan lainnya.jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya yaitu
Evaluasi langkah terakhir ini sebenarnyya adalah merupakan pengecekan apakah rencana asuhan
tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan , benar-benar yang telah terpenuhi
kebuthannya akan bantuan sebagaimana telah teridentifikasi di dalam masalah dan diagnose.
(Sudarti.2010.Hal:167).
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui
orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, maka
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam
oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.
d. Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E)
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan diuraikan asuhan kebidanan pada Ny.”S” dengan perslinan serotinus Di rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Gowa, tanggal 28 Juni 2011 meliputi : penkajian data, analisa dan
No. Reg : 24 80 87
1) GV PIV A0
18/9/2010 - 120/80 50 3 mg - - - -
9/10/2010 - 120/80 52 6 mg - - - -
mg simpisis
mg pst 1x1
mg px
a. Keluhan utama : nyeri perut tembus kebelakang disertai pelepasan lendir dan darah
b. Riwayat keluhan utama
5) Usaha ibu untuk mengatasi keluhannya adalah dengan mengurut-urut pinggang sambil berjalan-
3) Ibu berdoa kepada Allah SWT agar persalinanya berjalan dengan lancar
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : komposmentis
c. Tanda-tanda vital :
N : 80 x/menit
S : 36,7 °C
P : 20 x/menit
d. Kepala
e. Leher
f. Payudara :
3) Tidak teraba massa atau benjolan, kolustrum sudah ada bila dipencet.
g. Abdomen :
2) TFU: 34 cm
6) His : 3 X 10
h. Tungkai bawah : simetri kiri dan kanan, tidak ada oedem dan varises.
V/V : t.a.k
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : (+)
Molase : -
Penurunan : HI
Penumbungan : -
7. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 28 juni 2011
1. Hb : 10,8 gr %
2. Alb : (-)
3. Red : (-)
GV PIV A0 , inpartu kala I fase aktif, keadaan ibu dan janin baik.
1. GV PIV A0
a. Data subjektif :
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang kelima dan tidak pernah keguguran.
b. Data objektif :
mengakibatkan hipertropi lobus intermedia hipofise sehingga produksi MSH meningkat, maka
a. Data subjektif :
Ibu merasakan nyeri perut tembus ke belakang sejak tanggal 27 juni 2011 jam 23.10 wita
b. Data objektif :
V/V : t.a.k
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : (+)
Molase : -
Penurunan : HI
Penumbungan : -
Kesan panggul : normal
1) Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan (Wiknjosastro, 2006 : 180).
3) Salah satu karakteristik persalinan sebenarnya adalah nyeri kontraksi pada bagian belakang,
melingkar ke bagian bawah perut/abdomen, bertambah lama, bertambah sering sehingga kanalis
servikalis mulai membuka dan mendatar yang mengeluarkan lendir dan darah (Bloody Show)
a. Data Subjektif :
b. Data Objektif :
1) Kesadaran komposmentis
2) Tidak ada oedem pada wajah, konjungtiva merah muda, sklera putih
3) TTV :
N : 88 x/menit
S : 36,7 ºC
P : 20 xmenit
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada oedem pada wajah, ibu yang menandakan keadaan
3) DJJ dalam keadaan normal, bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya antara 120-160 x/menit
Data Subjektif :
Data Objektif :
TP 04 Juni 2011
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun
terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasenta
laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko
3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pemasokan makanan dan oksigen akan menurun
disamping adanya spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan
E. Rencana Tindakan
1. Tujuan :
2. Kriteria:
Tanda-Tanda Vital :
Suhu : 36-37 ºC
c. Keluarga mendampingi ibu selama proses persalinan dan selalu memberi dukungan
3. Rencana tindakan
Rasional : Agar ibu dapat mengetahui keadaannya dan janin sehingga ibu dapat lebih kooperatif
2) Ajarkan teknik relaksasi yaitu menarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya melalui
Rasional : tekhnik relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri dengan memberikan
Rasional : dengan intake yang adekuat dapat memberi energi bagi tubuh agar dapat memudahkan
proses persalinan.
4) Anjurkan pengosongan kandung kemih tiap 2 jam atau jika ibu merasa ingin BAK
Rasional : kandung kemih yang penuh menyebabkan pemeriksaan yang tidak akurat dan memperlambat
turunnya kepala janin ke jalan lahir dan juga memberi perasaan yang tidak nyaman pada ibu.
5) Observasi DJJ, his, nadi setiap 30 menit atau bila ada indikasi
Rasional : pemantauan DJJ untuk mengetahui kondisi janin selama proses persalinan serta dapat
6) Observasi Tekanan darah dan suhu tiap 4 jam atau bila ada indikasi.
7) Observasi dan lakukan pemeriksaan dalam tiap 4 jam atau bila ada indikasi
Rasional : dengan partograf memudahkan dalam pengambilan keputusan klinis dan rencana tindakan
selanjutnya
F. Implementasi
G. Evaluasi
V/V : t.a.k
Portio : melesap
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : (-)
Molase : 0
Penumbungan : (0)
Penurunan : H IV
KALA I
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SD / SD
Pekerjaan : IRT / Pedagang
1. Pukul 18.00 wita ketuban pecah sendiri, berwarna kehijauan, kental, dan bercampur mekonium
3. TFU 3 jrbpx
6. Palpasi Leopold
10. Pemeriksaan dalam
V/V : t.a.k
Pembukaan : 4 cm
Ketuban : (+)
Molase : 0
Penumbungan : (-)
Penurunan : H II
11. Kesadaran komposmentis
12. Konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus, tungkai tidak ada oedema dan varices
S : 36,5 °c
P : 20 kali/menit
Assesment (A)
GV PIV AO, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif.
Planning (P)
N : 80 kali/menit
S : 36,5ºc
P : 20 kali/menit
V/V : t.a.k
Portio : tebal, lunak
Pembukaan : 8 cm
bercampur mekonium
Molase : 0
Penumbungan : (-)
Penurunan : H III
Kesan panggul : normal
KALA II
N : 80 kali/menit
S : 36,4ºc
P : 22 kali/menit
2. Perineum menonjol
V/V : t.a.k
Portio : melesap
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : (-)
Molase : 0
Penumbungan : (-)
Penurunan : H IV
Kesan panggul : normal
Assesmet (A)
Planning (P)
Perineum menonjol
5. Memakai celemek
7. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan untuk melakukan pemeriksaan dalam
memakai sarung tangan DTT
VT pembukaan 10 cm
11. Mencelupkan tangan kanan kedalam larutan klorin 0,5 % dan membuka sarung tangan secara
sudah dilakukan
13. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik ibu mengerti dan memahami
14. Meminta bantuan keluarga ibu untuk menyiapkan posisi untuk meneran keluarga membantu ibu
15. Melakukan pimpinan meneran pada saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
17. Memasang duk steril dan lipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
20. Menyokong perineum, menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi terlalu cepat
24. Melahirkan bahu depan dan bahu belakang dengan posisi tangan biparietal
sudah dilakukan
bayi lahir
26. Melakukan penusuran pada punggung, bokong dan tungkai bawah janin
A/S : 8/10
kehamilan tunggal
sudah dilakukan
sudah dilakukan
34. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, letakkan bayi tengkurap
35. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi
Kala III
1. Anak lahir tanggal 28 Juni 2011 jam 20.05 wita, Presentase belakang kepala, jenis kelamin laki-laki,
BB: 3100 gr, PB : 49, apgar score : 8/10, kulit bayi kering dan mengelupas.
5. Tali pusat bertambah panjang dan tidak masuk kembali bila diregangkan
6. Kesadaran komposmentis
Assesment (A)
Planning (P)
klem dipindahkan
2. Meregangkan tali pusat meletakkan satu tangan di atas sympisis, tangan satu meregangkan tali
pusat
3. Melakukan PTT dengan cara tangan kanan memegang tali pusat saat ada kontraksi sedang tangan
dilakukan PTT
4. Melahirkan plesenta dengan menarik kearah bawah dan keatas sesuai kurva jalan lahir
plasenta keluar
5. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, menjemput plasenta dengan kedua tangan dan memutar
uterus keras
Kala IV
3. Kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras, TFU setinggi pusat
4. Perdarahan ± 150 cc
N : 88 kali/menit
S : 36,7ºc
P : 20kali/menit
Assesment (A)
Perlangsungan kala IV
Planning (P)
dilakukan
4. Melakukan penimbangan berat badan, panjang badan, dan pemberian tetes mata, vitamin K secara
BB : 3100 gr, PB : 49 cm
pemberian hepatitis B
6. Melakukan evaluasi kontraksi 15 menit jam pertama dan 30 menit pada jam kedua
± 50 cc
TD : 110/70 mmhg
N : 88 kali/menit
P : 20 kali/menit
11. Merendam semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0,5 % ±10 menit
13. Membersihkan ibu dari sisa-sisa air ketuban, lendir dan darah serta mengganti pakaian
14. Memastikan ibu merasa nyaman, menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum
16. Membersihkan sarung tangan dan direndam kedalam larutan klorin 0,5 %sarung tangan direndam
17. Mencuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir tangan dicuci
18. Melengkapi partograf
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan kasus pelaksanaan
asuhan pada Ny. “S” dengan Persalinan Serotinus yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh
Yusuf tanggal 28 Juni 2011. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan membahas
SOAP.
