Prurigo
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Aceh Utara
Oleh:
Putri Sari Dewi, S.Ked
NIM: 140611036
Preseptor :
dr. M. Mimbar Topik, M.Ked (DV), Sp.DV
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga dapat menyelasaikan tugas ini dengan baik dan lancar. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta
selama mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSU Cut Meutia Aceh Utara dan juga untuk menambah ilmu pengetahuan
Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr.Mimbar Topik, M.Ked (DV), Sp.DV selaku pembimbing dalam
penulisan refarat ini yang telah membimbing saya dengan tulus ikhlas dengan
segenap keilmuannya selama mengikuti KKS di bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSU Cut Meutia. Dan rasa terima kasih saya kepada seluruh staf RSU Cut
Meutia yang telah mendukung kami dalam menjalani kepaniteraan klinik senior ini.
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya penulis sangat berharap
kritik dan saran yang membangun. Semoga refarat ini dapat berguna dan bermanfaat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB 3 KESIMPULAN................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Istilah prurigo mengacu pada bintik-bintik yang sangat gatal. Hal ini
ditandai dengan benjolan kecil yang gatal. Prurigo harus dibedaan dari pruritus
(gatal), yaitu tidak ada lesi primer 1. Kata prurigo telah digunakan untuk menunjukkan
sekelompok dermatosis heterogen yang memilki erupsi popular dan pruritus sebagai
aspek umum. Prurigo dapat dilihat sebagai pola klinis reaktif, dan 20% kasus masih
dianggap idiopatik2.
Prurigo merupakan erupsi popular atau nodular kronik yang rekurens, disertai
ekskoriasi dan gatal. Menurut KOCSCARD pada tahun 1962, prurigo ialah papul
yang berbentuk kubah, dengan puncaknya terdapat vesikel, yang hanya bertahan
dalam waktu singkat, dan biasanya menghilang akibat garukan. Sehingga, aspek
klinis lesi dapat bervariasi dan mencakup papula dan nodul dengan ekskoriasi, erosi,
likenifikasi, papula yang tertutup kerak, dan seropapula. Dapat pula ditemukan bekas
dan dermatitis pruriginosa (strofulus, prurigo kronik multiformis lutz, prurigo hebra) 3.
Greither dan Jorizzo et al. mengklasifikasikan manjadi prurigo akut, prurigo sukakut
dan prurigo kronis. Selain itu, terdapat varietas prurigo lain seperti prurigo
Definisi
Prurigo hebra atau sering dikenal dengan prurigo “ferox” adalah bentuk
prurigo yang paling sering. Prurigo hebra merupakan prurigo akut, yang sering
ditemukan pada anak, 86% kasus terjadi saat usia 3 tahun pertama kehidupan. Prurigo
hebra merupakan reaksi kulit yang bersifat kronik residif dengan efloresensi beraneka
ragam. Kelainan kulit yang ditemukan berupa papul-papul miliar berbentuk kubah
sangat gatal, lebih mudah diraba dari pada dilihat, terutama di daerah ekstremitas
bagian ekstensor3,4.
adanya riwayat dalam keluarga yang menderita penyakit serupa serta riwayat alergi
hipersensitivitas. Selain itu, terdapat juga beberapa faktor yang berperan, diantaranya:
suhu, investasi parasite (seperti Ascaris atau Oxyuris). Dapat juga infeksi fokal,
misalnya tonsil atau saluran cerna, endokrin, alergi makanan, serta faktor atopi 3,5.
Prurigo hebra sering terjadi pada golongan dengan ekonomi rendah, khususnya saat
musim panas2.
2
Gejala Klinis
Mulainya penyakit sering pada anak. Kelainan yang ditampilkan berupa papul
disertai infeksi, tidak nyeri, tidak bersupurasi, pada perabaan teraba lebih lunak.
Pembesaran tersebut disebut bubo prurigo. Sering pula terjadi infeki sekunder. Jika
telah kronik tampak kulit yang sakit lebih gelap kecoklatan dan likenifikasi2,3.
ke bokong dan perut, muka dapat pula terkena. Biasanya bagian lengan dan tungkai
lebih parah dibandingkan bagian proksimal. Demikian pula umumnya tungkai lebih
parah dari pada lengan. Keadaan umum penderita biasanya pemurung atau pemarah
akibat kurang tidur, kadang-kadang nafsu makan berkurang sehingga timbul anemia
dan malnutrisi3.
3
Gambar 2.1 Prurigo hebra A. Predileksi B. Papula-papula di daerah ekstensor ekstremitas 4.
dermis dijumpai pelebaran ujung-ujung pembuluh darah dan sebukan sel-sel radang
inflamasi, yang terdiri dari cells consisting T cells, CD4+ cells, CD8+ cells, T
Diagnosis Banding
Sebagai diagnosis banding prurigo hebra adalah scabies, gigitan serangga dan
dermatitis herpetiformis. Pada scabies gatal terutama pada malam hari, orang
disekitar juga akan tertular. Lesi pada scabies berupa lesi papulo vesikel pada sela-
4
sela jari, pergelangan tangan dan lipatan-lipatan kulit. Gigitan serangga biasanya pada
bagian tengah lesi tampak eskoriasi dikelilingi daerah yang edema dan eritema.
Dermatitis herpetiformis sulalu disertai gatal, efloresensi berupa papula atau vesikel
Pengobatan
Karena penyebab prurigo belum diketahui, sehingga tidak ada pengobatan
yang tepat. Penatalaksanaannya ialah menghindari hal yang ada kaitannya dengan
prurigo hebra. Seperti, menghindari gigitan nyamuk atau serangga, mencari dan
digunakan untuk menghilangkan rasa gatal dan untuk penenang seperti klorfeniramin,
antipruritus baik dalam bentuk salep atau bedak. Kortikosteroid krim/salep sangat
Prognosis
Umumnya dapat sembuh spontan pada usia akil balik.
Definisi
Prurigo nodularis adalah representasi paling khas dari prurigo kronik, pada
tahun 1909 oleh Hyde, terminologinya dijelaskan sebagai nodul yang gatal pada
5
permukaan ekstensor lengan dan kaki wanita, relative jarang dan sulit untuk diobati 2,3.
Prurigo nodularis adalah fenotipe yang disebabkan oleh rasa gatal, garukan dan
gesekan yang berulang pada kulit. Mereka dapat dikaitkan dengan beberapa etiologi
dermatologis lain yang muncul dengan lesi ini. Prurigo nodularis sering terjadi pada
gatal timbul bila terdapat atau mengalami ketegangan emosional, dan 65-80% pasien
nodular atipik. Juga dikatakan ada persamaan dengan neurodermatitis bentuk nodular
Penyebab sistemik diduga ada yang mendasari pruritus pada pasien dengan
nodularis tampaknya memiliki hubungan dua arah dengan faktor emosional dan
psikologis yang meningkat juga disebabkan akibat efek dari rasa gatal yang kronis
6
Gejala Klinis
Prurigo nodularis menunjukkan nodul dan papul yang simetris, mengeras,
sering pada wanita paruh baya. Bila perkembangan nodusnya sudah lengkap, maka
lesi tersebut akan berubah mejadi verukosa atau mengalami fisurasi. Prurigo
nodularis dengan evolusi kronik, adalah onset lesi yang berbahaya. Pruritus yang
intense dan intermitten akan menghilang dengan garukan yang mangakibatkan luka
pada kulit sampai dengan perdarahan. Pada lesi kronik dapat ditemukan papula
verukosa, plak lichenoid dan ekskoriasi, serta hiperkromia dan skar postinflamasi2.
Gambar 2.2 Prurigo nodularis. Tampak nodul-nodul yang terasa sangat gatal6,7.
Histopatologi
7
Pemeriksaan histopatologi akan menunjukkan akantosis, hiperkeratiosis
dermia, yang terdiri atas kumpulan serat kolagen kasar, yang arahnya tegak lurus
Diagnosis Banding
Diagnosis banding prurigo nodularis, diantaranya dermatitis atopic, liken
tangan dijaga tetap pendek.8 Lesi kulit memberikan respons cepat terhadap
2,5 sampai 12,5 mg/ml. Dosisnya 0,5 sampai 1 ml per cm2 dengan maksimum 5 ml
8
untuk sekali pengobatan. Cara pengobatan lain dengan talidomid, dosisnya 2x100
Tabel 2.2
Tahapan
penatalaksanaan
prurigo
nodularis
Prognosis
Penyakit cenderung berjalan kronik dan persisten, Eksaserbasi dapat dipicu
Definisi
Prurigo aktinik adalah erupsi popular atau nodular disertai ekskoriasi dan
gatal akibat sinar matahari. Lesi ini bersifat persisten dan jarang. Lesi tersebar
sebagian besar pada kulit yang terpapar sinar matahari. Riwayat penyakit dalam
keluarga dapat dilaporkan oleh pasien9,10. Prurigo aktinik pertama kali dideskripsikan
oleh Hutchinson pada tahun 1878 dan ditetapkan olehnya sebagai “summer prurigo”.
9
Istilah historis lain untuk penyakit ini yaitu solar eczema, prurigo solar, hereditary
Pada sebagian besar populasi, perempuan lebih sering terkena daripada laki-
laki, dengan rasio 2:1 sampai 4:1. Di Asia, laki-laki lebih dominan. Erupsi muncul
pada musim semi dan musim panas dan mendominasi pada kulit yang terpapar sinar
matahari. Selain itu pasien dengan prurigo aktinik sering menunjukkan respons foto
test kulit yang abnormal terhadap UVB dan/atau radiasi UVA. UVA lebih sering
terlibat dibanding UVB, dengan sebagian besar pasien menunjukkan penurunan dosis
proinflamasi. Ada peningktan bersamaan dalam jumlah dendrosit dermal, dan limfosit
HLA spesifik. Pasien dengan genotype ini mungkin memilki riwayat keluarga prurigo
tinggal dengan hewan ternak dan hidup dengan hewan di dalam rumah juga dapat
10
Gejala Klinis
Gambaran klinis prurigo aktinik berupa papul atau nodul disertai ekskoriasi
dan krusta, dapat berupa soliter atau berkelompok, serta gatal. Tempat predileksi di
area terpajan sinar matahari seperti dahi, pipi, dagu, telinga, dan lengan. Lesi primer
dapat berupa papul dan nodul pruritus yang muncul sendiri-sendiri atau berkelompok.
Papula dan nodul sering mengalami ekskoriasi dan berkerak, dan plak dapat tampak
seperti lichenifikasi atau eksim. Vesikel tidak terlihat kecuali terdapat superinfeksi.
Meskipun lesi primer tidak menyebabkan jaringan parut, lesi wajah yang sembuh
dapat meninggalkan dispigmentasi, dan jaringan parut dapat terjadi sekunder akibat
ekskoriasi9.
asli Amerika dan ditandai dengan edema, skar, krusta, dan fisura mada mukosa bibir.
sepanjang limbus9.
A B C
11
Gambar 2.3 A. Lesi primer, B. Cheilitis, C. Papul dan nodul dengan ekskoriasi dan likenifikasi
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan hstopatologi akan dijumpai akantosis, spongiosis,
dengan simulator surya atau sumber broadband lainnya dapat menginduksi lesi khas
Gambar 2.4
Gambaran
histopatologi
prurigo
aktinik9
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang sulit untuk dibedakan dengan prurigo aktinik adalah
polymorphic light eruption. Beberapa gejala klinis yang lebih mengarah ke prurigo
aktinik berupa onset penyakit saat masa anak, adanya lesi pada kulit yang terpapar
dan terlindung matahari, keterlibatan mukosa bibir dan konjungtiva, lesi yang
12
menetap lebih dari 4 minggu, terjadinya di musim dingin, terdapat ekskoriasi dan
Pengobatan
13
Algoritma tatalaksana prurigo aktinik9
Prognosis
Penyakit cenderung kronik dan dapat persisten hingga dewasa, namun resolusi
14
BAB 3
KESIMPULAN
Prurigo merupakan erupsi popular atau nodular kronik yang rekurens, disertai
diklasifikasikan menjadi akut, sukakut dan kronis. Selain itu, terdapat prurigo lain
Prurigo hebra merupakan prurigo akut. Prurigo hebra sering terjadi pada
golongan dengan ekonomi rendah, khususnya saat musim panas. Kelainan yang
bokong dan perut, muka dapat pula terkena. Penatalaksanaannya ialah menghindari
hal yang ada kaitannya dengan prurigo hebra. Pengobatan berupa simtomatik, yakni
mengurangi gatal dengan pemberian sedative. Bila terdapat infeksi sekunder diobati.
Prurigo nodularis adalah reaksi kulit yang bersifat kronik dengan gejala
utama berupa nodus yang menyebar di ekstremitas. Penyebab belum diketahui secara
pasri, diduga terkait atopi dan emosional. Prurigo nodularis menunjukkan nodul dan
papul yang simetris, mengeras, hiperkerat sangat berbahaya terutama pada permukaan
ekstensor ekstremitas, lebih sering pada wanita paruh baya. Lesi kulit memberikan
15
respons cepat terhadap penyuntikan kortikosteroid intralesi, serta pasien diberikan
edukasi untuk hindari menggaruk lesi dan menjaga kuku tetap pendek.
Prurigo aktinik adalah erupsi popular atau nodular disertai ekskoriasi dan
gatal akibat sinar matahari. Gambaran klinis prurigo aktinik berupa papul atau nodul
disertai ekskoriasi dan krusta, dapat berupa soliter atau berkelompok, serta gatal.
Tempat predileksi di area terpajan sinar matahari seperti dahi, pipi, dagu, telinga, dan
lengan. Bisa juga mengenai mukosa bibir dan kunjungtiva. Prinsip tatalaksana adalah
matahari.
16
DAFTAR PUSTAKA
3 Wiryadi BE. Prurigo. In: Juanda A, Hamzah M, Aisah S (eds). Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta, 2010,
pp 272–275.
4 Siregar RS. Prurigo hebra. In: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC:
Jakarta, 2014, pp 136–137.
7 Siregar RS. Prurigo Nodularis. In: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.
EGC: Jakarta, 2014, pp 135–137.
17
10 PERDOSKI PDSK dan KI. Prurigo Aktinik. In: Widaty S, Soebono H, Nilasari
H, Listiawan MY, Siswati agnes sri, Triwahyudi D et al. (eds). Panduan
Praktik Klinis. PERDOSKI: Jakarta, 2017, pp 37–38.
18