Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM FISIOLOGIS

DI RSIA AISYIYAH

Disusun Oleh :

ADINDA ZALZABILA MUZAKKYAH

NIM. P07224219001

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini tepat pada
waktunya. Terimakasih kepada keluarga, sahabat, seseorang yang saya sayang dan
cintai telah mendukung, menginspirasi dan memberi doanya untuk mengerjakan
tugas saya. Shalawat serta salam kiranya akan selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam pembuatan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan


Kebidanan Pada Ibu PostPartum Fisiologis” terdapat berbagai pengetahuan yang
disusun dari berbagai sumber. Ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh
tidak terpaku pada satu sumber saja.

Adapun dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak
lain. Untuk itu, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang
terlibat. Saya menyadari makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Mudah-
mudahan makalah ini memenuhi harapan dan bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 12 Juli 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian
sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Sedangkan kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat proses atau
setelah perempuan bersalin kurang dari 24 jam. Menurut WHO, diseluruh
dunia setap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang
terkait dengan kehamilannya, persalinannya, dan nifas. Dengan kata lain,
1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan
meninggal setiap tahunnya karena kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi peringkat tertinggi di
Negara Asean. Tetapi berdasarkan data resmi SDKI, AKI di Indonesia
terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307
per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yitu 270 per 100.000 kelahiran
hidup , tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup , tahun 2006
yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goal (MDGS)
AKI di Indonesia tahun 2015 mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupan salah satu target
yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan
ke lima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai
sampai tahun 2015 adalah mengurangi samapai ¾ resiko jumlah kematian
ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan
dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target
tujuan pembangunan millennium masih membutuhkan komitmen usaha
keras yang terus menerus. AKI di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun
2010 adalah 90 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2011
meningkat menjadi 106 per 100.000 kelahiran hidup. Masa nifas
(postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan
dan proses kelahiran. Dengan pengertian lainnya, masa nifas yang biasa
disebut juga masa puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi,
dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik dinegara
maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi
terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara
keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena
resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa
pascapersalinan. (Sarwono, 2010)
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari
150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hamper 4 dari 5 kematian
karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah
persalinan. Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian
ibu di dunia, yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun,
terutama terjadi di Negara berkembang. Sebagian besar dari kematian ibu
(88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa
ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III.
(Sarwono, 2010)
Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam
bidang obstetri adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia
(13%) (DepKes RI, 2007).
Berdasarkan hal di atas, yang melatarbelakangi penulis untuk
membuat laporan pendahuluan dengan judul Asuhan Kebidanan Pada
Nifas Fisiologis dalam rangka pendokumentasian dan pencatatan hasil
tindakan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu
Postpartum Fisiologis menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori Masa Nifas Fisiologis.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan Ibu Nifas
Fisiologis berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis
menggunakan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian.
2) Menginterpretasikan data dasar.
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial.
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera.
5) Mengembangkan rencana intervensi.
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi.
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas
Fisiologis dalam bentuk catatan SOAP
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum
Fisiologis
I. PENGKAJIAN
A) Data Subyektif
1. Identitas
Nama : Nama selain sebagai identitas, upayakan agar
bidan memanggil dengan nama panggilan
sehingga hubungan komunikasi antara bidan
dan pasien menjadi lebih baik dan akrab
(Sulistyawati, 2012).
Umur : dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
risiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental psikisnya
belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan Sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas (Sarwono, 2016).
Agama : Sebagai dasar bidan untuk memberikan
dukungan dan spiritual terhadap pasien dan
keluarga (Sulistyawati, 2010).
Suku/bangsa : Dalam mengkaji suku ini berpengaruh pada adat
istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Sulistyawati,
2010).
Pendidikan : Pendidikan sangat penting untuk dikaji karena
berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektual sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya
(Sulistyawati, 2010).
Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial
ekonominya karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati, 2010).
Alamat : Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi
pasien data ini juga memberi gambaran
mengkaji jarak dan waktu yang ditempuh pasien
menuju lokasi pelayanan kesehatan
(Sulistyawati, 2010).

2. Keluhan Utama:
Menurut Kemenkes (2020), terdapat 27 masalah yang
dialami oleh ibu nifas di dalam lingkup kebidanan meliputi
keputihan, sering buang air kecil (BAK), rasa terbakar saat BAK,
sulit tidur, sesak nafas, sembelit, mulas, perdarahan hebat, ibu
letih, Lelah, lesu, lemah, emosi ibu tidak stabil, ibu sering
menangis, luka bekas jahitan terasa nyeri dan berbau busuk,
cairan vagina berbau (locha), perut mulas, susah BAK/BAB,
perdarahan nifas berhenti sebelum 40 (empat puluh) hari, rasa
nyeri di daerah betis sejak setelah bersalin, hilang nafsu makan,
nyeri bekas jahitan luka operasi, nyeri bekas jahitan jalan lahir,
susah tidur, belum haid setelah masa nifas selesai, ibu tidak bisa
menyusui bayinya, ibu tidak bisa merawat bayinya, ASI tidak
lancar, periksa rutin/kontrol setelah melahirkan.

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Menurut (Sarwono, 2011, Persis Mary, 1995; Persis Mary,
1995; Jones, 1996).
1) Penyakit Kardiovaskuler
Penyakit Jantung, Hipertensi.
2) Penyakit Darah
Anemia
3) Penyakit Paru-paru
TBC, Asma
4) Penyakit Hati
Hepatitis.
5) Penyakit Endokrin
Diabetes Melitus.
6) Penyakit Infeksi
IMS, Infeksi TORCH.
7) Penyakit Ginjal dan Saluran Kencing
Gagal Ginjal.
8) Penyakit/Kelainan sistem Reproduksi
Penyakit Ginekologik, Tumor/Kanker.
9) Riwayat Alergi
10) Riwayat Pembedahan

b. Riwayat Kesehatan Sekarang:


Tanggal dan waktu keluhan, bentuk keluhan, faktor
pencetus atau latar belakang yang berhubungan dengan
keluhan, perjalanan penyakit sejak keluhan termasuk durasi
dan kambuh atau tidak nyaman, lokasi spesifik, jenis nyeri,
gejala lain yang berkaitan, hubungan dengan fungsi dan
aktivitas tubuh, faktor yang mempengaruhi masalah, baik yang
perparah atau yang meredakan, bantuan medis sebelumnya
untuk masalah ini, dan keefektifan suatu terapi atau obat yang
digunakan (Varney, 2007).

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien
dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati, 2009).

5. Riwayat Menstruasi
Riwayat siklus : Jarak antara menstruasi yang di alami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya
sekitar 23-32 hari (Zubaidah, 2021)
Lama haid : 4-7 hari (Manuaba, 2008).
Jumlah menstruasi: Data ini menjelaskan seberapa banyak
darah menstruasi yang di keluarkan
(Sulistyawati, 2010).

6. Riwayat Obstetri:
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Suami Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny J BB/PB H M Abnrmlts Laktasi Peny
o
K
1
2

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.


Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu.

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Frekuensi periksa hamil, Keluhan hamil muda dan Keluhan
hamil tua, Terapi Selama Kehamilan.

8. Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, dkk. 2009).

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Pada masa nifas masalah diet perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein, dan banyak mengandung cairan
(Zubaidah, 2021)
Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah (Zubaidah, 2021(
Istirahat Istirahat akan sangat penting bagi ibu masa
nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat kesembuhan.
Istirahat yang cukup untuk ibu masa nifas yaitu
pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8
jam(Fatmawati & Hidayah, 2019)
Aktivitas Sering memperhatikan dan merawat
bayinya
Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya
adalah suatu hal yang baru. Sehingga ibu akan
sering dan lebih terfokus kepada bayinya
(Zubaidah, 2021)
Ibu melakukan mobilisasi miring ke kiri dan ke
kanan setelah 2 jam persalinan. Ambulan dini
ini diperlukan untuk mencegah thrombosis
pada pembuluh tungkai, ibu dapat merasa lebih
sehat dan kuat, dan membuat fungsi usus,
sirkulasi, paru-paru, dan perkemihan lebih baik
(Placas, 2015)
Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat
Hygiene rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga (Zubaidan, 2021)
Seksualitas Frekuensi dan gangguan yang mungkin
terjadi pada saat melakukan hubungan seksual
misalnya nyeri saat berhubungan, adanya
ketidak puasan dengan suami dan kurangnya
keinginan untuk melakukan hubungan (Placas,
2015)
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan
oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat
sebagai berikut ini. Secara fisik aman untuk
memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan
satu – satu dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri (Asni, 2016)

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Menurut Ningurum (2017), riwayat psikososiokultural yang
perlu di kaji yaitu:
 Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap
persalinan ini. Dukungan sosial dari keluarga sangat
membantu ibu nifas berada pada emosi yang stabil
sehingga tidak stres
 Bagaimana psikis ibu menerima perubahan
fisiologis, dan kehadiran bayi (Ningrum, 2017)
 Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan
sekitar. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau
tidak
 Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun
lingkungan masyarakat yang dapat merugikan atau
memberikan pengaruh negatif pada masa nifas ibu
B) DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik (Sulistyawati, 2010)
Kesadaran : Compos mentis (Sulistyawati, 2010)
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : Kenaikan atau penurunan tekanan darah
merupakan indikasi adanya gangguan
hipertensi dalam masa nifas atau syol.
Normalnya 100/60 mmHg – 130/60 mmHg
(Kenaikan systole tidak lebih dari 30 mmHg,
diastole tidak lebih dari 15 mmHg) (Placas,
2015)
Denyut nadi : peningkatan denyut nadi dapat menunjukkan
adanya syok asietas atau dehidrasi. Normalnya
yaitu 60-90 x/menit (Placas, 2015)
Pernafasan : peningkatan frekuensi pernafasan dapat
menunjukkan ansietas atau syok. Normalnya
16-24 x/menit (Placas, 2015)
Suhu badan : peningkatan suhu menunjukkan adanya proses
infeksi. Normalnya 36,5 ° C−37,5 ° C (Plascas,
2015)
Skala nyeri :
Antropometri
Tinggi Badan : Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat
diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur (Tambunan dkk, 2011).
Berat Badan : Sebelum hamil :
BB sekarang :
Massa tubuh di ukur dengan pengukuran
massa atau timbangan. Indeks massa tubuh
digunakan untuk menghitung hubungan antara
tinggi dan berat badan, serta menilai tingkat
kegemukan (Tambunan dkk., 2011).
LILA : ≥23,5 cm (Depkes RI, 2008).

Riwayat Persalinan sekarang :


Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan.
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, dkk.,
2009).
1) Jenis persalinan :
2) Kala I :
3) Kala II :
4) Kala III :
5) Kala IV :

Data Bayi :
1) Lahir tanggal :……, jam :…………..
2) Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
3) Antropometri : BB :………… gr. PB :……….. cm
LK :………… cm
LD :………… cm
LP :…………. cm
LILA :………..cm
4) Kecacatan : Ada/tidak
5) IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
6) Eliminasi
a) BAK : f : ……x/hari, warna : ………...,
konsistensi :………
b) BAB : f : ……x/hari, warna : ………...,
konsistensi :………
7) Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Simetris, kulit kepala bersih, tidak terdapat
ketombe, rambut tampak kuat, distribusi rambut
merata dan tekstur rambut lembut (Priharjo,
2006).
Wajah : Wajah simetris, tidak pucat, tidak oedom,
terdapat hyperpigmentasi. Ketidak simetrisan
muka menunjukkan adanya gangguan pada syaraf
ke tujuh (Dian, 2018).
Mata : Dikaji konjungtiva merah muda/pucat (jika pucat
mengindikasikan terjadinya anemia yang
mungkin dapat menjadi komplikasi perdarahan
pada masa nifas. (Placas, 2015)
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran serumen/
sekret (Tambunan dkk., 2011 & Uliyah dkk.,
2008).
Hidung : Bersih, tidak terdapat pengeluaran sekret, tidak
ada polip, tidak terdapat peradangan (Tambunan
dkk., 2011).
Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat,
tidak terdapat stomatitis, tidak/ terdapat caries
dentis, terdapat bintil kecil berwarna abu-abu,
merah muda atau agak kemerahan pada daerah
mulut, tidak/ terjadi pembesaran pada tonsil dan
uvula (Varney, 2008).
Leher : Digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan
vena jugularis. (Placas, 2015)
Dada : Simetris, bentuk dada elips, dan tidak terdapat
retraksi dinding dada (Tambunan, 2011).
Payudara : Simetris, ada pengeluaran ASI, putting menonjol,
lecet, tidak ada retraksi atau dimpling. ASI
transisi yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari keempat
sampai hari kesepuluh (Zubaidah, 2021)
Abdomen : Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira
setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi
fundus uteri ± 2 jari di bawah pusat dan beratnya
kira kira 200 gram. Pada hari ke-5 post partum
uterus kurang lebih setinggi 7 sm di atas simfisis
dan beratnya ± 500 gram dan setelah 12 hari
uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis dan
beratnya menjadi 300 gram, setelah 6 minggu
post partum, berat uterus menjadi 40 – 60 gram
(Prawirohardjo, 2016)
Genetalia : Menurut Asni (2016), warna lochea
 Lochia Rubra (Cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo
dan mekonuim selam dua hari masa persalinan.
 Lochia Sanguilenta: berwarna coklat, sedikit darah dan
lender.
Hari ketiga sampai ketujuh pasca persalinan.
 Lochia Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ketujuh sampai empat belas pasca persalinan.
 Lochia Alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca
persalinan
Ekstremitas : Bawah, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat
oedema, dan tidak terdapat varices (Ambarwati
dkk, 2009).
Atas, Simetris, jari-jari lengkap, tidak terdapat
oedema (Ambarwati dkk, 2009).

Palpasi
Kepala : Tidak teraba massa (Prawirohardjo, 2009).
Wajah : Tidak terjadi oedema (Prawirohardjo, 2009).
Mata : Tidak terjadi pembengkakan pada palpebra
(Prawirohardjo, 2009).
Hidung : Tidak terjadi fraktur (Prawirohardjo, 2009).
Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar tirod, vena
jugularis, dan kelenjar limfe (Prawirohardjo,
2009).
Payudara : Tidak ada benjolan atau massa, konsistensi teraba
padat berisi, dan tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe (Prawirohardjo, 2009).

Abdomen : Konsistensi teraba bulat dan keras, kontraksi


baik, kandung kemih tidak penuh, Diastasis
rektus abdominalis 12 x 2 cm (Varney, 2008).
Tinggi Fundus Uteri (Varney, 2008).
Hari Ke Tinggi Fundus

Segera saat pasca partum 3 jari bawah pusat

Hari kelahiran dan hari pertama Sepusat

Hari ke-2 1 jari di bawah pusat

Hari ke-3 2 jari di bawah pusat

Hari ke-4 3 jari di bawah pusat

Hari ke-5 Pertengahan pusat sympisis

Hari ke-6 Pertengahan pusat sympisis

Hari ke-7 3 jari di atas sympisis

Hari ke-8 2 jari di atas sympisis

Hari ke-9 1 jari di atas sympisis


Hari ke-10 Sudah masuk ke panggul

Genetalia : Tidak teraba oedema, varices, massa, dan


pembesaran kelenjar bartholini (Varney, 2008).
Ekstremitas : Bawah, Reflex homan sign (-), cavillary refill
time kembali kurang dari 2 detik. (Varney 2008;
Ambarwati dkk, 2009).
Atas, Cavillary refill time kembali kurang dari 2
detik. (Varney 2008; Ambarwati dkk, 2009).

Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi nafas tambahan, Bunyi Jantung I
dan II terdengar jelas dan teratur (Varney, 2008).
Abdomen : Bising usus 5-35 x/menit (Varney, 2008).

Perkusi
Dada : Pada paru menghasilkan bunyi sonor dengan
amplitudo lebih tinggi nada lebih redah. Pada
jantung bunyi terdengar redup, berlangsung
singkat dan beramplitudo rendah tanpa resonansi
(Swartz, 2005).

Abdomen : Menghasilkan bunyi timpani dengan tinggi nada,


tinggi dan bergaung (Swartz, 2005).

Ekstremitas : Untuk mengecek refleks babynski (-), reflex


patella (+), Bisep (+), Trisep (+). (Varney 2008).

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan USG
c. Pemeriksaan Diagnostik lainnya
4. Data Rekam Medis
Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain di
mana tindakan tersebut yang menunjang riwayat kesehatan
sekarang dan terdapat pada catatan/status klien. Tindakan tersebut
dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit hingga dilakukan
pengkajian.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Papah…Jam postpartum atau Papah hari ke… post
partum Fisiologis (jika masa nifas sudah lebih dari 24
jam) (Varney, 2008).
Masalah : Tidak ada.
Kebutuhan : Tidak ada.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Diagnosis Masalah Potensial : Tidak ada.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kebutuhan Tindakan segera : Tidak ada.

