Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN TUTORIAL MODUL 4 BLOK 18

BEDAH JARINGAN II

Kelompok 5

Ketua : Laura Jasanddes ( 1411412024 )


Sekretaris Meja : Monalisa ( 1411411015 )
Sekretaris Papan : Ummul Aulia ( 1411411016 )
Anggota : Anita Surya Ananda ( 1411411009 )
Deyana Fricia ( 1411411013 )
Mumtaz Sonia Azmir ( 1411412014 )
Sarathul Fitriani ( 1411412019 )
Zakiya Chaleda Zia ( 1311412001 )

Tutor : drg. Ditha Noviantika


Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Andalas
2017
MODUL 4
NEOPLASMA & KISTA OROMAKSILOFASIAL

SKENARIO 4
Jinak atau ganas ya....

Pasien wanita berusia 56 tahun datang berobat ke Poliklinik Bedah Mulut RS.Unand den
gan keluhan benjolan di rahang bawah kanan. Saat anamnesis dokter gigi menanyakan benjolan a
wal pertama kali muncul sejak kapan, ukurannya sebesar apa, ada/tidak penurunan berat badan, b
enjolan susulan di leher/ketiak, keluhan sesak nafas. Setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan ra
diografis dekter menjelaskan kemungkinan penyakit yang diderita pasien meragukan antara tumo
r benigna atau maligna, dengan gambaran radiologis mirip kista. Dokter menyampaikan juga kar
ena meragukan maka dilakukan biopsi insisi terlebih dahulu dan karena posisi benjolan didaerah
rahang bawah agak keleher, bisa jadi juga ini tumor kelenjar saliva. Keluarga pasien bertanya jug
a apakah harus dilakukan kemoterapi/radioterapi dan bagaimana dampaknya nantinya jika dilaku
kan terapi ini.
Bagaimana saudara menjelaskan tentang kasus neoplasma diatas?

Langkah 1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefini-


sikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interprestasi

Neoplasma : sekumpulan sel-sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus menerus secara tidak terbatas dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.

Tumor benigna : disebut juga tumor jinak yang mana jaringan yang tumbuh tersebut tidak
progresive, dan tidak menyerang jaringan disekitarnya.
Tumor maligna : disebut juga tumor ganas atau kanker yang mana jaringan yang tumbuh
tersebut bersifat progresive, dapat menyerang jaringan disekitarnya
(invasif) serta penyebarannya luas dan berpotensi mematikan.

Biopsi insisi : pengambilan sebagian kecil jaringan yang sakit. Biasanya dilakukan
apabila jaringan yang sakit terlalu besar (>2cm).

Kista : rongga patologis yang dapat berada pada jaringan lunak maupun keras,
yang dapat berisi udara (gas), cairan, atau zat semi padat yang
dikelilingi oleh membran epitel. Biasanya terbentuk akibat adanya
obsturasi cairan didalam tubuh.

Kemoterapi : salah satu upaya yang dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker
dengan cara menganggu fungsi reproduksi sel menggunakan obat keras
(kimia).

Radioterapi : terapi yang menggunakan sinar radiasi yang bersumber dari energi
radioaktif yang berfungsi merusak sel kanker dengan menghancurkan
genetik sel yang mengatur petumbuhan dan pembelahan sel kanker.
Yang biasa digunakan adalah x-ray.

Langkah 2. Menentukan masalah

1. Apa gejala umum lainnya suatu neplasma?


2. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa kista?
3. Apa saja perbedaan tumor ganas dan tumor jinak?
4. Apa etiologi dari tumor ganas/maligna?
5. Apa saja tumor rongga mulut?
6. Apa saja kista rongga mulut?
7. Apa jenis-jenis biopsi?
8. Apa saja tumor kelenjar saliva?
9. Bagaimana perbedaan gambaran radiologis kista dan tumor?
10. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari kemoterapi dan radiografi?

Langkah 3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan


menggunakan prior knowledge
1. Apa gejala umum lainnya suatu neoplasma?
Penurunan berat badan
Batuk lebih dari 3 bulan
Adanya benjolan
Adanya pembesaran kelenjar getah bening
Keringat malam
Lemah

2. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa kista?


Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan objektif :
Pemeriksaan ektraoral
Pemeriksaan intraoral
Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan radiologi, biopsi (eksisi dan insisi:
scalpel, punch, needle, brush, aspirasi), pemeriksaan sitologi, pemeriksaan
mikrobiologi, pemeriksaan darah.

3. Apa saja perbedaan tumor ganas dan tumor jinak?


Tumor jinak : pada gambaran radiologi tampak berbatas jelas, kecepatan tumbuh lambat,
tidak invasif, bentuk sel normal, jarang muncul kembali, pseudo kapsul, hanya menyerang satu
organ, sembuhnya dapat sempurna, dan tidak ada efek sistemik..
Tumor ganas : pada gambaran radiologi batas tidak jelas, kecepatan tumbuh cepat,
invasif, bentuk sel mencolok, berulang, tidak berkapsul, dapat menyebar dan menyerang seluruh
tubuh, dapat berulang, dan disertai timbulnya efek sistemik.

4. Apa etiologi dari tumor ganas/maligna?


Virus
Gangguan gen
Diet
Hormon
Umur
Stress
Lingkungan (radiasi)
Trauma
Gangguan sistem imun
Merokok

5. Apa saja tumor rongga mulut?


Tumor jinak :
Tumor jinak odontogenik : odontoma, cementoma, ameloblastik fibroma,
adenoameloblastoma, odontogenik myxoma, ameloblastoma, odontogenik
fibroma, ameloblastic fibroma.
Tumor jinak non odontogenik : dari epitel mulut, dari pigmen, dan dari
jaringan ikat misalnya neurofibroma dan neuromafibratik.
Tumor ganas :
Tumor ganas odontogenik : intraalveolar carcinoma, odontogenik sarcom,
ameloblastic fibrosarcoma, amleoblastik carsinoma, clear cell odontogenic
carsinoma.
Tumor ganas non odontogenik : osteosarcoma, ewing sarcoma, multiple
myelom.

6. Apa saja kista rongga mulut?

Kista odontogenik : kista gingiva pada bayi, keratosis odontogenik (kista primordi
al), kista dentigerous (folikular), kista erupsi, kista periodontal latera, kista gingiva
pada orang dewasa, kista odontogenik Botryoid, kista odontogenik glandular (sial
o-odontogenik; mukoepidermoid odontogenik), dan kista odontogenik berkalsifika
si.
Kista non odontogenik : kista duktus nasopalatina (kanalis insisivus), kista nasolab
ial (kista alveolar), kista raphe midpalatal pada bayi, kista median palatinal, media
n alveolar, median mandibular, dan kista globulomaksillari.
Kista akibat inflamasi : kista radikular, kista residual, dan kista kolateral inflamato
ry.

7. Apa jenis-jenis biopsi?


Brush biopsi : berupa sikat dan biasanya untuk jaringan lunak rongga mulut
Biopsi insisi : dilakukan pada lesi yang berukuran besar, dan sulit untuk dilakukan
biopsi eksisi.
Biopsi eksisi : pengambilan jaringan yang diikuti jaringan sehat disekitarnya, dan
untuk lesi yang berukuran kecil.
Needle biopsi
Biopsi aspirasi : pengambilan berupa cairan
Biopsi stereostatik : untuk benjolan yang sulit dilihat/diraba.

8. Apa saja tumor kelenjar saliva?


Mayor :
Jinak : non morfik adenoma, onkositoma.
Ganas : maligna mix tumor, adenokarsinoma.
Minor :
Jinak : basal sel adenoma
Ganas : onkositik karsinoma, adenokarsinoma, asinik sel tumor

9. Bagaimana perbedaan gambaran radiologis kista dan tumor?


Ditangguhkan ke hari ke-2.

10. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari kemoterapi dan radiografi?
Kemoterapi : rambut rontok, kehilangan nafsu makan, sesak napas dan detak
jantung tidak biasa akibat anemia, mual/muntah, mimisan, kulit kering, gusi
berdarah, karies radiasi, mukositis, bau mulu, mengganggu reproduksi, dan nafsu
makan menurun.
Radiasi : cidera otot dan cidera tulang alveolar.

Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen


permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-
masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi

Pasien wanita (56 tahun)

Poliklinik BM RS Unand

Pemeriksaan penunjang
Cc : Pemeriksaan klinis dan radi (biopsi, radiologi)
ologi :
Benjolan di RB kanan
- tumor benigna/maligna
Pengobatan (kemoterap
- kista i & radioterapi)

Neoplasma & kista oromaksilofasial


Tumor jinak rongga mulut

Tumor ganas rongga mulut

Kista rongga mulut

Tumor jinak dan ganas kelenjar saliva

Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor jinak rongga mulut
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor ganas rongga mulut
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kista rongga mulut
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor jinak dan ganas kelenjar
saliva
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang neoplasma
dan kista oromaksilofasial
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang dampak dan manifestasi oral
kemoterapi & radioterapi

Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain

Langkah 7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor jinak rongga mulut
Tumor jinak adalah pertumbuhan jaringan baru abnormal yang tanpa disertai perubahan atau
mutasi gen. Faktor penyebab yang merangsang tumor jinak digolongkan dalam dua kategori,
yaitu :
Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor
pertumbuhan, misalnya gangguan hormonal dan metabolisme.
Faktor eksternal, misalnya trauma kronis, iritasi termal kronis (panas/dingin), kebiasaan
buruk yang kronis, dan obat-obatan.

Macam-macam Tumor Jinak Rongga Mulut :


1. Tumor Jinak Odontogen
Merupakan tumor yang berasal dari sel-sel odontogen yang meliputi jaringan epitelgigi,
jaringan ikat mesenkim atau gabungan dari keduanya. Yang termasuk epitel odontogen: sisa
enamel organ, perkembangan enamel organ, epitel kista odontogen, sel basal mukosa rongga
mulut.
Menurut WHO 1992, berdasarkan asal sel / jaringan tumor, tumor jinak dapat diklasifikasika
n sebagai berikut :

Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen tanpa melibatkan ektomesenkim odon
togen.

Tumor ini dibagi menjadi empat tipe, yaitu :


I. Ameloblastoma
Merupakan tumor odontogen yang berasal dari enamel organ (ameloblas) yang
merupakan sel pembentuk gigi. Merupakan tumor yang secara klinis sering ditemui dan paling
umum, tumor ini tumbuh lambat, terlokalisir, sebagian besar jinak. Dibagi menjadi 3 yaitu: solid
(multikistik), unikistik,dan periferal.
a) Ameloblastoma multikistik (solid)
Gambaran Klinis :
Pada penderita lanjut usia, melibatkan laki-laki dan perempuan, perkembangan l
ambat, asymptomatis, pembesaran tumor menyebabkan ekspansi rahang tidak sakit dan tidak dis
ertai parastesia. 85% pada mandibula terutama pada daerah ramus ascendens (regio molar), 15%
pada region posterior maksila.

Rontgenologis :

Gambaran, radiografinya sangat khas pada lesi-lesi yang radiolusen multikistik,


jika berkembang menjadi lokus yang besar digambarkan seperti buih sabun (soap bubble) & jika
lokus masih kecil digambarkan seperti honey combed, terlihat bukal dan lingual korteks terekpan
si, resorbsi akar gigi, pada beberapa kasus berhubungan dengan erupsi M3.

HPA :

Ameloblastoma solid atau ameloblastoma intraosseous multikistik secara histolo


gi dapat menunjukkan beberapa tipe:

- Type follikular

Mengandung pulau-pulau epitel yang menyerupai epitel organ enamel di dalam


stroma jaringan ikat fibrous yang matang. Sarang-sarang epitel tersebut mengandung sebuah inti
yg tersusun longgar menyerupai stellate reticulum organ enamel.

- Type Plexiform

Mengandung lapisan/ epitel odontogen yang sangat panjang. Lapisan epitel terseb
ut terdiri dari sel-sel kolumnar/ kuboid yang tersusun sangat longgar. Didukung jaringan stroma
yang longgar dan mengandung pembuluh darah.
- Type akantomatous

Adanya metaplasia sel squamous yang sangat luas. Sering kali adanya pembentuk
an keratin, terjadi pada bagian tengah dari pulau-pulau epitelial.

- Type granuler sel

Menunjukkan adanya perubahan bentuk dari sekelompok sel epitel menjadi sel be
rgranuler yang mengandung sitoplasma yang berlimpah mengandung granul-granul eosinofil. Se
cara klinis sangat agresif dan dapat terjadi pada usia muda.

- Type desmoplastik

Memiliki pulau-pulau kecil mengandung stroma kolagen yang padat. Sering terjad
i pada ameloblastoma yang terjadi pada region anterior maksila.

- Type basaloid

Tipe ini jarang terjadi, mengandung sel-sel basal. Tidak ada stellate reticulum pa
da bagian tengah dari sarang-sarang tersebut. Bagian perifer sering sel kuboid.

b) Ameloblastoma Unikistik

Gambaran Klinis :

Pada umumnya pada usia muda, 90% didapatkan pada mandibula khususnya regi
on posterior, asymptomatik, menimbulkan pembengkakan pada rahang, pertumbuhan lambat, lok
alis.

Rontgenologis :

Tampak gambaran radiolusen berbatas jelas mengelilingi mahkota M3 yang tidak


erupsi.

HPA :

Variasi gambaran histologis yang tampak: Luminal ameloblastoma, Intraluminal a


meloblastoma, Mural ameloblastoma.

c) Ameloblastoma periferal (diluar tulang)


Gambaran Klinis :
Muncul dari sisa-sisa epitelial odontoghen di bawah mukosa Rongga mulut atau
dari epitel basal. Secara klinis simptomatis, bertangkai, ulserasi atau berupa lesi mukosa
alveolar/ berupa gingiva peduculated. Diameter lesi <1,5cm, ditemukan pada pasien usia lanjut.
Sering ditemukan pada gingiva posterior / mukous alveolar, sering terjadi pada mandibula.
Perubahan menjadi ganas jarang terjadi.

Rontgenologis :
Tampak radiolusen, permukaan tulang alveolar sedikit erosi.
HPA :
Menunjukan gambaran pulau-pulau epitel di dalam lamina propia dibawah permukaan epitel, pro
liferasi epitel mungkin menunjukkan gambaran mirip ameloblastoma intraosseous yang type flex
iform/folikuler.

II. Calcifying ephitelial odontogenic tumor (Pinborg Tumor)

Gambaran Klinis :

Jarang ditemukan, tidak ada faktor predileksi, kebanyakan pada regio posterior madi
bula, symptomatis berupa sakit ringan, terdapat pembengkakan, terlokalisir, pertumbuhan lambat.

Rontgenologis :

Dijumpai lesi unilokuler, tetapi juga ditemukan multilokuler lebih sering dari pada
skallop. Adanya strktur berkalsifikasi dengan ukuran dan densitas yg variatif. Berhubungan den
gan adanya impaksi pada gigi M3. Campuran antara radiolusen dan radiopak, dengan pulau-pula
u padat banyak tersebar dan bervariasi di seluruh bagian.

HPA :

Mempunyai gambar pulau-pulau tersendiri, epitel beruntai dan lapisan sel epitel po
lihedral di dalam stroma fibrous yang eosinofilik. Strukur hialin pada ekstraseluler. Struktur berk
alsifikasi berkembang di dalam masa tumor berbentuk cincin konsentral (liesegang ring calsificat
ion) yang dapat bergabung & membentuk masa yang besar dan kompleks.

III. Squamous odontogenic tumor

Gambaran Klinis :

Tumor ini berasal dari transformasi neoplasi dari sisa-sisa epitel mallasez. Kelihat
an berasal dari ligamen periodontal dan berhubungan dengan permukaan lateral akar gigi dan gig
i tidak erupsi. Melibatkan proc. alveolar dan maksila. Tidak ada faktor predileksi sisi dan jenis ke
lamin. Symptomatis berupa sakit ringan berupa pembengkakan gingiva, Gigi goyang, pertumbuh
an lambat.

Rontgenologis :

Gambaran rontgen tidak menunjukkan gambaran yang spesifik, menunjukkan ker


usakan tulang yang berbentuk triangular di sebelah lateral akar gigi. Kadang juga adanya kerusak
an tulang arah vertical, lesi menunjukkan gambaran sklerosis, diameter > 1,5cm.

IV. Clear cell odontogenic tumor

Gambaran Klinis :

Jarang ditemukan pada rahang, tumor berasal dari odontogen tetapi histogenesisny
a masih belum jelas. Pemeriksaan histokimia dan ultra struktur pada tumor menunjukkan sel-sel
bersih yang mirip pada ameloblast yang kaya dengan glikogen. Penderita pada usia diatas 50 tah
un, dapat melibatkan mandibula dan maksila. Symptomatis, pembesaran rahang.

Rontgenologis :

Lesi radiolusen unilokuler atau multilokuler, dengan tepi dari radiolusen, mempun
yai batas jelas, tidak teratur.

HPA :

Menunjukkan adanya sarang-sarang sel epitel dengan sitoplasma eosinofilik yang


jelas. Sarang-sarang tersebut dipisahkan oleh lapisan tipis berupa jaringan ikat berhialin. Sel-sel
perifer menunjukkan susunan palisade. Pada beberapa kasus juga ada yang menunjukkan pola ya
ng mengandung pulau-pulau kecil dengan sel-sel epitel basaloid yang hiperkromatik di dalam str
oma jaringan ikat.

Tumor yang berasal dari jaringan epitel odontogen dan melibatkan ektomesenkim odonto
gen dengan atau tanpa pemebentukan jaringan keras gigi.

I. Ameloblastic fibroma

Merupakan tumor campuran jaringan Epitel dan jaringan mesenkim.

Gambaran Klinis :

Cenderung pada usia muda dekade kedua, melibatkan laki-laki sedikit lebih umum
dibandingkan perempuan. Lesi kecil asymtomatic, pada lesi yang besar menyebabkan pembesar
an rahang. Sisi posterior mandibula paling sering, lokalis, dan pertumbuhannya slambat.

Rontgenologis :

Lesi menunjukkan gambaran radiolusen, berbatas tegas, dan lesi menunjukkan skl
erotik, dihubungkan pada gigi yang tidak erupsi, lesi yang besar melibatkan ramus asenden mand
ibula.

HPA :

Menunjukkan masa jaringan Lunak yang keras dengan permukaan luar yang halus.
Kapsul bisa ada dan tidak ada. Mengandung jaringan mesenchim yang sangat banyak mirip den
gan dental papil yang primitif yang bercampur dengan epitel odontogen. Sel epitel berbentuk pan
jang dan kecil dengan susunan beranastomose satu dengan yang lainnya, tetapi hanya mengandu
ng terdiri dari sekitar dua sel yang berbentuk kuboid dan kolumnar.

II. Ameloblastic fibro-odontoma


Merupakan sebuah tumor yang gambaran umumnya merupakan suatu fibroma
ameloblastik tetapi juga mengandung enamel dan dentin. Peneliti berpendapat tumor ini
merupakan suatu tahap dalam perkembangan suatu odontoma. Dalam beberapa kasus tumor
tumbuh progresif menyebabkn perubahan bentuk dan kehancuran tulang.
Gambaran Klinis :
Dapat melibatkan kedua rahang, tidak ada faktor predileksi jenis kelamin, pada um
umnya asymptomatis, terlokalisir dan terjadi pembengkakan setempat.

Rontgenologis :

Secara umum menunjukkan gambaran radiolusen unilokuler, berbatas tegas. Jaran


g ditemukan radiolusen multilokuler. Lesi mengandung sejumlah bahan terkalsifikasi dengan rad
iodensitas dari struktur gigi. Bahan kalsifikasi menunjukkan gambaran multiple, radiopak yang k
ecil dan bergabung menjadi besar dan keras.

HPA :

Identik dengan gambaran HPA fibroma ameloblastik, mempunyai lapisan jaringan


yang sempit serta pulau-pulau epitel kecil dari epitel odontogen dalam jaringan ikat primitif long
gar mirip dental papila.

III. Odontoma

Merupakan jenis tumor jinak odontogen yang tergolong sering ditemui. Tumor ini
dipertimbangkan sebagai anomali perkembangan (hamartomas) agak jarang disebut neoplasia ses
ungguhnya.

Patogenesis :

Pada awalnya dari perkembangan awal lesi ini menunjukkan proliferasi epitel odo
ntogen dan jaringan mesenchim kemudian perkembangan selanjutnya diikuti pembentukan enam
el, dentin, dan variasi dari pulpa dan sementum.

Tumor ini dibagi menjadi dua tipe yaitu compound dan compleks odontoma. Com
pound odontoma mengandung struktur seperti gigi , sedangkan complex odontoma mengandung
masa dominan dari enamel dan dentin dan bentuknya tidak menyerupai gigi.

Gambaran Klinis :

Asymtomatik, biasanya terjadi pada usia setengah baya, pada pemeriksaan rontgen
ditemukan dengan gigi yang tidak erupsi, lesi kecil, jarang menjadi besar, bisa menjadi besar sa
mpai 6 cm sehingga menyebabkan ekpansi rahang, sering di maksila dari pada mandibula, ada pe
mbengkakan.

Rontgenologis :

Compound odontoma menunjukkan kumpulan struktur yang mirip gigi dengan uk


uran dan bentuk variatif dikelilingi daerah radiolusen yang tipis. Complex odontoma menunjukk
an gambaran radiopak pada struktur gigi yang dikelilingi garis radiolusen tipis.

HPA :

Compound: Mengandung struktur yang multiple menyerupai gigi berakar satu di d


alam matriks longgar jaringan pulpa mungkin terlihat di korona atau akar dari struktur yang men
yerupai gigi tersebut. Compleks: Mengandung tubulus dentinalis yang sempurna, pada celah mas
a lesi didapatkan sejumlah matriks enamel (enamel non mature). Pulau-pulau sel ghost epitelial t
ampak eosinofilik.

Tumor yang berasal dari ektomesenkim odontogen dengan atau tanpa melibatkan epitel o
dontogen.

I. Fibroma odontogen

Merupakan tumor yang jarang ditemukan

Gambaran Klinis :

Variatif umur, paling banyak usia setengah baya. Kebanyakan 60% pada maksila reg
ion anterior hingga posterior pada gigi Molar 1, sedangkan 40% pada region posterior mandibula.
Dihubungkan dengan Molar tiga tidak erupsi, fibroma odontogen berukuran kecil, asymptomatis,
jika lesi membesar menyebabkan ekspansi tulang pada regio yang terlibat, gigi menjadi goyang,
adanya pembengkakan setempat.

Rontgenologis :

Gambaran fibroma odontogen ukuran kecil menunjukkan gambaran berbatas jelas, u


nilokuler. Lesi-lesi radiolusen seringkali berhubungan dengan daerah apikal gigi yang erupsi. Le
si yang besar cenderung tampak gambaran Radiolusen yang multilokuler. Beberapa lesi menunju
kkan tepi yang sklerotik. Sering terjadi resorpsi akar gigi, lesi yang berlokasi antara gigi menyeb
abkan akar gigi yang satu dengan lain menjadi divergen.

HPA :

Menunjukkan gambaran yang variatif. Fibroma odontogen sederhana: mengandung f


ibroblast-fibroblast stellate, seringkali tersusun dalam sebuah pola yang bergelung dengan fibril-f
ibril kolagen yang jelas sebagai bahan dasar. Sisa-sisa epitel odontogen yang berupa lokus-lokus
kecil. Fibroma odontogen kompleks: Menunjukkan struktur dengan pola yang lebih kompleks ya
ng mngandung jaringan ikat fibrosa selluler yang jelas dengan serabut-serabut kolagen. Epiel od
ontogen dalam bentuk rantai panjang atau berbentuk sarang yang terisolasi.

II. Odontogenic mysoma / myofibroma

Gambaran Klinis :

Jarang dijumpai, merupakan neoplasia yang pertumbuhannya lambat, terlokalisir, t


api mempunyai sifat invasif dan agresif. Berasal dari jaringan ikat dental papilla. Umumnya pada
faktor predileksi usia, melibatkan kedua rahang pada mandibula bisa korpus maupun ramus, asy
mptomatis, menyebabkan gigi goyang, ekspansi menipis.

Rontgenologis :

Lesi tampak radiolusen yang dipisahkan oleh gambaran tulang trabekular. Batas le
si dengan tulang tidak berbatas jelas.
HPA :

Lesi menunjukkan adanya jaringan proliferasi myxoid dan di beberapa tempat tam
pak jaringan fibrosa. Secara radiografis tak berbatas jelas, tetapi pada gambran histologis masih t
ampak kapsul fibrous. Vaskularisasi sedikit, hampir tidak ada.

III. Cementoblastoma

Gambaran Klinis :

Asymptomatis, dapat melibatkan seluruh gigi gligi baik RA dan RB anterior atau
posterior. Apabila lesi cukup besar secara klinis menunjukkan suatu ekspansi tulang sehingga ad
a pembengkakan rahang, terlokalisir, sering disebabkan trauma pada jaringan periodontal.

Rontgenologis :

Lesi menunjukkan suatu massa radiopak yang melekat pada apeks gigi penyebab.
Batas lesi dengan jaringan sekitarnya dipisahkan suatu gambaran Radiolusen yang tipis.

HPA :

Lesi merupakan jaringan kalsifikasi yang mirip tulang, seluler, lesi melekat ke ape
ksi gigi. Batas lesi dengan tulang sekitarnya dipisahkan oleh kapsul fibrous.

2. Tumor Jinak Non Odontogen

Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Epitel Mulut

I. Papiloma skuamos

Merupakan suatu neoplasma jinak yang berasal dari epitel permukaan mukosa mulut.
Merupakan tumor jinak non odontogen yang umum terjadi di rongga mulut.

Gambaran Klinis :

Papiloma menunjukkan proliferasi pertumbuhan yang lambat dari epitel squamosa b


erlapis, pertumbuhannya lambat dan tunggal, sempit, dan struktur seperti tangkai menghubungka
n ke mukosa mulut di bawahnya. Seringkali mirip dengan gambaran bunga kol atau pakis. Lokas
i bisa di palatum, lidah, mukosa bukal, labial dan gingiva, paling sering terjadi pada palatum mol
e. Papiloma dapat berwarna putih atau merah jambu, lunak, fleksibel pada palpasi, diameter <2c
m dan asymptomatis. Selain tunggal juga dapat multipel tapi jarang.

HPA :

Adanya proliferasi exophytic sel-sel epitel squamosa sehingga adanya plica epiteliu
m berbentuk papillary-papillary yang panjang dan tebal. Setiap plica didukung adanya jaringan i
kat fibrosa yang tipis dan mengandung Pembuluh darah. Sel-selnya seragam (uniform), dan tidak
menunjukkan atipia sel.

II.Veruka Vulgaris
Lesi ini merupakan neoplasia epitel jinak yang dihasilkan oleh infeksi dengan tipe-ti
pe tertentu, contohnya Human Pappiloma Virus.

Gambaran Klinis :

Tumor berbentuk nodul atau craterlike, diameter kurang dari 1cm, Lesi kemungkina
n bertangkai atau menunjukkan perlekatan dasar yang luas ke bawah mukosa dan lesi ini spesifik
berwarna putih dengan permukaan kasar atau nyata, penyebaran bisa dari kebiasaan menggigit k
util di jari jemari, sehingga virus menyebar ke mukosa mulut melalui inokulasi sendiri.

HPA :

Memiliki gambaran HPA sama dengan papiloma, rete peg proseccus membentuk jar
i serta keratinisai yg berlebihan dan tebal (hiperkeratinisasi).

III. Keratoakantoma

Gambaran Klinis :

Lesi menyerupai kanker kulit, predileksi kejadian akibat terkena matahari, umumnya
pada wajah dan bibir hubungan dengan radiasi ultraviolet yang merusak jaringan. Lesi ini umum
nya tunggal, terjadi di atas kulit pertengahan wajah termasuk pipi dan hidung. Symptomatis beru
pa sakit, berbentuk pusar, artinya mempunyai cekungan pada tengahnya dan tepinya menonjol, b
erbatas jelas, bagian tengah lesi agak lebih menyerupai cangkir, permukaan kasar, keras, berwarn
a putih dengan keratin. Biasanya tumbuh dengan ukuran terbesarnya dalam waktu 6 bulan denga
n diameter 1-2 cm, saat pemeriksaan palpasi kenyal.

HPA :

Mirip histologi dari karsinoma epidermoid, tetapi dapat dibedakan. Adanya prolifera
si sel tumor menunjukkan diferensiasi dan atipikal sel tidak terlihat. Lesi tumbuh eksopitik denga
n hiperparakeratinisasi, lesi berbentuk vulkano dengan inti berupa keratinisasi dan adanya mikro
ba pada permukaan. Di lamina propia terdapat infiltrasi sel limfosit.

Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Nevus / Pigmen

I. Nevus pigmentosi

Nevus pigmentasi atau tahi lalat adalah lesi sangat umum dikulit. Tapi dapat dijum
pai di jaringan lunak Rongga Mulut. Merupakan proliferasi jinak dari sel-sel yang menghasilkan
melanin (pigmen endogen).

Gejala Klinis :

Nevus yang sering terjadi di kulit dan Rongga Mulut adalah nevus intradermal da
n nevus penghubung. Nevus intradermal mrupakan nevus pigmentasi yg umum, melibatkan kulit
maupun mukosa mulut. Pada umumnya asymptomatis, lunak, menonjol, berwarna mulai merah j
ambu, coklat terang hingga coklat gelap, warnanya seragam, berbentuk kubah, permukaan nodul
halus. Diameter kurang dari 1cm, mungkin bisa lebih, permukaan kasar. Nervus penghubung (Ju
nctional nevus) memiliki gambaran klinis agak beda, permukaan rata seperti macula, halus, berw
arna coklat, pigmentasi merata.

HPA :

Melanosis pada mukosa membran terlihat adanya peningkatan jumlah sel-sel mela
nin pada basaloid layer.

Tumor Jinak Non Odontogen yang Berasal dari Jaringan Ikat Mulut

I. Jaringan ikat fibrous

Fibroma
Merupakan neoplasia jinak yang berasal dari jaringan ikat fibrous. Fibroma
dipakai dengan kaitan lesi jaringan lunak yang sering di jumpai pada mukosa mulut. Sebenarnya
nama yang tepat adalah hiperplasia fibrous.

II. Jaringan Pembuluh Saraf


Neurofibroma
Merupakan neoplasi jinak yang relatif tidak umum, secara histologi mengandung
campuran sel-sel schwann neoplastik dan akson-akson yang tersebar. Neoplasia berkembang dari
berkas syaraf dan batang saraf yang besar, menghasilkan pembesaran tumor.
Gambran Klinis :
Pada pemeriksaan palpasi tampak lebih kenyal dari pada jaringan lunak
sekitarnya, sering digambarkan sebagai konsistensi kistik, menyerupai tekstur jaringan adiposa.
Batas dengan jaringan lunak sekitarnya sulit dibedakan, menunjukkan adanya variasi warna,
antara warna pucat hingga agak kekuningan dengan dilindungi warna yang bervariasi coklat,
kulit atau mukosa terlihat normal. Neurofibroma memiliki variasi bentuk antara lain tumor-
tumor bertangkai nodular terlokalisir, bersegmen, linier, ekspansi batang saraf lobular, lesi besar,
menimbulkan deformasi, mempunyai masa tumor, dan kecil.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor ganas rongga mulut
Tumor ganas rongga mulut adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitar,
dan dapat menyebar ke organ-organ lain (metastase). Metastase tumor ganas ke organ lainnya da
pat melalui darah (hematogen) atau melalui kelenjar getah being (limfogen). Tumor-tumor gana
s berasal dari sel-sel epitel mukosa, sel jaringan ikat mesenkim, sel-sel pembentuk gigi, dan sel k
elenjar ludah.

Berikut ini perbedaan tumor ganas dengan tumor jinak :

No Tumor jinak Tumor ganas

Kecepatan tumbuh Lambat Cepat


1.
Aktifitas mitosis Rendah Tinggi
2.
3. Kemiripan dengan jaringan normal Baik Bermacam-macam,
lebih buruk

Bentuk inti Normal Hiperkromatik


4.
Invasi Tidak ada Ada
5.
Metastasis Tidak pernah Sering
6.
Tidak tegas/
Berkapsul/berbatas irreguler
Perbatasan
tegas
7.
Nekrosis Jarang Sering
8.
Ulserasi Jarang Sering
9.
Arah perubahan pada kulit/permukaan Sering endofitik
Sering eksofitik
10. mukosa

Stage Kanker Mulut

Untuk menentukan stage kanker mulut menggunakan TNM sistem dari UICC ( Unio
n Internationale Contre le Cancer) atau dari AJCC ( American Joint Committee on Cancer). TN
M sistem menurut UICC, (1980) yaitu :
T : Tumor primer
TX : Tumor yang belum dapat dideteksi
T0 : Tidak adanya bukti tumor primer
TIS : Tumor permukaan ( Carsinoma in situ )
T2 : Ukuran tumor antara 2-4 cm
T3 : Ukuran Tumor lebih dari 4 cm.
T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang korrtikal atau otot-o
tot lidah.
N : Kelenjar getah bening regional.
NX : Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperkirakan.
N0 : Tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran kurang dar
i 3 cm.
N2 : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3-6 cm ata
u bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening multipel dengan ukuran kurang dari 6 cm a
tau melibatkan kelenjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6 cm.
N2a : Metastasis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3-6 cm.
N2b : Metastasis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm.
N2c : Metastasis ke kelenjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6
cm.
N3 : Metastasis ke kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari 6 cm.
M : Metastasis jauh tumor primer.
MX : Adanya metastasis jauh tidak dapat diperkirakan.
M0 : Tidak adanya metastasis jauh dari tumor primer.
M1 : Ada metastasis jauh dari tumor primer.

Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat di kalsifikasikan sebagai berikut :
Stage 1 : T1 N0 M0
Stage 2 : T2 N0 M0
Stage 3 : T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
Stage 4 : T4 N0 M0
T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0
T1, T2, atau T3 N2 atau N3 dan M1

Klasifikasi Tumor Ganas Rongga Mulut


Tumor Ganas Rongga Mulut Berasal dari Epitel Mukosa
I. Karsinoma sel skuamous
Etiologi belum diketahui dengan pasti. Beberapa kondisi yang diduga berperan adala
h infeksi kronis yang mengikuti karies gigi, permukaan gigi yang tajam, tambalan yang kasar, da
n gigi palsu yang tidak baik. Faktor-faktor lainnya yang diduga berhubungan dengan terjadinya t
umor adalah tembakau, alkohol, sifilis, sinar matahari jangka waktu lama, radiasi sinar matahari
yang lama, misal pada radioterapi, lesi intra-oral lainnya seperti leukoplakia, herpes simpleks, lik
en planus, kandidiasis, serta melanosis oral. Metastasis biasanya ke kelenjar getah bening region
al.

Gambaran klinis :
Merupakan kanker yang sering terjadi pada rongga mulut.
Plak keratosis
Ulserasi
Tepi lesi indurasi dan kemerahan.
Dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.
Pemeriksaan DNA menunjukkan mutasi oncogenes p53.

Gambaran HPA :
Adanya proliferasi sel-sel epitel skuamous infiltrasi sel-sel karsinoma ke jaringan di bawahnya
membentuk anak tumor ( tumor nest).
Disertai infiltrasi sel-sel limfosit di tumor stromal
Terlihat sel-sel yang atipia yang disertai perubahan bentuk rete peg processus.
Pembentukan keratin yang abnomal.
Pertambahan proliferasi basaloid sel.
Susunan sel menjadi tidak teratur dan mebentuk tumor nest ( anak tumor) yang berinfiltrasi.

WHO mengkasifikasikan SSC secara histologis menjadi :


1. Well differentiated ( Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana sel-sel basaloid tersebut
masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin ( keratin pearl).
2. Moderate differentiated ( Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana sebagian sel-sel ba
saloid tersebut masih menunjukkan differensiasi, membentuk keratin.
3. Poorly differentiated ( Grade III) : Yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana seluruh sel-sel basal
oid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehinga sel sulit dikenali lagi.

II. Karsinoma sel basal ( Basal Cell Carsinoma / BCC)


Gambaran klinis :
Umumnya terjadi pada kulit akibat terpapar sinar matahari yang berlebihan.
Terutama pada orang yang berkulit terang atau putih.
Lokasinya pada bibir dan berkembang dari sel-sel basal epidermis,terutama dari benih folikel
rambut atau mukosa.
Lesi terlihat menonjol dengan bagian tengah lesi mengalami ulserasi.

Gambaran HPA :
Tumor berkembang dari proliferasi sel-sel basal epitel atau dermis membentuk basophilic atyp
ical basaloid sel yangmelekat ke epidermis atau protrusi ke permukaan.
Tumor nest membentuk lobulus-lobulus dimana basaloid layer tersusun dari sel-sel berbentuk
palisade dan di tengah lobulus terlihat kistik space yang berisi material seperti material mukus.
Di bagian tengah membentuk rongga kistik yang berisi material seperti mukus, inti sel terlihat
jelas, dan berwarna bashopilic
Tanpa adanya diferensiasi menuju keratinisasi.

Tumor Ganas Rongga Mulut Berasal dari Epitel Kelenjar Ludah


I. Karsinoma mukoepidermoid ( Mucoepidermoid carsinoma)
Gambaran klinis :
Pada umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah parotis.
Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan
kelenjar ludah minor di palatum.
Sering terjadi pada orang dewasa.
Penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki.
Tumor ini tumbuh lambat.
Berasal dari sel epithelium duktus.
Berpotensi metastasis.
5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah kelenjar ludah parotis.

Gambaran HPA :
Dibedakan atas low grade, intermediate grade, dan high grade. Gambaran HPA men
unjukkan campuran sel skuamous, sel kelnjar penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate.
Ketiga sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade mer
upakan massa yang kenyal dan yang mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan strukt
ur seperti duktus, dan adanya cystic space yang terdiridari epidermoid sel ( sel skuamous) dan sel
intermediate, sel-sel sekresi kelenjar mucus. Tipe intermediate ditandai dengan massa tumor yan
g lebih solid sebagian besar sel epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit emproduksi kelen
jar mucus. Tipe poorly differentiated ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlih
at sel-sel berdiferensiasi.

II. Karsinoma adenoid kistik ( Adenod cystic carsinoma)


Gambaran klinis :
Tumbuhnya lambat.
Cenderung local invasive.
Kambuh setelah operasi.
Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor.
Dapat pula timbul pada kelenjar lakrimalis, bagian bawah salura pernafasan, nasopharinx, ron
gga hidung, dan sinus paranasalis.
Umumnya terjadi pada penderita usia 40-60 tahun.

Gambaran HPA :
Gambarannya bervariasi.
Sel-sel tumor berukuran kecil.
Sitoplasma jelas.
Tumbuh dalam suatu massa padat, kelompok sel yang beruntai membentuk kolumnar.
Sel-sel tumor saling berhubungan membentuk suatu rongga kistik menghasilkan suatu kelomp
ok tumor yang solid, tubulus, atau cribriform.
Sel-sel tumor menghasilkan membrane basalis ynag homogen sehingga menunjukkan suatu ga
mbaran yang sangat spesifik menyerupai bentuk silindris.
Tumor kemungkinan berasal dari sel-sel yang berdiferensiasi ke sel-sel duktus intercalated da
n ke sel mioepithelium.

III. Karsinoma Sel Asinar ( Acinic cell carsinoma)


Gambaran klinis :
Tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi.
Umumnya pada laki-laki muda usia 20-30 tahun.
Tumor ini tidak berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk massa bulat,
dengan diameter kurang dari 3 cm.
Tumor ini bisa bermetastasis ke limfonodi regional.

Gambaran HPA :
Tumor berisi sel-sel asinar yang seragam dengan nucleus kecil berada dis entral den
gan sitoplasma yang basofilik dan padat mirip sel-sel sekretorius( asinar) dari kelenjar ludah nor
mal.

Tumor ganas rongga mulut dari jaringan ikat mesenkim


I. Fibrosarcoma
Gambaran klinis :
Merupakan tumor ganas jaringan ikat fibrosa.Sarkoma adalah tumor ganas jaringan
mesenkim, missal limfosarkoma, osteosarkoma, kondrosarkoma. Predileksi tempat : dapat terjadi
dimana saja dalam rongga mulut. Lebih sering pada jaringan ikat fibrosa rahang bawah disbandin
g di maksila. Tumor pada rahang biasanya berasal dari jaringan periosteum atau endosteum. Laki
-laki lebih sering dibanding wanita. Predileksi umur : pada semua umur. Gejala klinis : pembeng
kakan yang sakit, gigi goyang.

Gambaran HPA :
Gambaran fibrosarkoma biasanya sangat seluler, sehingga kadang-kadang stroma tu
mor tidak dapat dibedakan lagi. Sel tumor menyebar secara merata. Sel tumor terdiri dari sel fibr
oblast yang sudah berubah menjadi sel dengan inti pleomorfik, hiperkromatik. Mitosis sering dite
mukan. Sel tumor berbentuk mesoblastik, menyebar atau tidak membentuk sarang-sarang sel,
dengan inti hiperkromatik dan pleomorfik. Stroma terdiri dari jaringan ikat. Sel-sel atypik
umumnya membesar ( Sel Bizare). Susunan sel menjadi tidak teratur, pada beberapa tempat
masih dapat di pisahkan oleh bentukan berkas-berkas.
II. Neurosarcoma
Gambaran klinis :
Juga disebut malignant schwannoma atau fibrosarkoma dari selubung saraf.
Tumor yang berkembang dari sel schwann atau dari saraf perifer
Biasanya lesi primer terjadi sepanjang proksimal batang saraf utama
Tumor biasanya asimtomatis sampai terjadi adanya neuropraksia
Pemeriksaan menunjukan massa fusiform yang besar

Gambaran HPA :
Pola fibrillar yang renggang.
Menunjukkan multiple mitotic dan menunjukkan pola eosinofilik dari jaringan neural dengan i
nti yang berbentuk koma
Ada lesi yang undifferentiated diperlukan pemeriksaan mikroskop elektron untuk membedakan
nya dengan fibrosarcoma.

III. Liposarcoma
Gejala klinis :
Terjadi di daerah leher, pipi, bibir dan palatum lunak.
Dapat berkembang pada setiap usia, tetapi kebanyakan kasus terjadi pada kelompok umur sete
ngah baya, dengan usia rata-rata 45 tahun.
Memperbesar perlahan, tanpa rasa sakit, permukaan massa lembut tanpa ulserasi atau perda
rahan.
Bermetastasis
Kadang kasus tumbuh dengan kecepatan yang mengkhawatirkan
Gambaran radiografis : Transillumination menunjukkan area kepadatan berkurang.

Gambaran HPA :
Lesi luas terdiri dari seprai dan berkas adipocytes admixed
Tampak sedikit lipoblasts
Dipisahkan oleh septa fibrosa yang mengandung sel-sel gelendong dengan init hyperchromati
c dan agak pleomorphic
Kadang tampak Signet-sel ring
Serat kolagen tampak longgar kadang cukup padat

IV. Osteosarcoma
Gambaran klinis :
Merupakan tumor primer jaringan mesenkim pembentuk tulang yang paling ganas. S
ering bermetastasis secara hematogen ke paru-paru. Predileksi umur : Biasanya ditemukan pada
usia dekade ke 2-3, jarang di atas 50 tahun, kecuali pada penderita penyakit paget.

Ada dua bentuk osteosarkoma :

1. Tipe osteoblastik / sklerosing : pada gambaran radiologist memberi gambaran


sun ray.
2. Tipe osteolitik : lebih banyak penghancuran tulang disbanding pembentukan.
Pembentukan tempat : metastasis tulang panjang, seperti distal femur, proksimal tibia, hu
merus, fibula. Pada tulang rahang, lebih sering pada mandibula, terutama daerah simfisis, ramus
ascendesns.
Terlihat sebagai pembengkakan yang tumbuh cepat, sakit, kesemutan pada bibr da dagu k
arena tertekannya saraf alveolaris inferior, terbatasnya pergerakan, gigi goyang dan malposisi. Pa
da rahang atas dapat terjadi obstruksi nasal dan tertekannya mata. Ulserasi pada kulit dan mukos
a mulut terjadi pada fase lanjut.

Gambaran HPA :

Gambarannya bervariasi. Sel osteoblast dengan bentuk bervariasi, berbentuk spindle


atau olihedral, inti hiperkromatik dan pleomorfik. Kadang-kadang mengandungtulang rawan. Pa
da tipe osteolitik, biasanya osteosarkoma mengandung sel datia tumor dan banyak gambaran mit
osis.

V. Chondrosarcoma
Gambaran klinis :
Merupakan tumor ganas tulang rawan. Predileksi tempat : tulang panjang, anggota b
adan, tulang rusuk, pelvis. Dapat terjadi pada tulang rahang. Lebih sering pada daerah alveolar ra
hang atas. Jarang ditemukan pada jari tangan dan kaki. Predileksi umur : usia dekade 5-6. Laki-la
ki lebih sering dibanding wanita.

Gambaran HPA :
Adanya sel tulang rawan primitive yang menimbulkan kerusakan jaringan tulang sek
itarnya. Tumor mengandung jaringan mesenkim yang malignan yang memproduksi sel tulang ra
wan abnormal. Terlihat sel tumor dengan inti besar, pleomorfik, hiperkromatik, kadang-kadang
berinti dua dan ada kerusakan jaringan.
VI. Angiosarcoma
Gambaran klinis :
Jarang terjadi di mulut, tumor telihat sebagai massa daging yang terulserasi, warna merah
atau keunguan.
Bentuk lesi tidak khas
Mudah terbentuk anak sebar yang luas dengan prognosa yang sangat buruk.

Gambaran HPA :
Tumor anaplastik dengan tipe sel yang tidak teratur tetapi dengan pembentukan
beberapa pembuluh darah.

VII. Lymphoma
Limfoma merupakan tumor ganas jaringan limfoid, berbentuk massa padat pada kele
njar. Ada dua tipe limfoma, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.
1. Limfoma Hodgkin
Gambaran klinis :
Predileksi tempat : kelenjar getah bening leher dan kepala. Predilesi umur : teradi
pada usia dewasa muda ( sekitar 20 tahun) dan usia dekade ke-5.

Gambaran HPA :
Ciri khas limfoma Hodgkin adalah adanya sel datia Reed Sternberg, meskipun kad
ang-kadang tidak dijumpai. Sel lain yang juga merupakan ciri khas adalah sel lakunar ( menyeru
pai sel datia Reed Stenberg, tetapi lebih kecil) dan sel mononuclear Hodgkin. Sel datia Reed Sten
berg mempunyai gambaran khas, tampak besar dengan dua inti yang saling berhadapan atau dise
but mirror image, karena letak kedua inti sel seperti bayangan objek pada cermin. Kadang-kadan
g ditemukan sel tumor yang dikelilingi oleh zona halo dan nucleolus yang jelas sehingga dinama
kan owl eye.

2. Limfoma non-Hodgkin
Gambaran klinis :
Merupakan tumor ganas berbentuk padat dan berasal dari jaringan limforetikuler p
erifer. Predileksi tempat : Jaringan limforetikuler perifer kelenjar limfe, kelenjar limfe palatum, g
usi, pipi, dasar mulut dan tonsil.

Gambaran HPA :
Tampak jaringan kelenjar limfe dengan arsitekstur sudah tidak teratur, menghilang
dan sebagian besar sudah diganti oleh sel ganas yang bentuknya lebih besar dari sel limfosit. Inti
sel tampak hiperkromatik, pleomorfik dengan nucleoli nyata. Mitosis biasanya terlihat jelas.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kista rongga mulut


Kista adalah rongga patologik yang dapat berisi cairan, semisolid/semifluid, atau gas yang b
ukan berasal dari akumulasi pus maupun darah. Kista dapat terjadi dianatara tulang atau jaringan
lunak. Dapat asymptomatic atau dapat dihubungkan dengan nyeri dan pembengkakan. Pada umu
mnya kista berjalan lambat dengan lesi yang meluas. Mayoritas kista berukuran kecil dan tidak
menyebabkan pembengkakan di permukaan jaringan. Apabila tidak ada infeksi, maka secara klin
is pembesarannya minimal dan berbatas jelas. Pembesaran kista dapat menyebabkan asimetri waj
ah, pergeseran gigi yang terlibat, hilangnya gigi yang berhubungan atau gigi tetangga. Dilihat dar
i gambaran radiograf, terlihat radiolusen yang dikelilingi lapisan radiopak tipis, dapat berbentuk
unilokular atau multilokular.

Klasifikasi kista rongga mulut :


Berdasarakan perkembangan :
- Odontogenik
Kista Odontogenik merupakan kista yang dinding epitelnya berasal dari sisa-sisa organ
pembentuk gigi (odontogenik) yang mampu berproliferasi dan potensial menjadi tumor. Ada tiga
macam sisa epitel yang berperan dalam pembentukan beberapa kista odontogenik, yakni:
a. Sisa-sisa epitel atau glands of serres yang tersisa setelah terputusnya dental lamina. Ini
merupakan penyebab keratosis odontogenik. Juga dapat menjadi penyebab beberapa kista
odontogenik developmental lainnya, seperti kista gingiva dan kista periodontal lateral.
b. Epitel email tereduksi yang berasal dari organ email dan menutupi gigi impaksi yang
sudah terbentuk sempurna. Kista dentigerous (folikuler), kista erupsi, dan kista paradental
inflammatory berasal dari jaringan ini.
c. Sisa-sisa Malassez yang terbentuk melalui fragmentasi dari epithelial root sheath of
Hertwig. Seluruh kista radikuler berasal dari sisa-sisa jaringan ini.

Kista Odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari developmental dan
kista inflammatory. Kista Developmenal yakni yang tidak diketahui penyebabnya, namun tidak
terlihat sebaga hasil reaksi inflammatory. Kista inflammatory merupakan kista yang terjadi
karena inflamasi.

Berikut pembagian dari developmental cyst :


I. Primordial cyst (Odontogenic Keratocyst)
Kista yang berasal dari epitel email organ yang akan membentuk benih gigi tapi
terganggu pertumbuhannya. Dapat berasal dari benih gigi normal atau berasal dari benih gigi
yang berlebih. Dan seperti kista-kista yang lain, maka cairan kolesterol yang terbentuk makin
bertambah besar juga. Sesuai dengan definisinya, kista primordial tumbuh sebagai pengganti
gigi. Kiranya, bentuk folikel gigi dan sesudah itu berlanjut menjadi degenerasi kista bahkan
tanpa odontogenesis yang sempurna. Terdapat lapisan epitel yang mengelilingi jaringan pengikat
yang mengalami keratinisasi. Dan jika kista ini berasal dari benih gigi yang normal maka gigi
normal itu akan tidak nampak di mulut (impaksi). Menurut Thomas, kista primordial sering
dijumpai pada regio molar tiga dan sering meluas ke regio ramus assendens dan biasanya
merupakan kista yang multinuklear. Kista ini merupakan kista odontogenik yang jarang, dan
bakal lesi sebagai kista primordial dapat menandakan kista residual. Histologi dari lesi ini
merupakan epitelium skuamous stratified nondeskrip. Riwayat gigi yang lengkap penting untuk
menetapkan diagnosa kista primordial (dibandingkan kista residual), meskipun beberapa
diagnosa sering memiliki makna klinis yang kecil dalam hubungannya dengan perencanaan
perawatan dan pembuatan keputusan.

II. Kista Gingiva


Sisa-sisa epitel dari lamina dentalis dapat membentuk kista kecil yang dapat terlihat
sebagai kista gingiva. Tetapi hal ini jarang terjadi, karena biasanya kista kecil ini menghilang
dalam proses perkembangan yang normal. Dapat juga kista ini dilapisi dengan lapisan epitel
yang tipis dan juga terdapat massa seperti keratin. Atau bisa juga merupakan kelompok epitel
dengan degenerasi hidrogen dari sel-sel sentralnya. Dapat juga merupakan jaringan-jaringan
kelenjar yang heterogen. Gambaran klinik dari kista ini berupa pembengkakan kecil pada gingiva
dan biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histologis dari jaringan gingiva.

Ada 2 macam kista gingiva, yaitu :


1. Kista Gingiva pada Bayi
Kista gingiva pada neonatal umumnya terjadi secara multipel tetapi kadang-
kadang terjadi sebagai nodul yang soliter. Kista ini bertempat pada ridge alveolar pada neonatal
atau bayi muda. Struktur ini berawal dari sisa lamina gigi dan terletak dalam corium dibawah
permukaan epitelium. Kadang-kadang, kista ini dapat menjadi cukup besar sehingga dapat
tercatat secara klinis sebagai pembengkakan berwarna putih yang terpisah pada ridge. Kista ini
umumnya tidak bergejala dan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman bagi bayi. Kista gingiva
pada neonatal adalah kista sejati dengan suatu tepi epitelial yang tipis. Lumen biasanya terisi
dengan keratin tetapi dapat terdiri dari beberapa sel radang, kalsifikasi distropik, dan hyaline
body, seperti yang umumnya ditemukan pada kista dentigerous. Tidak ada perawatan yang
diperlukan untuk lesi ini, yang mana biasanya lenyap dengan pembukaan ke permukaan mukosa
atau melalui gangguan erupsi gigi. Kista ini seperti kebanyakan yang dijelaskan dalam literatur
lama sebagai geligi predesidui.
2. Kista Gingiva pada Orang Dewasa
Kista gingiva pada orang dewasa hanya ditemukan pada jaringan lunak pada
daerah premolar bawah. Kista ini muncul sebagai lesi yang meregang, fluktuan, vesikular dan
berbentuk bulla. Secara histologi, kista ini terlihat seperti kista periodontal lateral, dan kista ini
kemungkinan memiliki gambaran lesi yang sama jika ditemukan pada jaringan lunak.

III. Kista Periodontal Lateral


Kista ini biasanya tidak tampak secara klinis tetapi terdeteksi pada pemeriksaan
radiografi. Kista ini memiliki suatu histologi yang berbeda teriri dari dinding kista noninflamasi
fibrous yang tebal, dan batas epitelium terbuat dari sel kubus yang tipis. Tepi ini tidak sempurna
dan mudah terkelupas dengan gambaran penebalan sel bersih pada interval berkala. Kista ini
tumbuh dari lamina gigi postfungsional dan tidak ada penjelasan yang baik diketahui untuk
lokalisasi yang ditunjukkan. Gambaran klinisnya, lesi ini biasanya asymtomatik dan diameternya
kurang dari 1cm, jika kista terinfeksi sekunder, maka lesi ini akan menunjukkan suatu abses
lateral periodontal. Sekitar 50-75% kista ini berkembang pada mandibula, umumnya pada gigi
insisivus pertama sampai premolar kedua, dan pada maxilla pada gigi insisivus sentral sampai
caninus.
Secara radiologis terdapat gambaran radiolusensi berbatas tegas dengan kortical
boundary dan berbentuk bulat oval, kadang-kadang dengan akar yang radiopak. Kista kecil bisa
mempengaruhi lamina dura gigi tetangga. Kista yang berukuran besar dapat menggeser gigi-gigi
tetangga dan mengakibatkan ekspasi.

IV. Kista Dentigerous (Folikuler)


Kista dentigerous adalah kista odontogenik yang berkembang dalam folikel dental
yang normal dan mengelilingi gigi yang tidak erupsi. Kista dentigerous diperkirakan tidak
menjadi neoplastik. Lebih sering ditemukan dalam daerah dimana terdapat gigi yang tidak
erupsi, yaitu gigi molar ketiga rahang bawah, molar ketiga rahang atas dan kaninus rahang atas
dengan penurunan frekuensi mulai dari molar ketiga rahang bawah hingga kaninus rahang atas.
Kista ini dapat tumbuh sangat besar dan dapat menggerakkan gigi, tetapi, lebih umumnya, kista
ini relatif kecil. Kista dentigerous tunggal adalah kista odontogenik kedua yang paling sering
ditemukan setelah kista radikular. Terkadang dapat terjadi kista bilateral (yang terjadi pada kedua
sisi wajah) ataupun kista multiple, yang telah dilaporkan ditemukan pada pasien dengan penyakit
sistemik seperti mucopolysaccharidosis dan cleidocranial dysplasia.

Kista ini dapat dibagi dalam :


1. Tipe sentral di mana kista meliputi korona gigi secara simetris, sehingga korona
gigi terdapat di sentral. Tipe ini yang paling banyak dijumpai.
2. Tipe lateral di mana kista berkembang pada sisi lateral gigi. Kista ini jenis ini
tidak banyak terjadi.
3. Tipe multilateral terdiri atas banyak kista dan terjadi sebagai akibat proses
degenerasi dari sekelompk sel-sel lamina dentalis yang kemudian menjadi kista.

Gejala :
Kebanyakan kista dentigerous tidak disertai rasa sakit. Bila kista berukuran kecil,
biasanya akan terlihat pada pemeriksaan radiografik, yang dilakukan karena adanya gejala kista
dan untuk melihat kondisi gigi yang impaksi. Namun bila kista membesar, biasanya terjadi
pembengkakan wajah yang tidak disertai rasa sakit.

Gambaran Radiografik :
Penampakan radiografi biasanya adalah suatu lesi radiolusen yang terdermakasi
dengan baik menyerang pada sudut akut dari daerah servikal suatu gigi yang tidak erupsi. Tepi
lesi dapat radiopak. Perbedaan gambaran radiografi antara kista dentigerous dan folikel dental
normal selalu didasarkan pada ukurannya. Bagaimanapun, secara histologi, suatu perbedaan
selain dari ukurannya telah ditemukan. Folikel gigi secara normal dibatasi oleh berkurangya
epitel enamel, jika kista dentigerous dibatasi oleh suatu epitelium skuamos stratified tidak
terkeratinisasi. Kalsifikasi distropik dan suatu kelompok sel mukous dapat ditemukan dalam
kista. Selain itu juga lazim ditemukan resorpsi radiks gigi di daerah yang berdekatan dengan lesi.

Kista dentigerous berkembang dari epitel folikular dan epitelium folikular memiliki
suatu potensi yang besar untuk bertumbuh, berdiferensiasi dan berdegenerasi dibandingkan
dengan epitrlium dari kista radikuler. Kadangkala, lesi yang lebih merugikan lainnya muncul
dalam dinding kista dentigerous, termasuk karsinoma epidermoid yang muncul dari sel mukosa
didalam dinding kista, ameloblastoma (lihat tumor odontogenik; 17% ameloblastoma muncul
dalam sebuah kista dentigerous), dan karsinoma sel skuamous. Sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya, kista dentigerous juga dapat menjadi sangat besar dan dapat
memberikan risiko fraktur rahang patologis kepada pasien.

Komplikasi :
Komplikasi yang dapat terjadi dari kista dentigerous di antaranya:
a. Kista yang terjadi pada rahang atas dapat menyumbat dan merubah
posisi maxillary antrum dan rongga hidung, terutama kista yang berukuran besar.
b. Kista yang terjadi pada rahang bawah dapat menyebabkan parestesi dan dapat
terjadi perubahan displastik.

V. Buccal Bifurcation Cyst (BBC)


Gambaran klinis :
- Tertundanya erupsi M1 dan M2 mandibula
- Pada pemeriksaan klinis, molar mungkin missing atau puncak cusp lingual bisa
abnormal menonjol keluar melalui mukosa, lebih tinggi dari pada posisi cusp buccal.
- Gigi geligi selalu vital
- Hard swelling bisa terdapat pada buccal molar dan jika terdapat infeksi sekunder,
pasien bisa merasakan nyeri.

Gambaran RO :
Lokasi
- Paling sering terjadi pada m1 mandibula
- Terkadang terjadi secara bilateral
- Selalu terdapat pada furkasi buccal dari molar yang bersangkutan
Batas Luar dan Bentuk
- Pada beberapa kasus tidak ada batas luar, lesi bisa sangat halus region radiolusen
berlapis pada gambaran akar molar.
- Beberapa kasus, lesi memiliki bentuk sirkular dengan tepi cortical yang tega
Struktur Internal
Radiolusen

VI. Kista Erupsi


Kista erupsi ini terjadi pada gigi yang hendak erupsi dan ditutupi lapisan mukosa.
Kista berkembang sebagai hasil dari pemisahan trem dental folikel sekitar mahkota gigi erupsi
yang masih berada dalam jaringan lunak diatas tulang alveolar. Jika kista ini meluas ke sebelah
sisi gigi yang sedang erupsi itu dan tidak hanya terdapat pada permukaan gigi tersebut, maka
kista ini disebut kista dentigerous. Pada lapisan epitel yang mengelilinginya terdapat jaringan
pengikat fibrous yang mengandung sel-sel inflamasi.Sering terdapat pada gigi desidui atau gigi
molar permanen yang hendak erupsi.

Pemeriksaan klinis :
Kista erupsi terlihat halus, sering translusen, bengkak pada mukosa gingiva yang
berada diatas mahkota gigi desidui atau gigi permanen. Lesi sering terlihat pada gigi molar
permanen dan insisivus maksila.
- Non odontogenik
Ada 2 tipe yaitu
I. Tipe fisura :
- Kista nasoalveolar. Timbul dari epitel batas antara prosesus maksilaris dengan prosesus
nasalis lateral. Secara klinis terlihat muka atau hidung asimetris.
- Kista median. Terletak pada fisura mediana palatum, berasal dari sisa jaringan
embrional.Biasanya pada hasil foto rontgen terlihat kista berhimpitan dengan sinus paranasal.
- Kista globulomaksilaris. Terletak pada rahang atas di antara insisivus lateral dan kaninus,
yaitu pertemuan antara prosesus globularis dan prosesus maksilaris. Pada pemeriksaan radiologi
terlihat gambaran radiolusen berbentuk buah pir, divergensi akar gigi insisivus dan kaninus.
- Kista nasopalatinal. Merupakan kista tipe fisura ysng paling banyak, berlokasi di kanalis
insisi

II. Tipe brachial cleft :


seperti kista dermoid dan duktus tiroglosus.

Berdasarkan retensi :
I. Mukokel
Berasal dari kelenjar saliva minor tipe mukus. Terjadi karena mukus mengisi ruangan
dalam jaringan ikat dengan cara menembus dinding saluran kelenjar saliva (ekstravasasi). Secara
klinis terlihat adanya pembengkakan bulat berbatas jelas, dan berwarna bening kebiru-biruan.
II. Ranula
Berasal dari kelenjar saliva mayor sublingual. Ranula dasar mulut terjadi pada anterior
kelenjar sublingual dan plunging ranula terjadi pada posterosuperior kelenjar sublingual. Secara
klinis terlihat seperti perut kodok, menggembung dan berdinding tipis transparan kebiru-biruan,
tidak sakit, dan biasanya hanya satu sisi (asimetris).

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tumor jinak dan ganas kelenjar
saliva
Tumor kelenjar saliva adalah kondisi langka di mana pertumbuhan kelenjar ludah
tidaknormal. Kelenjar ludah yang utama terdiri dari kelenjar parotis (lokasi sisi wajah), kelenjar
di bawah rahang, dan kelenjar sublingual. Kelenjar yang kecil berada pada langitangit mulut dan
terletak disepanjang rongga mulut, sinus, dan hidung. Kelenjar ini hanya dapat dilihat di bawah
mikroskop. Tumor kelenjar ludah bisa jinak atau ganas. Sebanyak 80% tumor yang
terletak di jalur utama merupakan tumor jinak tetapi jika terletak di area lainnya, 80% nya
merupakan tumor ganas.

Klasifikasi tumor kelenjar saliva :


Tumor Jinak Kelenjar Saliva
I. Pleomorphic Adenoma
Pleomorphic adenoma atau mixed tumor merupakan tumor jinak yang berasal dari kelenjar
ludah yang dapat tumbuh dari kelenjar ludah minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh lambat,
tidak menimbulkan rasa sakit, dapat digerakan, dan konsistensi kenyal dengan permukaan yang
halus. Tumor dapat membesar mendesak jaringan sekitarnya. Adenoma Pleomorfik adalah tumor
kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada kelenjar parotis. Tumor ini merupakan tumor
campuran (benign mixed tumor), yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan
tersusun dalam beberapa variasi komponennya.
Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat. Pertumbuhan
tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya lunak. Secara histologi dikarakteristik
dengan struktur yang beraneka ragam. biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau
seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata.
Penyebab Adenoma pleimorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti, diduga
karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Adenoma pleimorfik mempunyai gambaran
klinis berupa massa tumor tunggal, pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Pada
daerah parotis, meskipun diklasifikasikan sebagai tumor jinak, dalam ukurannya tumor dapat
bertambah besar dan menjadi destruktif setempat. Reseksi bedah total merupakan satu-satunya
terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah cedera pada saraf fasialis dan saraf
dilindungi walaupun jika letaknya sudah berdekatan dengan tumor.
Diagnosis banding untuk Adenoma pleomorfik adalah neoplasma maligna: karsinoma
kistik adenoid, adenokarsinoma polimorfik derajat rendah, neoplasma adnexa dalam, dan
neoplasma mesenkimal. Komplikasi yang jarang dari adenoma pleomorfik adalah perubahan ke
arah ganas yaitu karsinoma ex-pelomorfik adenoma (carcinoma ex-pleomorphic adenoma) atau
nama lainnya tumor campur jinak yang bermetastasis (benign metastazing mixed tumors).
Prognosis adenoma pleomorfik adalah sempurna, dengan angka kesembuhan mencapai 96 %.
Perawatan tumor pleomorfic adenoma adalah dengan pembedahan dengan
mengupayakan seluruh jaringan tumor terangkat. Jika pengambilan tumor tidak hati-hati dan
meninggalkan sel tumor di dalam jaringan mesenkim glandula, maka dapat terjadi kekambuhan.
Jika tumor ini tumbuh didalam jaringan parotis kadangkala nervus fasialis diikutsertakan diambil
bersama jaringan tumor. Prognosis setelah perawatan baik, karena umumnya jika terjadi
kekambuhan lokal tidak menunjukan tanda-tanda keganasan.

II. Warthins Tumor


Tumor jinak kelenjar saliva lain yang relatif sering. Tumor ini paling sering terjadi pada
pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya dengan faktor resiko merokok. Tumor ini juga
merupakan tumor yang paling sering terjadi bilateral. Tumor ini dikenali berdasarkan
histologinya dengan adanya struktur papil yang tersusun dari lapisan ganda sel granular eusinofil
atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi limfostik yang matang.
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila terletak pada
kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthins tumor yaitu memiliki stroma
limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi ganas tidak pernah dilaporkan. Lebih sering
ditemukan pada kelenjar mayor.
Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan suatu massa
dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari lobus superficial parotis. Jika
pemeriksaan radiosialografi dilakukan maka dapat dilihat peningkatan aktivitas yang
berhubungan dengan adanya onkosit dan peningkatan isi dari mitokondrianya. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histologi. Terapi terdiri dari reseksi bedah dengan
melindungi saraf fasialis.
Perawatan dari tumor Warthins adalah pembedahan dengan seluruh jaringan tumor dengan
mengupayakan kapsul terangkat utuh tanpa meninggalkan sel tumor tersisa di dalam jaringan
kelenjar ludah parotis. Pengangkatan sempurna dapat mencegah kekambuhan. Prognosis setelah
perawatan adalah baik.
III. Karsinoma Mioepitel
Tumor ini jarang ditemui. Tumor ini unik karena terdapat diferensiasi mioepitel dengan
struktur immunohisto-kimia dan struktur ultra yang unik. Diobati dengan radiasi pasca operasi
dan kemoterapi jika diindikasikan.

Tumor Ganas Kelenjar Saliva


I. Karsinoma Mukoepidermoid
Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah
parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering melibatkan
kelenjar ludah minor di palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan
jenis kelamin penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor
tumbuhnya lambat dan berasal dari sel epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-
10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah kelenjar ludah parots.
Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate
grade dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar
penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang
berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan yang
mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic
space yang terdiri dari sel epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel sekresi
kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar
epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly
differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel berdiferensiai.
Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik
well differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90% kasus well differentiated
dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly differentiated/high grade, prognosis
menjadi buruk, dan kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%).

II. Karsinoma Adenoid Kistik


Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma, merupakan tumor
ganas yang berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal invasive, dan
kambuh setelah operasi. Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini
tidak hanya timbul pada kelenjar ludah atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul pada kelenjar
lakrimalis, bagian bawah dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung, dan sinus
paranasalis. Umumnya melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun.
Secara histopatologi anatomis adenoid kistik carcinoma mempunyai gambaran/ pola yang
bervariasi. Sel-sel tumor berukuran kecil, mempunyai sitoplasma yang jelas, dan tumbuh dalam
suatu masa yang padat atau berupa kelompok kecil, kelompok sel yang beruntai atau membentuk
suatu kolum-kolum. Didalam kelompoknya sel-sel tumor saling berhubungan membentuk suatu
rongga kistik menghasilkan suatu kelompok tumor yang solid, tubulus, atau cribriform. Sel-sel
tumor menghasilkan membran basalis yang homogen sehingga menunjukan suatu gambaran
yang sangat spesifik menyerupai bentuk silindris.
Perawatan tumor ini sulit diterapi secara sempurna, meskipun adenoid kistik karsinoma
tidak menunjukan metastasis dalam beberapa tahun setelah eksisi, tetapi dalam jangka waktu
yang panjang menunjukan prognosis yang buruk.
III. Karsinoma Sel Asini
Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi,
angka kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah. Tumor ini
berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan diameter
kurang dari 3 cm.
Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih banyak wanita
dibanding pria. Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat metastasis ke nodus
servikal pada 15% kasus. Tanda patologik khas adalah adanya amiloid. Asal mula sel ini
dipikirkan dari komponen serosa asinar dan sel duktus intercalated (Amirlak, 2009). Terapi
karsinoma sel asini meliputi bedah eksisi lengkap. Terapi radiasi pascaoperasi mungkin dapat
membantu pada kasus yang meragukan setelah operasi.

IV. Adenokarsinoma
Merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada anak-anak. Tumor ini terdapat
pada 4 % dari seluruh tumor parotis dan 20 % dari tumor saliva minor. Sebagian besar pasien
tanpa gejala (80%), 40 % dari tumor ditemukan terfiksasi pada jaringan diatas atau dibawahnya,
30 % pasien berkembang metastasis ke nodus servikal, 20 % menderita paralisis nervus fasialis,
dan 15 % merasa sakit pada wajahnya.
Tumor ini berasal dari tubulus terminal dan intercalated atau strained sel duktus. Jenis
jenis yang lain adalah jenis keganasan yang tidak berdiferensiasi yang secara keseluruhan
mempunyai angka harapan hidup yang buruk. Kanker sel asini dan karsinoma adenokistik pada
awalnya hampir mempunyai perjalanan penyakit yang jinak, dengan harapan hidup yang lama,
hanya menunjukkan kekambuhan terakhir pada daerah yang pertama kali timbul atau distal dari
daerah tersebut atau metastasis paru. Terapi tetap reseksi adekuat, total, dan atau regional.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang neoplasma


dan kista oromaksilofasial
Biopsi
Biopsi merupakan tindakan pengambilan jaringan pada tubuh yang dicurigai kanker tersebut
sebagai sampel. Lalu dokter akan melakukan pemeriksaan mikroskopik untuk menentukan sifat
jaringan kanker tersebut.

Tujuan utama biopsi kanker ini yaitu :


- Mengenali bentuk morfologi jaringan tumor Dengan mengetahui morfologi jaringan
tumor,bisa membantu menganalisa tipe histologic-nya, sub tipye tumor yang ada, serta grading
sel
- Radikalitas tumor
- Staging tumor
- Berguna untuk mengukur specimen tumor dalam centimeter, seberapakah luas ekstesi
tumor, bentuknya, dan nodus regional tumor tersebut.

Syarat melakukan biopsi :


- Tidak di anjurkan untuk membat flap
- Menggunakan peralatan yang tajam dan steril
- Tidak di lakukan pemasangan drain
- Hanya melukai di bagian jaringan tumor yang di curigai saja
- Geris inisisi melihat rencana terapi definitive (artinya di letakkan pada bagian yang akan di
ambil saat operasi definitif)

Macam Biopsy :
- Brush
Merupakan tehnik jaringan biopsy untuk jaringan lunak rongga mulut . mukosa. Tehnik ini
adalah pemeriksaan tambahan yang digunakan sebagai metode pemeriksaan lesi mulut yang tid
ak memerlukan biopsy pembedahan. Pada tehnik ini menggunakan sejenis sikat yang mampu m
engambil sel pada seluruh lapisan epitel, termasuk basal dan yang paling superficial di bawah lap
isan epitel. Pada tehnik brush ini tidak perlu melakukan suatu anastesi, Sikat yang digunkan yakn
i sikat disposibel steril. Yaitu sejenis sikat yang berbentuk melingkar .
Cara penggunaan :
1. Sikat atau brush untuk mengumpulkan sampel sel epitel dilembabkan dengan air atau air liu
r pasien.
2. Diaplikasikan pada permukaan lesi
3. Kontak antar sikat dan permukaan mukosa dapat di sepanjang permukaan sikat yang melin
gkar maupun yang datar tergantung lokasi
4. Sikat diputar dengan tekanan cukup 5-10 x sampai timbul bintik pendarahan dan itu berarti
sikat memasuki lamina propia.
5. Sel yang di dapat dipindahkan ke kaca objek
6. Fiksasi alcohol
7. Dibiarkan kering di udara
8. Sampel sel diskrining dengan computer yang telah deprogram untuk mendeteksi perubahan
sitologi
- Eksisi
Yaitu tehnik biopsy dengan cara mengambil seluruh jaringan lesi, melibatkan jaringan n
ormal. Digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang secara klinis merupakan lesi jinak.

- Insisi
Yaitu tehnik biopsy dengan cara mengambil sebagian jaringa lesi, mengikut sertakan jari
ngan normal sekitarnya.
Indikasi :
1. Lesi besar d > 1 cm
2. Jika eksisi total sulit dilakukan

- Aspirasi
Biasanya dilakukan pada lesi kelenjar liur
Indikasi:
1. Lesi yang diperkirakan berisi cairan
2. Menggunakan spuit ( syringe) yang menggunakan jarum 189 4 ugc
3. Anastesi local, tidak melibatkan banyak jaringan
4. Biasanya setelah aspirasi dilakukan insist.( eksisi)