A. Hasil Asuhan Pada Kala I, Tanggal 28 Juni 2011 Jam 13.10 Wita
Dalam pengkajian diawali dengan memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan asuhan kebidanan pada
ibu dan keluarga melalui anamnesis yang meliputi riwayat kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien. Pada tinjauan pustaka disebutkan
bahwa ibu dikatakan dalam persalinan kala I apabila ada tanda-tanda sebagai berikut : Rasa sakit oleh
adanya his yang datang lebih sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih
banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya,
pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada, kala I dimulai dari saat persalinan
mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm), proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks
membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Sedangkan pada
tinjauan kasus Ny. “S” data yang didapatkan : his 3X10 (30-35), V/V : TAK, portio lunak dan tebal,
pembukaan 4, ketuban (+), presentase kepala, UUK ka-dep, molase 0, penumbungan (-), penurunan H I,
kesan panggul normal, pelepasan lendir dan darah, kala I berlangsung 7 jam. Dengan demikian
penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada NY. “S” secara garis besar tampak ada persamaan
B. Hasil Asuhan Pada Kala II, Tanggal 28 Juni 2011 Jam 20.00 Wita
Pada pengkajian kala II persalinan berdasarkan tinjauan kasus Ny. “S” mulai pada jam 20.00 wita his
4x10 (40-45), V/V : TAK, portio melesap, pembukaan 10, ketuban (-) berwarna kehijauan, kental, dan
bercampur mekonium, presentase kepala, UUK ka-dep, molase 0, penumbungan (-), penurunan H IV,
kesan panggul normal, pelepasan lendir dan darah, sampai pengkajian pada jam 20.00 wita anak lahir
dengan presentase belakang kepala, jenis kelamin perempuan, BB: 3100, PB : 49, apgar score 8/10, kulit
bayi kering dan mudah mengelupas, kala II berlangsung 5 menit. Pada tinjauan pustaka Kala II persalinan
dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primi dan 1 jam pada multi, tanda-tanda bayi serotinus yaitu kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas, pewarnaan mekonium (kehijauan)
dikulit, disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat. Dengan demikian penerapan
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus pada Ny. “S” secara garis besar tampak ada persamaan sehingga
C. Hasil Asuhan Pada Kala III, Tanggal 28 Juni 2011 Jam 20.05 Wita
Pada pengkajian kala III persalinan berdasarkan tinjauan kasus Ny. “S” mulai pada jam 20.05 wita anak
lahir dengan presentase belakang kepala, jenis kelamin perempuan, BB: 3100, PB : 49, apgar score 8/10
sampai plasenta lahir lengkap jam 20.05 wita, tali pusat mengerut dan berwarna agak pucat, kala III
berlangsung 5 menit. Pada tinjauan pustaka dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38
minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu yang menyebabkan plasenta dan tali
pusat mengerut dan berwarna agak pucat. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi
kasus pada Ny. “S” secara garis besar tampak ada persamaan sehingga tidak ada kesenjangan antara
D. Hasil Asuhan Pada Kala IV, Tanggal 28 Juni 2011 Jam 20.15 Wita
Pada pengkajian kala IV berdasarkan tinjauan kasus Ny. “S” mulai dari plasenta lahir lengkap jam 20.15
wita sampai 2 jam pengawasan yaitu kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras, TFU setinggi
pusat, Perdarahan ± 150 cc, terdapat robekan perineum tingkat II, TTV dalam batas normal, kala IV
berlangsung 2 jam. Pada tinjauan pustaka Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2
jam pertama postpartum. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi kasus pada Ny. “S”
secara garis besar tampak ada persamaan sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
BAB V
PENUTUP
Setelah membahas dan menguraikan kasus Ny. ”S” dengan Persalinan Serotinus Di Rumah Sakit Umum
Daerah Syekh Yusuf Tanggal 28 Juni 2011 maka pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan dan
saran yaitu :
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian pada Ny. ”S” maka ditegakkan diagnosa GV PIV AO, keadaan ibu dan janin baik,
inpartu kala I fase aktif. Lahir pervaginam tanpa adanya komplikasi dengan JK : perempuan, BB : 3100 gr,
PB : 49 cm, A/S : 8/10. Lama kala 1: ± 7 jam, lama kala II : ± 5 menit, kala III : ±10 menit, lama kala IV : ± 2
jam.
B. Saran
1. Untuk Bidan
Bidan sebagai tanaga kesehatan sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu, oleh karena
itu bidan perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan yang
2. Untuk klien
Diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ANC sesuai dengan kebutuhan, segera setelah terlambat
mendapat haid untuk mengantisipasi komplikasi dalam kehamilan dan bersedia melakukan nasehat
3. Untuk Institusi
dapat melakukan suatu tindakan penanganan pada kasus tersebut karena prakrek laboratorium
sangatlah bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang
2011
Medika:Yogjakarta
Martaadisoebrata,Djamhoer.2004.Obstetri Patologi.EGC;Jakarta
Medika;Yogjakarta
Rachman Latief.2009.Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Medika:Yogjakarta
Prawiroharjo:Jakarta
b. Tujuan Khusus
1. Ibu dapat menyebutkan dan menguraikan tentang pentingnya gizi untuk ibu menyusui
2. Ibu dapat menguraikan zat-zat gizi yang diperlukan untuk ibu menyusui
7. Pembimbing : Bidan ”A”
10. Daftar Pustaka :
a. Krisnatuti Diah Hastoro Indriyadi, Menu Sehat Ibu Hamil Dan Menyusui, Puspa Swara, Anggota IKAPI,
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kra 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunnya makanan ibu. Produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh makanan yang dimakan oleh ibu, apabila makanan ibu terpenuhi secara teratur dan
cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI
tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membantu memproduksi ASI
yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang