Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT DENGAN


GASTROENTERITIS
DI RSIA ASYIYAH

DISUSUN OLEH

FANNY FIRA INDAYANI

NIM P07224219017

PRODI D-III KEBIDANAN SAMARINDA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan yang berjudul “Laporan Komprehensif
Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini memuat dasar teori dan konsep manajemen asuhan kebidanan pada
ibu nifas fisiologis. Penulis yakin bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu secara moril
maupun materil dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat
menyempurnakan laporan ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Samarinda, 12 Juli 2021

Fanny Fira Indayani

NIM. P07224219017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasai Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak-Anak Perserikatan


Bangsa Bangsa (UNICEF) memperkirakan dua milyar kasus diare di dunia setiap
tahun dan 1,9 juta anak-anak Peran lingkungan dan individu...(Ika D, Dwi HT)
dibawah umur 5 tahun meninggal yang sebagian besar terjadi di negara berkembang
(World Gastroenterology Organisation, 2012).

Data dan informasi dari profil kesehatan Indonesia tahun 2019 menunjukkan
bahwa angka kesakitan diare di Indonesia masih cukup tinggi. Pada tahun 2019 angka
kesakitan diare untuk semua umur sebesar 270/1000 penduduk sedangkan pada balita
sebesar 843/1000 penduduk (Kesehatan Kemenkes RI, 2020).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa penyakit diare,


menurut diagnosis dokter dan gejala yang pernah dialami, mengalami peningkatan
dari 7% pada tahun 2013 menjadi 8% pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018). Data
laporan Rumah Sakit di Indonesia tahun 2008 menyebutkan penyakit diare dan
gastroenteritis merupakan penyakit urutan pertama dari sepuluh penyakit dari pasien
rawat inap di rumah sakit (Kemenkes RI, 2011).

Selain itu, kejadian luar biasa (KLB) diare juga masih cukup sering terjadi
Indonesia dengan angka kematian (case fatality rate/CFR) yang masih tinggi.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2019 terlihat bahwa frekuensi KLB penyakit
diare mengalami fluktuasi (naik-turun), akan tetapi angka kematian terus meningkat.
Kasus KLB pada tahun 2015 mencapai 1.213 orang yang terjadi di 13 provinsi
dengan angka kematian 2,47%. Selanjutnya pada tahun 2016 terjadi KLB di 3
provinsi dengan jumlah kasus 198 orang dan angka kematian CFR 3,03%. Pada tahun
2018 terjadi KLB diare sebanyak 10 kasus yang tersebar di 8 provinsi di 8
kabupaten/kota dengan 756 orang penderita dan angka kematian sebesar 4,76%
(Kemenkes RI, 2019).

GE (gastro enteritis) adalah buang air besar dengan konsistensi encer / cair
dengan frekwensi lebih sering dari bisanya yaitu lebih dari tiga kali dalam sehari yang
dapat disertai lendir / darah atau tidak yang terjadi secara mendadak dan berlangsung
3 – 5 hari dan bisa juga berlangsung kurang dari dua minggu (Syamsudin 2016).
Sampai saat ini GE masih merupakan masalah kesehatan, GE masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat dan secara mendadak.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan kebidanan pada balita sakit yang menggunakan pola
pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan
mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori balita sakit
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada balita sakit
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakitt dengan pendekatan
Varney
1. Melakukan pengkajian pada klien
2. Menginterprestasikan data dasar
3. Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Merencanakan asuhan kebidanan
6. Melaksanakan asuhan tindakan pada klien
7. Mengevaluasi hasil dari suatu tindakan pada klien
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk dokumentasi SOAP.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Klien dengan
Gastroenteritis

PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian :

Waktu pengkajian :

Nama pengkaji :

Tempat pengkajian :

A) DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

Nama istri : Nama Suami :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat :

2. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering dirasakan oleh penderita diare yaitu


keluhan BAB diare >10 kali/hari (dehidrasi berat). Apabila diare
berlangsung kurang dari 14 hari maka diare tersebut diare akut
(Gastroentritis) (Nursalam, 2013).

3. Riwayat Kesehatan Klien

Waktu dan frekuensi diare Diare pada malam hari atau sepanjang
hari, tidak intermiten, atau diare timbul mendadak. menunjukkan adanya
penyakit organik. Lama diare kronik kurang dari 3 bulan juga
mengarahkan kita pada penyakit organik. Perasaan ingin buang air besar
yang tidak bisa ditahan mengarah ke penyakit inflamatorik. Diare yang
terjadi pagi hari lebih banyak berhubungan dengan stres, hal ini biasanya
mengarah kepada ke sindrom usus iritabel (IBS). Mual dan muntah
dapat menunjukkan infeksi, Penurunan berat badan disertai riwayat
dehidrasi atau hipokalemia menunjukkan adanya penyakit organik
(terutama bila penurunanan berat badan lebih dari 5 kg), mengejan
waktu defekasi lebih banyak pada diare fungsional.
Nyeri abdomen yang disebabkan kelainan usus halus berlokasi di
sekitar pusat dan kolik/nyeri yang disebabkan kelainan usus besar dapat
terletak di suprapubik, kanan atau kiri bawah. Nyeri terus menerus
menandakan ulserasi yang berat pada usus atau adanya komplikasi
abses. Manifestasi klinis yang dijumpai meliputi muntah, sakit perut,
dan demam. Sementara diare berbentuk cair merupakan karakteristik
diare terbanyak, disusul diare lendir dan darah. Mayoritas frekuensi
diare pada subyek penelitian, berkisar antara 1- 5 kali per hari. (Tony
Soetanto dkk, 2012)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

5. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan

Nutrisi Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan


penurunan berat badan pasien. (Nursalam, 2013)
Eliminasi BAB diare >10 kali/hari (dehidrasi berat). Apabila diare
berlangsung kurang dari 14 hari maka diare tersebut diare akut
(Gastroentritis) (Nursalam, 2013).

Istirahat Pola tidur akan terganggu karena adanya distensi abdomen


yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman (Nursalam, 2013)
Aktivitas Akan terganggu kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
disentri abdomen. (Nursalam, 2013)

Personal Kebersihan lingkungan dan makanan yang kurang terjaga, sering


Hygiene mengganti celana dalam karena basah akibat sering membasuh
genetalia. (Nursalam)
Kebiasaan

Seksualitas

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a. Psikologis :
b. Sosial :
c. Kultural :
d. Spiritual :

B) DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Keadaan umum : volume darah akan berkurang dengan demikian
nadi akan cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah
menurun, kesadaran menurun yang akhirnya terjadi syok (Suraatmaja,
2010).
Tanda Vital : Tekanan darah:
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :

Antropometri : Serangan diare akan mengurangi pemasukan nutrisi


yang diperlukan untuk pertumbuhan anak sehingga pada penderita diare
akut pada pemeriksaan antropometri dapat mengakibatkan kelainan
pertumbuhan anak seperti tinggi badan, berat badan, lingkar lengan,
lingkar kepala (Tony Soetanto dan Ina Susianti Tima, 2012).
Berat Badan Sebelum :

Berat Badan saat ini :

Tinggi Badan :

LILA :

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Kepala : Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit


akhirnya tampak dehidrasi mata anemis rambut terlihat kering
(Suraatmaja, 2011).
Wajah :

Mata : ada pemeriksaan mata jika pasien dehidrasi maka mata


pasien tampak cekung konjungtiva akan terlihat pucat ketika terjadi
gangguan nutrisi berat (Suraatmaja, 2011)
Hidung :

Mulut : Pada inspeksi maka selaput lendir dan mulut


nampak kering dikarenakan telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit (Suraatmaja, 2011).
Telinga :

Leher :

Dada :

Payudara :

Abdomen : pada pemeriksaan inspeksi pada bagian abdomen


akan tampak perut yang mengecil karena rongga abdomen yang
kosong karena defekasi yang berlebihan. Juga didapati bahwa
perut pasien terlihat membesar karena adanya massa yang terdapat
di rongga. perut yang mengakibatkan klien diare seperti tumor usus
(Pangestu adi Dkk, 2012).
Genetalia :

Anus : adanya radang pada kulit sekitar anus (Suraatmaja, 2011).

Ekstremitas : Melemah (Pangestu adi Dkk, 2012)


Kulit : penderita diare jika terjadi dehidrasi berat maka
turgor kulit pasien akan jelek (Suraatmaja, 2011).
Palpasi

Kepala :

Wajah :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Leher :
Dada :

Abdomen :

Genetalia :

Anus :

Ekstremitas :

Auskultasi

Dada : denyut jantung pada pasien gastroenteritis yang


terjadi dehidrasi berat akan terdengar lemah (Suraatmaja, 2011).
Abdomen : pada pasien penderita gastroenteritis kebanyakan terjadi
peningkatan peristaltik usus.

