Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANC (Ante Natal Care)

1. Pengertian
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan pada ibu hamil
untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah
ibu hamil normal atau bermasalah. (Rukiah, Yulianti, Maemunah, &
Susilawati, 2013).

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan


untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke
bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Pelayanan Antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi
sedini mungkin serta ditangani secara memadai.

2. Tujuan Kunjungan
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan
sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dapat menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Rukiah, Yulianti,
Maemunah, & Susilawati, 2013)

3. Jadwal Kunjungan
Menurut Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir di era adaptasi kebiasaan baru (2020), kunjungan ibu hamil
minimal 6 kali (2 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 3 kali
pada trimester III).
Jadwal kunjungan pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu setiap 2
2 minggu sampai 1 minggu sampai tiba masa kelahiran.
a. Dua kali pada trimester pertama
b. Satu kali pada trimester kedua
c. Tiga kali pada trimester ketiga. 

(Jurnal Kebidanan Stikes Muhammadiyah Gombong, 2020).


Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post
partum sehat dannormal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan
antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu
hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna
meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
B. Konsep Dasar Teori

1. Konsep Dasar Teori Antenatal Terintegrasi

a. Definisi
Pelayanan Antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal
rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai
prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal.
Tujuan ANC terintegrasi adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, menjalani kehamilan yang
sehat, bersalin dengan selamat (well health mother), dan bayinya lahir sehat
(well born baby).
Agar ibu dapat menjalani kehamilan yang sehat, pada saat pelayanan
antenatal dilakukan skrining untuk mendeteksi secara dini risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi. Setelah ditemukan risiko atau komplikasi
yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janinnya, segera dilakukan
penanganan baik itu berupa asuhan mandiri, kolaborasi maupun rujukan
dengan mempertahankan kondisi ibu dan janin tetap dalam keadaan optimal.
Dengan demikian, tujuan akan well born baby dan well health mother dapat
tercapai (Asuhan Kebidanan Lanjut 1, 2016).

b. ANC terintegrasi terdiri dari :


a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) : dilakukan
dengan pemberian imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS),
baik pada catin ataupun pada ibu hamil.
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika) : dilakukan
dengan pemeriksaan Hb rutin pada ibu hamil, yaitu 2 kali selama
kehamilan, pada trimester pertama dan trimester kedua. Hal ini
dilakukan untuk mendeteksi anemia dalam kehamilan terkait
dengan peristiwa haemodilusi dalam kehamilan. Semakin tua usia
kehamilan, kadar Hb cenderung menurun. Maka dari itu, setiap ibu
hamil diberi 1 tablet Fe per hari selama 3 bulan berturut-turut. Dengan
demikian, kadar Hb ibu hamil diharapkan tetap stabil dalam keadaan
normal.
Selain pemeriksaan Hb, dilakukan juga pengukuran LILA
yang dimaksudkan untuk mendeteksi adanya KEK pada ibu
hamil. Lingkar lengan atas menjadi patokan dalam penentuan
status gizi ibu hamil dikarenakan pertambahan BB ibu
hamil meliputi pertambahan BB ibu, BB janin, air ketuban, dan
penimbunan cairan yang sering terjadi pada ibu hamil, sehingga
pertambahan BB ibu hamil tidak cukup akurat untuk menilai status
gizinya. Adapun penanganan KEK pada ibu hamil adalah dengan
pemberian PMT.
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)/ISK
(Infeksi Saluran Kemih)
d. Pencegahan dan Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)/ISK
(Infeksi Saluran Kemih) dalam Kehamilan : melakukan skrining
dengan anamnesa terarah dan pemeriksaan fisik dan penunjang bila
tersedia, terapi ibu, terapi partner, terapi BBL dan KIE pada infeksi
berulang.
e. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) : skrining dengan pemeriksaan
Lab dan rapid test, terapi ibu, terapi partner, terapi BBL dan KIE pada
infeksi berulang.
f. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT) : mencegah
penularan HIV pada WUS, mencegah KTD pada ibu yang HIV(+),
PMTCT, pemberian dukungan psikologis pada keluarga yang HIV(+).
g. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK) : melakukan KIE
tentang kesehatan lingkungan, repellent (obat nyamuk) dan
tanaman repellent, pemberian kelambu berinsektisida di daerah
endemis, skrining darah malaria di daerah endemis dan diulang jika
memperlihatkan tanda gejala malaria, dan terapi kina.
h. Peningkatan Intelegensia Janin pada Kehamilan (Brain
Booster) : masih dalam pembahasan, dimulai pada usia kehamilan
>20 minggu, pemberian ADIK (Asam folat, DHA, Iodium, dan
Kalsium) pada ibu hamil, dan stimulasi auditorik janin.
i. Penatalaksanaan TB dalam ANC (TB-ANC) : Program
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy)
tanpa Strepsomycin selama 6 – 8 bulan. Program DOTS adalah
dengan pemberian obat-obatan TBC yang terdiri dari : Isoniasid
(INH), Rifamficin, Pirasinamid (untuk BTA), Etambutol (jika
resisten terhadap INH) dan Streptomycin (dapat menembus barier
placenta dan merusak saraf pendengaran janin).
j. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan : kecacingan dalam
kehamilan dapat menimbulkan anemia ibu dan janin, dilakukan
uji feses di daerah yang tinggi angka kecacingannya, kemudian
dilakukan terapi pada ibu yang cacingan setelah trimester
pertama.
(Asuhan Kebidanan Lanjut 1, 2016)

c. Pelayanan Antenatal Terpadu


Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Tujuan umum adalah : untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan
dengan sehat,bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan khusus adalah :
a. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif
danberkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu
hamil,konseling KB dan pemberian ASI.
b. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan
berkualitas.
c. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu
hamil.
d. Melakukan intervensi terhadap kelainan /penyakit / gangguan pada
ibu hamil sedini mungkin.
e. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai
dengan sistem rujukan yang ada.
(Kemenkes RI, 2010).
d. Standar Asuhan Antenatal
Standar  asuhan minimal kehamilan termasuk dalam "10T".

1) Ukur Berat Badan dan Tinggi Badan ( T1 )

Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum


hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13, 9
kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal
adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal untuk
ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu
sebelum hamil. Indeks massa tubuh (IMT) adalah hubungan antara
tinggi badan dan berat badan. Ada rumus tersendiri untuk menghitung
IMT anda yakni :

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm))2


Klasifikasi Nilai IMT
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8 – 26 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 – 20,5
                     Sumber : (Prawirohadjo, 2013)

Prinsip dasar yang perlu diingat: berat badan naik perlahan dan
bertahap, bukan mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III
perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambha berat badan 0,4
kg. Perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi baik 0,3 kg. Indeks
masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan
optimal, yaitu:
1) 20 mgg pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5kg
2) 20 mgg berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
3) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.

(Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)


Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi
faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
keadaan rongga panggul.
2) Ukur Tekanan Darah (T2)
Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung.
Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar
normal, tinggi atau rendah. Tekanan darah yang normal 110/80 -
120/80 mmHg.
3) Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas-LILA) (T3)
Pelayanan antenatal 10 T yang berkualitas, meliputi juga
pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko KEK.
Kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T4)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald
adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya
bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir
(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal
harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam
HPHT.
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin/DJJ (T5)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.  Jika pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau atau kepala janin belum masuk
ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada
masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari
120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/ menit menunjukan
adanya gawat janin.
6) Skrinning dan Pemberian Imunisasi TT (T6)
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin
tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu
hamil dan bayi yang dikandungnya.
Umur kehamilan mendapat imunisasi TT :
1)    Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan
untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap
2)    TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana
biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana
kesehatan
Jadwal Imunisasi TT :
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah
diberikan imunisasi tetanus maka ia harus mendapatkan paling
sedikitnya dua kali (suntikan) selama kehamilan (pertama pada
saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu
kemudian).
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4
minggu. (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)

e.    Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid


Antigen Interval Lama perlindungan % Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan - -
antenatal pertama
TT 2 4 minggu setelah 3 tahun 80
TT1
TT 3 6 bulan setelah 5 tahun 95
TT2
TT 4 1 tahun setelah 10 tahun 99
TT3
1 tahun setelah 25 tahun/seumur
TT 5 99
TT4 hidup
 Sumber  : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa, & Daulay, 2015)

7) Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T7)


Tablet ini mengandung 200mg sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat
yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk
memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa
kehamilan kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Zat
besi ini penting untuk mengkompensasi penigkatan volume darah
yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan
dan perkembangan janin.

8) Pemeriksaan Laboratorium (T8)

Pelayanan antenatal 10 T yang berkualitas, juga termasuk


pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan
laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin
darah, dan pemeriksaan spesifik daerah endemis/ epidemi (malaria,
HIV dll). Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah
pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama
kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah
salah satu upaya untuk mendeteksi Anemia pada ibu hamil. Ibu hamil
dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11 gr %.
Bahaya anemia pada ibu hamil tidak hanya berpengaruh pada
keselamatan dirinya saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya
(Wibisono, Hermawan,dkk 2009).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi, hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk
anemia pada kunjungan pertama kehamilan bahkan jika tidak
mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin
terjadi anemia untuk kunjungan berikutnya (Proverawati 2011).
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi
dalam tubuh (Wibisono,Hermawan dkk,2009). Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli,
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai
berikut:
a.       Hb 11 gr% : Tidak anemia
b.      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c.       Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d.      Hb < 7 gr% : Anemia berat
Dalam pemeriksaan HbSAg pada ibu hamil, Inveksi hepatitis B
(HBV) dapat berakibat pada keadaan kronis atau carier, dengan
peningkatan resiko  untuk hepatitis aktif kronis, penyakit hati kronis,
sirosis hati, dan karsinoma hepatoseluler (Varney, Helen dkk. 2009).
Komplikasi lain yang dapat terjadi pada ibu dengan hepatitis saat
hamil adalah batu empedu, yang sering menimbulkan penyakit kuning
selama kehamilan. Ini terjadi pada 6% dari semua kehamilan,
sebagian karena perubahan garam empedu selama kehamilan. Selain
itu, kantung empedu mengosongkan diri lebih lambat selama
kehamilan, yang berarti cairan empedu menggenang lebih lama di hati
dan risiko batu empedu pun naik.

Penderita hepatitis B saat hamil, diperkirakan lebih rentan


mengalami ketuban pecah dini, diabetes gestasional, dan/atau
mengalami perdarahan berat pada akhir kehamilan. Ada juga
peningkatan risiko komplikasi persalinan seperti plasenta
abrupsio dan kematian bayi saat lahir. (dr.Yusra Firdaus dala Ajeng
Quamila, 2017).
Sembilan dari sepuluh bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi
Hepatitis B akan menjadi carier seumur hidup bila tidak mendapat
imunisasi. Ada beberapa peningkatan risiko tertentu saat persalinan,
seperti bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat rendah (BBLR),
atau kelainan anatomi dan fungsi tubuh bayi (terutama pada infeksi
hepatitis B kronis).Risiko lainnya adalah bayi Anda bisa terinfeksi
saat lahir. Bayi mungkin terinfeksi hepatitis B saat lahir jika ibu
positif memiliki virusnya. Biasanya, penyakit ini diteruskan ke anak
yang terkena paparan darah dan cairan vagina ibu selama proses
persalinan (dr.Yusra Firdaus dala Ajeng Quamila, 2017). Satu dari
empat bayi akan meninggal karena gangguan hati di massa dewasa,
sedang 19 dari 20 bayi yang mendapat imunisasi akan mendapat
perlindungan seumur hidup (Fadlun, 2012).
Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan agar semua bayi menerima vaksin, terlepas dari
kondisinya.

Jika bayi lahir dari ibu yang positif hepatitis, Immunoglobulin


HBIG juga akan diberikan dalam 12 jam pertama kelahiran sebagai
“amunisi” tambahan untuk mencegah hepatitis pada bayi.Jika tidak
bisa diberikan saat itu, vaksin harus diberikan dalam waktu 2 bulan
setelah kelahiran. Bayi yang diberi vaksin serta HBIG memiliki lebih
dari 90% peluang untuk terlindungi dari infeksi hepatitis B seumur
hidupnya.Jika bayi baru lahir Anda tidak menerima dosis HBIG di 12
jam pertama setelah kelahirannya, Anda harus memastikan bahwa ia
akan menerimanya saat berusia satu bulan. Dosis vaksin ketiga harus
diterima bayi Anda pada usia enam bulan untuk memastikan
perlindungan sepenuhnya. Ia juga akan ditawarkan dosis booster
dengan vaksinasi pra-sekolah pada sekitar usia 3 tahun dan 4
bulan. Ketiga suntikan HBV diperlukan untuk perlindungan seumur
hidup.
9) Tatalaksana Kasus (T9)
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu
hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus kasus yang tidak dapat ditangani di rujuk sesuai
dengan sistem rujukan.
10) Temu wicara / Konseling (T10)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan


antenatal yang meliputi :
1) Kesehatan Ibu
2) Perilaku hidup bersih dan sehat.
3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan.

(Kemenkes RI, 2010)

Anda mungkin juga menyukai