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang dampak dan manifestasi oral
kemoterapi & radioterapi
Kemoterapi
Efek samping yang dapat disebabkan kemoterapi antara lain :
- Rambut rontok
Rambut rontok sementara adalah salah satu konsekuensi dari kemoterapi. Sel-sel folikel
rambut adalah salah satu sel yang membelah dengan cepat dalam tubuh. Karena obat kemoterapi
tidak dapat membedakan sel ini dan sel berbahaya, obat kemoterapi juga menghancurkan sel-sel
folikel rambut, menyebabkan rambut rontok.
- Mual
Mual adalah salah satu efek samping yang paling umum. Ini dapat menyebabkan
kehilangan nafsu makan, konstipasi, dan dehidrasi. Mual yang agak parah juga dapat
menyebabkan muntah-muntah.
- Diare dan konstipasi
Sel-sel di dinding usus juga dihancurkan oleh obat kemoterapi, sehingga menyebabkan
diare. Diare selama pengobatan kanker juga dapat disebabkan karena kecemasan, stres,
kekurangan gizi, atau bedah usus. Diare dapat menyebabkan sakit perut, kram perut, kembung,
mual, kehilangan nafsu makan, dan iritasi kulit. Beberapa penghilang rasa sakit dan pengobatan
anti kanker juga dapat menyebabkan konstipasi, ini dapat terjadi jika kurang asupan serat atau
cairan.
- Reaksi alergi atau hipersensitivitas
Kemoterapi dapat menyebabkan reaksi alergi atau hipersensitivitas, yang dipicu oleh
respon sistem kekebalan tubuh. Anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah, yang dapat
menyebabkan tekanan darah rendah, syok, atau bahkan kematian. Gejala utama reaksi alergi
antara lain sulit bernafas, ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan kelopak mata, pembengkakan
lidah, dan pembengkakan bibir.
- Masalah kulit
Kemoterapi dapat menyebabkan masalah-masalah kulit seperti ruam kulit dan kulit kering.
Selain itu juga dapat menyebabkan kulit terkelupas, pecah-pecah, bersisik, dan gatal.
- Kelelahan
Banyak pasien kanker mengeluh kelelahan dan kurang tenaga. Ini disebabkan rasa sakit,
kehilangan nafsu makan, kekurangan tidur serta darah rendah. Kelelahan karena kemoterapi
muncul tiba-tiba dan dapat berlangsung beberapa hari, beberapa minggu, atau bahkan sampai
beberapa bulan.
- Sakit tenggorokan dan sariawan
Obat anti kanker dapat menyebabkan iritasi pada jaringan mulut dan tenggorokan. Iritasi
pada jaringan mulut akhirnya menyebabkan sariawan. Sebagai akibatnya pasien menjadi sulit
berbicara, makan, mengunyah, dan menelan karena rasa sakit yang ada.
- Saraf dan otot
Dalam beberapa kasus kemoterapi mempengaruhi saraf, menyebabkan neuropati perifer.
Menyebabkan gejala seperti lemah, rasa terbakar, kesemutan, rasa sakit, atau mati rasa pada
tangan atau kaki. Masalah terkait saraf dan otot juga dapat menyebabkan gejala seperti
kehilangan keseimbangan, nyeri rahang, rasa sakit saat berjalan, gemetar, sakit perut, atau
kehilangan pendengaran.
- Supresi sumsum tulang
Sel-sel darah seperti sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit diproduksi di sumsum
tulang. Karena kemoterapi menargetkan sel-sel yang membelah dengan cepat, kemoterapi juga
mempengaruhi sel-sel sumsum tulang. Sebagai akibatnya produksi sel darah di sumsum tulang
jadi menurun.
- Anemia
Menurunnya kemampuan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah dapat
menyebabkan kurangnya jumlah sel darah merah. Sel darah merah bertanggung jawab membawa
oksigen ke seluruh bagian tubuh. Karena kekurangan sel darah merah, jaringan tubuh jadi
kekurangan oksigen. Anemia menyebabkan gejala seperti kelelahan, sesak napas, pusing, lesu,
dan lelah.
- Infeksi
Kemoterapi menyebabkan berkurangnya produksi sel darah putih(leukopenia),
menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga tubuh lebih rentan terkena infeksi.
- Pendarahan atau masalah pembekuan darah
Karena supresi sumsum tulang jumlah trombosit yang ada jadi berkurang. Trombosit
memiliki peran penting dalam proses pembekuan darah. Jumlah trombosit yang berkurang
menyebabkan gejala seperti memar tiba-tiba, pendarahan lama setelah luka kecil, mimisan, gusi
berdarah, hematuria, tinja hitam atau berdarah, dan sakit kepala.
- Gejala seperti flu
Beberapa orang mengalami gejala mirip flu beberapa jam setelah kemoterapi. Gejala-
gejala tersebut antara lain seperti sakit kepala, mual, lelah, menggigil, demam ringan, kehilangan
nafsu makan, dan nyeri sendiri.
- Efek pada organ seksual
Kemoterapi dapat mempengaruhi organ seksual baik pria maupun wanita. Obat kemoterapi
dapat menurunkan jumlah sperma, sehingga dapat menyebabkan infertilitas sementara atau
permanen. Obat kemoterapi dapat mempengaruhi ovarium dan kadar hormon, sehingga dapat
menyebabkan gejala seperti menopause dan infertilitas sementara atau permanen.

Pada rongga mulut biasanya timbul :


- Mucositis/Stomatitis
Mucositis dijelaskan sebagai suatu inflammatory toksik yang mempengaruhi traktus
gastrointestinal dari mulut sampai anus, yang dapat dihasilkan akibat dari penyorotan radiasi
sampai agen kemoterapeutik atau radiasi ionisasi. Tipikal mucositis termanifestasi sebagai suatu
eritematous, lesi seperti terbakar atau acak, focal to diffuse, dan lesi ulseratif. Mucositis dapat
tereksaserbasi dengan factor lokal. Mucositis eritematous dapat terjadi 3 hari setelah pemaparan
kemoterapi, tapi secara umum berkisar 3-7 hari. Perkembangan menuju mucositis ulseratif
umumnya berlangsung 7 hari setelah kemoterapi. Mucositis tidak akan bertambah parah jika
tidak terkomplikasi oleh infeksi dan secara normal dapat sembuh total dalam 2-4 minggu. Sekali
mucositis berkembang, keparahannya dan status hematologik pasien membutuhkan manajemen
oral yang tepat. OH yang cermat dan meredakan gejala menjadi fokus dari perawatan. Pada
pemeriksaan klinis, manajemen rekomendasi bersifat anekdot. Beberapa garis panduan untuk
perawatan mulut termasuk penilaian sebanyak dua kali sehari untuk pasien dirumah sakit dan
perawatan mulut yang sering (minimal 4 jam dan sewaktu akan tidur) malahan meningkatkan
keparahan dari mucositis.
- Hemorrhage
Hemorrhage dapat terjadi sepanjang perawatan akibat trombositopenia dan atau
koagulasipati. Pada lokasi terjadinya penyakit periodontal dapat terjadi perdarahan secara
spontan atau dari trauma minimal. Perdarahan oral dapat berbentuk minimal, dengan ptekiae
berlokasi pada bibir, palatum lunak, atau lantai mulut atau dapat menjadi lebih parah dengan
hemorrhage mulut , terutama pada krevikular gingival. Perdarahan gingiva spontan dapat terjadi
ketika jumlah platelet mencapai paling kurang 50.000/kubik/mm.
- Xerostomia
Xerostomia dapat dikenali sebagai berkurangnya sekresi dari glandula saliva. Gejala klinik
tanda xerostomia termasuk diantaranya : rasa kering, suatu sensasi rasa luka atau terbakar
(khususnya melibatkan lidah), bibir retak-retak, celah atau fissura pada sudut mulut, perubahan
pada permukaan lidah, kesulitan untuk memakai gigi palsu, dan peningkatan frekuensi dan atau
volume dari kebutuhan cairan. Pengaturan perawatan preventif oral, termasuk applikasi topikal
flour harus segera dimulai untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Xerostomia dapat dihasilkan
melalui reaksi inflammatory dan efek degeneratif radiasi ionisasi pada glandula saliva parenkim,
khususnya pada serous acinar. Perubahan ini biasanya sangat pesat dan bersifat irreversible,
khususnya ketika glandula saliva termasuk daerah penyorotan radiasi. Aliran saliva mengalami
penurunan 1 minggu setelah perawatan dan berkurang secara progresif ketika perawatan terus
dilanjutkan, Derajat dari disfungsi tersebut sangat berhubungan dengan dosis radiasi dan volume
jaringan glandula pada lapangan radiasi. Glandula parotid dapat menjadi lebih rentan terhadap
efek radiasi daripada glandula submandibular, sublingual, dan jaringan glandula saliva minor.
Jaringan glandula saliva yang telah tidak teradiasi lagi dapat menjadi hiperplastik, sebagian
merupakan kompensasi buat bagian nonfungsional. Saliva dibutuhkan untuk eksekusi normal
dari fungsi mulut seperti mengecap, mengunyah, dan berbicara. Keseluruhan kecepatan aliran
saliva yang kurang dari 0,1 ml/menit dianggap sebagai indikasi xerostomia (normal = 0,3-0,5
ml/menit). Xerostomia menghasilkan perubahan didalam rongga mulut antara lain :
1. Saliva tidak melakukan lubrikasi dan menjadi menebal dan atrofi, yang akan mengganggu
kenyamanan pasien.
2. Kapasitas buffer menjadi tereliminasi, pada mulut kering yang bersih pH umumnya 4,5 dan
demineralisasi dapat terjadi.
3. Flora oral menjadi patogenik.
4. Plak menjadi tebal dan berat, debris tetap bertahan akibat ketidakmampuan pasien untuk
membersihkan mulut.
5. Tidak ada mineral (kalsium, fosfor, fluor) yang tersimpan pada permukaan gigi.
7. Produksi asam setelah terpapar oleh gula dihasilkan oleh demineralisasi selanjutnya pada gigi
dan kemudian dapat menimbulkan kerusakan gigi
8. Nekrosis Akibat Radiasis
Nekrosis dan infeksi pada jaringan yang telah dilakukan penyorotan radiasi sebelumnya
(osteoradionekrosis) merupakan suatu komplikasi yang serius bagi pasien yang menjalani terapi
radiasi pada tumor kepala dan leher. Komplikasi oral akibat terapi radiasi memerlukan terapi
dental yang agresif sebelum, selama dan setelah terapi radiasi untuk meminimalisasi tingkat
keparahan (xerostomia permanent, karies ulseratif, osteomyelitis akibat radiasi dan
osteoradionekrosis).

Radioterapi
Efek samping jangka pendek
Gejala yang paling sering muncul ketika seseorang mendapatkan radioterapi adalah rasa
mual dan muntah, kulit menghitam di bagian tubuh yang terkena radiasi, rambut rontok sedikit
demi sedikit (namun jika melakukan radioterapi pada bagian kepala, leher, atau muka, mungkin
kerontokan yang terjadi akan lebih banyak) merasa kelelahan, gangguan menstruasi pada
perempuan, gangguan terhadap jumlah dan kualitas sperma pada laki-laki, serta timbul berbagai
masalah kulit. Tidak hanya itu, pasien yang menjalani pengobatan radioterapi akan mengalami
penurunan nafsu maka dan menimbulkan masalah pada sistem pencernaan. Namun pasien yang
sedang menjalani terapi harus menjaga status gizi dan kesehatannya melalui asupan.

Efek samping jangka panjang


Telah disebutkan sebelumnya bahwa radioterapi tidak hanya merusak DNA sel kanker
namun juga pada sel normal. Ketika sel normal juga ikut rusak, maka berbagai efek samping pun
akan bermunculan.

Jika yang diradioterapi adalah bagian perut, maka kandung kemih tidak lagi elastis dan membuat
pasien buang air kecil lebih sering
Payudara akan lebih keras dan kencang setelah melakukan radioterapi di bagian payudara
Jika bagian panggul terkena radiasi, maka vagina menjadi lebih sempit dan kurang elastis
Lengan menjadi bengkak bila bagian pundak yang diberikan terapi
Gangguan fungsi paru-paru akibat mendapatkan radiasi di bagian dada
Sedangkan pasien yang mendapatkan radiasi di bagian dada atau leher, berisiko untuk
mengalami penyempitan saluran nafas dan tenggorokan, sehingga susah untuk menelan
Untuk radioterapi yang dilakukan di sekitar panggul, akan menimbulkan efek seperti peradangan
pada kandung kemih, serta nyeri pada perut akibat infeksi saluran kencing

DAFTAR PUSTAKA
Langlais, Robet . P & Miller, Craig. S. 2000. Atlas Berwarna : Kelainan Ro
ngga Mulut yang Lazim. Jakarta

Oedijani. .2007. Efek Samping Terapi Radiasi di Daerah Kepala dan Leher
terhadap Jaringan Sekitarnya. Jurnal PDGI th.46. No.1 ed.Khusus

Pindborg Jens J. 1991. Editor: Lilian Yuwono. Kanker dan Prakenker Ron
gga Mulut. Jakarta
Sudiono janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mu
lut. EGC. Jakarta
Syafriadi Mei. 2008. Patologi Mulut (Tumor Neoplastik dan Non Neoplasti
k Rongga Mulut). Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai