Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum dimana kegagalan nafas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat lahir yang di tandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Maryunani). Asfiksia neonatorum
terjadi di karenakan oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor
persalinan yaitu partus lama. Partus lama yaitu persalinan yang lebih dari
24 jam sehingga menimbulkan komplikasi yang berpengaruh pada kondisi
janin dalam rahim (Oxorn, 2010).
Asfiksia termasuk dalam bayi baru lahir dengan risiko tinggi
karena memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kematian bayi atau
menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Oleh karena itu asfiksia
memerlukan intervensi dan tindakan yang tepat untuk meminimalkan
terjadinya kematian bayi, yaitu dengan pelaksanaan manajemen asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa berupa kelainan
neurologi yang mungkin muncul, dengan kejadian yang di fokuskan pada
persiapan resusitasi, keputusan resusitasi bayi baru lahir, tindakan
resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan tindakan lanjut pasca resusitasi
dan pencegahan infeksi (Mulastin, 2012).
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu
langsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama (perdarahan 25%,
biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis 15%, hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%)
dan sebab lainnya (Wiknjosastro, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian
Bayi (AKB) menjadi indikator kesehatan pertama dalam menetukan drajat
kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak
pada saat ini serta merupakan salahsatu indikator keberhasilan

1
2

pembangunan suatu bangsa. Halini sesuai dengan program kesehatan yang


dicanangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 pada
butir ke 4 dalam rangka menurunkan AKB 24 per 1000 kelahiran hidup
(Depkes, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian World Health Organization (WHO)
pada tahun 2013 AKB di dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKB di
negara berkembang 37 per 1.000 kelahiran hidup dan AKB di negara maju
5 per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Asia Timur 11 per 1.000 kelahiran
hidup, Asia Selatan 43 per 1.000 kelahiran hidup dan Asia Tenggara 24
per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal. Adapun
penyebab kematian bayi baru lahir di indonesia, salah satunya asfiksia
yaitu sebesar 27%. Penyebab tingginya angka kematian bayi antara lain
karena pertumbuhan janin yang lambat (23,53%), kurangnya oksegen
dalam rahim (hipoksia intra uterin) (21,24%), dan kegagalan bernapas
secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
(asfiksia neonatorum) yaitu sebesar (29,23%) dan masalah kesehatan
lainnya selama periode perinatal (Depkes RI, 2010).
Menurut laporan Kepala Dinas Provinsi Jawa Tengah tahun 2017
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 8,9 per 1.000 kelahiran hidup.
Beberapa faktor yang secara langsung melatarbelakangi resiko kematian
pada bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan Asfiksia (Depkes,
2011).
Angka kematian bayi di Kabupaten Sragen pada tahun 2017
didapatkan 30 kasus kematian bayi. Sedangkan, Angka Kematian Bayi di
Puskesmas Sambirejo pada tahun 2017 sebesar 5 kasus kematian bayi.
Adapun penyebab kematian bayi yaitu IUFD dan kelainan kongenital.
3

Berdasarkan uraian diatas penulis teratrik untuk memberikan


Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Sedang 1 Menit
Pertama di ruang Poned Puskesmas Sambirejo Sragen Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah di atas maka penulis membuat rumusan
masalah “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan
Asfiksia Sedang 1 Menit Pertama di ruang Poned Puskesmas Sambirejo
Sragen Tahun 2019 ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir dengan Asfiksia Sedang 1 Menit Pertama di ruang Poned
Puskesmas Sambirejo Sragen Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada By Ny. H usia 0 hari
dengan asfiksia sedang 1 menit pertama di ruang Poned
Puskesmas Sambirejo Sragen Tahun 2019.
b. Melakukan pengkajian data objektif pada By Ny. H usia 0 hari
dengan asfiksia sedang 1 menit pertama di ruang Poned
Puskesmas Sambirejo Sragen Tahun 2019.
c. Melakukan analisa pada By Ny. H usia 0 hari dengan asfiksia
sedang 1 menit pertama di ruang Poned Puskesmas Sambirejo
Sragen Tahun 2019.
d. Lakukan penatalaksanaan pada By Ny. H usia 0 hari dengan
asfiksia sedang 1 menit pertama di ruang Poned Puskesmas
Sambirejo Sragen Tahun 2019.
4

D. Manfaat
Asuhan kebidanan ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti
kepada:
1. Bagi Institusi pendidikan
Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai tambahan
pengetahuan informasi, dan sebagai bahan masukan institusi
pendidikan dalam penerapan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia sedang 1 menit pertama.
2. Bagi penulis
Penulis dapat meningkatkan pengetahuan,ketrampilan dan
pengalaman secara langsung sekaligus bisa menerapkan ilmu yang
dipereoleh selamamengikuti perkuliahan, serta bisa membedakan
kesenjangan antara lahan praktik dan teori dalam penerapan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang 1 menit
pertama.
3. Bagi Pelayanan kesehatan
Sebagai bahan informasi danmasukan bagi tenaga kesehatan, bidan
khususnya dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan sehingga
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas di hadapan
masyarakat.
4. Bagi keluarga pasien
Sebagai penyuluhan keterampilan serta informasi agar keluarga lebih
mengerti dan lebih berhati-hati dalam merawat bayi baru lahir dengan
riwayat asfiksia sedang 1 menit pertama.

Anda mungkin juga menyukai