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien.
Rasional : Klien berhak mengetahui hasil pemeriksaan (Varney,
2015)
2. Berikan KIE mengenai nutrisi dan cairan.
Rasional : makanan yang bergizi akan berpengaruh pada
kesembuhan dan reproduksi ASI (Dian, 2018)
3. Ajarkan ibu untuk menyusui yang benar.
Rasional : Mengajarkan kepada ibu tentang cara menyusui yang
benar yaitu dengan cara puting susu di olesi dengan
ASI secara keseluruhan, pegan payudara dengan ibu
jari berada di atas puting, sedangkan ke empat jari
yang lain di bawah putih, masukkan puting susu
sampai bagian areola (bagian hitam) masuk ke dalam
mulut bayi, dan apabila bayi sudah selesai menyusui,
sendawakan bayi dengan cara menepuk-nepuk
punggung bayi secara pelan-pelan. Pertengahan pusat
simfisis (Saputri, 2019)
4. Berikan KIE tentang mobilisasi pada Ibu.
Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat,
lalu miring ke kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan.
Mobilisasi mempunyai variasi tergantung pada
adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka.
5. Berikan KIE tentang personal hygiene.
Rasional : Personal hygine terutama pada daerah genetalia
mengurangi resiko infeksi yang terjadi pada ibu post
partum.
6. Berikan KIE tentang proses eliminasi pada masa nifas.
Rasional : Hendaknya kencing secepatnya dapat dilakukan
sendiri. Kadang-kadang ibu nifas sulit kencing karena
sphingter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin
dan spasme oleh iritasi sphingter ani selama
persalinan. Juga oleh karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan. Bila ibu nifas
sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi.
Buang air besar harus ada 3-4 hari post partum. Bila
belum dan terjadi obstipasi apalagi BAB keras dapat
diberikan terapi per oral atau per rectal.
7. Kaji pemulihan episiotomi atau laserasi. Berikan informasi
berkenaan dengan penggunaan rendam duduk 3-4 kali setiap kali.
Rasional : Kehangatan dari rendam duduk membantu
merilekskan sfingter anal, meningkatkan
penyembuhan, mendorong relaksasi umum, dan
menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan
pengosongan (Doenges dan Moorhouse, 2001; H.
467).
8. Anjurkan pemeriksaan payudara dan perineum rutin
Rasional : Deteksi dini perkembangan masalah memungkinkan
intervensi, dengan cara demikian menurunkan risiko
komplikasi serius (Doenges dan Moorhouse, 2001; H.
442).
9. Berikan informasi tentang perlunya masukan vitamin dan preparat
zat besi setiap hari, sesuai indikasi.
Rasional : Masukan zat besi dan vitamin selama 4-6 minggu
pascapartum dapat mengatasi defisiensi diet,
menjamin suplai ASI bergizi, dan membantu dalam
pemulihan jaringan (Doenges dan Moorhouse, 2001;
H. 460).
10. Berikan informasi mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,
perawatan payudara dan puting, kebutuhan diet khusus, dan faktor-
faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
Rasional : Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah
puting pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan
membuat peran ibu menyusui (Doenges dan
Moorhouse, 2001; H. 391).
11. Berikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan
kesehatan.
Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas
dan neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu
dan neonates (Saifuddin, 2002).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Asni, S. (2016). MANAJAMEN ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA


Ny " E " DENGAN NYERI PERINEUM DI RSUD LABUANG BAJI M
AKASSAR TAHUN 2016. In S. Asni, MANAJAMEN ASUHAN KEBID
ANAN MASA NIFAS PADA Ny " E " DENGAN NYERI PERINEUM D
I RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR TAHUN 2016 (pp. 1-98).

Dian, e. a. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.

Fahey, J. (2017). Best Practices in management of postpartum pain. Journal of


Perinatal and Neonatal Nursing, 31(2), 126-136. Diambil kembali dari
https://doi.org/10.1097/JPN.000000000000241

Fatmawati, R. &. (2019). Gambaran Pola Tidur Ibu Nifas. Journal of Infokes,
9(2), 1-4.

Hubbard, J. M. (2017). Dalam J. M. Hubbard, Parenta-infant skin-to-skin contact


folloring birth: History, benefits and challenges (hal. 36(2), 89-97).
Neonatal Network. Diambil kembali dari https://doi.org/10.1891/0730-
0832.36.2.89

Kemenkes. (2019). Health Statistics (Health Information System). In Short


TExtbook of Preventive and Social Medicine. Diambil kembali dari
https://doi.org/1-.5005/jp/books/11257_5

Kepmenkes. (2020). Kepmenkes 320 tentang Standar Profesi bidan. Ophanet


Journal of Rare Diseases, 21(1), 1-9.

Marmi, K. (2015). Asuhan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah. Pustaka
Pelajar.

Ningrum, S. P. (2017). Faktor-Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Postpartum


Blues. Psympathic : Journal Ilmiah Psikologi, 4(2), 205-218. Diambil
kembali dari https://doi.org/10.15575/psy.v4i2.1589

Placas, C. D. (2015(2009)). KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN NIFAS.


Dalam C. D. Placas, KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
(hal. 1-239).

Ambarwati, Eny Retna dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra
Cendikia Offset.
Nany, Vivian Lia Dwei, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Biba Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta: Trans Info Media
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : Andi Offset.
Tambunan, Eviana S dkk. 2010. Panduan Pemeriksaan Fisik Bayi Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Varney, Helen. Jan. M. Kriebs, Carolyn L. Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Yanti, Damai dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai