DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
DOSEN PEMBIMBING :
KETUA:
RAINVA GRACEA PURBA (220600046)
SERKETARIS:
FEBY AMANDA SEBAYANG (220600074)
ANGGOTA KELOMPOK:
REHULYNA BR SITOMPUL (220600041)
JIMMY PRANATA DAMANIK (220600042)
BEATRIX TRESNAWATI SIMAMORA (220600043)
M. YUDHA ABDILLAH LUBIS (220600044)
MARCHONEY MARIA SITUMORANG (220600045)
ABRAHAM SINAGA (220600048)
SARAH KRISTIN BR SIMANJUNTAK (220600049)
ABEL HANNA ELIZA PANGGABEAN (220600050)
NAUFAL AULIA RAIHAN (220600051)
ANANTA PUTRI (220600075)
SAJU AUZILA (220600077)
THISA SEFBLIANDA (220600084)
SYAFIRA YAN ATHIFA (220600085)
NAZRA AFIFAH (220600086)
RAHEL YOSELLIN SIBARANI (220600087)
YENSAPHIA SITORUS PANE (22060088)
DANIEL RAFAEL BATUBARA (220600089)
GRACIA ELISABETH (220600090)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang
laporan hasil diskusi kelompok kami pada pemicu 1 blok 13 dengan judul “Sariawan Tak
Sembuh”.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari fasilitator yang sudah membantu
kami dalam diskusi dan memberikan kami masukan-masukan yang baik. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada fasilitator atas waktu dan tenaga yang diberikan.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Kami juga
mengetahui masih banyak kekurangan dalam makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian kami sampaikan atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 5
BAB 1 PENDAHULUAN
Seorang pasien wanita berusia 53 tahun, berat badan 40 kg dan tinggi badan 156 cm,
datang ke poli IPM, dirujuk dari Poli Onkologi dengan diagnosis kerja karsinoma nasofaring
(KNF) stadium IV dengan T1N2M0. Pasien telah diterapi khemoterapi. Pasien mengeluh ada
sariawan di dalam rongga mulut sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu, sakit bila makan dan
menelan. Tidak ada riwayat sariawan berulang sebelumnya. Lidah berwarna putih, kadang-
kadang gigi terasa sakit. Pasien sudah diberi obat kandistatin 1 botol dari Poli Onkologi tetapi
sudah habis dipakai. Pasien dirujuk ke Poli IPM karena keluhan di rongga mulut tersebut.
Keadaan umum pasien terlihat lemas, tetapi cukup kooperatif dan komunikatif. Pemeriksaan
ekstra oral dijumpai kelenjar limfe submandibula teraba, keras, tidak sakit, terdapat massa
berukuran 7x7x6 cm di leher sebelah kiri dan berukuran 2x2x4 cm di leher sebelah kanan.
Pemeriksaan intra oral OHI-S sedang, gingiva tampak bengkak dan merah. Permukaan dorsal
lidah tampak lapisan putih kekuningan tebal yang dapat dikerok dengan tekanan ringan dan
meninggalkan dasar eritema, tidak nyeri. Pada mukosa bukal kiri dan kanan tampak ulser
multiple. Ulser tersebut beberapa soliter dan beberapa menyatu, ±1x2 cm, warna putih
kekuningan, dikelilingi area eritema, bentuk oval, tepi irregular, dan terasa sakit.
Pertanyaan:
1. Bagaimana status nutrisi pasien tersebut?
2. Apakah makna T1N2M0 pada pasien ini?
3. Bagaimana cara pemeriksaan kelenjar limfe submandibula tersebut?
4. Mengapa pasien dirujuk ke Poli IPM?
5. Apakah keadaan umum pasien yang terlihat lemas berhubungan dengan perawatan
khemoterapi? Jelaskan!
6. Jelaskan diagnosis lengkap kelainan pada mukosa bukal pasien tersebut!
7. Apakah etiopatogenesis kelainan pada mukosa bukal pasien tersebut?
8. Apakah diagnosis kelainan pada lidah pasien? dan jelaskan faktor pencetusnya!
9. Jelaskan perubahan jaringan periodontal pada pasien yang menerima terapi radiasi!
10. Apakah perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk lesi rongga mulut pasien
tersebut? Jelaskan alasannya!
11. Bagaimanakah terapi kelainan pada mukosa bukal dan lidah?
12. Jelaskan instruksi yang harus diberikan pada pasien yang menjalani terapi radiasi?
BAB 2
PEMBAHASAN
Berdasarkan skenario, pasien tersebut memiliki tinggi badan 156 cm dan berat badan 40 kg.
Dengan menghitung indeks massa tubuh (BMI), maka BMI pasien adalah 16,43 kg/m2 dari
40 x 1,562. Ini berarti pasien wanita tersebut tergolong kurus dimana status gizinya dapat
disimpulkan kurang gizi atau di bawah berat badan normal.1
Berdasarkan skenario, keadaan umum pasien terlihat lemas dan terdapat Pseudomembran
candidiasis, gingiva tampak bengkak dan merah. Hal ini juga merupakan bentuk manifestasi
dari khemoterapi disertai kondisi tubuh yang kekurangan nutrisi. Pasien terlihat lemas salah satu
tanda kekurangan nutrisi pada pasien dimana saat khemoterapi, sel-sel abnormal dan sel sehat
ditubuh akan di rusak dan menyebabkan daya tahan tubuh pasti akan mengalami penurunan.
Kekurangan nutrisi pada pasien juga terlihat dari adanya Pseudomembran candidiasis, dengan
kondisi tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan susah untuk menyeimbangkan yang telah dirusak
melemahnya system pertahanan di rongga mulut pasien dan menyebabkan mudahnya
pertumbuhan jamur. Defisiensi nutrisi terkhususnya vitamin B2 dan vitamin C juga dapat
membuat gusi menjadi merah, bengkak, dan mudah berdarah yang merupakan tanda yang
terlihat pada pasien.
N- Node: digunakan untuk menggambarkan keterlibatan kelenjar getah bening regional pada tumor.
Kelenjar getah bening memiliki fungsi sebagai filter biologis, karena cairan dari jaringan tubuh
diserap ke dalam kapiler limfatik dan mengalir ke kelenjar getah bening. Dengan penyebaran
semakin jauh dari N1 ke N3
NX: node tidak dapat dinilai
N0: tidak adanya penyebaran nodul regional
N1: metastasis unilateral di kelenjar getah bening servikal, 6 cm atau kurang di atas
fossa suprakavikula, atau keterlibatan kelenjar getah bening retrofaringeal
bilateral atau unilateral, kurang dari 6 cm pada dimensi terbesarnya
N2: metastasis bilateral di kelenjar getah bening, 6 cm atau kurang dalam dimensi
terbesar diatas fossa supraklavikula
N3: metastasis di kelenjar getah bening, dengan ukuran lebih dari 6 cm
N3a: ukuran lebih dari 6 cm
N3b: perluasan ke fossa supraklavikula
M- Metastasis: adalah ketika tumor menyebar melalmpaui kelenjar getah bening regional.
Digunakan untuk mengidentifikasi adanya metastasis jauh dari tumor primer.
MX: metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0: tidak ada metastasi jauh
M1: terdapat metastasis jauh
Diidentifikasi sesuai dengan kasus, kanker T1N2M0 adalah kanker dengan tumor T1 (tumor
terbatas pada nasofaring atau meluas ke orofaring dan/atau kavitas nasal), keterlibatan N2
(metastasis bilateral di kelenjar getah bening, 6 cm atau kurang dalam dimensi terbesar diatas fossa
supraklavikula), dan M0 atau tidak ada metastasis (tidak menyebar ke seluruh tubuh).2
B. Peralatan
Pemeriksaan kelenjar limfe dilakukan menggunakan handscoon sesuai standart WHO dan
menggunakan tangan pemeriksa dan pasien sebagai subjek yang diperiksa. Bisa menggunakan 2
tangan dengan 3 ataupun 2 jari tergantung dengan teknik yang dipilih pada tangan kanan kiri
yaitu, jari jempol, telunjuk, dan jari tengah.
C. Posisi pasien
Terdapat dua posisi dalam pemeriksaan kelenjar getah bening, yaitu duduk dengan tegak dan
berbaring (supinasi). Posisikan pasien duduk pada pemeriksaan kelenjar limfe bagian leher,
aksila, dan epitroklear. Posisi berbaring (supinasi) disarankan pada pemeriksaan bagian inguinal
dan popliteal.
D. Prosedural
Sebelum memeriksa kondisi kelenjar getah bening, langkah pertama yang perlu
dilakukan adalah menemukan lokasi kelenjar getah bening. Pemeriksaan kelenjar limfe tersebut
berlokasi pada submandibula. Lalu, instruksikam pasien untuk menekan kuat langit-langit
mulutnya dengan lidah. Setelah itu dilakukan palpasi 3 jari secara perlahan pada area bawah
rahang (submandibular) sambil menanyakan pasien apakah terasa nyeri saat dipalpasi.
Kemudian, nilai konsistensi kelenjar limfenya apakah kenyal, keras, nyeri atau tidak. Pada
kasus, menunjukan kelenjar limfenya membesar dan keras tapi tidak nyeri (kondisi keganasan)
menunjukkan kanker nasofaring level 1 dikarenakan metastasinya masi sampai di mandibula.
E. Follow up
Follow up dilakukan untuk tindak lanjut temuan hasil pembesaran kelenjar limfe
pemeriksaan harus didasarkan pada red flags pembesar kelenjar limfe dan etiologi.
5. Apakah keadaan umum pasien yang terlihat lemas berhubungan dengan perawatan
khemoterapi? Jelaskan!
Jawab :
keadaan pasien yang terlihat lemas berhubungan dengan perawatan kemoterapi yang ia
lakukan. Berdasarkan skenario, pasien sudah melakukan kemoterapi untuk pengobatan penyakitnya.
Hal tersebut menyebabkan pasien menjadi lelah dan lemas dikarenakan khemoterapi bekerja dengan
cara membunuh sel kanker yang aktif membelah..
Hunungan antara terjadinya lemas pada pasien dengan perawatan khemoterapinya, yaitu karena
anemia yang diderita pasien.
Anemia disebabkan karena efek samping kemoterapi yang menghancurkan banyak sel darah
merah sehat sehingga menyebabkan kurangnya sel darah merah. Hal ini membuat tubuh merasa
sangat lelah karena sel-sel di tubuh tidak bisa mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi sehingga tidak
menghasilkan energi. Hal ini akan menyebabkan pasien menjadi lelah dan lemas. 5
8. Apakah diagnosis kelainan pada lidah pasien? dan jelaskan faktor pencetusnya!
Jawab :
Kelainan pada lidah pasien adalah pseudomembran candidiasis. Diagnosis ditegakkan
dari gambran klinis pasien yaitu lapisan putih kekuningan tebal yang dapat dikerok dengan
tekanan ringan dan meninggalkan dasar eritema, tidak nyeri yang merupakan gambaran khas
dari pseudomembran candidiasis. Candidiasis oral merupakan infeksi jamur yang sering terjadi
bersamaan dengan mukosistis oral pada pasien yang menjalani khemoterapi. Ada beberapa
faktor pencetus dari kandidiasis pada skenario, yaitu :
- Perawatan khemoterapi yang dijalankan pasin menimbulkan beberapa efek samping seperti
meningkatnya resiko terjadinya opportunistic infection karena menurunnya butiran sel darah
putih sehingga mikroorganisme salah satunya jamur dapat dengan mudah menyerang sistem
pertahanan tubuh karena tidak ada yang menghambatnya untuk masuk ke tubuh.
- Efek samping perawatan khemoterapi juga menyebabkan penurunan produksi saliva,
perubahan epitel mukosa, dan defisiensi nutrisi yang menyebabkan ekologi rongga mulut
menjadi rentan terhadap candidiasis. Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan penurunan daya
tahan tubuh dan hilangnya integritas sel, yang akan mempermudah infeksi candidiasis.
Kebersihan mulut pasien berdasarkan nilai OHIS termasuk kategori sedang sehingga
kebersihan rongga mulut yang tidak baik juga dapat membantu meningkatkan kolonisasi
candida dan memperburuk candidiasis yang diderita.
- Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya kandidiasis adalah skala dari mucositis yang
dialami pasien sudah mencakup skala atau derajat 3 yang dimana mucositis skala 3 dan 4
lukanya terbuka sehingga mikroorganisme salah satunya jamur mudah masuk dan terjadi
invasi mikroorganisme yang menyebabkan pseudomembran candidiasis.9
9. Jelaskan perubahan jaringan periodontal pada pasien yang menerima terapi radiasi!
Jawab :
10. Apakah perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk lesi rongga mulut pasien tersebut?
Jelaskan alasannya!
Jawab :
Terdapat 2 lesi pada rongga mulut pasien, yaitu Mukosistis Oral pada mukosa
bukal dan Kandidiasis Pseudomembran Akut pada lidah.
Kedua kasus tersebut tidak perlu menggunakan pemeriksaan histopatologi
karena 2 Lesi tersebut merupakan manifestasi dari terapi kanker atau kemoterapi.
Pada konteks mukositis oral, tindakan kemoterapi dapat menimbulkan
kerusakan barier mukosa karena penurunan pembaruan sel epitel yang akhirnya
menyebabkan mucositis. Sedangkan pada konteks kandidiasis oral, penderita kanker
bagian kepala dan leher yangmendapat radioterapi memiliki risiko terjadinya
kandidiasis oral. Kandidiasis oral merupakan salah satu bentuk infeksi oportunistik,
yaitu infeksiyang terjadi karena ada kesempatan untuk munculpada kondisi-kondisi
tertentu terutama pada saat tubuh mengalami penurunan daya tahan tubuh. Lesi
kandidiasis oral dapat berupa bercak putih atau lesi eritema yang terdapat pada mukosa
mulut.Pemeriksaan subjektif pada penderita kandidiasis oral dapat ditemukan keluhan
nyeri dan panas dalam rongga mulut, yang dapat mempengaruhi fungsi makan, minum,
dan bicara. Namun, untuk mengetahui jumlah koloni Candida albicans dalam saliva,
dapat dilakukan pemeriksaan mikologi melalui saliva dengan cara berkumur dengan
PBS (phosphate buffered saline), kemudian dikultur pada biakan media Chromagar di
Laboratorium mikrobiologi.10,11
11. Bagaimanakah terapi kelainan pada mukosa bukal dan lidah?
Jawab :
1) Terapi untuk pseudomembran candidiasis akut
Kandidiasis orofaringeal ditangani dengan pengobatan topikal pada kasus yang lebih
ringan, dan antijamur sistemik diindikasikan ketika dicurigai adanya kandidiasis
diseminata, pasien mempunyai risiko lebih tinggi (mielosupresi, defisiensi imun) dan
jika tindakan topikal gagal. Pengobatan lini pertama meliputi flukonazol topikal,
mikonazol, atau nistatin. Ketika antijamur sistemik diindikasikan, flukonazol adalah
obat pilihan. Secara umum, terapi sistemik dengan flukonazol lebih efisien
dibandingkan antijamur topikal pada pasien kanker. Pasien harus disarankan untuk
menjaga kebersihan mulut dengan baik, melumasi mukosa mulut, dan menghindari
konsumsi tembakau dan alkohol.
Pemberian Nystatin
Nistatin merupakan drug of choice untuk perawatan kandidiasis oral. Pemberian
nistatin pada pasien yang menjalani kemoterapi dapat menurunkan insidensi
mucositis. Dosis nystatin Drop 12 ml dengan instruksi pemakaian 2 ml 3x/ hari
diteteskan ke seluruh bagian yang terinfeksi kandida (pada dorsum lidah). Betadin
kumur 1% 100 ml dengan instruksi pemakaian 3x/hari 10 ml dengan cara berkumur
sehingga cairan berkontak dengan seluruh bagian yang terinfeksi kandida yakni
dorsum lidah. Pasien juga diberikan instruksi untuk menjaga kebersihan rongga
mulut, menggunakan obat teratur, dan kontrol teratur.
Pemberian vitamin B12
2) Terapi untuk pengobatan mucositis
Mucositis mulut tanpa komplikasi biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, dan
perawatan paliatif cenderung cukup. Rekomendasi penatalaksanaan utama mencakup
perawatan mulut dasar, saran diet, dan pengendalian nyeri. Terapi laser tingkat
rendah juga dianjurkan untuk mencegah atau mengurangi keparahan mukositis mulut
pada pasien dewasa yang menerima radioterapi saja atau dikombinasikan dengan
kemoterapi.
Pemberian Antimikrobial (klorheksidin glukonat 0,2%)
Klorheksidin adalah obat kumur yang menunjukkan aktivitas antimikroba dan
antijamur sprektrum luas, efektif melawan bakteri gram positif dan gram negatif, juga
sel ragi dan jamur, dan terikat pada permukaan oral secara terus menerus.
Klorheksidin dilaporkan dapat mengurangi tingkat keparahan mukositis pada pasien
yang menjalani kemoterapi, meningkatkan kelangsungan hidup pasien, dengan biaya
yang efektif
Pemberian anasthetik (daerah terjangkau) dan analgesik (daerah tidak terjangkau,
sakitnya luas)
Pedoman MASCC/ISOO merekomendasikan morfin topikal 0,2% untuk manajemen
nyeri. Tersedia formulasi lain seperti "obat kumur ajaib", yang mengandung obat
bius, difenhidramin, dan antasida, serta mungkin mengandung steroid dan
antimikotik. Namun morfin topikal 0,2% terbukti lebih efisien.
Terapi asam folat bersama bitamin B12
Terapi asam folat bersama degan vitamin b12 membentuk senyawa S-
adenosylmethionine(SAMe) yang terlibat dalam fungsi kekebalan tubuh. Vitamin
B12 juga berfungsi menjaga dan meningkatkan energi, serta berperan penting dalam
pembentukan sel darah merah, mempercepat penyembuhan luka, serta memperbaiki
sel-sel tubuh yang rusak dan mengaktifkan sel T yang berfungsi mengatur respon
imun serta menyerang sel yang terinfeksi.
Memakai coating agent
Melumasi mukosa mulut menggunakan mousses atau gel penghalang topikal, dan
menghindari bahan iritan seperti tembakau atau alkohol.
Perawatan mulut dasar meliputi peningkatan kebersihan mulut pasien (meningkatkan
frekuensi menyikat gigi, membersihkan bagian proksimal, menggunakan sikat
lembut, dan lebih sering mengganti sikat gigi); membilas rongga mulut dengan obat
kumur lembut seperti air garam atau natrium bikarbonat setiap empat jam.
Cryotherapy
Cryotherapy dengan meletakkan atau menggosokan kepingan es batu di mulut
sebelum khemoterapi dan lanjutkan 30 menit mengurangi keparahan mucositis.9
12. Jelaskan instruksi yang harus diberikan pada pasien yang menjalani terapi radiasi?
Jawab :
Instruksi yang penting untuk diberikan pada pasien yang menjalani terapi radiasi meliputi: 9
1. Perawatan Mulut:
a. Menjaga kebersihan mulut secara teratur dengan menyikat gigi setidaknya dua kali sehari
menggunakan sikat gigi yang lembut, Penggunaan benang gigi juga disarankan. Hindari
penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol dan permen karet.
b. Hindari makanan atau minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin dan terlalu pedas
atau keras yang dapat menyebabkan iritasi tambahan pada mulut.
2. Perawatan Gigi:
a. Periksakan gigi secara teratur ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin dan perawatan.
b. Hindari penggunaan tusuk gigi atau bahan yang dapat menyebabkan luka pada gusi atau
mulut.
4. Manajemen Nyeri:
a. Mengonsumsi obat penghilang rasa sakit yang diresepkan oleh dokter sesuai dengan
petunjuk yang diberikan.
b. Dapat menggunakan kompres dingin pada area yang nyeri untuk mengurangi rasa sakit.
6. Konsultasi Lanjutan:
Pasien harus diinstruksikan mengikuti jadwal konsultasi dan tinjauan yang direkomendasikan
untuk memantau respons terhadap terapi radiasi dan mengelola efek samping yang mungkin
muncul.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN