BEDAH JARINGAN II
Kelompok 5
SKENARIO 4
Jinak atau ganas ya....
Pasien wanita berusia 56 tahun datang berobat ke Poliklinik Bedah Mulut RS.Unand den
gan keluhan benjolan di rahang bawah kanan. Saat anamnesis dokter gigi menanyakan benjolan a
wal pertama kali muncul sejak kapan, ukurannya sebesar apa, ada/tidak penurunan berat badan, b
enjolan susulan di leher/ketiak, keluhan sesak nafas. Setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan ra
diografis dekter menjelaskan kemungkinan penyakit yang diderita pasien meragukan antara tumo
r benigna atau maligna, dengan gambaran radiologis mirip kista. Dokter menyampaikan juga kar
ena meragukan maka dilakukan biopsi insisi terlebih dahulu dan karena posisi benjolan didaerah
rahang bawah agak keleher, bisa jadi juga ini tumor kelenjar saliva. Keluarga pasien bertanya jug
a apakah harus dilakukan kemoterapi/radioterapi dan bagaimana dampaknya nantinya jika dilaku
kan terapi ini.
Bagaimana saudara menjelaskan tentang kasus neoplasma diatas?
Neoplasma : sekumpulan sel-sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus menerus secara tidak terbatas dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.
Tumor benigna : disebut juga tumor jinak yang mana jaringan yang tumbuh tersebut tidak
progresive, dan tidak menyerang jaringan disekitarnya.
Tumor maligna : disebut juga tumor ganas atau kanker yang mana jaringan yang tumbuh
tersebut bersifat progresive, dapat menyerang jaringan disekitarnya
(invasif) serta penyebarannya luas dan berpotensi mematikan.
Biopsi insisi : pengambilan sebagian kecil jaringan yang sakit. Biasanya dilakukan
apabila jaringan yang sakit terlalu besar (>2cm).
Kista : rongga patologis yang dapat berada pada jaringan lunak maupun keras,
yang dapat berisi udara (gas), cairan, atau zat semi padat yang
dikelilingi oleh membran epitel. Biasanya terbentuk akibat adanya
obsturasi cairan didalam tubuh.
Kemoterapi : salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker
dengan cara menganggu fungsi reproduksi sel menggunakan obat keras
(kimia).
Radioterapi : terapi yang menggunakan sinar radiasi yang bersumber dari energi
radioaktif yang berfungsi merusak sel kanker dengan menghancurkan
genetik sel yang mengatur petumbuhan dan pembelahan sel kanker.
Yang biasa digunakan adalah x-ray.
Kista odontogenik : kista gingiva pada bayi, keratosis odontogenik (kista primordi
al), kista dentigerous (folikular), kista erupsi, kista periodontal latera, kista gingiva
pada orang dewasa, kista odontogenik Botryoid, kista odontogenik glandular (sial
o-odontogenik; mukoepidermoid odontogenik), dan kista odontogenik berkalsifika
si.
Kista non odontogenik : kista duktus nasopalatina (kanalis insisivus), kista nasolab
ial (kista alveolar), kista raphe midpalatal pada bayi, kista median palatinal, media
n alveolar, median mandibular, dan kista globulomaksillari.
Kista akibat inflamasi : kista radikular, kista residual, dan kista kolateral inflamato
ry.
10. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari kemoterapi dan radiografi?
Kemoterapi : rambut rontok, kehilangan nafsu makan, sesak napas dan detak
jantung tidak biasa akibat anemia, mual/muntah, mimisan, kulit kering, gusi
berdarah, karies radiasi, mukositis, bau mulu, mengganggu reproduksi, dan nafsu
makan menurun.
Radiasi : cidera otot dan cidera tulang alveolar.
Poliklinik BM RS Unand
Pemeriksaan penunjang
Cc : Pemeriksaan klinis dan radi (biopsi, radiologi)
ologi :
Benjolan di RB kanan
- tumor benigna/maligna
Pengobatan (kemoterap
- kista i & radioterapi)
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor jinak rongga mulut
Tumor jinak adalah pertumbuhan jaringan baru abnormal yang tanpa disertai perubahan atau
mutasi gen. Faktor penyebab yang merangsang tumor jinak digolongkan dalam dua kategori,
yaitu :
Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor
pertumbuhan, misalnya gangguan hormonal dan metabolisme.
Faktor eksternal, misalnya trauma kronis, iritasi termal kronis (panas/dingin), kebiasaan
buruk yang kronis, dan obat-obatan.
Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odon
togen.
Rontgenologis :
HPA :
- Type follikular
- Type Plexiform
Mengandung lapisan/ epitel odontogen yang sangat panjang. Lapisan epitel terseb
ut terdiri dari sel-sel kolumnar/ kuboid yang tersusun sangat longgar. Didukung jaringan stroma
yang longgar dan mengandung pembuluh darah.
- Type akantomatous
Adanya metaplasia sel squamous yang sangat luas. Sering kali adanya pembentuk
an keratin, terjadi pada bagian tengah dari pulau-pulau epitelial.
Menunjukkan adanya perubahan bentuk dari sekelompok sel epitel menjadi sel be
rgranuler yang mengandung sitoplasma yang berlimpah mengandung granul-granul eosinofil. Se
cara klinis sangat agresif dan dapat terjadi pada usia muda.
- Type desmoplastik
Memiliki pulau-pulau kecil mengandung stroma kolagen yang padat. Sering terjad
i pada ameloblastoma yang terjadi pada region anterior maksila.
- Type basaloid
Tipe ini jarang terjadi, mengandung sel-sel basal. Tidak ada stellate reticulum pa
da bagian tengah dari sarang-sarang tersebut. Bagian perifer sering sel kuboid.
b) Ameloblastoma Unikistik
Gambaran Klinis :
Pada umumnya pada usia muda, 90% didapatkan pada mandibula khususnya regi
on posterior, asymptomatik, menimbulkan pembengkakan pada rahang, pertumbuhan lambat, lok
alis.
Rontgenologis :
HPA :
Rontgenologis :
Tampak radiolusen, permukaan tulang alveolar sedikit erosi.
HPA :
Menunjukan gambaran pulau-pulau epitel di dalam lamina propia dibawah permukaan epitel, pro
liferasi epitel mungkin menunjukkan gambaran mirip ameloblastoma intraosseous yang type flex
iform/folikuler.
Gambaran Klinis :
Jarang ditemukan, tidak ada faktor predileksi, kebanyakan pada regio posterior madi
bula, symptomatis berupa sakit ringan, terdapat pembengkakan, terlokalisir, pertumbuhan lambat.
Rontgenologis :
Dijumpai lesi unilokuler, tetapi juga ditemukan multilokuler lebih sering dari pada
skallop. Adanya strktur berkalsifikasi dengan ukuran dan densitas yg variatif. Berhubungan den
gan adanya impaksi pada gigi M3. Campuran antara radiolusen dan radiopak, dengan pulau-pula
u padat banyak tersebar dan bervariasi di seluruh bagian.
HPA :
Mempunyai gambar pulau-pulau tersendiri, epitel beruntai dan lapisan sel epitel po
lihedral di dalam stroma fibrous yang eosinofilik. Strukur hialin pada ekstraseluler. Struktur berk
alsifikasi berkembang di dalam masa tumor berbentuk cincin konsentral (liesegang ring calsificat
ion) yang dapat bergabung & membentuk masa yang besar dan kompleks.
Gambaran Klinis :
Tumor ini berasal dari transformasi neoplasi dari sisa-sisa epitel mallasez. Kelihat
an berasal dari ligamen periodontal dan berhubungan dengan permukaan lateral akar gigi dan gig
i tidak erupsi. Melibatkan proc. alveolar dan maksila. Tidak ada faktor predileksi sisi dan jenis ke
lamin. Symptomatis berupa sakit ringan berupa pembengkakan gingiva, Gigi goyang, pertumbuh
an lambat.
Rontgenologis :
Gambaran Klinis :
Jarang ditemukan pada rahang, tumor berasal dari odontogen tetapi histogenesisny
a masih belum jelas. Pemeriksaan histokimia dan ultra struktur pada tumor menunjukkan sel-sel
bersih yang mirip pada ameloblast yang kaya dengan glikogen. Penderita pada usia diatas 50 tah
un, dapat melibatkan mandibula dan maksila. Symptomatis, pembesaran rahang.
Rontgenologis :
Lesi radiolusen unilokuler atau multilokuler, dengan tepi dari radiolusen, mempun
yai batas jelas, tidak teratur.
HPA :
Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen dan melibatkan ektomesenkim odonto
gen dengan atau tanpa pemebentukan jaringan keras gigi.
I. Ameloblastic fibroma
Gambaran Klinis :
Cenderung pada usia muda dekade kedua, melibatkan laki-laki sedikit lebih umum
dibandingkan perempuan. Lesi kecil asymtomatic, pada lesi yang besar menyebabkan pembesar
an rahang. Sisi posterior mandibula paling sering, lokalis, dan pertumbuhannya slambat.
Rontgenologis :
Lesi menunjukkan gambaran radiolusen, berbatas tegas, dan lesi menunjukkan skl
erotik, dihubungkan pada gigi yang tidak erupsi, lesi yang besar melibatkan ramus asenden mand
ibula.
HPA :
Menunjukkan masa jaringan Lunak yang keras dengan permukaan luar yang halus.
Kapsul bisa ada dan tidak ada. Mengandung jaringan mesenchim yang sangat banyak mirip den
gan dental papil yang primitif yang bercampur dengan epitel odontogen. Sel epitel berbentuk pan
jang dan kecil dengan susunan beranastomose satu dengan yang lainnya, tetapi hanya mengandu
ng terdiri dari sekitar dua sel yang berbentuk kuboid dan kolumnar.
Rontgenologis :
HPA :
III. Odontoma
Merupakan jenis tumor jinak odontogen yang tergolong sering ditemui. Tumor ini
dipertimbangkan sebagai anomali perkembangan (hamartomas) agak jarang disebut neoplasia ses
ungguhnya.
Patogenesis :
Pada awalnya dari perkembangan awal lesi ini menunjukkan proliferasi epitel odo
ntogen dan jaringan mesenchim kemudian perkembangan selanjutnya diikuti pembentukan enam
el, dentin, dan variasi dari pulpa dan sementum.
Tumor ini dibagi menjadi dua tipe yaitu compound dan compleks odontoma. Com
pound odontoma mengandung struktur seperti gigi , sedangkan complex odontoma mengandung
masa dominan dari enamel dan dentin dan bentuknya tidak menyerupai gigi.
Gambaran Klinis :
Asymtomatik, biasanya terjadi pada usia setengah baya, pada pemeriksaan rontgen
ditemukan dengan gigi yang tidak erupsi, lesi kecil, jarang menjadi besar, bisa menjadi besar sa
mpai 6 cm sehingga menyebabkan ekpansi rahang, sering di maksila dari pada mandibula, ada pe
mbengkakan.
Rontgenologis :
HPA :
Tumor yang berasal dari ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan epitel o
dontogen.
I. Fibroma odontogen
Gambaran Klinis :
Variatif umur, paling banyak usia setengah baya. Kebanyakan 60% pada maksila reg
ion anterior hingga posterior pada gigi Molar 1, sedangkan 40% pada region posterior mandibula.
Dihubungkan dengan Molar tiga tidak erupsi, fibroma odontogen berukuran kecil, asymptomatis,
jika lesi membesar menyebabkan ekspansi tulang pada regio yang terlibat, gigi menjadi goyang,
adanya pembengkakan setempat.
Rontgenologis :
HPA :
Gambaran Klinis :
Rontgenologis :
Lesi tampak radiolusen yang dipisahkan oleh gambaran tulang trabekular. Batas le
si dengan tulang tidak berbatas jelas.
HPA :
Lesi menunjukkan adanya jaringan proliferasi myxoid dan di beberapa tempat tam
pak jaringan fibrosa. Secara radiografis tak berbatas jelas, tetapi pada gambran histologis masih t
ampak kapsul fibrous. Vaskularisasi sedikit, hampir tidak ada.
III. Cementoblastoma
Gambaran Klinis :
Asymptomatis, dapat melibatkan seluruh gigi gligi baik RA dan RB anterior atau
posterior. Apabila lesi cukup besar secara klinis menunjukkan suatu ekspansi tulang sehingga ad
a pembengkakan rahang, terlokalisir, sering disebabkan trauma pada jaringan periodontal.
Rontgenologis :
Lesi menunjukkan suatu massa radiopak yang melekat pada apeks gigi penyebab.
Batas lesi dengan jaringan sekitarnya dipisahkan suatu gambaran Radiolusen yang tipis.
HPA :
Lesi merupakan jaringan kalsifikasi yang mirip tulang, seluler, lesi melekat ke ape
ksi gigi. Batas lesi dengan tulang sekitarnya dipisahkan oleh kapsul fibrous.
I. Papiloma skuamos
Merupakan suatu neoplasma jinak yang berasal dari epitel permukaan mukosa mulut.
Merupakan tumor jinak non odontogen yang umum terjadi di rongga mulut.
Gambaran Klinis :
HPA :
Adanya proliferasi exophytic sel-sel epitel squamosa sehingga adanya plica epiteliu
m berbentuk papillary-papillary yang panjang dan tebal. Setiap plica didukung adanya jaringan i
kat fibrosa yang tipis dan mengandung Pembuluh darah. Sel-selnya seragam (uniform), dan tidak
menunjukkan atipia sel.
II.Veruka Vulgaris
Lesi ini merupakan neoplasia epitel jinak yang dihasilkan oleh infeksi dengan tipe-ti
pe tertentu, contohnya Human Pappiloma Virus.
Gambaran Klinis :
Tumor berbentuk nodul atau craterlike, diameter kurang dari 1cm, Lesi kemungkina
n bertangkai atau menunjukkan perlekatan dasar yang luas ke bawah mukosa dan lesi ini spesifik
berwarna putih dengan permukaan kasar atau nyata, penyebaran bisa dari kebiasaan menggigit k
util di jari jemari, sehingga virus menyebar ke mukosa mulut melalui inokulasi sendiri.
HPA :
Memiliki gambaran HPA sama dengan papiloma, rete peg proseccus membentuk jar
i serta keratinisai yg berlebihan dan tebal (hiperkeratinisasi).
III. Keratoakantoma
Gambaran Klinis :
Lesi menyerupai kanker kulit, predileksi kejadian akibat terkena matahari, umumnya
pada wajah dan bibir hubungan dengan radiasi ultraviolet yang merusak jaringan. Lesi ini umum
nya tunggal, terjadi di atas kulit pertengahan wajah termasuk pipi dan hidung. Symptomatis beru
pa sakit, berbentuk pusar, artinya mempunyai cekungan pada tengahnya dan tepinya menonjol, b
erbatas jelas, bagian tengah lesi agak lebih menyerupai cangkir, permukaan kasar, keras, berwarn
a putih dengan keratin. Biasanya tumbuh dengan ukuran terbesarnya dalam waktu 6 bulan denga
n diameter 1-2 cm, saat pemeriksaan palpasi kenyal.
HPA :
Mirip histologi dari karsinoma epidermoid, tetapi dapat dibedakan. Adanya prolifera
si sel tumor menunjukkan diferensiasi dan atipikal sel tidak terlihat. Lesi tumbuh eksopitik denga
n hiperparakeratinisasi, lesi berbentuk vulkano dengan inti berupa keratinisasi dan adanya mikro
ba pada permukaan. Di lamina propia terdapat infiltrasi sel limfosit.
I. Nevus pigmentosi
Nevus pigmentasi atau tahi lalat adalah lesi sangat umum dikulit. Tapi dapat dijum
pai di jaringan lunak Rongga Mulut. Merupakan proliferasi jinak dari sel-sel yang menghasilkan
melanin (pigmen endogen).
Gejala Klinis :
Nevus yang sering terjadi di kulit dan Rongga Mulut adalah nevus intradermal da
n nevus penghubung. Nevus intradermal mrupakan nevus pigmentasi yg umum, melibatkan kulit
maupun mukosa mulut. Pada umumnya asymptomatis, lunak, menonjol, berwarna mulai merah j
ambu, coklat terang hingga coklat gelap, warnanya seragam, berbentuk kubah, permukaan nodul
halus. Diameter kurang dari 1cm, mungkin bisa lebih, permukaan kasar. Nervus penghubung (Ju
nctional nevus) memiliki gambaran klinis agak beda, permukaan rata seperti macula, halus, berw
arna coklat, pigmentasi merata.
HPA :
Melanosis pada mukosa membran terlihat adanya peningkatan jumlah sel-sel mela
nin pada basaloid layer.
Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Jaringan Ikat Mulut
Fibroma
Merupakan neoplasia jinak yang berasal dari jaringan ikat fibrous. Fibroma
dipakai dengan kaitan lesi jaringan lunak yang sering di jumpai pada mukosa mulut. Sebenarnya
nama yang tepat adalah hiperplasia fibrous.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor ganas rongga mulut
Tumor ganas rongga mulut adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitar,
dan dapat menyebar ke organ-organ lain (metastase). Metastase tumor ganas ke organ lainnya da
pat melalui darah (hematogen) atau melalui kelenjar getah being (limfogen). Tumor-tumor gana
s berasal dari sel-sel epitel mukosa, sel jaringan ikat mesenkim, sel-sel pembentuk gigi, dan sel k
elenjar ludah.
Untuk menentukan stage kanker mulut menggunakan TNM sistem dari UICC ( Unio
n Internationale Contre le Cancer) atau dari AJCC ( American Joint Committee on Cancer). TN
M sistem menurut UICC, (1980) yaitu :
T : Tumor primer
TX : Tumor yang belum dapat dideteksi
T0 : Tidak adanya bukti tumor primer
TIS : Tumor permukaan ( Carsinoma in situ )
T2 : Ukuran tumor antara 2-4 cm
T3 : Ukuran Tumor lebih dari 4 cm.
T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang korrtikal atau otot-o
tot lidah.
N : Kelenjar getah bening regional.
NX : Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperkirakan.
N0 : Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran kurang dar
i 3 cm.
N2 : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3-6 cm ata
u bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening multipel dengan ukuran kurang dari 6 cm a
tau melibatkan kelenjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6 cm.
N2a : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3-6 cm.
N2b : Metastasis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm.
N2c : Metastasis ke kelenjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6
cm.
N3 : Metastasis ke kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari 6 cm.
M : Metastasis jauh tumor primer.
MX : Adanya metastasis jauh tidak dapat diperkirakan.
M0 : Tidak adanya metastasis jauh dari tumor primer.
M1 : Ada metastasis jauh dari tumor primer.
Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat di kalsifikasikan sebagai berikut :
Stage 1 : T1 N0 M0
Stage 2 : T2 N0 M0
Stage 3 : T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
Stage 4 : T4 N0 M0
T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0
T1, T2, atau T3 N2 atau N3 dan M1
Gambaran klinis :
Merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut.
Plak keratosis
Ulserasi
Tepi lesi indurasi dan kemerahan.
Dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.
Pemeriksaan DNA menunjukkan mutasi oncogenes p53.
Gambaran HPA :
Adanya proliferasi sel-sel epitel skuamous infiltrasi sel-sel karsinoma ke jaringan di bawahnya
membentuk anak tumor ( tumor nest).
Disertai infiltrasi sel-sel limfosit di tumor stromal
Terlihat sel-sel yang atipia yang disertai perubahan bentuk rete peg processus.
Pembentukan keratin yang abnomal.
Pertambahan proliferasi basaloid sel.
Susunan sel menjadi tidak teratur dan mebentuk tumor nest ( anak tumor) yang berinfiltrasi.
Gambaran HPA :
Tumor berkembang dari proliferasi sel-sel basal epitel atau dermis membentuk basophilic atyp
ical basaloid sel yangmelekat ke epidermis atau protrusi ke permukaan.
Tumor nest membentuk lobulus-lobulus dimana basaloid layer tersusun dari sel-sel berbentuk
palisade dan di tengah lobulus terlihat kistik space yang berisi material seperti material mukus.
Di bagian tengah membentuk rongga kistik yang berisi material seperti mukus, inti sel terlihat
jelas, dan berwarna bashopilic
Tanpa adanya diferensiasi menuju keratinisasi.
Gambaran HPA :
Dibedakan atas low grade, intermediate grade, dan high grade. Gambaran HPA men
unjukkan campuran sel skuamous, sel kelnjar penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate.
Ketiga sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade mer
upakan massa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan strukt
ur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiridari epidermoid sel ( sel skuamous) dan sel
intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mucus. Tipe intermediate ditandai dengan massa tumor yan
g lebih solid sebagian besar sel epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit emproduksi kelen
jar mucus. Tipe poorly differentiated ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlih
at sel-sel berdiferensiasi.
Gambaran HPA :
Gambarannya bervariasi.
Sel-sel tumor berukuran kecil.
Sitoplasma jelas.
Tumbuh dalam suatu massa padat, kelompok sel yang beruntai membentuk kolumnar.
Sel-sel tumor saling berhubungan membentuk suatu rongga kistik menghasilkan suatu kelomp
ok tumor yang solid, tubulus, atau cribriform.
Sel-sel tumor menghasilkan membrane basalis ynag homogen sehingga menunjukkan suatu ga
mbaran yang sangat spesifik menyerupai bentuk silindris.
Tumor kemungkinan berasal dari sel-sel yang berdiferensiasi ke sel-sel duktus intercalated da
n ke sel mioepithelium.
Gambaran HPA :
Tumor berisi sel-sel asinar yang seragam dengan nucleus kecil berada dis entral den
gan sitoplasma yang basofilik dan padat mirip sel-sel sekretorius( asinar) dari kelenjar ludah nor
mal.
Gambaran HPA :
Gambaran fibrosarkoma biasanya sangat seluler, sehingga kadang-kadang stroma tu
mor tidak dapat dibedakan lagi. Sel tumor menyebar secara merata. Sel tumor terdiri dari sel fibr
oblast yang sudah berubah menjadi sel dengan inti pleomorfik, hiperkromatik. Mitosis sering dite
mukan. Sel tumor berbentuk mesoblastik, menyebar atau tidak membentuk sarang-sarang sel,
dengan inti hiperkromatik dan pleomorfik. Stroma terdiri dari jaringan ikat. Sel-sel atypik
umumnya membesar ( Sel Bizare). Susunan sel menjadi tidak teratur, pada beberapa tempat
masih dapat di pisahkan oleh bentukan berkas-berkas.
II. Neurosarcoma
Gambaran klinis :
Juga disebut malignant schwannoma atau fibrosarkoma dari selubung saraf.
Tumor yang berkembang dari sel schwann atau dari saraf perifer
Biasanya lesi primer terjadi sepanjang proksimal batang saraf utama
Tumor biasanya asimtomatis sampai terjadi adanya neuropraksia
Pemeriksaan menunjukan massa fusiform yang besar
Gambaran HPA :
Pola fibrillar yang renggang.
Menunjukkan multiple mitotic dan menunjukkan pola eosinofilik dari jaringan neural dengan i
nti yang berbentuk koma
Ada lesi yang undifferentiated diperlukan pemeriksaan mikroskop elektron untuk membedakan
nya dengan fibrosarcoma.
III. Liposarcoma
Gejala klinis :
Terjadi di daerah leher, pipi, bibir dan palatum lunak.
Dapat berkembang pada setiap usia, tetapi kebanyakan kasus terjadi pada kelompok umur sete
ngah baya, dengan usia rata-rata 45 tahun.
Memperbesar perlahan, tanpa rasa sakit, permukaan massa lembut tanpa ulserasi atau perda
rahan.
Bermetastasis
Kadang kasus tumbuh dengan kecepatan yang mengkhawatirkan
Gambaran radiografis : Transillumination menunjukkan area kepadatan berkurang.
Gambaran HPA :
Lesi luas terdiri dari seprai dan berkas adipocytes admixed
Tampak sedikit lipoblasts
Dipisahkan oleh septa fibrosa yang mengandung sel-sel gelendong dengan init hyperchromati
c dan agak pleomorphic
Kadang tampak Signet-sel ring
Serat kolagen tampak longgar kadang cukup padat
IV. Osteosarcoma
Gambaran klinis :
Merupakan tumor primer jaringan mesenkim pembentuk tulang yang paling ganas. S
ering bermetastasis secara hematogen ke paru-paru. Predileksi umur : Biasanya ditemukan pada
usia dekade ke 2-3, jarang di atas 50 tahun, kecuali pada penderita penyakit paget.
Gambaran HPA :
V. Chondrosarcoma
Gambaran klinis :
Merupakan tumor ganas tulang rawan. Predileksi tempat : tulang panjang, anggota b
adan, tulang rusuk, pelvis. Dapat terjadi pada tulang rahang. Lebih sering pada daerah alveolar ra
hang atas. Jarang ditemukan pada jari tangan dan kaki. Predileksi umur : usia dekade 5-6. Laki-la
ki lebih sering dibanding wanita.
Gambaran HPA :
Adanya sel tulang rawan primitive yang menimbulkan kerusakan jaringan tulang sek
itarnya. Tumor mengandung jaringan mesenkim yang malignan yang memproduksi sel tulang ra
wan abnormal. Terlihat sel tumor dengan inti besar, pleomorfik, hiperkromatik, kadang-kadang
berinti dua dan ada kerusakan jaringan.
VI. Angiosarcoma
Gambaran klinis :
Jarang terjadi di mulut, tumor telihat sebagai massa daging yang terulserasi, warna merah
atau keunguan.
Bentuk lesi tidak khas
Mudah terbentuk anak sebar yang luas dengan prognosa yang sangat buruk.
Gambaran HPA :
Tumor anaplastik dengan tipe sel yang tidak teratur tetapi dengan pembentukan
beberapa pembuluh darah.
VII. Lymphoma
Limfoma merupakan tumor ganas jaringan limfoid, berbentuk massa padat pada kele
njar. Ada dua tipe limfoma, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.
1. Limfoma Hodgkin
Gambaran klinis :
Predileksi tempat : kelenjar getah bening leher dan kepala. Predilesi umur : teradi
pada usia dewasa muda ( sekitar 20 tahun) dan usia dekade ke-5.
Gambaran HPA :
Ciri khas limfoma Hodgkin adalah adanya sel datia Reed Sternberg, meskipun kad
ang-kadang tidak dijumpai. Sel lain yang juga merupakan ciri khas adalah sel lakunar ( menyeru
pai sel datia Reed Stenberg, tetapi lebih kecil) dan sel mononuclear Hodgkin. Sel datia Reed Sten
berg mempunyai gambaran khas, tampak besar dengan dua inti yang saling berhadapan atau dise
but mirror image, karena letak kedua inti sel seperti bayangan objek pada cermin. Kadang-kadan
g ditemukan sel tumor yang dikelilingi oleh zona halo dan nucleolus yang jelas sehingga dinama
kan owl eye.
2. Limfoma non-Hodgkin
Gambaran klinis :
Merupakan tumor ganas berbentuk padat dan berasal dari jaringan limforetikuler p
erifer. Predileksi tempat : Jaringan limforetikuler perifer kelenjar limfe, kelenjar limfe palatum, g
usi, pipi, dasar mulut dan tonsil.
Gambaran HPA :
Tampak jaringan kelenjar limfe dengan arsitekstur sudah tidak teratur, menghilang
dan sebagian besar sudah diganti oleh sel ganas yang bentuknya lebih besar dari sel limfosit. Inti
sel tampak hiperkromatik, pleomorfik dengan nucleoli nyata. Mitosis biasanya terlihat jelas.
Kista Odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari developmental dan
kista inflammatory. Kista Developmenal yakni yang tidak diketahui penyebabnya, namun tidak
terlihat sebaga hasil reaksi inflammatory. Kista inflammatory merupakan kista yang terjadi
karena inflamasi.
Gejala :
Kebanyakan kista dentigerous tidak disertai rasa sakit. Bila kista berukuran kecil,
biasanya akan terlihat pada pemeriksaan radiografik, yang dilakukan karena adanya gejala kista
dan untuk melihat kondisi gigi yang impaksi. Namun bila kista membesar, biasanya terjadi
pembengkakan wajah yang tidak disertai rasa sakit.
Gambaran Radiografik :
Penampakan radiografi biasanya adalah suatu lesi radiolusen yang terdermakasi
dengan baik menyerang pada sudut akut dari daerah servikal suatu gigi yang tidak erupsi. Tepi
lesi dapat radiopak. Perbedaan gambaran radiografi antara kista dentigerous dan folikel dental
normal selalu didasarkan pada ukurannya. Bagaimanapun, secara histologi, suatu perbedaan
selain dari ukurannya telah ditemukan. Folikel gigi secara normal dibatasi oleh berkurangya
epitel enamel, jika kista dentigerous dibatasi oleh suatu epitelium skuamos stratified tidak
terkeratinisasi. Kalsifikasi distropik dan suatu kelompok sel mukous dapat ditemukan dalam
kista. Selain itu juga lazim ditemukan resorpsi radiks gigi di daerah yang berdekatan dengan lesi.
Kista dentigerous berkembang dari epitel folikular dan epitelium folikular memiliki
suatu potensi yang besar untuk bertumbuh, berdiferensiasi dan berdegenerasi dibandingkan
dengan epitrlium dari kista radikuler. Kadangkala, lesi yang lebih merugikan lainnya muncul
dalam dinding kista dentigerous, termasuk karsinoma epidermoid yang muncul dari sel mukosa
didalam dinding kista, ameloblastoma (lihat tumor odontogenik; 17% ameloblastoma muncul
dalam sebuah kista dentigerous), dan karsinoma sel skuamous. Sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya, kista dentigerous juga dapat menjadi sangat besar dan dapat
memberikan risiko fraktur rahang patologis kepada pasien.
Komplikasi :
Komplikasi yang dapat terjadi dari kista dentigerous di antaranya:
a. Kista yang terjadi pada rahang atas dapat menyumbat dan merubah
posisi maxillary antrum dan rongga hidung, terutama kista yang berukuran besar.
b. Kista yang terjadi pada rahang bawah dapat menyebabkan parestesi dan dapat
terjadi perubahan displastik.
Gambaran RO :
Lokasi
- Paling sering terjadi pada m1 mandibula
- Terkadang terjadi secara bilateral
- Selalu terdapat pada furkasi buccal dari molar yang bersangkutan
Batas Luar dan Bentuk
- Pada beberapa kasus tidak ada batas luar, lesi bisa sangat halus region radiolusen
berlapis pada gambaran akar molar.
- Beberapa kasus, lesi memiliki bentuk sirkular dengan tepi cortical yang tega
Struktur Internal
Radiolusen
Pemeriksaan klinis :
Kista erupsi terlihat halus, sering translusen, bengkak pada mukosa gingiva yang
berada diatas mahkota gigi desidui atau gigi permanen. Lesi sering terlihat pada gigi molar
permanen dan insisivus maksila.
- Non odontogenik
Ada 2 tipe yaitu
I. Tipe fisura :
- Kista nasoalveolar. Timbul dari epitel batas antara prosesus maksilaris dengan prosesus
nasalis lateral. Secara klinis terlihat muka atau hidung asimetris.
- Kista median. Terletak pada fisura mediana palatum, berasal dari sisa jaringan
embrional.Biasanya pada hasil foto rontgen terlihat kista berhimpitan dengan sinus paranasal.
- Kista globulomaksilaris. Terletak pada rahang atas di antara insisivus lateral dan kaninus,
yaitu pertemuan antara prosesus globularis dan prosesus maksilaris. Pada pemeriksaan radiologi
terlihat gambaran radiolusen berbentuk buah pir, divergensi akar gigi insisivus dan kaninus.
- Kista nasopalatinal. Merupakan kista tipe fisura ysng paling banyak, berlokasi di kanalis
insisi
Berdasarkan retensi :
I. Mukokel
Berasal dari kelenjar saliva minor tipe mukus. Terjadi karena mukus mengisi ruangan
dalam jaringan ikat dengan cara menembus dinding saluran kelenjar saliva (ekstravasasi). Secara
klinis terlihat adanya pembengkakan bulat berbatas jelas, dan berwarna bening kebiru-biruan.
II. Ranula
Berasal dari kelenjar saliva mayor sublingual. Ranula dasar mulut terjadi pada anterior
kelenjar sublingual dan plunging ranula terjadi pada posterosuperior kelenjar sublingual. Secara
klinis terlihat seperti perut kodok, menggembung dan berdinding tipis transparan kebiru-biruan,
tidak sakit, dan biasanya hanya satu sisi (asimetris).
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor jinak dan ganas kelenjar
saliva
Tumor kelenjar saliva adalah kondisi langka di mana pertumbuhan kelenjar ludah
tidaknormal. Kelenjar ludah yang utama terdiri dari kelenjar parotis (lokasi sisi wajah), kelenjar
di bawah rahang, dan kelenjar sublingual. Kelenjar yang kecil berada pada langitangit mulut dan
terletak disepanjang rongga mulut, sinus, dan hidung. Kelenjar ini hanya dapat dilihat di bawah
mikroskop. Tumor kelenjar ludah bisa jinak atau ganas. Sebanyak 80% tumor yang
terletak di jalur utama merupakan tumor jinak tetapi jika terletak di area lainnya, 80% nya
merupakan tumor ganas.
IV. Adenokarsinoma
Merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada anak-anak. Tumor ini terdapat
pada 4 % dari seluruh tumor parotis dan 20 % dari tumor saliva minor. Sebagian besar pasien
tanpa gejala (80%), 40 % dari tumor ditemukan terfiksasi pada jaringan diatas atau dibawahnya,
30 % pasien berkembang metastasis ke nodus servikal, 20 % menderita paralisis nervus fasialis,
dan 15 % merasa sakit pada wajahnya.
Tumor ini berasal dari tubulus terminal dan intercalated atau strained sel duktus. Jenis
jenis yang lain adalah jenis keganasan yang tidak berdiferensiasi yang secara keseluruhan
mempunyai angka harapan hidup yang buruk. Kanker sel asini dan karsinoma adenokistik pada
awalnya hampir mempunyai perjalanan penyakit yang jinak, dengan harapan hidup yang lama,
hanya menunjukkan kekambuhan terakhir pada daerah yang pertama kali timbul atau distal dari
daerah tersebut atau metastasis paru. Terapi tetap reseksi adekuat, total, dan atau regional.
Macam Biopsy :
- Brush
Merupakan tehnik jaringan biopsy untuk jaringan lunak rongga mulut . mukosa. Tehnik ini
adalah pemeriksaan tambahan yang digunakan sebagai metode pemeriksaan lesi mulut yang tid
ak memerlukan biopsy pembedahan. Pada tehnik ini menggunakan sejenis sikat yang mampu m
engambil sel pada seluruh lapisan epitel, termasuk basal dan yang paling superficial di bawah lap
isan epitel. Pada tehnik brush ini tidak perlu melakukan suatu anastesi, Sikat yang digunkan yakn
i sikat disposibel steril. Yaitu sejenis sikat yang berbentuk melingkar .
Cara penggunaan :
1. Sikat atau brush untuk mengumpulkan sampel sel epitel dilembabkan dengan air atau air liu
r pasien.
2. Diaplikasikan pada permukaan lesi
3. Kontak antar sikat dan permukaan mukosa dapat di sepanjang permukaan sikat yang melin
gkar maupun yang datar tergantung lokasi
4. Sikat diputar dengan tekanan cukup 5-10 x sampai timbul bintik pendarahan dan itu berarti
sikat memasuki lamina propia.
5. Sel yang di dapat dipindahkan ke kaca objek
6. Fiksasi alcohol
7. Dibiarkan kering di udara
8. Sampel sel diskrining dengan computer yang telah deprogram untuk mendeteksi perubahan
sitologi
- Eksisi
Yaitu tehnik biopsy dengan cara mengambil seluruh jaringan lesi, melibatkan jaringan n
ormal. Digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang secara klinis merupakan lesi jinak.
- Insisi
Yaitu tehnik biopsy dengan cara mengambil sebagian jaringa lesi, mengikut sertakan jari
ngan normal sekitarnya.
Indikasi :
1. Lesi besar d > 1 cm
2. Jika eksisi total sulit dilakukan
- Aspirasi
Biasanya dilakukan pada lesi kelenjar liur
Indikasi:
1. Lesi yang diperkirakan berisi cairan
2. Menggunakan spuit ( syringe) yang menggunakan jarum 189 4 ugc
3. Anastesi local, tidak melibatkan banyak jaringan
4. Biasanya setelah aspirasi dilakukan insist.( eksisi)
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang dampak dan manifestasi oral
kemoterapi & radioterapi
Kemoterapi
Efek samping yang dapat disebabkan kemoterapi antara lain :
- Rambut rontok
Rambut rontok sementara adalah salah satu konsekuensi dari kemoterapi. Sel-sel folikel
rambut adalah salah satu sel yang membelah dengan cepat dalam tubuh. Karena obat kemoterapi
tidak dapat membedakan sel ini dan sel berbahaya, obat kemoterapi juga menghancurkan sel-sel
folikel rambut, menyebabkan rambut rontok.
- Mual
Mual adalah salah satu efek samping yang paling umum. Ini dapat menyebabkan
kehilangan nafsu makan, konstipasi, dan dehidrasi. Mual yang agak parah juga dapat
menyebabkan muntah-muntah.
- Diare dan konstipasi
Sel-sel di dinding usus juga dihancurkan oleh obat kemoterapi, sehingga menyebabkan
diare. Diare selama pengobatan kanker juga dapat disebabkan karena kecemasan, stres,
kekurangan gizi, atau bedah usus. Diare dapat menyebabkan sakit perut, kram perut, kembung,
mual, kehilangan nafsu makan, dan iritasi kulit. Beberapa penghilang rasa sakit dan pengobatan
anti kanker juga dapat menyebabkan konstipasi, ini dapat terjadi jika kurang asupan serat atau
cairan.
- Reaksi alergi atau hipersensitivitas
Kemoterapi dapat menyebabkan reaksi alergi atau hipersensitivitas, yang dipicu oleh
respon sistem kekebalan tubuh. Anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah, yang dapat
menyebabkan tekanan darah rendah, syok, atau bahkan kematian. Gejala utama reaksi alergi
antara lain sulit bernafas, ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan kelopak mata, pembengkakan
lidah, dan pembengkakan bibir.
- Masalah kulit
Kemoterapi dapat menyebabkan masalah-masalah kulit seperti ruam kulit dan kulit kering.
Selain itu juga dapat menyebabkan kulit terkelupas, pecah-pecah, bersisik, dan gatal.
- Kelelahan
Banyak pasien kanker mengeluh kelelahan dan kurang tenaga. Ini disebabkan rasa sakit,
kehilangan nafsu makan, kekurangan tidur serta darah rendah. Kelelahan karena kemoterapi
muncul tiba-tiba dan dapat berlangsung beberapa hari, beberapa minggu, atau bahkan sampai
beberapa bulan.
- Sakit tenggorokan dan sariawan
Obat anti kanker dapat menyebabkan iritasi pada jaringan mulut dan tenggorokan. Iritasi
pada jaringan mulut akhirnya menyebabkan sariawan. Sebagai akibatnya pasien menjadi sulit
berbicara, makan, mengunyah, dan menelan karena rasa sakit yang ada.
- Saraf dan otot
Dalam beberapa kasus kemoterapi mempengaruhi saraf, menyebabkan neuropati perifer.
Menyebabkan gejala seperti lemah, rasa terbakar, kesemutan, rasa sakit, atau mati rasa pada
tangan atau kaki. Masalah terkait saraf dan otot juga dapat menyebabkan gejala seperti
kehilangan keseimbangan, nyeri rahang, rasa sakit saat berjalan, gemetar, sakit perut, atau
kehilangan pendengaran.
- Supresi sumsum tulang
Sel-sel darah seperti sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit diproduksi di sumsum
tulang. Karena kemoterapi menargetkan sel-sel yang membelah dengan cepat, kemoterapi juga
mempengaruhi sel-sel sumsum tulang. Sebagai akibatnya produksi sel darah di sumsum tulang
jadi menurun.
- Anemia
Menurunnya kemampuan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dapat
menyebabkan kurangnya jumlah sel darah merah. Sel darah merah bertanggung jawab membawa
oksigen ke seluruh bagian tubuh. Karena kekurangan sel darah merah, jaringan tubuh jadi
kekurangan oksigen. Anemia menyebabkan gejala seperti kelelahan, sesak napas, pusing, lesu,
dan lelah.
- Infeksi
Kemoterapi menyebabkan berkurangnya produksi sel darah putih(leukopenia),
menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh lebih rentan terkena infeksi.
- Pendarahan atau masalah pembekuan darah
Karena supresi sumsum tulang jumlah trombosit yang ada jadi berkurang. Trombosit
memiliki peran penting dalam proses pembekuan darah. Jumlah trombosit yang berkurang
menyebabkan gejala seperti memar tiba-tiba, pendarahan lama setelah luka kecil, mimisan, gusi
berdarah, hematuria, tinja hitam atau berdarah, dan sakit kepala.
- Gejala seperti flu
Beberapa orang mengalami gejala mirip flu beberapa jam setelah kemoterapi. Gejala-
gejala tersebut antara lain seperti sakit kepala, mual, lelah, menggigil, demam ringan, kehilangan
nafsu makan, dan nyeri sendiri.
- Efek pada organ seksual
Kemoterapi dapat mempengaruhi organ seksual baik pria maupun wanita. Obat kemoterapi
dapat menurunkan jumlah sperma, sehingga dapat menyebabkan infertilitas sementara atau
permanen. Obat kemoterapi dapat mempengaruhi ovarium dan kadar hormon, sehingga dapat
menyebabkan gejala seperti menopause dan infertilitas sementara atau permanen.
Radioterapi
Efek samping jangka pendek
Gejala yang paling sering muncul ketika seseorang mendapatkan radioterapi adalah rasa
mual dan muntah, kulit menghitam di bagian tubuh yang terkena radiasi, rambut rontok sedikit
demi sedikit (namun jika melakukan radioterapi pada bagian kepala, leher, atau muka, mungkin
kerontokan yang terjadi akan lebih banyak) merasa kelelahan, gangguan menstruasi pada
perempuan, gangguan terhadap jumlah dan kualitas sperma pada laki-laki, serta timbul berbagai
masalah kulit. Tidak hanya itu, pasien yang menjalani pengobatan radioterapi akan mengalami
penurunan nafsu maka dan menimbulkan masalah pada sistem pencernaan. Namun pasien yang
sedang menjalani terapi harus menjaga status gizi dan kesehatannya melalui asupan.
Jika yang diradioterapi adalah bagian perut, maka kandung kemih tidak lagi elastis dan membuat
pasien buang air kecil lebih sering
Payudara akan lebih keras dan kencang setelah melakukan radioterapi di bagian payudara
Jika bagian panggul terkena radiasi, maka vagina menjadi lebih sempit dan kurang elastis
Lengan menjadi bengkak bila bagian pundak yang diberikan terapi
Gangguan fungsi paru-paru akibat mendapatkan radiasi di bagian dada
Sedangkan pasien yang mendapatkan radiasi di bagian dada atau leher, berisiko untuk
mengalami penyempitan saluran nafas dan tenggorokan, sehingga susah untuk menelan
Untuk radioterapi yang dilakukan di sekitar panggul, akan menimbulkan efek seperti peradangan
pada kandung kemih, serta nyeri pada perut akibat infeksi saluran kencing
DAFTAR PUSTAKA
Langlais, Robet . P & Miller, Craig. S. 2000. Atlas Berwarna : Kelainan Ro
ngga Mulut yang Lazim. Jakarta
Oedijani. .2007. Efek Samping Terapi Radiasi di Daerah Kepala dan Leher
terhadap Jaringan Sekitarnya. Jurnal PDGI th.46. No.1 ed.Khusus
Pindborg Jens J. 1991. Editor: Lilian Yuwono. Kanker dan Prakenker Ron
gga Mulut. Jakarta
Sudiono janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mu
lut. EGC. Jakarta
Syafriadi Mei. 2008. Patologi Mulut (Tumor Neoplastik dan Non Neoplasti
k Rongga Mulut). Jogjakarta