Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL MODUL 4 BLOK 15

GIGITIRUAN CEKAT

Kelompok 2

Ketua : Nancy Valencia ( 1411412015 )


Sekretaris Meja : Monalisa ( 1411411015 )
Sekretaris Papan : Laura Jasanddes ( 1411412024 )
Anggota : Agung Pernando Karen ( 1411411001 )
Annisa Endriani ( 1411412018 )
Firanda ( 1411412010 )
Lisvia Aan kornila ( 1411411006 )
M. Iqbal Pahlawan ( 1311412003 )
Nofitri Rahmoni ( 1411411022 )

Tutor : drg. Delimona, Sp.KG

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Andalas
2016
MODUL 4
GIGITIRUAN CEKAT

SKENARIO 4
Jembatan Marry....

Marry (20 tahun) datang ke klinik gigi Blink-blink untuk dibuatkan gigitiruan yang baru.
Dia kehilangan gigi depan atas kanan akibat kecelakaan 3 bulan yang lalu. Sebenarnya sebulan
yang lalu Marry dibuatkan gigitiruan, tetapi dia tidak merasa nyaman karena adanya landasan
yang menutupi langit-langitnya.
Dari hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh drg. Rosche ditemukan missing teeth
12 dan 26; karies superficialis mesioklusal 25; dan sedikit kalkulus terdapat pada regio anterior
rahang bawah. Dengan pertimbangan kondisi mulut, drg. Rosche menyarankan untuk kehilangan
gigi 12 dibuatkan jembatan adhesive, sedangkan untuk gigi 26 dibuatkan jembatan konvensional
3 unit dengan gigi 25 dan 27 sebagai abutment.
Bagaimana anda menjelaskan mengenai gigitiruan untuk kasus Marry?

Langkah 1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefini-


sikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interprestasi

Jembatan Adhesive : Jembatan yang mempunyai pontik


dan retainer dari logam
non mulia yang dilekatkan pada gigi penyangga dengan perantaraan
bahan adhesif serta menggunakan teknik etsa asam dan pengembalian
jaringan gigi.

Langkah 2. Menentukan masalah

1. Apa tugas MKDKI?


2. Apa tujuan dari inform consent?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar bioetika?
4. Bagaimana hubungan yang seharusnya dijalin oleh pasien dan dokter gigi?
5. Bagaimana hubungan prinsip dasar bioetika dengan kelalaian dalam scenario
6. Apa saja informasi yang ada dalam inform consent?

Langkah 3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan


menggunakan prior knowledge

1. Apa tugas MKDKI?


Tugas MKDKI, diantaranya :
-Menetapkan jenis pelanggaran
-Menentukan jenis pelanggaran disiplin atau etik
Menurut pasal 64 :
- Menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran
disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan
- Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin
dokter atau dokter gigi.

2. Apa tujuan dari inform consent?


Tujuan inform consent :
- Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasien
- Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak
terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tidak
mungkin dhindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan dengan cara
semaksimal mungkin dan bertindak sangat hati-hati dan teliti.
Selain itu, inform consent memiliki tujuan :
- Bagi pasien, inform consent merupakan suatu media untuk menentukan sikap
atas tindakan medis yang mengandung resiko atau akibat.
- Bagi dokter, inform consent merupakan suatu sarana untuk pembenaran atas
tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien.

3. Apa saja prinsip-prinsip dasar bioetika?


Beneficence
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat
manusia, dokter tersebut juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam
keadaan sehat.
Non-Malficence
Yaitu suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang
memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi
pasien sendiri.
Justice
Yaitu suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan adil
dalam kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut.
Autonomy
Yaitu suatu prinsip dimana seorang dokter menghormati martabat manusia, karena
setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri.

4. Bagaimana hubungan yang seharusnya dijalin oleh pasien dan dokter gigi?
Dalam bertugas dan bekerja, seorang dokter memerlukan suatu etik untuk
menjalankan profesinya. Hal ini agar dapat tercapainya suatu keserasian, kecocokan,
dan komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien dan lingkungannya. Jadi
dokter dan pasien haruslah saling menjalin hubungan yang baik, ada beberapa sifat
yang harus ditunjukkan oleh setiap dokter :
- Sifat ketuhanan
- Kemurnian niat
- Keluhuran budi
- Kerendahan hati
- Kesungguhan kerja
- Integritas ilmiah dan sosial
Pada prinsipnya hubungan dokter dan pasien dapat dibina bila masing-masing antar
dokter dan pasien menjalankan hak dan kewajiban mereka sendiri. Adapun kewajiban
dokter :
- Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
sumpah dokter
- Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi
- Seorang dokter dalam melakukan pekerjaannya harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan memerhatikan semua aspek pelayanan kesehatan
menyuluruh
- Setiap dokter harus bersikap tulus, ikhlas, dan menggunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penderita
- Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai salah satu tugas
kemanusiaan.
- dll
Sedangkan hak dokter :
- Menjalankan praktek dokter setelah memperoleh surat izin dokter dan surat
izin praktik
- Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien tentang
penyakitnya
- Bekerja sesuai standar profesi
- Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan etika, hukum,
agama, dan hati nuraninya
- Mengeluarkan surat-surat keterangan
- Menerima imbalan jasa
- dll
Selain dokter, pasien pun memiliki kewajiban dan hak. Kewajibannya antara lain :
- Memeriksakan diri sedini mungkin kedokter
- Memberikan informasi yang benar dan lengkap mengenai penyakitnya
- Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
- Melunasi biaya perawatan dirumah sakit, biaya pengobatan, serta honorarium
dokter
- dll
Adapun hak pasien :
- Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk meninggal wajar
- Memperoleh pelayanan kedokteran secara manusiawi sesuai dengan standar
profesi kedokteran
- Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan
- Dirujuk kepada dokter spesialis bila diperlukan
- Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi
- Memperoleh perincian biaya
- dll

5. Bagaimana hubungan prinsip dasar bioetika dengan kelalaian dalam skenario?


Dalam kenario, drg. Gigih telah melakukan pelanggaran dari kaidah dasar bioetik
yaitu non-malficence dan self determination, dimana dia tidak membuat inform
consent dan juga tindakan yang dilakukan oleh drg. Gigih menimbulkan kerugian
bagi pasien.

6. Apa saja informasi yang ada dalam inform consent?


Informasi dan penjelasan mengenai tujuan dan prospek keberhasilan tindakan
medis yang akan dilakukan
Informasi dan penjelasan mengenai tata cara tindakan medis yang akan dilakukan
Informasi dan penjelasan mengenai resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Informasi dan penjelasan mengenai alternative tindakan medis yang tersedia dan
resikonya masing-masing
Informasi dan penjelasan mengenai prognosis penyakit apabila tindakan medis
tersebut dilakukan.

Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen


permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-
masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi

Drg. Gigih
Melakukan kelalaian praktek :
- Tidak melakukan inform
consent
- Tidak ada rekam medic
pasien

MKDKI

Bioetika Prima facie


Kaidah bioetika Standar Hubungan yang Inform
dan prima facie pelayanan baik antara consent
praktek dokter/drg
dengan pasien

Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kaidah bioetik dan prima facie
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang standar praktek kedokteran
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang hubungan yang baik dokter
dengan pasien
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang inform consent

Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain

Langkah 7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kaidah bioetik dan prima facie

Bioetik berasal dari kata bios yang memiliki arti kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Di dalam kaidah dasar bioetik terkandung prinsip-prinsip dasar
bioetik yang harus selalu diperhatikan. Empat prinsip etik (beneficence, non-maleficence,
auotonomy, dan justice) dapat diterima di seluruh budaya, tetapi prinsip etik ini dapat bervariasi
antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya.

Di Indonesia sendiri, ada 4 prinsip berkaitan dengan bioetik yang harus selalu dipegang
oleh seorang dokter. Keempat prinsip tersebut adalah :
a. Beneficence: Beneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter
melakukan suatu tindakan untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk
membantu mencegah atau menghilangkan bahaya atau hanya sekedar
mengobati masalah-masalah sederhana yang dialami pasien. Lebih khusus,
beneficence dapat diartikan bahwa seorang dokter harus berbuat baik,
menghormati martabat manusia, dan harus berusaha maksimal agar
pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Point utama dari prinsip beneficence
sebenarnya lebih menegaskan bahwa seorang dokter harus mengambil
langkah atau tindakan yang lebih bayak dampak baiknya daripada buruknya
sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi. Contoh yang umum
terjadi:
- memberi obat generik, tidak polifarmasi
- menyempatkan edukasi ke pasien
- pemberian obat anti nyeri pada pasien terminal (untuk mengurangi
penderitaan)
- menolong anak yang diduga menjadi korban kekerasan dalam keluarga
- membuat rujukan yang dianggap perlu
- memutuskan dan menjelaskan kepada keluarga untuk melakukan amputasi
pada kondisi gawat (keuntungan > kerugian)
b. Non-malficence adalah suatu prinsip dimana seorang dokter tidak
melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang dapat memperburuk pasien.
Dokter haruslah memilih tindakan yang paling kecil resikonya. Do no
harm merupakan point penting dalam prinsip non-maleficence. Prinsip ini
dapat diterapkan pada kasus-kasus yang bersifat gawat atau darurat. Contoh
yang umum:
- dokter menolak aborsi tanpa indikasi medis (misal hamil di luar nikah)
- dokter melakukan kuret atas indikasi medis (misal pendarahan)
- tidak melakukan euthanasia
- dokter mengutamakan pasien gawat
- dokter melakukan bius terlebih dahulu sebelum tindakan medis walaupun
pasiennya tidak sadar
- tidak melakukan rujukan lab/memberi obat yang sebenarnya tidak mutlak,
demi mendapat komisi.
c. Autonomy, dalam prinsip ini seorang dokter wajib menghormati
martabat dan hak manusia, terutama hak untuk menentukan nasibnya
sendiri. Pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat
keputusan sesuai dengan keinginannya sendiri. Autonomy pasien harus
dihormati secara etik, dan di sebagain besar negara dihormati secara legal.
Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan pasien yang dapat
berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa untuk dapat menyetujui atau
menolak tindakan medis. Melalui informed consent, pasien menyetujui
suatu tindakan medis secara tertulis. Informed consent menyaratkan bahwa
pasien harus terlebih dahulu menerima dan memahami informasi yang
akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan medik yang diusulkan,
resiko, dan juga manfaat dari tindakan medis tersebut. Contoh yang umum:
- melakukan informed consent
- menjaga rahasia pasien bila orang lain tidak ada hubungannya (misalnya,
tetangga atau orang tua menanyakan)
- memberi pasien hak untuk memutuskan sendiri (syarat: dewasa dan sehat
mental), misal: keluarga menolak tranfusi/operasi, maka dokter tidak
memaksa
- dokter tidak berbohong walau demi kebaikan pasien, misal jujur mengatakan
kalau peluang sembuh sangat kecil.

d. Justice atau keadilan adalah prinsip berikutnya yang terkandung dalam


bioetik. Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib
memberikan perlakukan yang adil untuk semua pasiennya. Dalam hal ini,
dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya berdasarkan tingkat ekonomi,
agama, suku, kedudukan sosial, dsb. Diperlukan nilai moral keadilan untuk
menyediakan perawatan medis dengan adil agar ada kesamaan dalam
perlakuan kepada pasien. Contoh dari justice misalnya saja :
- dokter tidak membeda-bedakan pelayanan walaupun beda suku/agama
- pemerintah menyebarkan tenaga kesehatan secara merata sampai ke daerah
- dokter boleh membongkar rahasia pasien dalam keadaan menyangkut orang
lain yang rentan, misal: suami ISK (istri adalah pihak rentan), sopir bus
epilepsi (penumpang adalah pihak rentan)

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang standar praktek kedokteran

