DERMATITIS HERPETIFORMIS
Disusun Oleh :
A.Husnul Khatimah, S.Ked.
(10542061515)
Pembimbing :
Dr. dr. Hj. Sitti Musafirah, Sp. KK
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul Dermatitis Herpetiformis. Tugas ini
ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas Laporan Kasus ini, namun
berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman sehingga
tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis sampaikan terima kasih banyak kepada, Dr. dr. Hj. Sitti Musafirah, SH,
MH, Sp. KK, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan
sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas
ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari yang diharapkan oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran demi
perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan penulis secara khusus.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Resume............................................................................................. 2
E. Diagnosis.......................................................................................... 3
F. Penatalaksanaan ............................................................................... 3
G. Prognosis .......................................................................................... 3
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan penyakit autoimun pada kulit bersifat kronik yang jarang, sangat
pruritus dan berulang, ditandai dengan erupsi yang simetris dan pleomorfik,
eritematous, urtikaria, papular, vesikuler atau lesi bullous. Lesi ini ditemukan pada
39/100.000 orang. Dapat mengenai semua usia, paling banyak pada dekade kedua,
ketiga dan keempat.1 Paling sering terjadi pada usia 30-40 tahun, dapat terjadi
junction, deposisi granular IgA pada papilla dermis pada kulit normal di sekitar
kulit tetapi bukan merupakan suatu penyakit kulit. Remisi spontan dapat terjadi
pada 10% pasien, tetapi kebanyakan remisi yang terjadi berhubungan dengan
1
BAB II
LAPORAN KASUS
RESUME
Kesehatan Kulit, Kelamin dan Kosmetik dengan keluhan sangat gatal sejak ± 1
minggu yang lalu, pada daerah punggung. Lesi muncul pertama kali di bagian atas
hingga membuat vesikel atau bulla pecah dan terbentuk ekskoriasis. Lesi awal
dengan dasar eritematosa disertai ekskoriasis. Riw. Keluarga (-). Riw. Alergi
disangkal.
STATUS PRESENT
Pemeriksaan Klinis
Kesadaran : (Composmentis/Uncomposmentis)
STATUS VENEROLOGY
2
dasar eritematosa, bulla dan
terdapat ekskoriasis
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSIS
Dermatitis Herpetiformis
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
3
BAB III
PEMBAHASAN
simetrik serta disertai rasa sangat gatal. 2 Prevalesi dermatitis herpetiformis pada
usia paling banyak pada dekade kedua, ketiga dan keempat.1,6,7 penyakit ini
dermatitis herpetiformis dan kelainan usus pertama kali diamati oleh Marks dkk.
Pada tahun 1966, Fry dan Shuster dkk menyebut kelainan tersebut sebagai Gluten
deposit immunoglobulin pada ujung papila dermis dan pada tahun 1969 Van der
banyak menenai pada dekade kedua, ketiga dan keempat. Berdasarkan teori dan
kasus yang diatas, kasus ini sesuai dengan teori karena pada kasus usia pasien 76
4
thn dan menurut teori DH dapat mengenai semua usia dan paling banyak
Menurut teori lesi pada penyakit ini terdapat pada bagian siku, lutut,
punggung, kulit kepala dan bokong.4 Dari predileksi pada kasus terdapat di
punggung, dari predileksinya sesuai dengan teori yang ada pada penyakit.
Menurut teori DH susah didiagnosis jika tidak ada lesi primer, DH bisa
didiagnosis berdasarkan dari deposit IgA ikatan granular pada pemeriksaan in vivo
dari kulit normal.4 Lesi awal pada kulit adalah papula eritematosa, plak, urtikaria
atau vesikel yang multipel, yang sering disertai dengan eskoriasi. Keluhannya
sangat gatal, seperti rasa terbakar atau rasa tersengat tetapi bisa juga asimptomatik
walaupun jarang. Ruam berupa eritema, papulo vesikel, vesikel atau bula yang
berkelompok.1,3,4,5 dari kasus pasien diatas didapatkan Lesi awal di bagian atas
hingga membuat vesikel atau bulla pecah dan terbentuk ekskoriasis. Lesi awal
dikaitkan dengan tingginya kadar dari antigen HLA-B8, -DR3, DQw2, dan
alloantigen lainnya.2,4,6 Terdapatnya deposit granular IgA pada papila dermal kulit
adalah tanda dari DH.2,6 Walaupun deposit granular kulit dipercaya terjadi karena
proses inflamasi di usus, tidak ada sirkulasi antibodi ataupun kompleks imun yang
5
bertanggungjawab terhadap deposit IgA di papila yang teridentifikasi. 2
Ditemukannya IgA dan komplemennya pada hampir semua sisi kulit, bukan
hanya di kulit yang terkena, membuat satu kesimpulan bahwa IgA (sendiri
maupun sebagai bagian dari kompleks imun) tidak hanya berperan sebagai
kompleks imun tapi juga sebagai faktor pencetus lesi, dengan cara mengaktifasi
jaringan luka yang dikenal sebagai DH.1,4,5 Sebagai alternatif, hal itu dapat terjadi
peranan pada patogenesis lesi kulit. Namun demikian tidak ada sel T spesifik
yang memberikan respon terhadap gluten yang dideteksi. 6 Meskipun proses pasti
granular IgA yang menjadi pusat proses kemotaksis ini.4 Faktor lingkungan seperti
diet asupan gluten dan faktor tambahan iodium juga penting dalam pembatasan
6
1. Pemfigus Vulgaris (PV)
Ditandai dengan keadaan umunya buruk, tidak gatal, lesi kutan yaitu
vesikel kecil dan atau bulla besar yang berdinding kendur, distribusi
secara simetris sama dengan DH, pada gambaran histologi tampak bulla
7
3. Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
pajanan dengan bahan alergen dari luar tubuh. DKA pada umumnya
8
PENATALAKSANAAN
Terapi yang utama pada pasien DH adalah dengan diet bebas gluten. Ini
melibatkan penghapusan gandum dan makanan yang terbuat dari biji-bijian pasien
DH. Mungkin diperlukan dua tahun atau lebih untuk deposit IgA bawah kulit
Diet gluten-free (GF) adalah komitmen seumur hidup dan tidak boleh
dimulai sebelum ada diagnosis pasti DH. Memulai diet tanpa pemeriksaan
lengkap tidak disarankan dan kemudian membuat diagnosis sulit. Tes untuk
waktu tertentu. Untuk diagnosis yang valid, gluten perlu dikonsumsi kembali oleh
a. Dapsone (diaminodifenilsulfon)
9
menunjukkan tanda- tanda anemia atau sianosis segera dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Jika terdapat defisiensi G6PD, maka merupakan
kontraindikasi karena dapat terjadi anemia hemolitik. Bila telah sembuh
dosis diturunkan perlahan-lahan setiap minggu hingga 50 mg sehari,
kemudian 2 hari sekali, lalu menjadi seminggu 1x.2,4,5
b. Sulfapiridin
toksiknya lebih banyak dibandingkan dengan preparat sulfa yang lain. Obat
sukar larut dalam air. Efek samping hematologic seperti pada dapson, hanya
gram sehari.2,4,5
karena adanya reaksi lanjut, pemberian antihistamin dengan dengan dosis tinggi
darurat ketika tidak ada obat lain yang tersedia saat itu. Triamcinolone acetonide
biasanya lebih efektif dan muungkin di gunakan jika DDS dan sulfapiridine gagal
10
BAB IV
KESIMPULAN
jarang dijumpai. Penyakit ini ditandai dengan erupsi papulovesikel yang tersusun
seperti siku, lutut dan bokong. DH terjadi karena adanya deposit granular IgA pada
11
DAFTAR PUSTAKA
Medical. 2013.
http://www.perdoski.or.id/doc/mdvi/fulltext/36/241/10_Tinjauan_Pustaka
herpetiformis.Makalah
Makalah
7. Burgin S. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
12
8. Batasina, Timothy. Dkk. 2017. Profil Dermatitis Kontak Alergik di Poli
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/14735/1430
13