Perkusi

Dada :

Abdomen : terdengar bunyi timpani pada abdomen karena terjadi


penimbunan gas dalam saluran pencernaan karena malabsorbsi
karbohidrat (Lawrence R. Schiller Dkk, 2017).

Ekstremitas :

3. Pemeriksaan Khusus
4. Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang gastroenteritis yang dapat dilakukan adalah


(Nugroho, 2011)

1) pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis


2) PH dan kadar gula dalam tinja
3) bila perlu diadakan uji bakteri
4) pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah
5) pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
6) pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosis :
Masalah :

Adapun masalah-masalah yang timbul pada kasus gastroenteristis


adalah (Suraatmaja, 2011).

1. Klien BAB lebih dari 3x disertai mual dan muntah


2. Gejala dehidrasi berat
3. berat badan menurun
Kebutuhan :

Kebutuhan yang dapat dilakukan untuk klien dengan gastroenteritis


adalah sebagai berikut
1. Penuhi kebutuhan cairan
2. Pemberian oralit
3. Makan makanan tinggi serat
4. Pemasangan NGT dapat dilakukan pada pasien dehidrasi berat (Nursalam,
2013)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare


atau output berlebihan dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB
menurun terus menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive (Nursalam, 2013)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan


untuk  dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Bila klien dehidrasi ringan
kolaborasikan dengan dokter pemberian pemenuhan kebutuhan cairan klien
dengan pemasangan terapi cairan intravena. Bila klien dengan dehidrasi berat
kolaborasikan dengan dokter Pemasangan NGT, kolaborasikan dengan ahli
gizi pemberian diet tinggi serat

V. INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output cairan
yang berlebihan. Oberservasi tanda vital, tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum
air putih (2.000–2.500 cc/hari).
2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan, pemeriksaan Lab.
Elektrolit.
3. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah. Kaji pola nutrisi dan perubahan yang terjadi. Faktor penyebab
gangguan pemenuhan nutrisi. Beri diet dalam kondisi hangat, porsi kecil tapi
sering.
4. Kolaborasi dengan tim gizi.
5. Ketidaknyamanan berhubungan dengan kram/nyeri abdomen
Rasional :
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Kaji tingkat rasa nyeri.
c. Atur posisi nyaman.
d. Beri kompres hangat pada abdomen.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB
Rasional :
1. Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pakaian dan
mempertahankan teknik aseptic atau antiseptik.
2. Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab. Untuk
menghindari pada daerah anus terdapat kuman, bakteri, karena bakteri
suka daerah yang lembab. Pada daerah ini meningkat resikonya untuk
kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.

VI. IMPLEMENTASI

Rencana terapi diare pada anak Menurut World Health


Organization Indonesia dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2019).
a. Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit
melalui mulut, sementara infus disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan
Ringer Laktat atau Ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan
NaCl) yang dibagi sebagai berikut :
Tabel 2.1 Pemberian cairan infus pada anak dehidrasi

Umur Pemberian pertama Pemberian berikut 70 ml/kg


30 ml/kg selama:
selama:
Bayi 1 jam 5 jam
(dibawah
umur 12
bulan)
Anak (12 30 menit 21/2 jam
bulan sampai
5 tahun)
Sumber: World Health Organization (2019).

b. Periksa kembali anak setiap 15 - 30 menit. Jika status hidrasi belum


membaik, beri tetesan intravena lebih cepat.
c. Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet
Zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan.
d. Klasifikasikan dehidrasi kemudian pilih rencana terapi yang sesuai.

e. Melanjutkan pemberian makan yang bergizi merupakan suatu elemen


yang penting dalam tatalaksana diare.
f. Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan
kacang-kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin, dengan 1-2
sendok teh minyak sayur yang ditambahkan ke dalam setiap sajian.
VII. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan


asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes, RI. (2014). Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan.


Volume 2. Triwulan II. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta
: Diva Press
3. Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis
Among Adults Visiting Emergency Departments in the United States. The
Journal of Infectious Disease. 205 : 1374-1381.
4. Nugroho, d. T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit Dalam . Yogyakarta: Nuha Medika.
5. M.Wilkinson Judith dan R.Ahern Nancy. (2011). Buku Saku Diagnosis
keperawatan.Edisi ke-9. Jakarta: EGC
6. Tucker, A. W., Haddix, A. C. Bresee, J. S., Holman, R. C., Parashar, U. D.,
Glass, R. I., cost-Effectiveness Analysis of a rotavirus immunization program
for united stated. JAMA..

Anda mungkin juga menyukai