Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI, 2017


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FURUNKEL

Oleh :

RAHMAWATI
10542 0521 13

Pembimbing :
dr. A. Amal Alamsyah, M.Si, Sp. KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Rahmawati

NIM : 10542 0521 13

Judul Laporan Kasus : Furunkel

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, Juli 2017

Pembimbing

(dr. A. Amal Alamsyah, M.Si, Sp.KK)

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW.
Laporan Kasus berjudul “Furunkel” ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Secara khusus penulis
sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. A. Amal
Alamsyah, M.Si, Sp.KK selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan
koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kasus ini belum sempurna
adanya dan memiliki keterbatasan tetapi berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, baik moral maupun material sehingga dapat berjalan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat
kepada semua orang.

Makassar, Juli 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................ 3

RESUME .................................................................................................... 3

STATUS DERMATOLOGI ....................................................................... 3

DIAGNOSIS BANDING ............................................................................ 5

DIAGNOSIS ................................................................................................ 5

PENATALAKSANAAN ............................................................................ 5

PROGNOSIS .............................................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 6

BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

LAMPIRAN ......................................................................................................... 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Di departemen Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas kedokteran Universitas Indonesia,

insidenya menduduki tempat ketiga dan berhubungan erat dengan keadaan sosial

ekonomi. Pioderma dapat disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus atau

oleh kedua-duanya. Pioderma di klasifikasikan menjadi pioderma primer dan

pioderma sekunder. Pioderma primer dimana infeksi terjadi pada kulit yang

normal. Gambaran klinisnya tertentu biasanya disebabkan oleh satu macam

mikroorganisme. Pada beberapa referensi membagi pioderma primer menjadi 5

berdasarkan lokasi lesi yaitu pioderma primer pada kulit (contohnya: impetigo,

impetigo bulosa, erythema), pada folikel rambut (contohnya: folikulitis super

fisialis, folikulitis, furunkel, karbunkel), pada situs intertriginous (contohnya:

dermatitis perianal), infektif digital (contoh: paronikia), dan setelah gangguan

kulit (contoh: trauma). Sedangkan pioderma sekunder merupakan infeksi pada

kulit yang terjadi dikarenakan telah ada penyakit kuli lain, contohnya: Dermatitis

impetigenisata, scabies impetigenisata.1,2

Furunkel merupakan bagian dari pioderma primer. Dimana furunkel

merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya dengan gambaran khas berupa

nodus eritematosa berbentuk kerucut, ditengah terdapat pustul. Furunkel

mengenai area yang banyak friksi seperti wajah, leher, kulit kepala, aksila dan

bokong. Furunkel pada umumnya disebabkan oleh bakteri gram positif yaitu

1
Staphylococcus aureus. Bukti peranan Staphylococcus aureus dijelaskan pada

gambaran umum dari lesi dimana lesi kulit yang disebabkan oleh coccus gram

positif biasanya muncul seperti pustula, furunkel atau erosi dengan warna

madu.1,3,4

Furunkel dapat mengenai segala usia akan tetapi jarang terjadi diawal

masa kanak-kanak. Namun meningkat dengan cepat pada usia pubertas dan pada

masa remaja dan dewasa awal. Pada masa remaja anak laki-laki lebih rentan

dibanding anak perempuan. Di daerah beriklim sedang juga jarang terjadi kecuali

pada subjek atopi.2

2
BAB 2

LAPORAN KASUS

Resume

Seorang anak perempuan berumur 2 tahun dibawah oleh ibunya ke poli kulit

kelamin Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dengan keluhan

bisul dilengan sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya timbul benjolan

kecil kemudian menjadi besar, lesi pertama merah kemudian bengkak. Bisul

dirasakan nyeri dan gatal. Demam dialami pasien saat muncul bisul. Pasien belum

pernah berobat sebelumnya. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak

ada. Pasien sudah pernah terkena penyakit seperti ini sebelumnya yaitu saat pasien

berusia 1 tahun ada benjolan di mata pasien. Riwayat alergi tidak ada.

Status Presens

Pemeriksaan klinis

Keadaan umum : Sakit (ringan / sedang / berat)

Kesadaran (composmentis / uncomposmentis)

Gizi (kurang/cukup/baik)

Hygiene (buruk/sedang/baik)

Status Dermatologi

Lokasi : Regional, lengan kanan

Ukuran : Plakat

Efloresensi : Nodus eritematosa berbentuk kerucut ditengah terdapat pustul

3
Gambar 1. Tampak lesi nodus yang eritematosa berbentuk keucut dan

terdapat pustule ditengahnya.

Gambar 2. Tampak dari atas lesi adanya pustul di bagian tengah lesi.

4
Diagnosis Banding

- Hidradenitis supuratif

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis

pada pasien ini adalah Furunkel.

Penatalaksanaan

Terapi Topikal

- Ichtyol 5% , 3x1

Terapi Sistemik

- Cefadroxil syr. 125 mg, 2x1 cth

- Imunos syr. 60 mg, 1x1 cth

- Paracetamol syr. 125 mg, 3x1 cth

Prognosis :

 Qou ad vitam : bonam

 Qou ad function : bonam

 Qou ad sanationam : bonam

5
BAB 3

PEMBAHASAN

Furunkel adalah infeksi dalam folikel rambut yang menyebabkan

pembentukan abses dengan akumulasi nanah dan jaringan nekrotik. Furunkel

muncul sebagai nodul merah, bengkak, dan lembut pada bagian tubuh yang

berbulu, dan terkadang dengan pustula di atasnya. Penyebab yang paling umum

terjadinya furunkel adalah Staphylococcus Aureus. Demam dan pembesaran

kelenjar getah bening jarang terjadi. Jika beberapa folikel berdekatan terinfeksi,

mereka mungkin menyatu dan membentuk nodul lebih besar, yang dikenal

sebagai karbunkel.5,6

Furunkel dapat terjadi pada semua umur akan tetapi paling sering terjadi

pada remaja dan dewasa muda. Dimana furunkel biasanya memiliki tempat

predileksi secara umum pada daerah wajah, leher, aksila, pantat, paha dan

perineum. Daerah yang sering terkena gesekan juga bisa menjadi tempat

predileksi dari furunkel seperti daerah di bawah ikat pinggang.7

Furunkel juga paling sering muncul pada ekstremitas dan bisa

menyebabkan jaringan parut pada penyembuhan. Sebagian besar pasien datang

dengan satu atau dua bisul dan setelah pengobatan tidak mengalami rekurensi.

Namun, furunkel memiliki kecenderungan untuk kambuh dan dalam kasus seperti

itu biasanya disebabkan karena penyebaran bakteri diantara sesama anggota

keluarga.5

6
Selain penyebaran bakteri diantara sesama anggota keluarga, faktor-faktor

predisposisi lain yang juga berpengaruh terhadap rekurensi dari furunkel yaitu

pasien dengan diabetes melitus, obesitas, kebersihan dan higiene yang kurang,

anemia, hiperhidrosis, stress, dan keadaan imunodefisiensi (misalnya penyakit

granulomatosa kronis, sindrom hyperimmunoglobulin E).7

Hal ini sesuai hasil alloanamnesis dan pemeriksaan fisik bahwa seorang

pasien berumur 2 tahun dengan keluhan bisul dilengan sebelah kanan sejak 1

minggu yang lalu. Awalnya timbul benjolan kecil kemudian menjadi besar, lesi

pertama merah kemudian bengkak. Bisul dirasakan nyeri dan gatal. Demam

dialami pasien saat muncul bisul. Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada. Pasien sudah perna

terkena penyakit seperti ini sebelumnya yaitu saat pasien berusia 1 tahun ada

benjolan di mata pasien. Riwayat alergi tidak ada. Faktor kebersihan dan

higiene yang kurang terkadang menajdi pemicu dari keluhan pasien.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan morfologi khas lesi nodus eritematosa

berbentuk kerucut,ditengah terdapat pustul di area predileksi yaitu di daerah

lengan kanan. Pada kasus yang sulit perlu pemeriksaan histopatologi dan

pemeriksaan laboratorium.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pada lokasi kulit yang terkena

serta gambaran efloresensi yang khas yaitu berupa nodus eritematosa berbentuk

kerucut, di tengah terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi

pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah menbentuk fistel. Untuk mengetahui

7
penyebab rekurensi dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh berupa pemeriksaan

mikrobiologi dan biokimia spesifik.

Sebagai klinisi, diperlukan pendekatan klinis dengan melakukan

anamnesis secara seksama dan lengkap yang mencakup:

- Keluhan utama (kualitas dan kualitas)

- Awitan sakit dan perjalanan penyakit

- Faktor eksogen yang mempengaruhi penyakit (perubahan suhu dan

iklim)

- Faktor pemacu/pencetus (misalnya infeksi staphylococcus)

- Faktor predisposisi penyakit (genetik, penyakit sistemik yang

mendasari, imunitas tubuh)

- Riwayat dan perkembangan terapi.5

Pada pemeriksaan fisik tampak nodus eritematosa berbentuk kerucut, di

tengah terdapat pustul. Tempat predileksi secara umum pada daerah wajah,

leher, aksila, pantat, paha dan perineum. Dapat juga pada daerah yang

sering mengalami gesekan dan pada ekstremitas.5,7,8

Hal ini sesuai dengan pemeriksaan fisik pasien yang di mana di

dapatkan lesi berbentuk nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengah

terdapat pustul pada daerah lengan kanan.

8
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam menunjang diagnosis dari

Furunkel ini yaitu:9

1. Pemeriksaan Histopatologi

Gambaran histologik furunkel berupa abses yang dibentuk oleh

limfosit dan leukosit PMN, mula-mula pada folikel rambut. Pada bagian

bawah folikel rambut (dalam jaringan subkutis), abses dapat pula

mengandung stafilokok.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan bakteriologi dari sekret.

Adapun diagnosis banding dari furunkel berdasarkan dari kasus ini

adalah Hidraadenitis supurativa. Hidraadenitis adalah infeksi kelenjar

apokrin, yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Dan

biasanya terdapat pada usia sesudah akil balik sampai dewasa muda.

Sering didahului oleh trauma / mikrotrauma, misalnya: banyak keringat,

pemakaian deodoran atau rambut axila digunting. Penyakit ini disertai

gejala konstitusi: demam, malaise. Ruam berupa nodus dengan kelima

tanda radang akut. Kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah

membentuk fistel dan disebut hidraadenitis supurativa. Pada yang

menahun dapat terbentuk abses, fistel dan sinus yang multiple. Terbanyak

berlokasi di axila, juga diperineum, jadi tempat-tempat yang banyak

kelenjar apokrinya. Terdapat leukositosis. 1,10

9
Penatalaksanaan pada furunkel adalah sebagai berikut:10

1. Tindakan umum

Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini dapat kambuh jika ada faktor-

faktor yang mendasari seperti higine dan kebersihan kulit kurang, penyakit

yang menyertai seperti Diabetes mellitus, hyperhidrosis, anemia, obesitas.

Maka dari itu sangat dianjurkan untuk perbaiki higine dan pola makan.

2. Pengobatan Topikal

Terapi topikal pada furunkel dapat diberikan kompres salep iktiol 5% atau

salep antibiotik.

3. Pengobatan sistemik

Terapi sistemik pada furunkel dappat diberikan antibiotik sistemik jika lesi

banyak.

Dalam hal ini penatalaksanaan yang diberikan pada pasien sesuai dengan

teori, pasien diberikan Ichtyol 5% , 3x1, Cefadroxil syr. 125 mg, 2x1 cth,

Imunos syr. 60 mg, 1x1 cth, Paracetamol syr. 125 mg, 3x1 cth.

10
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien tentang penyakit ini yaitu :

1.Pasien dan keluarga diberikan informasi bahwa penyakit ini dapat

kambuh sehingga pasien harus menjaga hygiene kulit dan rajin berolah

raga apabila pasien gemuk.

2. Pasien harus minum obat secara teratur.

Berdasarkan gejala dari pasien tersebut maka diduga prognosisnya

dapat baik bila tidak berulang.11

11
BAB 4

KESIMPULAN

Furunkel merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya dengan

gambaran khas berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, ditengah terdapat

pustul. Furunkel mengenai area yang banyak friksi seperti wajah, leher, kulit

kepala, aksila dan bokong. Furunkel pada umunya disebabkan oleh bakteri gram

positif yaitu Staphylococcus aureus.

Furunkel dapat mengenai segala usia akan tetapi jarang terjadi diawal

masa kanak-kanak. Namun meningkat dengan cepat pada usia pubertas dan pada

masa remaja dan dewasa awal. Pada masa remaja anak laki-laki lebih rentan

dibanding anak perempuan. Di daerah beriklim sedang juga jarang terjadi kecuali

pada subjek atopi.

Tempat predileksi secara umum pada daerah wajah, leher, aksila, pantat,

paha dan perineum. Daerah yang sering terkena gesekan juga bisa menjadi tempat

predileksi dari furunkel seperti daerah di bawah ikat pinggang dan dapat pula pada

daerah ekstremitas.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Penegakkan diagnosis yang cepat sangat penting dalam

menunjang penatalaksanaan furunkel. Untuk prognosis dari furunkel baik jika

tidak berulang.

12
DAFTAR ISI PUSTAKA

1. Djuanda A. Pioderma: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi W (eds).


dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FK UI,
2016; (7): Hal 71-7.
2. Hay RS, Adriaans BM. Bacterial Infection: Burns T, Breahnach S, Cox N,
Gritfiths C (eds). In: Rook’s Text Book of Dermatology. United Kingdom:
Wiley-Blackwell, 2019; 4(7): 1223-308 p.
3. Gawkrodger DJ, Jones MRA (eds). In: Dermatology An Illustrated Colour
Text. USA: Elsevier, 2012; (5): 57-60 p.
4. James WD, Berger TG, Elston DM (eds). In: Andrews’ Diseases of The
Skin Clinical Dermatology. USA: Elsevier, 2011; (11): 255-94 p.
5. Ilber KS, Kromann CB. Recurrent Furunculosis – Challenges and
management : a review: Clinical, Journal Cosmetic and Investigational
Dermatology. Denmark; Dovepress, 2014: 1-6 p.
6. Weller R, Hunter H, Mann M (eds). In: Clinical Dermatology. United
Kindom: Wiley & Sons Ltd, 2015 (5): 214-48 p.
7. Schaller M, Plewig G. Papulosquamous and Eczematous Dermatoses:
Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer, at.al.(eds). In: Dermatology. USA:
Elsevier, 2012; 1(3): 575-640 p.
8. Sima J. Dermatology. London: Spinger, 2012: 180-239 p.
9. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit EGC,
2004; (2): Hal 52-4.
10. Powell FC, Hackett BC. Pyoderma Gangrenosum: Wolff K, Goldsmith
LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ (eds). In: Fitzpartrick’s
Dermatology in General Medicine. New York: Mc Gram Hil Medical,
2008; 2 (7): 296-301 p.
11. Chowdhury MMU, Katugampola RP, Finlay AY (eds). In: Dermatology at
a Glance. USA: Wiley-BlackWell, 2013: 44-5 p.

13
LAMPIRAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : AMD.

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 2 tahun 1 bulan

Tanggal pemeriksaan : 19 JUNI 2017

B. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien pada


tanggal 19 JUNI 2017 di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan,

Seorang anak perempuan berumur 2 tahun dibawah oleh ibunya ke

poli kulit kelamin Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

dengan keluhan bisul ditangan sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu.

Awalnya timbul benjolan kecil kemudian menjadi besar, lesi pertama

merah kemudian bengkak. Bisul dirasakan nyeri dan gatal. Demam

dialami pasien saat muncul bisul. Pasien belum pernah berobat

sebelumnya. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.

Pasien sudah perna terkena penyakit seperti ini sebelumnya yaitu saat

pasien berusia 1 tahun ada benjolan di mata pasien. Riwayat alergi tidak

ada.

C. PEMERIKSAAN FISIS

1. Status Pasien
 Keadaan Umum

14
Sakit : Moderat

Kesadaran : Composmentis

Gizi : Baik

 Tanda Vital

 Tensi : Dalam Batas Normal


 Nadi : Dalam Batas Normal
 Pernafasan : Dalam Batas Normal
 Suhu : Dalam Batas Normal

 Kepala
Sclera : Ikhterus (-)

Konjungtivitis : Anemia (-)

Bibir : Sianosis (-)

 Jantung : Dalam Batas Normal


 Abdomen : Dalam Batas Normal
 Ekstremitas : Dalam Batas Normal
 Genitalia : Dalam Batas Normal
2. Status Dermatologi

Lokasi : Regional, lengan kanan

Ukuran : Plakat

Efloresensi : Nodus eritematosa berbentuk kerucut ditengah terdapat

pustul

15

Anda mungkin juga menyukai