Undang Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan bahwa dokter
atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan
kedokteran (SPK) atau standar kedokteran gigi. Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi
sebagaimanan dimaksud diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 1438 tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran. Standar Pelayanan Kedokteran (SPK) meliputi Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) (national medical guiledeline) dan Standar
Prosedur Operasional (SPO).
PNPK dibuat oleh sekelompok pakar organisasi profesi, memuat pernyataan yang
sistematis berdasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence), sehingga dapat membantu dokter
dan dokter gigi membuat keputusan tata laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik.
PNPK dibuat bagi penyakit atau gejala yang paling sering atau banyak terjadi, memiliki risiko
tinggi, biaya tinggi atau terdapat variasi dalam pengelolaannya, disahkan oleh Menteri
Kesehatan.
SPO dibuat berdasarkan PNPK disesuaikan dengan strata pelayanan kesehatan primer,
sekunder atau tersier. ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam
penerapannya SPO disusun sebagai Panduan Praktik Klinik (PPK), yang dapat dilengkapi oleh
alur klinik (clinical pathway), algoritmik, protokol, prosedur, dan standing order. Saat ini yang
sering dibincangkan adalah PNPK dan PPK atau clinical pathway.

Penyusunan standar pelayanan kedokteran bertujuan untuk :

a. Memberikan jaminan kepada pasien untuk memperoleh pelayanan kedokteran yang


sesuai dengan kebutuhan medis pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kedokteran yang diberikan oleh
dokter ataupun dokter gigi

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang hubungan yang baik dokter
dengan pasien

Dokter adalah orang yang memiliki kewenangan dan izin sebagaimana mestinya untuk
melakukan pelayanan kesehatan, khususnya memeriksa dan mengobati penyakit dan dilakukan
menurut hukum dalam pelayanan kesehatan. Sedangkan pasien adalah setiap orang yang
melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.
Dalam bertugas dan bekerja, seorang dokter memerlukan suatu etika untuk menjalankan
profesinya. Hal ini dilakukan agar dapat tercapai suatu keserasian, kecocokan, dan komunikasi
yang baik antara dokter dengan pasien dan lingkungannya. Perlu diketahui pula sifat-sifat yang
harus ditunjukkan setiap dokter, yaitu :

a. Sifat ketuhanan : Takut akan Allah SWT membuat seseorang melakukan hal yang
benar dan menjauhi perbuatan yang akan merugikan orang lain.
b. Kemurnian niat : Niat yang tulus untuk membantu orang yang memerlukan tanpa
memandang status, ras, dan agama.
c. Keluhuran budi : Dengan budi pekerti yang baik dan sikap yang baik memberikan
pelayanan kepada orang lain tanpa mengharapkan balas jasa yang berlebihan.
d. Kerendahan hatiDengan kerendahan hati dan sopan dalam bekerja akan memberikan
kepuasan bagi pasien.
e. Kesungguhan kerja : Bekerja dengan sungguh-sungguh akan memberikan hasil yang
baik bagi kedua belah pihak.
f. Integritas ilmiah dan sosial : Bertindak berdasarkan kemampuan yang dimilikinya dan
melakukan berdasarkan prosedur.
Hubungan antara dokter dan pasien dalam ilmu kedokteran umumnya berlangsung sebagai
hubungan biomedis aktif-pasif. Dalam hubungan tersebut rupanya hanya terlihat superioritas
dokter terhadap pasien dalam bidang ilmu biomedis; hanya ada kegiatan pihak dokter sedangkan
pasien tetap pasif. Hubungan ini berat sebelah dan tidak sempurna, karena merupakan suatu
pelaksanaan wewenang oleh yang satu terhadap lainnya. Oleh karena hubungan dokter-pasien
merupakan hubungan antar manusia, lebih dikehendaki hubungan yang mendekati persamaan
hak antar manusia. Jadi hubungan dokter yang semula bersifat patemalistik akan bergeser
menjadi hubungan yang dilaksanakan dengan saling mengisi dan saling ketergantungan antara
kedua belah pihak yang di tandai dengan suatu kegiatan aktif yang saling mempengaruhi. Dokter
dan pasien akan berhubungan lebih sempurna sebagai partner. Sebenamya pola dasar hubungan
dokter dan pasien, terutama berdasarkan keadaan sosial budaya dan penyakit pasien dapat
dibedakan dalam tiga pola hubungan, yaitu :

a. Activity passivity.

Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola klasik sejak profesi
kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 S.M. Di sini dokter seolah-olah dapat
sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa campur tangan pasien.
Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang
tidak sadar, atau menderita gangguan mental berat.

b. Guidance Cooperation.

Hubungan membimbing-kerjasama, seperti hainya orangtua dengan remaja. Pola ini


ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit infeksi baru atau penyakit
akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta kemauan sendiri. la
berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia bekerjasama. Walau pun dokter
rnengetahui lebih banyak, ia tidak semata-rna ta menjalankan kekuasaan, namun meng harapkan
kerjasama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.

c. Mutual participation.

Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan
hak yang sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara kesehatannya seperti
medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien secara sadar dan aktif berperan dalam
pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang
pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang inform consent


Tindakan medik dinamakan juga informed consent. Consent artinya persetujuan, atau izin.
Jadi informed consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada
dokter untuk melakukan tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
lain-lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikkan, menolong bersalin,
melakukan pembiusan, melakukan pembedahan, melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan,
dan sebagainya
Dalam hubungan antara pelaksana (dokter) dengan pengguna jasa tindakan medis (pasien),
maka pelaksanaan informed consent, bertujuan untuk :

a. Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala
tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya, maupun tindakan
pelaksana jasa tindakan medis yang sewenang-wenang, tindakan malpraktek yang
bertentangan dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis, serta
penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya tinggi atau over utilization
yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada alasan medisnya
b. Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan medis dari
tuntutan-tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis yang
tak terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak
mungkin dihindarkan walaupun dokter telah bertindak hati-hati dan teliti serta
sesuai dengan standar profesi medik. Sepanjang hal itu terjadi dalam batas-batas
tertentu, maka tidak dapat dipersalahkan, kecuali jika melakukan kesalahan besar
karena kelalaian (negligence) atau karena ketidaktahuan (ignorancy) yang
sebenarnya tidak akan dilakukan demikian oleh teman sejawat lainnya.

Fungsi Pemberian Informed Consent :

1. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku manusia


2. Penghormatan terhadap hak otonomi perorangan yaitu hak untuk menentukan nasibnya
sendiri
3. Proteksi terhadap pasien sebagai subjek penerima pelayanan kesehatan (health care
receiver = HCR)
4. Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam mengobati pasien
5. Menghindari penipuan dan misleading oleh dokter
6. Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional
7. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan kesehatan
8. Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang kedokteran dan kesehatan
9. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk melakukan introspeksi terhadap
diri sendiri.
Pelaksanaan informed consent semata-mata menyatakan bahwa pasien (dan/atau walinya
yang sah) telah menyetujui rencana tindakan medis yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
medis itu sendiri tetap harus sesuai dengan standar profesi kedokteran. Setiap kelalaian,
kecelakaan, atau bentuk kesalahan lain yang timbul dalam pelaksanaan tindakan medis itu tetap
bisa menyebabkan pasien merasa tidak puas dan berpotensi untuk mengajukan tuntutan hukum.

Informed Consent memang menyatakan bahwa pasien sudah paham dan siap menerima
resiko sesuai dengan yang telah diinformasikan sebelumnya. Namun tidak berarti bahwa pasien
bersedia menerima apapun resiko dan kerugian yang akan timbul, apalagi menyatakan bahwa
pasien tidak akan menuntut apapun kerugian yang timbul. Informed consent tidak menjadikan
dokter kebal terhadap hukum atas kejadian yang disebabkan karena kelalaiannya dalam
melaksanakan tindakan medis.

Bentuk persetujuan tindakan medis tergantung dari penyakit yang diderita oleh pasien.
Informed consent dapat diberikan secara tertulis, secara lisan, atau secara isyarat, dalam bahasa
aslinya yang terakhir ini dinamakan implied consent. Misalnya, jika pasien mengangguk atau
langsung membuka baju jika dokter mengatakan, boleh saya memeriksa saudara?. Untuk
tindakan medis berisiko tinggi (misalnya pembedahan atau tindakan invasive lainnya),
persetujuan harus secara tertulis, ditanda tangani oleh pasien sendiri atau orang lain yang berhak
dan sebaiknya juga saksi dari pihak keluarga. Dengan adanya persetujuan antara pihak dan
pasien dan tenaga kesehatan terbitlah perjanjian/kontrak.

Begitu pula sebelum persetujuan tindakan medik atau informed consent dilaksanakan
terlebih dahulu, tenaga kesehatan harus memberikan penjelasan- penjelasan secara lengkap. Hal
ini sesuai dengan isi ketentuan pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Praktik Kedokteran Nomor 29
tahun 2004 yang isinya sebagai berikut :

Pasal 45
1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap.
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :
o Diagnosis dan tata cara tindakan medis
o Tujuan tindakan medis yang dilakukan
o Alternative tindakan lain dan risikonya
o Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
o Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor HK. 00.06.3.5. 1886
tanggal 21 April 1999 tentang Pedoman Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent), pada
angka II butir (4), isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan oleh pemberi layanan
kesehatan kepada pasien adalah sebagai berikut :
1. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medic yang
akan dilakukan (purpose of medical procedure).
2. Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan
(contemplated medical procedures).
3. Informasi dan penjelasan tentang resiko (risk inherent in such medical procedures) dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
4. Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan medis lain yang bersedia dan serta
resikonya masing-masing (alternative medical procedure and risk).
5. Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila tindakan medis tersebut
dilakukan (prognosis with and without medical procedure).
6. Diagnosis

Memang informed consent harus dilaksanakan, Namun tidak selamanya informed consent
diperlukan atau harus dilaksanakan dimana terdapat pengecualian. Hal ini dinyatakan dalam
pasal 4 Permenkes No.290 tahun 2008 yang menyatakan bahwa: Dalam keadaan gawat darurat,
untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan
tindakan kedokteran. Oleh karena peraturan tersebut, apabila pasien dalam keadaan darurat,
tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarga belum tiba di rumah sakit maka dokter
dibenarkan melakukan tindakan medis tanpa adanya persetujuan karena dalam keadaan darurat
dokter tidak mungkin menunda tindakan atau mempermasalahkan informed consent, sebab jika
terlambat akan membahayakan kondisi pasien atau dikenal dengan zaakwarneming (perbuatan
sukarela tanpa kuasa) diatur dalam pasal 1354 KUHPerdata.

Hal hal yang dapat di informasikan :


a. Hasil Pemeriksaan
Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila infomasi sudah diberikan, maka
keputusan selanjutnya berada di tangan pasien.
b. Risiko
Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya antisipasi
yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi idiosinkratik dan kematian
yang tak terduga akibat pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter. Sebagian kalangan
berpendapat bahwa kemungkinan tersebut juga harus diberitahu pada pasien. Jika seorang dokter
mengetahui bahwa tindakan pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif pengobatan lain yang
lebih aman, ia harus memberitahukannya pada pasien. Jika seorang dokter tidak yakin pada
kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter lain yang dapat
melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.
c. Alternatif
Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi. Ia
harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari beberapa
pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan terapi yaitu
obat, iodium radioaktif, dan subtotal tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan prosedur,
keberhasilan dan kerugian serta komplikasi yang mungkin timbul.
d. Rujukan atau konsultasi
Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa kemampuan dan
pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada pasien-pasien tertentu.
Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia merasa tidak mampu melaksanakan
terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter lain yang dapat
menangani pasien tersebut lebih baik darinya.
e. Prognosis
Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan,
biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak
mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa
yang terjadi dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat
diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian dari
informed consent.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwijdja Siswaja. 2005. Bioetik dan
Hukum Kedokteran, Pengantar bagi Mahasiswa Kedokteran dan Hukum. Penerbit Pustaka
Dwipar.

Hanafiah, M. J., Amir, Amri. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

J. Guwandi. Informed consent Consent. FKUI. Jakarta. 2004.


Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Komunikasi Efektif Hubungan Dokter-Pasien.
Jakarta: KKI.

M.jusuf H & Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. EGC. Jakarta. 1999.

Sachrowardi, Qomariyah & Basbeth, Ferryal. 2011. Bioetik: Isu & Dilema. Jakarta
Selatan: Pensil-324

Anda mungkin juga menyukai